Laporan Magang Mukaromatul A. Naimah Upload
Laporan Magang Mukaromatul A. Naimah Upload
Disusun Oleh:
NAMA : MUKAROMATUL AZIZATUN NAIMAH
PN : 90157614
PTN : UNIVERSITAS JEMBER
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Akhir ini
dengan baik. Laporan Akhir Kegiatan Internship ini ditulis dalam rangka untuk
memenuhi syarat sertifikasi magang industri FHCI BUMN di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk.
Dalam hal ini penulis menyadari tanpa adanya dukungan, bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari semua pihak tentunya kegiatan internship ini belum tentu mampu
terselesaikan dengan baik. Rasa syukur dan terimakasih tak terhingga penulis ucapkan
kepada:
1. Allah SWT yang dengan Ridho dan Rahmat-Nya telah menghendaki dan menyertai
penulis hingga sampai pada titik ini.
2. Kedua orang tua serta keluarga penulis yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan
menyemangati penulis dalam mengikuti program kegiatan Internship ini hingga usai.
3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember tempat penulis menimba ilmu, serta
pihak-pihak yang bersangkutan yang telah merekomendasikan, membantu sekaligus
mendukung penulis guna ikut serta dalam kegiatan Program Internship MAGENTA
ini.
4. Forum Human Capital Indonesia yang telah menyelenggarakan Program Magang
Generasi Bertalenta (MAGENTA) sehingga penulis memperoleh kesempatan yang
sangat berharga.
5. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk selaku perusahaan lokasi penulis
melaksanakan kegiatan internship.
6. Bapak Syafri Rahmat selaku Division Head dari Procurement & Logistic Operation
Division serta jajaran manajemen division PLO.
7. Ibu Eka Rosdiani selaku Department Head dari Payment Service & Rental/Purchase
Property Department.
8. Bapak Bredi Andry Purnomo selaku Team Leader Legal & Risk Procurement.
9. Kak Erfiansyah Putra selaku Mentor sekaligus partner kerja penulis selama kegiatan
Internship di Legal & Risk Procurement Team.
2
10. Bapak, Ibu, dan Rekan-rekan Pegawai maupun Staff di Divisi PLO khususnya di
Legal & Risk Procurement Team.
11. Teman-teman seperjuangan penulis selama kegiatan Internship di Divisi PLO.
Mukaromatul A. N
3
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
4
DAFTAR ISI
A. Definisi Jaminan............................................................................................... 31
B. Jenis – jenis Jaminan ........................................................................................ 31
C. Jenis-jenis Asuransi Penjamin .......................................................................... 36
D. Upaya Mitigasi terjadinya Wanprestasi............................................................. 39
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 42
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 42
B. Saran ................................................................................................................ 42
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Bank
6
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Bank adalah
suatu tempat yang menjadi perantara untuk menghimpun uang dari orang yang kelebihan
uang serta menyalurkannya kepada orang yang memerlukannya dalam bentuk uang atau
jasa yang lain.
B. Fungsi Bank
Dalam (Pasal 2,3 dan 4 UU Perbankan No.10 Tahun 1998) Perbankan Indonesia
dalam melakukan usahanya berdasarkan Demokrasi Ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati – hatian. Fungsi utamanya adalah sebagai penghimpun dan pengatur dana
masyarakat dan bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan Nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Menurut I Gusti, dkk (2014:10) secara umum fungsi utama Bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat sebagai
financial intermediary. Atau lebih spesifik Bank berfungsi sebagai:
1. Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust (kepercayaan), baik dalam hal
penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak
akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan
bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali
dari bank.
2. Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak dapat
dipisahkan. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan
bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kelancaran kegiatan bank yang
memungkinkan masyarakat melakukan investasi – distribusi – konsumsi ini adalah
kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
3. Agent of services
Bank juga memberikan penawaran jasa kepada masyarakat selain sebagai
penyalur dana. Jasa yang ditawarkan bank berkaitan dengan kegiatan perekonomian
7
masyarakat secara umum. Jasa tersebut berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang
berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.
Berdasarkan fungsi spesifik bank, bank juga memiliki fungsi utama yaitu:
Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Untuk itu
masyarakat akan mempercayakan dananya untuk disimpan di bank dengan jaminan
keamanan yang diberikan oleh pihak bank. Selain dari segi keamanan, tujuan
masyarakat menyimpan dananya di bank yaitu untuk berinvestasi, sebab bank akan
memberikan keuntungan berupa tingkat pengembalian atau return yang akan
diperoleh nasabah berdasarkan kebijakan bank yang bersangkutan.
Selain simpanan, bank juga menawarkan berbagai produk pelayanan jasa perbankan
kepada nasabah. Produk pelayanan jasa perbankan tersebut antara lain jasa
pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat – surat berharga,
kliring, Letter of Credit, inkaso, garansi bank dan pelayanan jasa lainnya. Seiring
dengan arus globalisasi saat ini. Terutama bagi mereka yang bergerak dalam bidang
bisnis dan berpacu dengan waktu. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan nasabah
tersebut, maka saat ini banyak sektor perbankan yang berlomba untuk melakukan
inovasi produk dan meningkatkan teknologi serta sistem informasi demi memberikan
kepuasan pelayan kepada nasabah.
8
Produk yang dihasilkan perbankan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Valas Bank
Treasury
Banca Investment
Assurance
Jasa lainnya
C. Jenis Bank
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
9
c. Bank Tabungan
d. Bank Pasar
e. Bank Desa
f. Lumbung desa
g. Bank Pegawai
Tetapi setelah Undang – Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 keluar dan juga
Undang – Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan
fungsinya terdiri atas:
a. Bank Umum
Bank umum yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional
dan berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan umum, artinya dapat memberikan
seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat
dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan ke Luar negeri (cabang).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Menurut undang – undang no 10 tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
10
b. Bank milik Swasta Nasional
Bank milik swasta nasional yaitu bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya
milik swasta nasional. Akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitupun
dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta.
c. Bank milik Koperasi
Bank milik koperasi adalah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank milik Asing
Bank milik Asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik
swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya pun jelas dimiliki oleh pihak
asing (luar negeri).
e. Bank milik Campuran
Bank milik campuran adalah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak
asing dan pihak swasta nasional. Namun kepemilikan sahamnya mayoritas dipegang
oleh warga negara Indonesia.
3. Jenis Bank dari segi target pasar
Menurut I Gusti, dkk (2014:15) jenis bank berdasarkan target pasarnya dapat
digolongkan menjadi:
a. Retail Bank
Retail bank memiliki fokus pelayanan dan transaksi kepada nasabah – nasabah retail,
yaitu nasabah individual, perusahaan dan lembaga lain yang skalanya kecil,
b. Corporate Bank
Corporate bank memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah – nasabah
yang berskala besar.
c. Retail – Corporate Bank
Bank ini memberikan pelayanan tidak hanya kepada nasabah retail tetapi nasabah
korporasi juga.
11
D. Produk Bank
Produk bank pada dasarnya terdiri atas dua bentuk diantaranya adalah simpanan
dan juga pinjaman. Tetapi, bank juga memberikan layanan lain. Berikut ini
penjelasannya.
12
melakukan investasi atau penanaman modal. Kredit ini memiliki jangka
waktu yang relatif panjang yaitu di atas satu tahun.
● Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Kredit
jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak lebih dari satu tahun.
● Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang
dalam rangka memperlancar kegiatan perdagangannya.
● Kredit Produktif
Kredit produktif yaitu kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja, atau
perdagangan. Kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga
pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.
● Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi misalnya keperluan
konsumsi.
● Kredit Profesi
Kredit profesi merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan
profesional seperti dosen, dokter, atau pengacara, dll.
c. Produk Lain yang Ditawarkan Kepada Nasabah
● Kiriman Uang (Transfer)
Transfer adalah jasa pengiriman lewat bank. Pengiriman uang dapat
dilakukan pada bank yang sama atau bank yang berlainan.
● Kliring (Clearing)
Clearing yaitu penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet
giro) yang berasal dari dalam kota.
● Inkaso (Collection)
Inkaso merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet
giro) yang berasal dari luar kota atau luar negeri.
● Safe Deposit Box
Jasa pelayanan ini memberikan layanan penyewaan kotak pengaman tempat
menyimpan surat-surat berharga atau barang-barang berharga milik nasabah.
13
● Bank Garansi
Bank garansi merupakan jaminan bank yang diberikan kepada nasabah
dalam rangka membiayai suatu usaha. Dengan jaminan bank ini si pengusaha
memperoleh fasilitas untuk melaksanakan kegiatannya dengan pihak lain.
● Letter of Credit (L/C)
L/C merupakan surat kredit yang diberikan kepada para eksportir dan
importir yang digunakan untuk melakukan pembayaran atas transaksi
ekspor-impor yang mereka lakukan.
● Menerima setoran-setoran
Dalam hal ini bank membantu nasabahnya dalam rangka menampung
setoran dari berbagai tempat antara lain: pembayaran pajak, pembayaran
telepon, pembayaran air, pembayaran listrik, pembayaran uang kuliah.
14
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah BRI
Pada tahun 1992, BRI berubah status hukum menjadi PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta, pada 10 November 2003 dengan kode saham BBRI.
Pada tahun 2007, BRI mengambil langkah strategis dengan mengakuisisi Bank Jasa Artha
(BJA), kemudian diubah menjadi PT Bank BRIsyariah. Unit Usaha Syariah milik BRI
kemudian dipisahkan dari BRI dan digabung dengan PT Bank BRIsyariah (BRIsyariah)
pada 1 Januari 2009 dan kemudian pada 3 Maret 2011 BRI mengakuisisi saham PT Agro
Niaga Tbk dari Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun).
Dari awal berdiri, BRI konsisten fokus pada segmen usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM), serta menjadi pelopor microfinance di Indonesia. Komitmen ini
tetap dijaga sampai saat ini dan dengan dukungan pengalaman memberikan layanan
perbankan terutama di segmen UMKM, BRI mampu mencatat prestasi sebagai bank
dengan laba terbesar selama 15 tahun berturut-turut. Keberhasilan ini adalah buah kerja
keras seluruh insan BRI yang tak pernah berhenti berinovasi dan terus mengembangkan
produk dan layanan perbankan bagi semua segmen bisnis. Dengan berinovasi, BRI
mampu merespon setiap perkembangan yang terjadi di masyarakat dan dunia bisnis.
Salah satunya adalah perkembangan teknologi. BRI menjadi yang pertama dalam
15
menyediakan layanan self-service banking di Indonesia melalui BRI Hybrid Banking
pada tahun 2013.
Layanan perbankan berbasis teknologi juga dibawa oleh BRI sampai ke pelosok
negeri. Pada tahun 2015, BRI meluncurkan Teras BRI Kapal, layanan perbankan pertama
di dunia yang ada di atas laut. Kemudian pada 18 Juni 2016 pukul 18.38 waktu Kourou,
Guyana Prancis, BRI meluncurkan BRIsat. Ini menjadikan BRI bank pertama di dunia
yang memiliki dan mengoperasikan satelit sendiri. Pengadaan satelit ini adalah bagian
dari rencana strategis BRI untuk memperkuat infrastruktur penunjang layanan digital
masa depan, yang bisa membawa teknologi perbankan berkualitas dari pusat kota sampai
ke pelosok.
Dalam rangka memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah, BRI memiliki ATM
hingga 19.184 unit, jumlah mesin EDC sebanyak 204.386 unit, serta jumlah mesin CRM
sebanyak 3.809 unit, termasuk 422.160 agen BRILink. Jaringan e-channel yang tersebar
di seluruh Indonesia menjadi bukti konsistensi BRI dalam menjangkau yang tidak
terjangkau. Perluasan jaringan akan terus dilakukan. Untuk memperkuat eksistensi bisnis
di kancah global, BRI membuka unit kerja di luar negeri. Di tahun 2015 BRI membuka
kantor di Singapura. Sebelumnya telah berdiri unit kerja di beberapa negara lain seperti
BRI New York Agency, BRI Cayman Island Branch, Hong Kong Representative Office,
dan BRI Remittance Hong Kong. Pada tahun 2017, BRI membuka unit kerja di Timor
Leste.
16
proses tersebut, PT BTMU BRI Finance kemudian berganti nama menjadi PT BRI
Multifinance Indonesia.
Setiap langkah korporasi dan rencana kerja yang dijalankan adalah bagian dari
upaya memberikan layanan perbankan yang lengkap bagi para nasabah, terutama sektor
UMKM. Dengan kehadiran BRisat, BRI dapat memaksimalkan layanan digital banking.
Berbagai inisiatif digital bagi UMKM mulai beroperasi di tahun 2016, mulai dari
pembangunan Teras BRI Digital, pengembangan e-Pasar, sampai pembukaan co-working
space. Ini berlanjut pada tahun 2018 dengan meluncurkan Indonesia Mall dan
mengadakan Cowork Festival. Semua inisiatif dilakukan untuk menciptakan UMKM
yang unggul di era ekonomi digital.
Dan pada tahun 2017 BRI resmi meluncurkan Teras BRI Kapal Bahtera Seva II
dan Teras BRI Kapal Bahtera Seva III untuk menjangkau masyarakat pesisir di kepulauan
Labuan Bajo dan Halmahera. Pada 18 Oktober 2017 BRI mengadakan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan yang telah menyetujui pemecahan
nilai nominal saham (stock split) dari semula Rp250 per saham menjadi Rp50 per saham
(Rasio 1:5) dan mulai diperdagangkan pada perayaan 14 Tahun Saham BRI melantai di
bursa yakni tanggal 10 November 2017.
17
juga meresmikan BRI Institute sebagai salah satu wujud nyata Bank BRI dalam
membangun kapasitas nasional atau national capacity building di segmen UMKM.
Bank BRI memiliki visi dan misi yang membantu perusahaan untuk tetap fokus
dalam meraih pencapaian untuk keberhasilan. Visi dan misi ini membantu Bank BRI
untuk selalu berupaya mencapai idealisme dengan mengingatkan manajemen serta
karyawan bahwa mereka bekerja sama demi tujuan yang sama, yang menjadi
sumbangan untuk keberhasilan jangka panjang Perusahaan.
● Visi BRI
The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia and Champion of Financial
Inclusion.
● Misi BRI
1. Memberikan yang terbaik
Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan
kepada segmen mikro, kecil, dan menengah untuk menunjang peningkatan
ekonomi masyarakat.
2. Menyediakan pelayanan yang prima
Memberikan pelayanan prima dengan fokus kepada nasabah melalui sumber
daya manusia yang profesional dan memiliki budaya berbasis kinerja
(performance-driven culture), teknologi informasi yang handal dan future
ready, serta jaringan kerja konvensional maupun digital yang produktif dengan
menerapkan prinsip operational and risk management excellence.
3. Bekerja dengan optimal dan baik
Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak – pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dengan memperhatikan prinsip keuangan
berkelanjutan dan praktik Good Corporate Governance yang sangat baik.
● AKHLAK
AKHLAK merupakan nilai – nilai utama Sumber Daya Manusia dalam lingkup
18
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai identitas dan perekat budaya kerja
untuk meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dan menjadi pondasi Corporate
Culture (Budaya Perusahaan) BRI. AKHLAK terdiri dari dari 6 kata kunci yaitu :
Amanah; Kompeten; Harmonis; Loyal; Adaptif; Kolaboratif
● BRILiaN (BRI dengan Lima Nilai)
BRILian memiliki kepanjangan BRI dengan Lima Nilai yang merupakan prinsip –
prinsip yang diyakini oleh insan BRILiaN dalam bersikap dan berperilaku. Bank
BRI menerapkan nilai – nilai perusahaan yang menjadi landasan berpikir, bertindak,
serta berperilaku bagi insan pekerja yang bernaung di bawahnya. Lima Nilai
tersebut terdiri dari Integrity, Professionalism, Trust, Innovation & Customer
Centric. Implementasi nilai – nilai budaya kerja Bank BRI secara komprehensif
selanjutnya dapat mengantarkan Bank BRI dalam meraih cita – cita sesuai dengan
visi dan misi perusahaan serta prinsip – prinsip Good Corporate Governance.
Procurement and Logistic Operation Division (PLO Division) adalah unit kerja
yang bertanggung jawab dan berwenang untuk melaksanakan pengelolaan aktiva tetap
dan logistik di BRI. Procurement and Logistic Operation Division berada di bawah
Fixed Assets Management & Procurement Policy Directorate yang menitikberatkan
pada penyelenggaraan operasional pengadaan barang dan jasa di BRI yang merupakan
fungsi pendukung bisnis PT. Bank Rakyat Indonesia.
Fixed Assets Management & Procurement Policy Directorate terdiri dari Fixed
Assets Management & Procurement Policy Division dan Procurement & Logistic
Operation Division. PLO Division yang melakukan segala kegiatan untuk mendapatkan
barang dan jasa yang dilakukan oleh BRI selaku Badan usaha Milik Negara.
Proses pengadaan dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai dengan serah
terima hasil pekerjaan yang mana pembiayaannya dari Anggaran BRI. Dalam proses
pengadaan barang dan jasa Direktorat FAMP membuat framework roadmap dan arah
pengembangan terstruktur dan sistematis di bidang pengelolaan aset tetap dan
pengadaan untuk jangka waktu 2021-2025. Penyelenggaraan tugas manajemen aset
menerapkan konsep supply chain management yang terintegrasi dan terpadu melalui
19
FAMP Cycle Process yang terdiri atas :
a) Planning
Penerapan strategi pengelolaan fixed assets, procurement and support & services.
b) Requirement
Analisis kebutuhan berdasarkan skala prioritas, sumber dana, asas manfaat
kewajaran harga dan kualitas.
c) Financing
Perizinan jenis dan sumber dana serta strategi pendanaan.
d) Procurement
Pemenuhan kebutuhan barang/jasa sesuai perencanaan dan sumber pendanaan.
e) Distribution
Pengantaran dan pendistribusian barang.
f) Payment Services
Layanan pembayaran dan persetujuan fiat bayar.
g) Insurance
Penutupan risiko kerugian aktiva tetap, termasuk aktiva tetap dalam pengiriman
atau dalam proses pengerjaan.
h) Maintenance
Mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil aktiva tetap.
i) Optimization
Legalitas, inventarisasi, optimasi pemanfaatan dan penghapusbukuan aktiva tetap.
Ruang Lingkup PLO Division mendasari pada Kebijakan Aktiva Tetap dan
Logistik (KATALOG) maka PLO Division memiliki ruang lingkup sebagai berikut :
- Melaksanakan pengadaan barang atau jasa sebagaimana telah diatur dalam
ketentuan internal perusahaan yang tercantum dalam Kebijakan Aktiva Tetap dan
Logistik.
- Melaksanakan pengadaan barang dan jasa yang bersifat spesifik sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dan penyesuaian dengan hierarki kebijakan dan prosedur
perusahaan serta tetap mengacu pada prinsip pengelolaan pengadaan barang dan
jasa.
20
- Melaksanakan pengadaan barang dan jasa dengan memperhatikan prinsip good
corporate governance serta senantiasa melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kebijakan serta efektivitas proses pengadaan.
- Melaksanakan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan dengan memperhatikan
prinsip pengadaan yang terdiri dari :
❖ Efisien yaitu pengadaan harus mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik
dalam waktu yang cepat dengan menggunakan dana dan daya kemampuan
seminimal mungkin secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada harga
terendah.
❖ Efektif adalah pengadaan sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan
memberikan manfaat yang sebesar – besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan.
❖ Kompetitif yaitu pengadaan terbuka bagi penyedia barang dan/atau jasa yang
memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.
❖ Transparan yaitu semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan termasuk
syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi,
penetapan calon penyedia barang dan/atau jasa, sifatnya terbuka bagi peserta
penyedia barang dan/atau jasa yang berminat.
❖ Adil dan Wajar yaitu memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang dan jasa yang memenuhi syarat.
❖ Akuntabel yaitu harus mencapai sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga menjauhkan dari potensi penyalahgunaan dan penyimpangan.
❖ Standarisasi Barang dan Jasa yaitu pengadaan diadakan mengacu pada pedoman
standarisasi barang dan atau jasa yang sudah digunakan oleh bank/perusahaan.
❖ Sentralisasi yaitu pengadaan barang dan jasa dilaksanakan oleh Divisi
Manajemen Aktiva Tetap dan Logistik apabila dilaksanakan oleh unit kerja lain,
maka harus memperoleh izin prinsip dari Pejabat yang berwenang.
❖ Desentralisasi yaitu pengadaan barang dan jasa dapat dilimpahkan kepada unit
kerja selain Divisi Manajemen Aktiva Tetap dan Logistik sampai pada batas
kewenangan yang diberikan. Pelampauan harus dimintakan persetujuan kepada
Pejabat yang memiliki kewenangan yang lebih tinggi.
21
❖ Ditentukan dalam RKAP dalam hal pengadaan barang dan jasa dapat
dilimpahkan kepada unit kerja selain Procurement and Logistic Operation
Division sampai pada batas kewenangan yang diberikan. Pelampauan harus
dimintakan persetujuan kepada Pejabat yang memiliki kewenangan yang lebih
tinggi.
Procurement and Logistic Operation Division (PLO) adalah salah satu divisi di
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang berada dibawah Direktorat Fixed Assets
and Management Procurement. PLO Division sendiri memiliki tanggung jawab atas
Pengadaan Gedung & Konstruksi oleh Department Building & Construction
Procurement (BCP), Pengadaan IT, Barang dan Jasa oleh Department IT, Goods &
Services Procurement (IGP), serta Layanan Pembayaran & Sewa/Pembelian Properti
dan administrasi dokumen Surat Perintah Kerja (SPK) serta pembuatan dokumen
Perjanjian Kerja Sama oleh Department Payment Service & Rental Purchase (PSR).
Dimana di dalamnya termasuk perencanaan dan pengawasan
PLO Division memiliki visi untuk menopang bisnis BRI secara efektif dan
efisien dengan melakukan perencanaan yang terintegrasi, mencapai target dengan tepat
waktu. Selain itu, PLO Division juga menyediakan dukungan terhadap operasional BRI
serta performance bisnis BRI secara umum. PLO Division sering berhubungan dengan
vendor terutama yang berkaitan dengan bagian-bagian pengadaan yang ada di PLO
Division yang meliputi, PTB, PTR, PTF, PTT, PTG, PTS, Payment Service Group,
Rental Team dan Legal and Risk Procurement Team.
Legal and Risk Procurement Team merupakan sebuah tim yang berada di bawah
naungan Payment Service & Rental/Purchase Property Departement, dimana jobdesk
utama yang diberikan oleh Team Leader kepada penulis yaitu membantu pekerjaan di
bagian Procurement Center guna mengadministrasi dokumen legalitas pengadaan
barang dan jasa berupa Surat Perintah Kerja (SPK) beserta persyaratan-persyaratannya
yang meliputi dokumen Self Assessment TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negri),
Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan (Bank Guarantee/Surrety Bond), Pakta Integritas dan
Kartu Identitas pihak terkait. Dokumen-dokumen tersebut harus lengkap dan sesuai
22
aturan legalitas ketika diserahterimakan, karena akan menjadi salah satu persyaratan
awal dalam proses selanjutnya yaitu proses invoice/penagihan ke bagian Payment
Service Group/pembayaran.
Selain jobdesk di atas, terdapat beberapa jobdesk di tim ini diantaranya,
memonitoring jatuh tempo Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan guna memitigasi resiko
wanprestasi oleh pihak vendor, membuat dokumen Perjanjian Kerja Sama antara Pihak
BRI dengan Vendor terkait pengadaan barang maupun jasa, dan mengarsip dokumen-
dokumen dari tim pengadaan serta dari tim pembayaran.
23
E. Struktur Organisasi Unit Kerja Penempatan
Berikut ini adalah struktur organisasi dari unit kerja penempatan penulis:
24
BAB III
KEGIATAN INTERNSHIP
25
Tabel 3.1 Detail Aktivitas Kegiatan Internship
AKTIVITAS DETAIL AKTIVITAS
26
terkait Pengadaan Barang/Jasa Kemenkumham dari masing-masing Akta dan
yang bernilai di atas 1 Milyar. Surat Kuasa sebagai dasar pembuatan paragraf
Kerja.
pengadaan.
27
Asitensi dalam mengarsip Melakukan pengecekan kelengkapan dokumen
lanjuti.
Aktifitas yang dilakukan oleh penulis selama internship di Legal & Risk
Proocurement Team berdasarkan latar belakang bidang studi keilmuan yang
ditempuh oleh penulis yakni Jurusan Ilmu Ekonomi dengan konsentrasi jurusan
Ekonomi Syariah terdapat beberapa kesesuaian. Meskipun kesesuaian tersebut
tidak bersifat spesifik, namun secara implisit kegiatan yang dilakukan oleh penulis
sesuai jobdesk yang diberikan selama kegiatan internship sangat
mengimplementasikan nilai-nilai dari bidang studi konsentrasi yang penulis
tempuh. Secara global kegiatan yang dilakukan penulis mulai dari pengecekan
28
dokumen yang harus disesuaikan dengan aturan hukum, pembuatan perjanjian
kerjasama yang melibatkan pihak-pihak yang bersangkutan guna tercapai
kesepahaman, monitoring jatuh tempo jaminan pelaksanaan untuk memitigasi
terjadinya wanprestasi yang dapat merugikan para pihak dan pengarsipan dokumen
agar informasi dapat terpelihara denga baik merupakan implementasi dari prinsip
maslahah atau kebermanfaatan guna menghindari kerugian baik pribadi maupun
kelompok. Prinsip maslahah sendiri merupakan esensi dari maqashid syariah yang
merupakan tujuan dari bidang studi Ekonomi Syariah.
Selanjutnya jika ditinjau dari salah satu bidang keilmuan yang pernah dipelajari
penulis yakni Aspek Hukum dalam Islam dimana hukum sendiri dipahami sebagai
seperangkat aturan yang memiliki sanksi serta dibuat oleh penguasa agar terwujud
kedamaian dan keselarasan di antara para pihak yang bersangkutan. Dalam hal ini
penulis mengkontekstualkan dalam kegiatan mengawasi kepatuhan vendor perihal
menjalankan Surat Perintah Kerja. Adanya pemeriksaan dokumen yang telah
disubmit oleh vendor apabila tidak sesuai dengan peraturan dan ketentuan, maka
akan tetap ditolak. Hal ini bertujuan untuk menghindari resiko terjadinya
kegagalan vendor pada proses selanjutnya yakni pada tahap invoice atau
penagihan. Dengan begitu upaya ini pada dasarnya akan mendatangkan
kebermanfaatan baik untuk vendor maupun BRI. Menaati peraturan maupun
ketentuan telah disyariatkan juga dalam salah satu hadits Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan Turmudzi, yang artinya:
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa menaati aturan sangatlah penting,
karena pada dasarnya segala aturan yang dibuat pasti memiliki manfaat bagi pihak-
pihak yang yang bersangkutan baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak
langsung.
29
Kepatuhan terhadap peraturan sendiri merupakan salah satu bentuk Etika
dalam Bisnis Islam yang merupakan salah satu bidang keilmuan yang juga pernah
ditempuh oleh penulis. Etika dalam Bisnis Islam mengajarkan tentang sikap dan
perilaku antar pihak yang bersangkutan guna mewujudkan keridhaan (saling
rela/terbuka/transparansi) antar pihak dalam menjalankan transaksi bisnis sehingga
proses transaksi bisnis dapat berjalan dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut
tentunya harus ada komunikasi dan koordinasi yang baik antar kedua belah pihak.
Dalam hal ini penulis mengkontekstualkan dalam kegiatan pembuatan dokumen
kontrak Perjanjian Kerjasama antara pihak BRI dengan vendor terkait Pengadaan
Barang/Jasa serta asistensi dalam memberikan penjelasan, informasi dan negosiasi
dengan vendor. Dalam kegiatan tersebut komunikasi dan koordinasi sangatlah
penting guna menghindari kesalahpahaman yang mungkin dapat menimbulkan
perselisihan antara pihak yang bersangkutan serta dapat menghambat proses
penyelesaian pengadaan barang/jasa yang sedang dilaksanakan.
30
BAB IV
PROJECT INTERNSHIP
A. Definisi Jaminan
Surat Jaminan atau disebut dengan Jaminan adalah jaminan tertulis yang
dikeluarkan oleh Bank Umum/ Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi/lembaga
keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan
asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia. Terkait
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, jaminan berfungsi untuk pengendalian dan
mitigasi resiko atas kemungkinan kegagalan atau terhambatnya proses pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa, baik pada tahap pemilihan Penyedia, pelaksanaan Kontrak,
dan pemeliharaan hasil pekerjaan. Jaminan dalam Pengadaan Barang/Jasa diterbitkan
dan akan dibayar oleh pihak penjamin apabila peserta Tender atau Penyedia tidak
memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pemilihan atau dokumen
Kontrak. Jaminan Pengadaan Barang/Jasa dapat berupa bank garansi atau surety bond.
Bank garansi diterbitkan oleh bank umum. Sedangkan Surety bond diterbitkan oleh
Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi/lembaga keuangan khusus yang
menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk mendorong
ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.
1. Jaminan Penawaran
31
14 (empat belas) hari kerja setelah surat perintah pencairan dari Pokja
Pemilihan/PPK/Pihak yang diberi kuasa oleh Pokja Pemilihan/PPK diterima.
Pengadaan Jasa Konsultansi tidak diperlukan adanya Jaminan Penawaran, Jaminan
Sanggah Banding, Jaminan Pelaksanaan, dan Jaminan Pemeliharaan. Jaminan dari
Bank Umum, Perusahaan Penjaminan, Perusahaan Asuransi, lembaga keuangan
khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi
untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia dapat digunakan
untuk semua jenis Jaminan. Perusahaan Penjaminan, Perusahaan Asuransi, dan
lembaga keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan,
penjaminan, dan asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia
adalah Perusahaan Penerbit Jaminan yang memiliki izin usaha dan pencatatan produk
suretyship di Otoritas Jasa Keuangan. Jaminan Penawaran diberlakukan untuk nilai
total HPS paling sedikit di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Jaminan
Penawaran besarnya antara 1% (satu persen) hingga 3% (tiga persen) dari nilai total
HPS. Untuk Pekerjaan Konstruksi terintegrasi, Jaminan Penawaran besarnya antara
1% (satu persen) hingga 3% (tiga persen) dari nilai Pagu Anggaran. Jaminan
Penawaran dikembalikan kepada Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
setelah PPK menerima Jaminan Pelaksanaan untuk penandatanganan Kontrak.
Pencairan Jaminan Penawaran dilakukan apabila penyedia tidak melaksanakan
Kontrak, tidak menyelesaikan pekerjaan, atau tidak melaksanakan kewajiban dalam
masa pemeliharaan, melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan
berdasarkan hasil audit, dan perbuatan atau tindakan pemenang pemilihan yang telah
menerima Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) yang dapat dikenakan
sanksi adalah pemenang pemilihan mengundurkan diri sebelum penandatanganan
kontrak.
2. Jaminan Pelaksanaan
32
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Jaminan Pelaksanaan tidak diperlukan,
dalam hal Pengadaan Jasa Lainnya yang aset Penyedia sudah dikuasai oleh Pengguna
atau Pengadaan Barang/Jasa melalui E-purchasing. Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan
adalah sebagai berikut: 1) Untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh
persen) sampai dengan 100% (seratus persen) dari nilai HPS, Jaminan Pelaksanaan
sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak; atau 2) Untuk nilai penawaran terkoreksi
di bawah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS, Jaminan Pelaksanaan sebesar
5% (lima persen) dari nilai total HPS. Jaminan Pelaksanaan berlaku sampai dengan
serah terima pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa Lainnya atau serah terima pertama
Pekerjaan Konstruksi. Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan untuk pekerjaan terintegrasi
adalah sebagai berikut: 1) Untuk nilai penawaran antara 80% (delapan puluh persen)
sampai dengan 100% (seratus persen) dari nilai Pagu Anggaran, Jaminan Pelaksanaan
sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak; atau 2) Untuk nilai penawaran di bawah
80% (delapan puluh persen) dari nilai Pagu Anggaran, Jaminan Pelaksanaan sebesar
5% (lima persen) dari nilai Pagu Anggaran. Pemberian kesempatan kepada Penyedia
untuk menyelesaikan pekerjaan, dimuat dalam adendum kontrak yang didalamnya
mengatur waktu penyelesaian pekerjaan, pengenaan sanksi denda keterlambatan
kepada Penyedia, dan perpanjangan Jaminan Pelaksanaan. Pencairan Jaminan
Pelaksana dilakukan apabila penyedia tidak melaksanakan Kontrak, tidak
menyelesaikan pekerjaan, atau tidak melaksanakan kewajiban dalam masa
pemeliharaan. Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa
pelaksanaan Kontrak berakhir, namun PPK menilai bahwa Penyedia mampu
menyelesaikan pekerjaan, PPK memberikan kesempatan Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan. Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan dimuat dalam adendum kontrak yang didalamnya mengatur
waktu penyelesaian pekerjaan, pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada
Penyedia, dan perpanjangan Jaminan Pelaksanaan. Pemberian kesempatan kepada
Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan, dapat melampaui Tahun Anggaran.
33
3. Jaminan Uang Muka
Jaminan Uang Muka diserahkan Penyedia kepada PPK senilai uang muka.
Nilai Jaminan Uang Muka bertahap dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan
sisa uang muka yang diterima. Jaminan Uang Muka diberikan kepada Pejabat
Penandatangan Kontrak apabila Penyedia menerima uang muka dan diserahkan
sebelum pengambilan uang muka. Nilai Jaminan Uang Muka sama dengan besarnya
uang muka yang diterima oleh Penyedia. Masa berlaku Jaminan Uang Muka sekurang-
kurangnya sejak tanggal persetujuan pemberian. PPK memberikan uang muka dengan
ketentuan bahwa uang muka tersebut digunakan untuk mobilisasi alat dan tenaga kerja,
pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material, dan/atau persiapan
teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Uang Muka
dapat diberikan kepada Penyedia sesuai ketentuan dalam Syarat Syarat Khusus
Kontrak (SSKK) untuk: 1) Mobilisasi barang/bahan/material/peralatan dan tenaga
kerja; 2) pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/bahan/material/
peralatan; dan/atau 3) pekerjaan teknis yang diperlukan untuk persiapan pelaksanaan
pekerjaan.
Besaran uang muka ditentukan dalam SSKK dan dibayar setelah Penyedia
menyerahkan Jaminan Uang Muka senilai uang muka yang diberikan. Dalam hal
Pejabat Penandatangan Kontrak menyediakan uang muka maka Penyedia harus
mengajukan permohonan pengambilan uang muka secara tertulis kepada Pejabat
Penandatangan Kontrak disertai dengan rencana penggunaan uang muka untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai Kontrak dan rencana pengembaliannya. Jaminan Uang
Muka diterbitkan oleh bank umum, perusahaan penjaminan, Perusahaan Asuransi atau
lembaga keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan,
penjaminan, dan asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia yang
memiliki izin untuk menjual produk jaminan (suretyship) ditetapkan oleh lembaga
yang berwenang. Pengembalian uang muka dapat dilakukan dengan diperhitungkan
berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan atau
34
sesuai kesepakatan yang diatur dalam kontrak dan paling lambat harus lunas pada saat
pekerjaan mencapai prestasi 100% (seratus persen).
4. Jaminan Pemeliharaan
35
dari hasil pekerjaan yang berada di lokasi pekerjaan dan telah dicantumkan Dalam
Kontrak. Ketentuan mengenai pembayaran sebelum prestasi pekerjaan dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Jaminan diserahkan oleh
peserta Tender kepada Pokja Pemilihan atau Penyedia kepada Pejabat Penandatangan
Kontrak, dan disimpan sampai masa berlaku jaminan berakhir atau apabila akan
dikembalikan kepada peserta Tender atau Penyedia. Jaminan yang dicairkan akan
disetorkan ke kas negara oleh pejabat yang berwenang. Khusus untuk jaminan
pemeliharaan, jaminan yang dicairkan dapat digunakan oleh Pejabat Penandatangan
Kontrak untuk melaksanakan perbaikan dalam masa pemeliharaan. Nilai pencairan
jaminan paling tinggi sebesar nilai jaminan. Jaminan Pengadaan dikembalikan oleh
Pokja Pemilihan atau Pejabat Penandatangan Kontrak setelah masa berlaku jaminan
habis/selesai atau tidak diperlukan lagi Dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.
36
pengertian yang diuraikan diatas, dengan demikian Bank Garansi merupakan
suatu bentuk dari perjanjian penanggungan yang diatur dalam Buku III Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dalam Pasal 1820-1850. Pasal
1820 KUHP perdata menyebutkan bahwa : ‘Penanggungan adalah suatu
perjanjian dengan nama seorang pihak ketiga guna kepentingan si berpiutang
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berhutang manakala orang ini
sendiri tak memenuhinya.’ Di dalam suatu pemberian fasilitas Bank Garansi
setidaknya terdapat 3 (tiga) pihak, yaitu : (a) Bank sebagai penjamin atau penerbit
Bank Garansi (garantor/issuer); (b) Nasabah sebagai pihak yang dijamin oleh
Bank atau terjamin (applicant); dan (3) Pihak Ketiga yang menerima jasa
penjaminan dari Bank atau penerima Jaminan (beneficiary). Penerbitan Bank
Garansi terjadi karena permohonan dari Nasabah kepada Bank, yang dilakukan
secara tertulis dengan diikuti oleh pemenuhan syarat-syarat yang telah ditentukan
sebelumnya.
Jaminan bank akan memberikan kredit tambahan, baik itu untuk pihak yang
mengajukan maupun pihak penerima.
37
Terdapat reduksi resiko, karena asuransi bank lah yang akan mengambil alih
tanggung jawab mereka secara otomatis.
Jaminan bank akan merangsang para pebisnis untuk bisa melakukan ekspansi
pada bisnis mereka karena resiko yang relatif rendah.
Meningkatkan rasa kepercayaan diri pada transaksi yang dilakukan secara
menyeluruh.
2. Surety Bond
Surety Bond adalah produk asuransi umum yang berupa Penjaminan terhadap
suatu resiko dalam bentuk perjanjian tambahan dari perjanjian pokok / kontrak
antara Pemberi Kerja / Pemilik Proyek dan Kontraktor / Pelaksana. Surety Bond
sebagai alternatif pengganti dari Bank Garansi yang berperan sebagai solusi untuk
menjamin resiko kerugian yang mungkin dialami oleh pihak Pemilik / Pemberi
Kerja dalam perjanjian/kontrak akibat wanprestasi.
Ada tiga pihak yang terlibat, pertama pihak Penerima Jaminan (Obligee), Pihak
terjamin (Principal) dan Pihak Penjamin (Surety). Obligee adalah perusahaan
Pemberi Kerja / Pemilik Proyek, Principal adalah Kontraktor / Pelaksana,
sedangkan Surety adalah Perusahaan Asuransi / Perusahaan Penjaminan.
Dalam melaksanakan suatu proyek, Pemberi Kerja / Pemilik Proyek selayaknya
memastikan bahwa Kontraktor / Pelaksana dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan kontrak. Untuk mendapatkan kepastian itu, Pemilik Proyek meminta
jaminan finansial kepada Kontraktor / Pelaksana dalam bentuk uang tunai atau asset
milik Kontraktor / Pelaksana sebesar nilai yang sudah disepakati. Pada umumnya
Kontraktor / Pelaksana mengalami kesulitan untuk menyediakan jaminan yang
diminta.
Dalam rangka mengatasi masalah beban Kontraktor / Pelaksana tersebut,
Perusahaan Asuransi / Penjaminan menerbitkan jaminan berupa Surety Bond.
Apabila kemudian hari Kontraktor / Pelaksana secara sengaja maupun tidak sengaja
melakukan wanprestasi atau cidera janji, maka jaminan dapat dicairkan oleh
Pemberi Kerja / Pemilik Proyek sesuai dengan persyaratan yang sudah disepakati.
38
Oleh karena itu Surety Bond sangat dibutuhkan dalam Perjanjian / Kontrak Kerja
antara Pemberi Kerja / Pemilik Proyek dengan Kontraktor / Pelaksana.
Keunggulan Surety Bond dibandingkan dengan Bank Garansi
1. Surety Bond pada umumnya tidak mewajibkan adanya setoran jaminan maupun
kolateral sehingga likuiditas Kontraktor / Pelaksana tidak terganggu.
2. Jangka waktu Surety Bond sesuai dengan jangka waktu perjanjian / kontrak yang
dibuat antara Pemilik Proyek / Pemberi Kerja dengan Kontraktor / Pelaksana.
3. Pada dasarnya Surety Bond bersifat “Conditional” yaitu klaim akan diselesaikan
sebesar kerugian yang diderita oleh Pemilik Proyek / Pemberi Kerja.
4. Surety Bond dapat menampung resiko dalam jumlah yang besar karena resiko
yang dijamin atas penerbitan Surety Bond tidak di tanggung sendiri oleh Pihak
Penjamin (Surety) dalam hal ini Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Penjaminan tetapi direasuransikan ke Perusahaan Reasuransi.
Mengenai mana yang lebih baik dari Surety Bond ataupun Bank
Garansi sebenarnya tidak dapat dikatakan dengan pasti. Bagi pihak yang dijamin,
surety bond sebenarnya lebih murah dan lebih mudah dimintakan penerbitannya
karena sebelum penerbitan, principal hanya perlu membayar premi setiap bulan.
Sedangkan untuk Bank Garansi, applicant harus memiliki agunan yang diserahkan
kepada bank. Misalnya applicant menyerahkan agunan berbentuk sejumlah
tabungan yang dibekukan oleh bank, berarti terdapat dana tabungan dalam jumlah
yang cukup besar yang tidak dapat ditarik dan digunakan untuk selama jangka
waktu berlakunya Bank Garansi. Hal tersebut dapat menyulitkan applicant.
Namun di sisi lain, bagi pihak yang dilindungi oleh penjaminan, Bank Garansi
bisa jadi lebih aman karena adanya ketentuan hukum yang jelas mengenai
penerbitan dan pengajuan klaimnya.
39
ini adalah rutin menghimpun data jatuh tempo Jaminan Pelaksanaan setiap
bulannya. Setelah data-data tersebut terhimpun selanjutnya membuat surat ke
masing-masing Tim Pengadaan untuk diteruskan dan ditindak lanjuti ke divisi
user. Tim Pengadaan akan berkoordinasi dengan divisi user terkait progress
pengadaan tersebut. Apabila pengadaan/pekerjaan tidak dapat terselesaikan sesuai
jangka waktu yang telah ditentukan dan ada kemungkinan keterlambatan dalam
penyelesaian pekerjaan maka Tim Pengadaan segera bersurat kepada vendor
tersebut untuk segera melakukan perpanjangan Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan.
Selain itu vendor juga dapat mengajukan pembuatan addendum Surat Perintah
Kerja ke Tim Pengadaan yang nantinya akan diberikan ke Legal & Risk
Procurement Team sebagai bukti kepatuhan terhadap aturan dan ketentuan yang
ada bahwa pengadaan/pekerjaan tersebut masih belum terselesaikan sesuai
dengan kesepakatan di awal. SPK addendum tersebut juga akan ditindak lanjuti
oleh Legal & Risk Procurement Team untuk dibuatkan addendum kontrak atau
Perjanjian Kerja Sama (PKS).
Hal tersebut sangat perlu dilakukan mengingat dalam proses pengadaan barang
dan jasa di PT Bank Bank Rakyat (Persero) Tbk pernah terjadi wanprestasi yang
dilakukan oleh pihak vendor. Kasus tersebut dalam hal pengadaan sebuah gedung
dimana pada saat itu pekerjaan belum selesai dan vendor tidak bertanggung jawab
atas pekerjaan yang diamanahkan. Meskipun proyek tersebut diasuransikan
dengan bukti adanya dokumen Jaminan Pelaksanaan Pekerjaan, namun sayangnya
pihak BRI tidak dapat melakukan klaim atas jaminan tersebut dikarenakan pihak
perusahaan asuransi mengkhawatirkan vendor tersebut tidak dapat memenuhi
tanggung jawabnya untuk membayar premi. Sehingga dalam kasus ini pihak BRI
secara tidak langsung megalami kerugian baik dalam segi finansial, waktu
maupun tenaga.
Di sisi lain adanya koordinasi dan juga pemantauan langsung terhadap suatu
kegiatan pengadaan barang/jasa juga perlu dilakukan oleh pihak divisi PLO secara
langsung. Adanya kasus tersesbut tidak menutup kemungkian terjadi karena
kurangnya koordinasi antara divisi user dengan pihak PLO. Dimana divisi user
40
yang secara langsung memantau proses pelaksanaan, namun pihak divisi PLO
sebagai pihak yang berwenang mengurus proses pelaksanaan pekerjaan justru
tidak terlibat langsung dalam pengawasan progres penyelesaian pekerjaan. Hal
inilah yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya keterlambatan perpanjangan
jaminan pelaksanaan pekerjaan dan terjadi wanprestasi.
41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Berikut beberapa saran terhadap pihak – pihak yang terkait selama pelaksanaan
kegiatan MAGENTA:
42