Anda di halaman 1dari 51

CLINICAL REASONING PADA Sdr.

Y
DENGAN DIAGNOSIS MEDIS HEPATOMEGALI
SERTA DIAGNOSIS KEPERAWATAN NYERI AKUT
DI RUANG RAJAWALI 6B RSUP Dr.KARIADI SEMARANG

Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Pendidikan Profesi Ners


Keperawatan Medikal Bedah
Pembimbing Akademik: Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes
Pembimbing Klinik: Ns. Dhinamita Nivalinda, S.Kep

Disusun oleh:

Ummi Tika Lailatunnisa 22020121210031


Yuniarti Dwi Astuti 22020121210024
Vania Luthfiyani Savitri 22020121210036
Inggita Lailatim Maftukhah 22020121210028

PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVIII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

2022
A. SITUASI PASIEN
Sdr. Y (19 tahun) dengan diagnosa medis hepatomegali, dilakukan
pengkajian pada tanggal 18 Januari 2022 dengan hasil pengkajian, klien
mengeluhkan nyeri perut dengan skala VAS 4 dan nyeri dirasakan terus
menerus, seperti tertusuk-tusuk, serta dirasakan dari perut menjalar sampai
ke dada kanan dan pundak. Keluhan nyeri bertambah saat perut semakin
membesar. Klien mengatakan merasa sesak saat bernapas, saat ini klien
menggunakan alat bantu pernapasan nasal kanul 3 liter/menit. Klien juga
mengeluhkan mual dan muntah. Keadaan umum klien lemah dengan
kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit,
RR 24 x/menit, suhu 36.2oC dan SpO2 96%. Klien tidak memiliki riwayat
penyakit yang diturunkan dari keluarga klien. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih,
suara lapang paru vesikuler (bagian kanan paru-paru terdengar suara
vesikuler meredup), perut tampak besar melebar, merasa nyeri bila ditekan
di area abdomen, tidak terdapat lesi atau luka pada seluruh tubuh klien.
Selain itu juga dilakukan pengkajian psikososial dan didapatkan skor
HARS 12 yang mana menunjukkan klien tidak mengalami kecemasan.
Klien hanya menghabiskan ¼ -1/2 dari porsi makan karena tidak
nyaman dikarenakan nyeri pada bagian perut menjalar ke dada kanan dan
pundak, serta merasa mual. Pemeriksaan laboratorium leukosit 12.5, RDW
15, glukosa darah 50, Ureum 52, natrium 133, dan chlorida 89. Klien sudah
mendapatkan terapi obat infus ringer laktat 20 tetes per menit, injeksi MST
10 mg per 12 jam, ampicilin sulbactam 15gram per 8 jam, dan paracetamol
1 gram per 8 jam untuk meredakan nyeri.
B. MENGUMPULKAN INFORMASI DAN TANDA-TANDA KHUSUS
1. Mereview informasi saat ini
a. Diagnosis medis : hepatomegali
b. Keluhan :
1) Klien mengeluhkan nyeri perut, terasa seperti tertusuk dengan
skala VAS 4 dan nyeri terus menerus. Keluhan bertambah saat
perut membesar

2) Klien mengatakan merasa sesak saat bernapas, saat ini klien


menggunakan alat bantu pernapasan nasal kanul 3 liter/menit

3) Klien mengeluh mual, keluarga klien mengatakan klien sering


muntah, dan nafsu makan menurun
2. Menggumpulkan informasi baru
a. Tanda-tanda vital
1) Keadaan umum : Klien tampak lemah
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tekanan darah : 110/70 mmHg
4) Nadi : 80 x/menit
5) RR : 24 x/menit
6) Suhu : 36,20C
7) SpO2 : 96%.
b. Pengkajian Nutrisi
1) Antropometri

BB : 45 kg (sebelum sakit), dan 39 kg (selama sakit)


TB : 154 cm
IMT : 16,44 kg/m2 (kurang)
2) Biokimia
Hb : 9,2 gr/dL
GDS : 94 mg/dL
3) Tanda Klinis
 Abdomen kuadran kanan atas tampak membesar
 Terdapat nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas
 Saturasi oksigen 96%, RR : 24 x/menit
 Klien mengatakan nafsu makannya menurun selama sakit
 Bising usus 12 kali/menit
4) Diit
 Diit bubur sumsum
 Ekstra susu putih manis 5 kali
c. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Terdapat acites pada perut, perut tampak membesar dan
buncit

Palpasi : Abdomen teraba massa keras, hepar teraba 6 cm


dibawah arcus costa dextra (BACD), tepi tumpul, nyeri bila ditekan

Perkusi : Suara perkusi abdomen reguler keras.

Auskultasi : Suara bising usus normal 12 kali/menit.

d. Pemeriksaan Dada

Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada


jejas

Palpasi : Ekspansi paru kanan dan kiri simetris, tidak terdapat nyeri
tekan, vocal fremitus pada lapang paru kanan meredup

Perkusi : Terdengar suara redup (dullness) pada lapang paru kanan,


dan sonor pada lapang paru kiri

Auskultasi : Terdengar suara vesikuler pada lapang paru, semakin ke


kanan suara vesikuler semakin meredup

e. Pengkajian nyeri
Provocative : nyeri memberat ketika batuk dan menggerakkan
tubuhnya.

Quantity : tajam seperti tertusuk, klien tampak meringis


kesakitan.

Region : Lokasi nyeri pada abdomen kuadran kanan atas,


klien mengatakan nyeri abdomen menyebar ke dada sebelah kanan
sehingga klien merasa sesak.

Severity : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan menganggu


aktivitasnya, skala VAS 4 (Nyeri ringan)

Timing : Klien mengatakan nyeri hilang timbul dan merasa


nyeri ketika di tekan, ketika bergerak, serta ketika batuk.

f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium (16/1/2022)
Hematologi Keterangan
Hemoglobin 9,2 g//dL Rendah
Hematokrit 30,3 % Rendah
Eritrosit 3,62 106/uL Rendah
MCH 25,4 pg Rendah
MCV 83,7 fL Normal
MCHC 30,4 g/dL Normal
Leukosit 13,7 103/uL Tinggi
Trombosit 606 103/uL Tinggi
RDW 16,2 % Tinggi
MPV 9,3 fL Normal
SGOT 33 u/L Normal
SGPT 25 u/L Normal
Gamma GT 132 u/L Tinggi
Kimia Klinik
Ureum 26 mg/dL Normal
Bilirubin total 1,76 mg/dL Tinggi
Bilirubin direct 0,74 mg/dL Tinggi
Bilirubin indirect 1.02 mg/dL Tinggi
Total protein 6.1 g/dL Normal
Albumin 3,0 mg/dL Rendah
Kreatinin 0,82 mg/dL Normal
Natrium 131 mmol/L Normal
Kalium 4,7 mmol/L Normal
Chlorida 93 mmol/L Rendah

2) Foto Thorax AP Semierect (Asimetris) – Lateral (15/1/2022)


Klinis :
- Massa intra abdomen, efusi pleura dextra, post pungsi.
- Hasil pemeriksaan foto thoraks menunjukkan adanya efusi
pleura kanan masif berkurang, kemungkinan adanya massa
maupun atelektasis belum dapat disingkirkan.
- Cor sulit dievaluasi dan pulmo kiri tak tampak bercak.
3) MSCT Thorax (5 Januari 2022)
Kesan:
- Massa solid multilobulated disertai area nekrotik dan perdarahan
intratumoral didalamnya pada intraperitoneal cavum abdomen
kanan yang mendesak dan menginfiltrasi hepar segmen 5,6,
menempel dan sulit dipisahkan dengan bowel disekitarnya,
mendesak vena cava inferior, ginjal kanan, struktur bowel ke kiri
(ukuran ± AP 11.9 x LL 12.9 x CC 19.7 cm)  masih mungkin
suatu germ cell tumor
- Multiple limfadenopati pada paraaorta, interaortocava,
mesenterica (ukuran terbesar ± 2.3 x 1.1 cm pada mesenterica)
- Ascites pada perihepatica
- Fibrosis pada segmen 5 paru kanan
4) Pengkajian Kecemasan dengan skala HARS
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah

3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih √
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari √
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah √
- Perasaan ditusuk-Tusuk
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung √
- Mual √
- Muntah √
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Total skor 12
Interpretasi Tidak Ada Kecemasan
Skor Total Skor
0 = tidak ada < 14 = tidak ada kecemasan
1 = ringan 14 – 20 = kecemasan ringan
2 = sedang 21 – 27 = kecemasan sedang
3 = berat 28 – 41 = kecemasan berat
4 = berat sekali 42 – 56 = kecemasan berat sekali

g. Terapi medikasi

Nama Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek samping


Triofu 500ml IV Memenuhi - Di ketahui - Nyeri di
sin /24 kebutuhan hipersensiti tempat
jam energi total dan - Penderita injeksi
parsial, vitamin, gagal ginjal - Demam
serta elektrolit tanpa dialisis
yang diberikan - Penderita
secara parenteral gangguan
pada pasien hati berat
yang sedang
menjalani
perawatan di
rumah sakit.
Raniti 50 mg IV Peningkatan Hipersensitif Nyeri perut,
din asam lambung, terhadap gatal pada
peradangan pada ranitidin, ibu kulit, gelisah,
saluran hamil dan gangguan
pencernaan, menyusui, pernapasan,
ulkus lambung penyakit ginjal, muntah
kanker lambung
Onda 8 IV - Pencegahan - Sindrom QT - Bradikardia
nsetro mg/12 mual dan panjang (denyut
n jam muntah yang bawaan jantung
diinduksi - Pasien yang dibawah
kemoterapi memiliki normal)
Dewasa riwayat - Hipotensi
hipersensitif - Aritmia
Nama Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek samping
Kemoterapi terhadap (gangguan
yang sangat ondansentro irama
emetogenik n jantung)
- Hipoksia
- Mual dan
(kekuranga
muntah
n oksigen)
pasca operasi
- Peningkatan
- Profilaksis sementara
mual dan enzim hati
muntah - Sakit kepala
berhubungan - Sembelit
dengan - Sensasi
terapi radiasi terbakar
pada kepala
dan ulu hati
(epigastriu
m)
- Sedasi
- Diare
- Nyeri dada
- Penglihatan
kabur
sementara
(karena
injeksi
ntravena
cepat)
- Perubahan
EKG

Amik 1gr/24 IV Pengobatan - Hipersensiti - Gangguan


asin jam jangka pendek f terhadap sistem saraf
pada infeksi amikasin - Gangguan
serius yang dan pendengara
disebabkan oleh aminoglikos n
bakteri baik ida lainnya. - Gangguan
gram negatif dan - Myasthenia fungsi
positif, antara gravis ginjal
lain: septikemia (Cepat - Hipotensi
(termasuk sepsis lemah dan (Tekanan
neonatal), lelah pada darah
infeksi saluran otot-otot di rendah)
pernafasan yang bawah - Sakit
serius, infeksi kontrol kepala
tulang dan kesadaran) - Ruam kulit
sendi, infeksi - Mual dan
muntah
Nama Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek samping
sistem saraf - Gemetar
pusat (termasuk - Lemas
meningitis), - Demam
infeksi kulit dan
jaringan lunak,
infeksi
intraabdominal
(termasuk
peritonitis),
infeksi pada
luka bakar,
infeksi pasca
operasi
(termasuk pasca
bedah vaskular),
infeksi saluran
kemih yang
mengalami
komplikasi dan
rekuren.
Parac 1 gr/8 IV Meredakan Pasien dengan - Sakit
etamo jam demam dan riwayat kepala
l nyeri hipersensitivitas - Mual atau
dan penyakit muntah
hepar aktif - Sulit tidur
derajat berat. - Perut
bagian atas
terasa sakit
- Urin
berwarna
gelap
- Lelah yang
tidak biasa
- Penyakit
kuning

Mero 1 gr/8 IV Untuk berbagai Pada pasien mual, muntah,


pene jam macam infeksi dengan riwayat diare,
m yang sudah hipersensitivitas konstipasi,
terbukti atau terhadap ruam kulit,
dugaan kuat meropenem, sakit kepala
tentang bakteri namun hal ini dan anemia.
penyebab sangat jarang Walaupun
infeksi tersebut, terjadi dengan sangat jarang,
seperti golongan efek samping
Nama Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek samping
pneumonia, antibiotik sistemik
appendicitis, lainnya seperti kejang,
infeksi kulit syok
luas, meningitis anafilaktik,
dan sepsis neutropenia,
maupun
penurunan
fungsi ginjal
dan hati telah
dilaporkan
dalam
beberapa kasus
MST 10 PO Menghilangkan - Hipersensiti - Sakit
mg/12 rasa nyeri vitas kepala
jam dengan terhadap - Kram perut
intensitas morfin - Gugup
sedang hingga - Pasien - Rasa
dengan kantuk
parah, seperti
depresi yang parah
nyeri pada
napas dan - Konstipasi
kanker atau
tidak - Perubahan
serangan tersedia alat
jantung mood
resusitasi - Sulit
- Asma akut berkemih
atau berat - Mual atau
- Keadaan muntah
hiperkarbi
- Denyut
- Dicurigai
jantung
atau sudah
yang tidak
pasti
teratur,
mengalami
ileus denyut
paralitik jantung
lambat,
atau
jantung
berdebar
- Sulit
bernapas
- Otot kaku
- Halusinasi
- Gairah
seksual
menurun
- Kejang
- Pingsan
- Pandangan
Nama Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek samping
kabur
- Nyeri dada

VIT 50mg/ PO Mengatasi Jika terdapat - Kesemutan


B1 24 kekurangan riwayat - Mual
vitamin B1 pada anafilaktik - Gatal-gatal
penderita kecan dengan - Kulit terasa
duan alkohol, suplemen ini hangat
atau
penyakit beri-
komponennya.
beri, sindrom
Peringatan
sindrom
penggunaan
Wernicke- adalah pada ibu
Korsakoff, hamil agar tidak
pengguna rutin melebihi
obat furosemide, rekomendasi
penderita HIV/A asupan harian.
IDS, gagal
jantung,
sirosis, malabsor
bsi, orang yang
menjalani opera
si bariatrik, atau
menjalani
hemodialisis.

3. Mengingat pengetahuan sebelumnya


a. Hepatomegali
1) Pengertian
Hepatomegali adalah penyakit yang diakibatkan oleh terjadinya
pembesaran ukuran organ hati yang melebihi ukuran normalnya
(Hinkle & Cheever, 2017).
Hepatomegali (pembesaran hati) adalah pembesaran organ hati
yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus
hepatitis, demam tifoid, amoeba, penimbunan lemak (fatty liver),
penyakit keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma) dan
penyebaran dari keganasan (Smeltzer, 2013).
Hepatomegali merupakan nama lain dari pembesaran hati. Hal ini
terjadi ketika organ hati membengkak melebihi ukuran normal, bukan
termasuk penyakit melainkan menjadi tanda dari berbagai macam
penyakit yang akan timbul, misalnya penyakit hati, gagal jantung
kongestif, atau kanker sekalipun (Carpenito, 2013).
2) Etiologi
Penyebab hepatoma belum diketahui secara pasti, beberapa faktor
yang diduga penyebabnya adalah: (Hinkle & Cheever, 2017)
a. Infeksi / penyakit kronik akibat virus hepatitis sirosis.
b. Beberapa hepatotoksik terutama aflatoksin yang berasal dari
makanan yang tercemar aspergillus flavus dan obat-obatan.
c. Sirosis, hepatitis B atau C
d. Kontak dengan racun kimia misal vinil klorida, arsen
e. Merokok
f. Mengkonsumsi alkohol
g. Aflatoksin atau karsinogen dalam preparat herbal.
3) Manifestasi Klinis
Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala, tetapi
jika pembesarannya hebat bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di
perut atau perut terasa penuh. Jika pembesarannya terjadi secara
cepat, hati bisa terasa nyeri bila di raba tanda gejala berupa :
a. Umumnya tanpa keluhan.
b. Pembesaran perut.
c. Nyeri pada epigastrium perut kanan atas
d. Nyeri perut hebat, mungkin karena ruptur hepar.
e. Ikterus.
4) Komplikasi
Orang yang hatinya rusak karena pembentukan jaringan parut
(sirosis), bisa menunjukkan sedikit gejala atau gambaran dari
hepatomegali. Beberapa diantaranya mungkin juga mengalami
komplikasi, yaitu: (Smeltzer, 2013)

a. Hipertensi portal dengan pembesaran limpa


b. Asites (pengumpulan cairan dalam rongga perut)
c. Gagal ginjal sebagai akibat dari gagal hati (sindroma
hepatorenalis)
d. Kebingungan (gejala utama dari ensefalopati hepatikum) atau
e. Kanker hati (hepatoma)

5) Pemeriksaan Penunjang

Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama


pemeriksaan fisik. Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh
hepatitis akut, infiltrasi lemak, sumbatan oleh darah atau penyumbatan
awal dari saluran empedu. Hati akan teraba keras dan bentuknya tidak
teratur, jika penyebabnya adalah sirosis. Benjolan yang nyata biasanya
diduga suatu kanker. Pemeriksaan lainnya yang bisa dilakukan untuk
membantu menentukan penyebab membesarnya hati adalah:
- Pemeriksaan radiologi
a. Pemeriksaan barium esofagus : Menunjukkan peningkatan
tekanan portal.
b. Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat
perubahan ukuran hati.
c. Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan
pankreas.
d. Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus
kanan dengan kiri sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
e. Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan hati
f. Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran – ukuran organ
abdomen.
- Pemeriksaan Laboraturium

Uji Normal Makna klinis


Bilirubin serum 0,1-0,3 mg/dl Meningkat bila terjadi gangguan
terkonjugasi ekskresi bilirubin terkonjugasi.
Bilirubin serum 0,2-0,7 mg/dl Meningkat pada hemolitik.
tak terkonjugasi
Bilirubin serum 0,3-1,0 mg/dl Meningkat pada penyakit
total hepatoseluler.
Urobilinogen 1,0-3,5 Berkurang pada gangguan ekskresi
urine mg/24jam empedu, gangguan hati.
Enzim SGOT 5-35 unit/ml Meningkat pada kerusakan hati.
Enzim SGPT 5-35 unit/ml Meningkat pada kerusakan hati
Enzim LDH 200-450 Meningkat pada kerusakan hati
unit/ml

b. Efusi Pleura
1) Pengertian
Efusi pleura merupakan suatu akumulasi cairan yang abnormal
didalam kavum pleura yang disebabkan karena adanya gangguan
homeostatik berupa adanya produksi cairan yang berlebihan atau
karena adanya penurunan absorpsi cairan. Efusi pleura biasanya
merupakan efek sekunder dari suatu penyakit primer. Insidensinya
tergantung dari penyakit yang mendasari efusi pleura (Rizana et
al., 2016).

Letak dari pleura viseralis dan pleura perietalis saling


berhadapan dan hanya dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa,
lapisan cairan ini memperlihatkan adanya keseimbangan antara
transudasi dan kapiler- kapiler pleura dan rearbsorbsi oleh vena
viscelar dan parietal dan juga saluran getah bening. Karena efusi
pleura merupakan pengumpulan cairan yang berada pada rongga
pleura dalam jumlah yang berlebih di dalam rongga pleura
viseralis dan parietalis, sehingga masalah tersebut dapat
menyebabkan ekspansi dari paru meningkat dan menyebabkan
pasien bernapas dengan cepat (takipnea) agar oksigen dapat
diperoleh secara maksimal. Dari masalah tersebut maka klien
mengalami gangguan dalam keefektifan pola pernapasannya.

Pola nafas tidak efektif merupakan suatu kondisi dimana pasien


mengalami penurunan dalam ventilasi yang actual atau potensial
yang disebabkan oleh perubahan pola napas. Umumnya kasus ini
tegakkan pada diagnosa hiperventilasi. Pola nafas tidak efektif di
tandai dengan tanda gejala mayor secara subjektif berupa dyspnea
sedang secara objektif berupa penggunaan otot bantu pernafasan,
fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal (SDKI, 2016).
2) Tanda & gejala
Tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya seperti
dispnea, batuk, dan nyeri dada pleuritik. Gejala tambahan seperti
demam, ortopnea, atau arthralgia bersamaan dapat memberikan
petunjuk etiologi yang mendasarinya dan dapat membantu
mempersempit diferensial diagnosis. Riwayat perjalanan, riwayat
pekerjaan sebelum dan saat ini, penggunaan obat, riwayat operasi
sebelumnya (seperti bedah bypass arteri coroner; CABG),
keganasan, tempat tinggal, dan paparan asbes sebelumnya juga
dapat menimbulkan efusi pleura (Rizana et al., 2016).
3) Penyebab
Efusi pleura umumnya dibagi menjadi dua, yaitu transudatif dan
eksudatif. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh meningkatnya
tekanan dalam pembuluh darah atau rendahnya kadar protein
dalam darah. Hal ini mengakibatkan cairan merembes ke lapisan
pleura. Sedangkan efusi pelura eksudatif disebabkan oleh
peradangan, cedera pada paru-paru, tumor, dan penyumbatan
pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Efusi pleura sering
kali terjadi sebagai komplikasi dari beberapa jenis penyakit
lainnya, seperti:
 Kanker paru-paru.
 Tuberkulosis (TBC).
 Pneumonia.
 Emboli paru.
 Sirosis atau penurunan fungsi hati.
 Penyakit ginjal.
 Gagal jantung
 Penyakit lupus.
 Rheumatoid arthritis.
4) Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya
efusi pleura, dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan
adanya cairan.
b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan
cairanefusi dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya
pneumonia, abses paru atau tumor.
c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi
cairan dalam jumlah kecil.
d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan
untuk diperiksa menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa
cairan pleura bisa membantu untuk menentukan penyebabnya.
e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan
penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan
pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara
langsung untuk membantu menemukan penyebab efusi pleura.
g. Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan
penyebab efusi pleura, yaitu dengan pembedahan untuk
membuka rongga dada. Namun, pada sekitar 20% penderita,
meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab
dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
5) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu:
a. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
karena peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan
oksigen sehingga dispneu akan semakin meningkat pula.

b. Thoraksentesis

Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif


seperti nyeri, dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 -
1,5 liter perlu dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya
edema paru. Jika jumlah cairan efusi pleura lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian (Rizana et al., 2016).
c. Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya
infeksi. Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat
melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
e. Water seal drainage (WSD)
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari
cavum pleura atau rongga pleura.
c. Kebutuhan Nutrisi Untuk Klien dengan Penyakit Hati
1. Pengertian Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas
penting dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya. (Tarwoto dan
Wartonah 2015)
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan
dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan
energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (Alimul, A. Aziz dan
Uliyah, M. 2012)
2. Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Hepatitis
a. Tujuan Pemberian Nutrisi Pada Pasien Hepatitis
Tujuan pemberian nutrisi pada pasien dengan Penyakit Hati dan
Hepatitis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal tanpa memperberatkan fungsi hati, dengan cara :
1) Menghindari atau mengurangi kerusakan hati yang
permanen.
2) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dengan memberikan
kalori dan protein dalam jumlah yang memadai.
3) Mempertahankan atau memperbarui simpanan nutrien dalam
tubuh.
4) Mengurangi gejala yang menimbulkan gangguan rasa
nyaman.
5) Mencegah atau mengurangi komplikasi asites, varises,
esofagus dan ensefalopati hepatik yang berlanjut dengan
koma hepatik. (Andry Hartono, 2006).
b. Macam-macam Nutrisi bagi penderita Hepatitis
Nutrisi yang dibutuhkan bagi manusia menurut Pakar Gizi
Indonesia (2017), yaitu :
1) Karbohidrat
Menurut WHO/FAO dikutip dalam buku Pakar Gizi
Indonesia (2017), kebutuhan karbohidrat dalam sehari
berkisar antara 55% hingga 75% dari total konsumsi energi
yang berasal dari berbagai makanan, diutamakan dari
karbohidrat kompleks dan sekitar 10% dari karbohidrat
sederhana. Pada penderita Hepatitis diberikan karbohidrat
tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan
bertahap sesuai dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45
kkal/KgBB. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010).
2) Lemak
Pada manusia sehat kebutuhan lemak yang dibutuhkan setiap
hari yaitu lemak total antara 20% dan 35% kalori total
dengan sebagian besar lemak berasal dari asam lemak jenuh
ganda atau asam lemak jenuh tunggal. Pada penderita
Hepatitis diberikan Lemak cukup, yaitu 20-25% dari
kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna
atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea,
gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium
Chain Triglyceridel MCT). (Asosiasi Dietisien Indonesia,
2010)
3) Protein
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2012 dalam
Pakar Gizi Indonesia (2017), kebutuhan protein untuk orang
Indonesia dihitung berdasarkan berat badan aktual, sehingga
didapatkan rata- rata kecukupan protein untuk orang dewasa
diatas 18 tahun adalah sekitar 1,0-1,2 g/kg BB/hari,
sedangkan untuk anak usia 10-18 tahun kecukupan protein
rata-rata adalah 1,2-1,7 g/Kg BB/hari, sedangkan untuk bayi
hingga anak usia 9 tahun rata-rata kecukupan protein adalah
1,8 - 2 g/Kg BB/hari. Pada penderita Hepatitis diberikan
Protein agak tinggi, yaitu 1,25 - 1,5 g/Kg BB agar terjadi
anabolisme protein. Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan
nekrosis dan gejala ensefalopati yang disertai peningkatan
amoniak dalam darah, pemberian protein harus dibatasi
untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30 - 40 g/hari.
(Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
4) Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan
tubuh dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam
tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme
karena fungsinya sebagai katalisator. Vitamin pada penderita
Hepatitis diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila
perlu, diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K
serta mineral seng dan zat besi bila ada anemia. (Asosiasi
Dietisien Indonesia, 2010).
5) Air
Air membentuk 60 - 70% berat tubuh total. Setiap hari,
sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum,
sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh berbagai
organ saluran pencernaan sekitar 8 - 9 liter, sehingga sekitar
10 - 11 liter cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang
dikeluarkan melalui feses, selebihnya direabsorpsi.
Cairan pada penderita Hepatitis diberikan lebih dari biasa >2
liter/hari, kecuali bila ada kontraindikasi. (Asosiasi Dietisien
Indonesia, 2010).

c. Keseimbangan energi
Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah
aktivitas, dapat diukur melalui pembentukan panas. Energi pada
manusia dapat diperoleh dari berbagai masukan zat gizi,
diantaranya protein, karbohidrat, lemak, maupun bahan makanan
yang disimpan dalam tubuh. Tubuh memerlukan keseimbangan
energi untuk melakukan sebuah aktivitas. Keseimbangan tersebut
dapat dihitung melalui kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
seseorang, kebutuhan kalori dasar/basal, dan tingkat aktivitas.

d. Jenis Diet Hati dan Indikasi Pemberian


1) Diet Hati I
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau
bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai
mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan pasien makanan
diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian
protein dibatasi (30g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk
mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai
cabang (Branched Chain Amino Acid/ BCAA) yaitu leusin,
isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada asites dan
diuresis belum sempurna pemberian cairan maksimal 1
liter/hari. Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat
besi, dan tiamin, karena itu sebaiknya diberikan selama
beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air,
makanan diberikan sebagai Diet Hepatitis I Garam Rendah.
Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum
membaik, diberikan diet garam rendah. Penambahan
kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan
makanan parenteral berupa cairan glukosa. (Asosiasi
Dietisien Indonesia, 2010). Standar diet Hati I diberikan
energi sebanayak 1500 KAL, yaitu Protein 28 gram, Lemak
30 gram, dan karbohidrat 274 gram. (Hendra Utama, 2013)
2) Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari
Diet Hati I kepada pasien yang nafsu makannya cukup.
Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk
lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/Kg BB dan lemak
sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk
yang mudah dicerna. Makanan ini cukup mengandung
energi, zat besi, vitamin A dan C, tetapi kurang kalsium dan
tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan
diberikan sebagai Diet Hati II garam rendah. Bila asites
hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet
Garam Rendah I. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010).
Standar diet Hati II diberikan energi sebanyak 2100 KAL,
yaitu Protein 52 gram, lemak 45 gram, dan Karbohidrat 365
gram. (Hendra Utama, 2013)
3) Diet Hati III
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari
Diet Hati II atau kepada pasien Hepatitis Akut (Hepatitis
Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) yang nafsu makannya
telah baik dan telah dapat menerima protein. Dan diberikan
menurut kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam
bentuk lunak atau biasa. Makanan ini mengandung cukup
energi, protein, lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi
karbohidrat. Menurut beratnya retensi garam atau air,
makanan diberikan sebagai Diet Hati III Garam Rendah I.
(Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010). Standar diet Hati III
diberikan energi sebanyak 2300 KAL, yaitu protein 74 gram,
lemak 60,5 gram, dan karbohidrat 383 gram. (Hendra Utama,
2013).

e. Bahan Makanan Yang Dibatasi


Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati I, II, III
adalah dari sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang
banyak mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang
menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,
ketimun, durian, dan nangka. (Asosiasi Dietisien Indonesia ,
2010).
f. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hepatitis I, II,
dan III adalah makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi
kental (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010).
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada penderita Hepatitis berdasarkan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017), sebagai berikut :
- Defisit nutrisi berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual, muntah
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Penyebab :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (misalnya : finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (misalnya : stress, keengganan untuk makan)
C. MEMPROSES INFORMASI YANG ADA
1. Mengintepretasikan
Data Interpretasi
 Provocative: nyeri  Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan
memberat saat perut gejala, tetapi jika pembesarannya hebat bisa
semakin membesar menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut
dan saat perut ditekan terasa penuh. Jika pembesarannya terjadi secara cepat,
 Quantity: tajam hati bisa terasa nyeri bila di raba.
tertusuk, klien tampak
merisngis kesakitan.
 Region: Lokasi nyeri
pada abdomen kuadran
kanan atas, klien
mengatakan nyeri
abdomen menyebar ke
dada sebelah kanan
sehingga klien merasa
sesak.
 Severity: Klien
mengatakan nyeri
yang dirasakannya
menganggu
aktivitasnya,skala
VAS 4 (Nyeri ringan)
 Timing: Klien
mengatakan nyeri
timbul terus menerus
dan memberat ketika
di tekan.
 Klien mengatakan  Terjadinya pola napas tidak efektif disebabkan karena
merasa sesak saat penurunan ekspansi paru-paru. Hal tersebut disebabkan
bernapas, saat ini klien penumpukan cairan di rongga pleura yang disebabkan
menggunakan alat oleh produksi albumin yang menurun, yang mana
bantu pernapasan nasal albumin berfungsi sebagai penyeimbang tekanan
kanul 3 liter/menit osmosis dalam tubuh. Apabila terjadi menurunan
albumin maka tekanan osmosis akan meningkat
 RR : 24 x/menit
kemudian cairan intraseluler keluar ke ekstraseluler
 SpO2 : 96% sehingga menyebabkan penumpukan cairan pada
 Vocal fremitus pada cavum pleura.
lapang paru kanan
meredup
 Terdengar suara redup
(dullness) pada lapang
paru kanan
 Terdengar suara
vesikuler pada lapang
paru, semakin ke
kanan suara vesikuler
semakin meredup
 Albumin 3,0 mg/dL
(Nilai normal 3.8 – 5
mg/dL)
 Antropometri  Antropometri
BB: sebelum sakit 45 Skor IMT :
kg dan setelah sakit 39 Kekurangan berat badan tingkat berat (<17,00)
kg (terjadi penurunan Kekurangan berat badan tingkat ringan (17,00-18,49)
berat badan), IMT: Normal (18,50-24,99)
16,44 kg/m2 Kelebihan berat badan tingkat ringan (25,00-26,99)
(Kekurangan berat Kelebihan berat badan tingkat berat (> 27,00)
badan)  Biokimia
 Biokimia Hb laki-laki dewasa 14-18 g/dL
Hb: 9,2 gr/dL  Tanda klinis : gejala pembesaran hati yaitu mual dan
 Tanda Klinis muntah karena adanya desakan dari pembesaran hati ke
- Klien mengatakan organ pencernaan
nafsu makannya  Diit sumsum diberikan sesuai dengan kemampuan
menurun selama sakit saluran cerna pasien dalam menerima asupan makanan
- Klien mengatakan sehingga makanan mudah dicerna tubuh
mual
- Keluarga klien
mengatakan klien
sering muntah
- Bising usus 12x/menit
- Massa solid
multilobulated
disertai area nekrotik
dan perdarahan
intratumoral
didalamnya pada
intraperitoneal cavum
abdomen kanan yang
mendesak
 Diit
- Diit bubur sumsum
(hanya dihabiskan ¼ -
½ porsi): diit ini
kemudian dihentikan
ketika klien sering
muntah
- Ekstra susu manis 5
kali untuk
menggantikan diit
bubur sumsum

2. Membedakan informasi-informasi penting


Dari data diatas beberapa informasi penting yang menjadi masalah
untuk diselesaikan yaitu sebagai berikut:

1) Pemeriksaan laboratorium (16/1/2022)


Hematologi Keterangan
Hemoglobin 9,2 g//dL Rendah
Hematokrit 30,3 % Rendah
Eritrosit 3,62 106/uL Rendah
MCH 25,4 pg Rendah
MCV 83,7 fL Normal
MCHC 30,4 g/dL Normal
Leukosit 13,7 103/uL Tinggi
Trombosit 606 103/uL Tinggi
RDW 16,2 % Tinggi
MPV 9,3 fL Normal
SGOT 33 u/L Normal
SGPT 25 u/L Normal
Gamma GT 132 u/L Tinggi
Kimia Klinik
Ureum 26 mg/dL Normal
Bilirubin total 1,76 mg/dL Tinggi
Bilirubin direct 0,74 mg/dL Tinggi
Bilirubin indirect 1.02 mg/dL Tinggi
Total protein 6.1 g/dL Normal
Albumin 3,0 mg/dL Rendah
Kreatinin 0,82 mg/dL Normal
Natrium 131 mmol/L Normal
Kalium 4,7 mmol/L Normal
Chlorida 93 mmol/L Rendah

Interpretasi :

- Terdapat penurunan albumin, albumin berfungsi sebagai


penyeimbang tekanan osmosis dalam tubuh. Apabila terjadi
menurunan albumin maka tekanan osmosis akan meningkat
kemudian cairan intraseluler keluar ke ekstraseluler sehingga
menyebabkan penumpukan cairan pada cavum pleura

- Bilirubin total meningkat atau hiperbilirubin merupakan


indikasi adanya kerusakan pada hepar
2) Foto Thorax AP Semierect (Asimetris) – Lateral (15/1/2022)
Klinis :
- Massa intra abdomen, efusi pleura dextra, post pungsi.
- Hasil pemeriksaan foto thoraks menunjukkan adanya efusi
pleura kanan masif berkurang, kemungkinan adanya massa
maupun atelektasis belum dapat disingkirkan.
- Cor sulit dievaluasi dan pulmo kiri tak tampak bercak.
3) MSCT Abdomen dengan Kontras (5 Januari 2022)
Kesan:
- Massa solid multilobulated disertai area nekrotik dan perdarahan
intratumoral didalamnya pada intraperitoneal cavum abdomen
kanan yang mendesak dan menginfiltrasi hepar segmen 5,6,
menempel dan sulit dipisahkan dengan bowel disekitarnya,
mendesak vena cava inferior, ginjal kanan, struktur bowel ke kiri
(ukuran ± AP 11.9 x LL 12.9 x CC 19.7 cm)  masih mungkin
suatu germ cell tumor
- Multiple limfadenopati pada paraaorta, interaortocava,
mesenterica (ukuran terbesar ± 2.3 x 1.1 cm pada mesenterica)
- Ascites pada perihepatica
- Fibrosis pada segmen 5 paru kanan

3. Membuat hubungan

- Pengkajian nyeri dilakukan pada pasien dan didapatkan hasil nyeri


memberat saat perut semakin membesar dan saat perut ditekan,
tajam tertusuk, klien tampak merisngis kesakitan, lokasi nyeri pada
abdomen kuadran kanan atas, klien mengatakan nyeri abdomen
menyebar ke dada sebelah kanan sehingga klien merasa sesak, klien
mengatakan nyeri yang dirasakannya menganggu aktivitasnya, skala
VAS 4 (Nyeri ringan), klien mengatakan nyeri timbul terus menerus
dan memberat ketika di tekan. Hati yang membesar biasanya tidak
menyebabkan gejala, tetapi jika pembesarannya hebat bisa
menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut terasa penuh.
Jika pembesarannya terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri bila di
raba. Nyeri yang muncul pada klien disebabkan oleh agen inflamasi
biologis; inflamasi pada hepar.
- Terjadinya pola napas tidak efektif disebabkan karena penurunan
ekspansi paru-paru. Hal tersebut disebabkan penumpukan cairan di
rongga pleura yang disebabkan oleh produksi albumin yang
menurun, yang mana albumin berfungsi sebagai penyeimbang
tekanan osmosis dalam tubuh. Apabila terjadi menurunan albumin
maka tekanan osmosis akan meningkat kemudian cairan intraseluler
keluar ke ekstraseluler sehingga menyebabkan penumpukan cairan
pada cavum pleura.
- Gejala pembesaran hati yaitu mual dan muntah karena adanya
desakan dari pembesaran hati ke organ pencernaan. Hal ini
mengakibatkan klien mengalami penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan dari sebelum sakit ke selama sakit, yang
mengindikasikan adanya defisit nutrisi .
Patofisiologi

Virus Gaya hidup tidak sehat

Infeksi

Peradangan
Kapsul Hati

Hepatomegali

Proses Desak Penurunan


Ruang Fungsi Hati

Perasaan tidak Hipoalbumin


nyaman di kuadran
kanan atas
Tekanan
Osmosis
Meningkat
Nyeri Akut mual & muntah

Gula Darah Cairan intrasel keluar


Berkurang ke ekstrasel

Lemah dan Edema Cavum


Lemas Pleura

IMT : 16.4
Efusi Pleura

Perubahan
Nutrisi
Ekspansi paru Pola Nafas
menurun Tidak Efektif

Defisit Nutrisi
4. Mengambil kesimpulan
Pembesaran di hati menyebabkan desakan pada organ lain yang
menyebabkan nyeri pada perut, sesak pada dada dan menyebabkan mual
atau muntah. Efusi pleura yang dialami klien merupakan komplikasi
akibat disfungsi kinerja hati untuk produksi albumin yang
mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh atau tekanan osmosis yang
meningkat menyebabkan cairan keluar ke ekstrasel menyebabkan efusi
pleura dan acites. Sehingga ditemukan masalah keperawatan pada pola
napas, nyeri akut dan defisit nutrisi.
5. Menyesuaikan dengan situasi saat ini dan situasi terakhir
Tidak terdapat perbedaan situasi saat pengkajian dan situasi
terakhir sebelum melakukan intervensi.
6. Memprediksi outcome yang ditargetkan
Berdasarkan pengkajian permasalah yang ditemukan adalah pola
napas tidak efektif, nyeri akut dan defisit nutrisi dengan outcome yang
akan ditarget sebagai berikut :
a. Nyeri Akut
Nyeri akut yang dirasakan klien dapat berkurang dengan kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri yang dirasakan oleh klien dapat berkurang
2. Klien tidak lagi meringis kesakitan saat bergerak
3. Skala nyeri yang dirasakan klien dapat menurun dari skala 4
menjadi skala 1 (menggunakan skala VAS)

b. Pola Napas Tidak Efektif


Pola napas membaik dengan kriteria hasil:
1. Frekuensi napas normal 12-20 x/menit
2. Saturasi O2 membaik (95-100%)
3. Keluhan klien merasa sesak berkurang
4. Kapasitas vital paru-paru meningkat

c. Defisit Nutrisi

Defisit nutrisi dapat terasi dengan kriteria hasil:


1. Porsi makan klien yang diberikan dari Rumah Sakit dihabiskan
2. Nafsu makan klien meningkat dengan makan sedikit tapi sering
3. Indeks Massa Tubuh klien meningkat
4. Perasaan cepat kenyang klien berkurang
5. Nyeri abdomen yang dirasakan klien berkurang

D. MENGIDENTIFIKASI MASALAH ATAUPUN ISSUES


1. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Data Masalah Etiologi
DO: Nyeri Akut Agen pencedera
1. Hasil pengkajian PQRST (D.0077) fisiologis;
inflamasi pada
• Provocative : nyeri memberat ketika hepar
menggerakkan tubuhnya dan saat ditekan.
• Quantity : tajam tertusuk, klien tampak
merisngis kesakitan.
• Region : Lokasi nyeri pada abdomen
kuadran kanan atas, klien mengatakan nyeri
abdomen menyebar ke dada sebelah kanan
sehingga klien merasa sesak.
• Severity : Klien mengatakan nyeri yang
dirasakannya menganggu aktivitas, skala
VAS 4 (Nyeri ringan)
• Timing : Klien mengatakan nyeri timbul
terus menerus dan memberat ketika di tekan.
2. Klien tampak meringis dan menahan sakit
3. Hasil MSCT Abdomen:
Massa solid multilobulated disertai area
nekrotik dan perdarahan intratumoral
didalamnya pada intraperitoneal cavum
abdomen kanan yang mendesak dan
menginfiltrasi hepar segmen 5,6, menempel
dan sulit dipisahkan dengan bowel
disekitarnya, mendesak vena cava inferior,
ginjal kanan, struktur bowel ke kiri (ukuran ±
AP 11.9 x LL 12.9 x CC 19.7 cm)  masih
mungkin suatu germ cell tumor
4. Hasil pemeriksaan foto thoraks menunjukkan
adanya massa pada abdomen
5. Hasil Pemeriksaan LAB :
Bilirubin total 1,76 mg/dL Tinggi
Bilirubin direct 0,74 mg/dL Tinggi
Bilirubin indirect 1.02 mg/dL Tinggi
6. Dolor +, kalor -, rubor +, tumor -, fungsio
laesea +
DS:
1. Klien mengeluhkan nyeri dibagian perut
sebelah kanan terasa seperti tertusuk dengan
skala VAS 4 dan nyeri hilang timbul.
DO: Pola Napas Penurunan
1. Saat ini klien menggunakan alat bantu Tidak ekspansi paru;
pernapasan nasal kanul 3 liter/menit Efektif penumpukan
2. RR : 24 x/menit (D.0005) cairan di rongga
3. SpO2 : 96% pleura
4. SpO2 saat tidak memakai alat bantu napas yaitu
95%
5. Vocal fremitus pada lapang paru kanan
meredup
6. Terdengar suara redup (dullness) pada lapang
paru kanan
7. Terdengar suara vesikuler pada lapang paru,
semakin ke kanan suara vesikuler semakin
meredup
4. Albumin 3,0 mg/dL (Nilai normal 3.8 – 5
mg/dL
DS:
1. Klien mengatakan merasa sesak saat
bernapas
DO: Defisit Mual dan
1. BB: sebelum sakit 45 kg dan setelah sakit 39 Nutrisi muntah
kg (terjadi penurunan berat badan), IMT: (D.0019)
16,44 kg/m2 (Kekurangan berat badan)
2. Hb: 9,2 gr/dL
3. Bising usus 12 x/menit
4. MSCT Abdomen dengan Kontras (5 Januari
2022)
Kesan:
- Massa solid multilobulated disertai area
nekrotik dan perdarahan intratumoral
didalamnya pada intraperitoneal cavum
abdomen kanan yang mendesak dan
menginfiltrasi hepar segmen 5,6, menempel
dan sulit dipisahkan dengan bowel
disekitarnya, mendesak vena cava inferior,
ginjal kanan, struktur bowel ke kiri (ukuran ±
AP 11.9 x LL 12.9 x CC 19.7 cm)  masih
mungkin suatu germ cell tumor
- Multiple limfadenopati pada paraaorta,
interaortocava, mesenterica (ukuran terbesar ±
2.3 x 1.1 cm pada mesenterica)
- Ascites pada perihepatica
- Fibrosis pada segmen 5 paru kanan
DS:
1. Klien mengatakan mual
2. Keluarga klien mengatakan klien sering
muntah
3. Klien mengatakan hanya menghabiskan ¼- ½
dari porsi karena tidak nyaman dikarenakan
nyeri
4. Klien mengatakan nafsu makannya menurun
selama sakit

2. PRIORITAS DIAGNOSIS
No Diagnosis Keperawatan Tanggal Tanggal
ditemukan teratasi

Selasa, 18 Januari
1. Nyeri akut b.d agen pencedera -
2022
fisiologis; inflamasi pada
hepar

Pola nafas tidak efektif b.d -


penurunan ekspansi paru; Selasa, 18 Januari
2. penumpukan cairan di rongga 2022
pleura
-
3. Defisit nutrisi b.d mual dan Selasa, 18 Januari
muntah 2022
E. MENETAPKAN TUJUAN
Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis: Setelah dilakukan asuhan keperawatan
inflamasi pada hepar (D.0077) selama 3x24 jam, diharapkan nyeri akut
menurun dengan kriteria hasil:

Tingkat nyeri (L.12111)


1. Keluhan nyeri yang dirasakan oleh klien
dapat berkurang
2. Klien tidak lagi meringis kesakitan saat
bergerak atau batuk
3. Skala nyeri yang dirasakan klien dapat
menurun dari skala 4 menjadi skala 1
(menggunakan skala VAS)

Pola napas tidak efektif b.d penurunan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
ekspansi paru: penumpukan cairan di selama 3x24 jam, diharapkan pola
rongga pleura (D.0005) napas membaik dengan kriteria
hasil:

Pola napas (L.01004)


1. Frekuensi napas normal 12-20 x/menit
2. Saturasi O2 membaik (95-100%)
3. Keluhan klien merasa sesak berkurang
4. Kapasitas vital paru-paru meningkat
Defisit nutrisi b.d mual dan muntah Setelah dilakukan asuhan keperawatan
(D.0019) selama 3x24 jam, diharapkan status
nutrisi membaik dengan kriteria hasil:

Status nutrisi (L.03030)


1. Porsi makan klien yang diberikan dari
Rumah Sakit dihabiskan
2. Nafsu makan klien meningkat dengan
makan sedikit tapi sering
3. Indeks Massa Tubuh klien meningkat
4. Perasaan cepat kenyang klien
berkurang
5. Nyeri abdomen yang dirasakan klien
berkurang
F. MENGAMBIL TINDAKAN
Diagnosis
Rencana Tindakan Rasionalisasi
Keperawatan
Nyeri akut b.d Manajemen Nyeri (I.08238) Pengkajian nyeri secara
agen pencedera Observasi komprehensif dilakukan secara
fisiologis: 1. Identifikasi lokasi, rutin untuk mengetahui dan
inflamasi pada karakteristik, durasi, memonitor perkembangan
hepar (D.0077) frekuensi, kualitas, pasien apakah intervensi yang
intensitas nyeri
telah diberikan berpengaruh
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang atau tidak, sehingga dapat
memperberat nyeri dan dievaluasi untuk rencana
memperingan nyeri. tindakan berikutnya.
Terapeutik Selain itu, pasien diajarkan
1. Berikan teknik manajemen nyeri non
nonfarmakologis untuk farmakologi dengan relaksasi
mengurangi rasa nyeri nafas dalam, sebagai alternatif
berupa relaksasi napas tindakan agar manajemen nyeri
dalam terlaksana secara maksimal
2. Kontrol lingkungan yang serta pasien tidak hanya
memperberat nyeri mengandalkan obat analgesik.
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan teknik
nonfarmakologis
relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik: MST 10 mg/12
jam (PO)
Pola napas tidak Pemantauan Monitor RR, SpO2, bunyi
efektif b.d Respirasi (I.01014) napas tambahan dan dispnea
penurunan Observasi secara rutin untuk mengetahui
ekspansi paru: 1. Monitor RR dan SpO2 indikasi adanya penurunan
2.
penumpukan Monitor bunyi napas fungsi paru. Selain itu
cairan di rongga tambahan memposisikan pasien semi-
pleura (D.0005) 3. Monitor dispnea fowler akan membantu
Terapeutik
memaksimalkan ekspansi paru
1. Posisikan semi-fowler
dan menurunkan upaya
atau miringkan ke arah
sisi yang sakit bernapas atau memiringkan ke
2. Monitor penggunaan arah yang sakit dapat
oksigen: nasal kanul menghindari gravitasi cairan
Kolaborasi sehingga ekspansi paru dapat
1. Kolaborasi tindakan maksimal. Selain itu juga
medis: pemasangan chest dilakukan kolaborasi dengan
tube pemasangan chest tube.
Edukasi Teknik Napas
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
Kesehatan
2. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
2. Jelaskan prosedur teknik
napas
3. Anjurkan posisi
senyaman mungkin
4. Anjurkan menutup mata
dan berkonsentrasi penuh
5. Anjurkan melakukan
inspirasi dengan
menghirup udara melalui
hidung secara perlahan
6. Anjurkan melakukan
ekspirasi dengan
menghembuskan udara
melalui mulut mencucu
secara perlahan
7. Demonstrasikan menarik
napas selama 4 detik,
menahan napas selama 2
detik dan
menghembuskan napas
selama 8 detik.
Defisit nutrisi Manajemen Nutrisi Identifikasi status nutrisi dapat
b.d mual (I.03119) mengidentifikasi defisiensi,
muntah Observasi menduga kemungkinan
(D.0019) 1. Identifikasi status nutrisi intervensi. Merupakan upaya
2. Monitor asupan makanan untuk meningkatkan nafsu
3. Monitor hasil makan pasien sehingga asupan
pemeriksaan laboratorium makan meningkat. Monitor
(seperti albumin serum, asupan makan dan hasil
hb, ureum, creat) pemeriksaan laboratorium
Edukasi dilakukan untuk mengetahui
Anjurkan posisi semi fowler perkembangan status nutrisi
pasien. Posisi semi fowler
Pemantauan nutrisi menurunkan rasa penuh pada
(I.03123) abdomen dan dapat
Observasi meningkatkan
1. Identifikasi perubahan nafsu makan
berat badan
2. Identifikasi kelainan
eliminasi (diare, darah,
lendir)
3. Monitor mual dan muntah
4. Monitor warna
konjungtiva
G. MENGIMPLEMENTASIKAN

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI Keterangan


TGL NO.DX JAM
FORMATIF
Selasa, 18 1 09.00 Manajemen Nyeri (I.08238) Ummi Tika
Januari Observasi
2022 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat nyeri
dan memperingan nyeri
Terapeutik
1. Memberikan teknik nonfarmakologis relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
2. Mengkontrol lingkungan yang memperberat nyeri
3. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Menjelaskan strategi meredakan nyeri dengan
relaksasi napas dalam
Kolaborasi
Mengkolaborasikan pemberian analgetik: MST 10
mg/12 jam

Evaluasi Formatif
S:
- Klien mengatakan nyerinya berkurang
setelah meminum obat yang diberikan dari
perawat
• Provocative : nyeri memberat ketika
menggerakkan tubuhnya.
• Quantity : seperti ditusuk-tusuk, klien
tampak merisngis kesakitan.
• Region : Lokasi nyeri pada abdomen
kuadran kanan atas, klien mengatakan nyeri
abdomen menyebar ke dada sebelah kanan
sehingga klien merasa sesak.
• Severity : Klien mengatakan nyeri yang
dirasakannya menganggu aktivitasnya,skala VAS
4
• Timing : Klien mengatakan nyeri
timbul terus menerus
O:
- Klien terlihat meringis kesakitan ketika berganti
posisi
- Skala VAS 4
2 09.15 Pemantauan Respirasi (I.01014) Yuniarti
Observasi
1.
Memonitor RR dan SpO2
2.
Memonitor bunyi napas tambahan
3.
Memonitor dispnea
Terapeutik
1. Memposisikan semi-fowler atau miringkan ke
arah sisi yang sakit
2. Memonitor penggunaan oksigen: nasal kanul
Kolaborasi
Mengkolaborasikan tindakan medis: pemasangan
chest tube
Evaluasi Formatif
S:
- Klien mengatakan pemakaian nasal kanul
membantu mengurangi sesak napasnya
O:
- SpO2 klien 96%
- RR: 24 x/menit
- Klien tampak pucat dan banyak mengeluarkan
keringat
3 12.00 Manajemen Nutrisi (I.03119) Vania
Observasi
1. Mengidentifikasi status nutrisi
2. Memonitor asupan makanan
3. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
(seperti albumin serum, hb, ureum, creat)
Edukasi
Menganjurkan posisi semi fowler
Pemantauan nutrisi (I.03123)
Observasi
1. Mengidentifikasi perubahan berat badan
2. Mengidentifikasi kelainan eliminasi (diare, darah,
lendir)
3. Memonitor mual dan muntah
4. Memonitor warna konjungtiva
Evaluasi Formatif
S:
- Klien mengatakan mual saat makan
- Klien mengatakan pagi ini hanya menghabiskan
½ dari porsi yang diberikan
- Keluarga klien mengatakan semalam tidak bisa
tidur karena muntah terus
O:
- Keadaan umum klien terlihat lemah
- Klien terlihat pucat
- Makanan klien terlihat selalu tersisa
Rabu, 19 1 09.00 Manajemen Nyeri (I.08238) Inggita
Januari Observasi
2022 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat nyeri
dan memperingan nyeri
Terapeutik
1. Memberikan teknik nonfarmakologis relaksasi
napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
2. Mengkontrol lingkungan yang memperberat nyeri
3. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
3. Menganjurkan teknik nonfarmakologis relaksasi
napas dalam untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Mengkolaborasikan pemberian analgetik: MST 10
mg/12 jam
Evaluasi Formatif
S:
- Klien mengatakan nyeri perut; PQRST
Hasil pengkajian PQRST
Provocative : nyeri memberat ketika
menggerakkan tubuhnya/saat ingin
berpindah posisi.
Quantity : seperti ditusuk-tusuk.
Region : Lokasi nyeri pada abdomen
kuadran kanan atas menyebar ke dada
sebelah kanan
Severity : Klien mengatakan nyeri yang
dirasakannya menganggu, skala VAS 3
(Nyeri ringan)
Timing : Klien mengatakan nyeri terus
menerus ada dan memberat ketika di tekan.
- Klien mengatakan nyerinya berkurang
setelah meminum obat yang diberikan dari
perawat
O:
- Klien terlihat meringis kesakitan ketika berganti
posisi
- Skala VAS 3
2 10.00 Pemantauan Respirasi (I.01014) Ummi Tika
Observasi
1. Memonitor RR dan SpO2
2. Memonitor bunyi napas tambahan
3. Memonitor dispnea
Terapeutik
1. Memposisikan semi-fowler atau miringkan ke
arah sisi yang sakit
2. Memonitor penggunaan oksigen: nasal kanul 3
liter/menit
Kolaborasi
Melakukan pemasangan pigtail
Evaluasi Formatif
S:
- Klien mengatakan merasa sedikit sesak nafas
- Klien mengatakan ingin segera dilakukan tindakan
agar tidak merasa sesak
O:
- SpO2 klien 97%
- RR: 22 x/menit
3 12.00 Manajemen Nutrisi (I.03119) Yuniarti
Observasi
1. Mengidentifikasi status nutrisi
2. Memonitor asupan makanan
3. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium (seperti
albumin serum, hb, ureum, creat)
Edukasi
Menganjurkan posisi semi fowler

Pemantauan nutrisi (I.03123)


Observasi
1. Mengidentifikasi perubahan berat badan
2. Mengidentifikasi kelainan eliminasi (diare, darah,
lendir)
3. Memonitor mual dan muntah
4. Memonitor warna konjungtiva
Observasi
1. Memonitor asupan makanan
2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

Evaluasi Formatif
S:
- Klien mengatakan mual saat makan
- Klien mengatakan hanya menghabiskan ½ dari porsi
makan yang diberikan
O:
- Keadaan umum klien terlihat lemah
- Klien terlihat pucat
Kamis, 20 1 Manajemen Nyeri (I.08238) Vania
Januari Edukasi
2022 1. Menganjurkan untuk melakukan teknik
nonfarmakologis relaksasi napas dalam untuk
mengurangi nyeri
Edukasi Teknik Napas (I.12452)
Observasi
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
1. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat teknik napas
2. Menjelaskan prosedur teknik napas
3. Menganjurkan posisi senyaman mungkin
4. Menganjurkan menutup mata dan berkonsentrasi
penuh
5. Menganjurkan melakukan inspirasi dengan
menghirup udara melalui hidung secara perlahan
6. Menganjurkan melakukan ekspirasi dengan
mehembuskan udara melalui mulut mencucu secara
perlahan
7. Mendemonstrasikan menarik napas selama 4 detik,
menahan napas selama 2 detik dan
menghembuskan napas selama 8 detik.
Evaluasi Formatif
S:
Berdasar hasil pengkajian PQRST
 Provocative : nyeri memberat saat menggerakkan
tubuhnya dan saat ditekan.
 Quantity : tajam seperti tertusuk
 Region : Lokasi nyeri pada abdomen kuadran kanan
atas menyebar ke dada sebelah kanan
 Severity : Skala VAS 2 (Nyeri ringan)
 Timing : Klien mengatakan nyeri timbul sewaktu –
waktu dan memberat ketika di tekan.
O:
 Klien tampak lebih tenang.
 Skor VAS klien 2
 Klien terlihat jarang meringis kesakitan saat
berpindah posisi
2 Pemantauan Respirasi (I.01014) Inggita
Observasi
1.
Memonitor RR dan SpO2
2.
Memonitor bunyi napas tambahan
3.
Memonitor dispnea
Terapeutik
1.
Memposisikan semi-fowler atau miringkan ke
arah sisi yang sakit
2.
Memonitor penggunaan oksigen: nasal kanul
Evaluasi Formatif
S:
- Klien mengatakan merasa sedikit sesak nafas
- Klien mengatakan merasa tidak nyaman
dengan keadaan saat ini
O:
- SpO2 klien 99%
- Klien nampak pucat dan mengeluarkan keringat
dingin
Evaluasi Formatif
S:
- Klien mengatakan nyerinya berkurang setelah
dilakukan pungsi dan muncul nyeri akan tetapi
tidak sesering sebelum dilakukan pungsi
- Klien mengatakan nyeri ketika diambil cairannya
(drainage pigtail) sebanyak 400cc
O:
- Klien terlihat tenang
- Klien terlihat tidak banyak bergerak
- Terlihat klien menarik napas dalam ketika akan
bergerak atau merasa nyeri
3 12.00 Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi Ummi Tika
1. Memonitor asupan makanan
2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
Manajemen Hipoglikemia (I.03115)
Observasi
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala hipohlikemia
2. Memonitor kadar glukosa darah
Evaluasi Formatif
S:
- Klien mengatakan tidak memiliki nafsu makan
karena nyeri yang dirasakan
- Klien mengatakan saat ini belum makan
O:
- Klien terlihat lebih banyak tidur
- Makanan klien terlihat masih utuh
G. MENGEVALUASI
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif
Jum’at, 21 Nyeri akut b.d agen pencedera S: Klien mengatakan masih merasa
Januari fisiologis: inflamasi pada nyeri, namun sudah mulai berkurang,
2022 hepar (D.0077) skala VAS 2
O:
- Klien meirntih kesakitan, namun
masih dapat ditahan
 Hasil pengkajian PQRST
Provocative : nyeri memberat
ketika batuk dan menggerakkan
tubuhnya.
 Quantity : tajam tertusuk,
klien tampak merisngis kesakitan.
 Region : Lokasi nyeri pada
abdomen kuadran kanan atas, klien
mengatakan nyeri abdomen
menyebar ke dada sebelah kanan
sehingga klien merasa sesak.
 Severity : Klien
mengatakan nyeri yang
dirasakannya menganggu
aktivitasnya,skala VAS 2 (Nyeri
ringan)
 Timing : Klien mengatakan nyeri
timbul sewaktu – waktu dan
memberat ketika di tekan.
- TTV
TD : 120/80 mmHg , Nadi : 86
x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi, kembangkan
terapi nonfarmakologis lain untuk
meredakan nyeri seperti kompres
hangat/dingin
Pola napas tidak efektif b.d S: Klien mengatakan bahwa ketika
penurunan ekspansi paru- batuk, sesak yang dialami akan
paru: penumpukan cairan di meningkat. Klien jarang bicara untuk
rongga pleura (D.0005) meminimalisir sesak napas.
O:
- RR : 22 x/menit
- SpO2 : 99%
- Suara perkusi rongga dada kanan:
dullness
- Auskultasi paru vesikuler, lapang
paru kanan vesikuler meredup
- Klien terpasang nasal kanul 3
liter/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Monitor saturasi oksigen dan
lanjutkan intervensi teknik napas
Defisit nutrisi b.d mual muntah S:
(D.0019) - Klien mengatakan tidak nafsu
makan
- Klien mengatakan setiap kali makan
hanya menghabiskan ¼- ½ dari
porsi yang diberikan dari rumah
sakit
O:
- Makanan klien terlihat selalu tidak
habis
- Klien terlihat pucat dan lemas
A: Masalah defisit nutrisi belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor asupan nutrisi klien
- Memonitor GDS klien
- Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium klien
H. MEREFLEKSIKAN PROSES DAN PEMBELAJARAN BARU
Pada kesempatan ini, penulis mendapatkan pembelajaran yang
berharga selama mengelola kasus Sdr.Y. Istilah asing yang baru
terdengar adalah kolaborasi tindakan pemasangan pigtail catheter.
Selama ini kami hanya mengerti prosedur WSD dengan large bore
catheter untuk drainase cairan dalam tubuh. Pemasangan large bore
catheter merupakan metode yang invasif dan berpotensi meningkatkan
angka morbiditas dan komplikasi. Sebaliknya, pemasangan small bore
(pigtail) catheter merupakan metode yang aman lebih sedikit invasif
untuk kasus efusi pleura. Selain itu, nyeri yang ditimbulkan oleh pigtail
catheter tidak sebesar large bore catheter. Hal ini sesuai dengan studi
penelitian Rizana terkait perbandingan efektivitas penggunaan large
bore catheter dan pigtail catheter untuk drainase cairan pasien dengan
efusi pleura, dengan kesimpulan pemasangan kateter pigtail lebih efektif
daripada kateter large bore. Pemilihan prosedur drainase dengan pigtail
catheter dirasa tepat, karena Sdr.Y memiliki dua diagnosa medis (efusi
pleura dan Hepatomegali). Hal ini dilakukan agar nyeri yang timbul
tidak membuat klien begitu kesakitan (Rizana et al., 2016).
Kompetensi yang didapat dari pembelajaran ini adalah bagaimana
membangun komunikasi dan strategi kerjasama, baik antar teman satu
kelompok, antar teman sejawat, maupun interdisipliner yang bertujuan
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Selain itu, penulis
juga belajar untuk mengembangkan skill keperawatan yang berkaitan
dengan intervensi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah.2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Surabaya : Health Books Publishing.
Asosiasi Dietisien Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Persatuan Ahli Gizi
Indonesia. 2014. Penuntun Diet Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Asosiasi Dietisien Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Persatuan Ahli Gizi
Indonesia. 2010. Penuntun Diet Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Carpenito, L. J. (2013). Nursing diagnosis: Application to clinical practice (14th
ed.). Lippincott Williams and Wikins.
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Yogyakarta : Penerbit
Buku Kedokteran.
Hendra Utama H. 2013. Diet Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesi.
Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2017). Brunner & suddarth’s textbook of
medical-surgical nursing (14th ed.). Lippincott Williams and Wikins.
Rizana, S. N., Soeroso, N. N., Eyanoer, P. C., Kedokteran, F., Sumatera, U., &
Malik, R. H. A. (2016). Komplikasi Penggunaan Small Bore Catheter
( Kateter pigtail ) dibandingkan Large Bore Cathether untuk Drainase Efusi
Pleura Bore Catheter in Pleural Effusion Drainage. 37(2), 91–95.
Smeltzer, S. C. (2013). Handbook for Brunner and suddarth’s textbook of
medical-surgical nursing (12th ed.). Lippincott Williams and Wikins.
Pakar Gizi Indonesia. 2017. Ilmu Gizi: Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC.
PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. 1st ed. Jakarta: DPP PPNI; 2016.
PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. 1st ed. Jakarta: DPP PPNI; 2018.
PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. 1st ed. Jakarta: DPP PPNI; 2018.
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi 5. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai