Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI EVIDENCE BASED PRACTICE

EFEKTIFITAS PERIANAL CARE DENGAN ASI


PADA PASIEN DIRUANG NICU RSUD DR. MOEWARDI

DISUSUN OLEH:
Sri Wahyuni S.Kep.Ns
197612232007012010

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOEWARDI SURAKARTA


2021

IMPLEMENTASI EVIDENCE BASED PRACTICE


EFEKTIFITAS PERIANAL CARE DENGAN ASI
PADA PASIEN DIRUANG NICU RSUD DR. MOEWARDI

A. PENDAHULUAN
Diaper dermatitis atau ruam popok merupakan masalah pada kulit bayi yang
berhubungan dengan adanya bahan yang iriatif terhadap kulit. Ruam popok
paling sering terjadi disebabkan karena kondisi popok yang selalu basah dan
jarang diganti (Carr et al., 2020a). World Health Organization (WHO) pada
tahun 2012 menyatakan prevalensi ruam popok mencapai 25% dari
6.840.507.000 dari bayi yang lahir di dunia, kebanyakan menderita iritasi kulit
akibat penggunaan popok. Angka paling tinggi ditemukan pada usia 6-12 bulan
(Bahruddin, 2019). Di USA terdapat sekitar 1 juta kunjungan perawatan
kesehatan untuk dermatitis popok per tahun, dengan 25% dari anak-anak berisiko
didiagnosis dengan ruam popok. Di Indonesia angka kejadian ruam popok
mencapai 7-35%, yang menimpa bayi laki-laki dan perempuan berusia di bawah
tiga tahun (Nurbaeti, 2017).
Ruam popok juga merupakan kondisi dermatologis tersering pada bayi baru
lahir yang dirawat di unit perawatan intensif neonatal (Carr et al., 2020a). Di
ruang Neonatus Intensive Care Unit (NICU) Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi, pada periode Oktober sampai Desember 2020, dari 38 bayi yang
dirawat didapatkan bayi yang mengalami ruam popok rata - rata sebesar 15,78%
(6 bayi). Pada bulan Oktober kejadian ruam popok sebesar 16,67% (2 bayi) dari
12 bayi yang dirawat, bulan November sebesar 15,38% (2 Bayi) dari 13 bayi yang
dirawat dan bulan Desember di temukan 15,38% (2 Bayi) dari 13 bayi yang
dirawat. Dari data yang ditemukan menunjukkan bahwa kejadian ruam popok di
ruang NICU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi cukup tinggi.
Penatalaksanaan ruam popook, secara farmakologis dapat diobati dan dicegah
dengan memberikan salep zinc oxide dan kortikosteroid, sedangkan terapi non
farmakologi dengan cara mengganti diapers sesuai daya tampung untuk
meminimalisir kelembaban dan gesekan kulit, memberikan olesan minyak zaitun
untuk menjaga kondisi kulit yang rusak seperti psoriaris dan eksim. Ruam popok
jarang terjadi jika menggunakan popok kain yang berjenis baik (Hapsari & Aini,
2019). Pencegahan non farmakologis lain menurut Ribas et al., (2019) dan
Farahani et al., (2013) dengan perianal care menggunakan ASI. Perianal care. ASI
memiliki khasiat penyembuhan yang terbukti bermanfaat untuk mengobati
penyakit kulit ringan dan cedera Kramer, (2010). Hal ini dikarenakan antibodi
dalam ASI dapat membunuh bakteri dan virus saat dioleskan ke area bermasalah
pada kulit. ASI sebagai bahan alami yang menghaluskan kulit bayi karena
mengandung golongan vitamin A, E, D, K dan B kompleks.
Bayi yang mengalami kerusakan integritas kulit seperti infeksi, luka tekan dan
ruam popok, akan menambah berat kondisi kesehatannya dikarenakan imunitas
bayi yang belum matang dan menambah lama hari perawatan. Kondisi demikian
akan berpengaruh pada sistim dalam keluarga, karena bayi yang dirawat di ruang
NICU menimbulkan stress berat bagi orang tua bayi (Turan et al., 2008). Selama
ini, bayi yang dirawat di ruang NICU RSUD Dr. Moewardi mendapatkan terapi
pemosisian di dalam nesting dan dilakukan penggantian diaper setiap 2 jam
sekali.
Artikel ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk memaparkan hasil
implementasi Evidence Based Practice (EBP) efektifitas perianal care dengan asi
terhadap ruam popok bayi.

B. METODE
Penerapan evidance based practice ini dilakukan di Ruang di NICU
RSUD Dr. Moewardi. Analaisis pada evidance ini menggunakan analisis PICO
(Patient Problem, Intervention, Compare and Outcome). Patient problem: Pada
pasien bayi yang dirawat diruang NICU, apakah intervensi perianal care dengan
menggunakan ASI dapat mengurangi ruam popok?; Intervention: perianal care
menggunakan ASI; Compare: mengganti diappers setiap 2 jam. Outcome : Tidak
terjadi ruam popok.
Setelah pertanyaan dirumuskan, tahap kedua dilaksanakan dengan
pencarian EBN menggunakan data base elektronik yaitu google scholar. Strategi
pencarian literatur pada evidance ini menggunakan kata kunci tunggal atau
gabungan dari perianal care, ASI, diapers dermatitis, randomized control trial.
Artikel yang ditelusuri dalam bahasa Inggris, full text, bukan case study, dan tidak
ada batasan waktu. Berdasarkan kata kunci tersebut ditemukan artikel-artikel
yang kemudian dipilih satu artikel untuk dijadikan rujukan dan beberapa artikel
lainnya sebagai pendukung.
Evidence yang diangkat dalam artikel ini adalah:
No Judul Desain Intervensi Hasil Kesimpulan

1. Assessment effect of breast Penelitian ini merupakan Ibu dalam kelompok kontrol diminta Hasil penelitian ini Menurut hasil penelitian
milk on diaper dermatitis eksperimental uji klinis untuk memandikan bayi setelah buang air menunjukkan perbedaan yang perawatan perianal menggunakan
dengan kelompok kontrol kecil atau buang air besar hanya dengan signifikan antara kelompok ASI untuk mencegah diaper
(Bahar Seifi, Sheida Jalali, dan kelompok study, air hangat, lalu mengeringkannya dan kasus dan kontrol dalam jumlah dermatitis dapat di
Mohammad Heidari) populasinya adalah bayi usia mengganti popok. Mereka dilarang untuk dan skor lesi ruam pada hari rekomendasikan.
0-12 bulan yang menderita mengoleskan perawatan topikal atau krim. pertama dan ketiga (P=0,013,
dermatitis popok di pusat P=0,005), perbedaan ini lebih
kesehatan di Teheran, Iran Pada kelompok kasus, ibu diinstruksikan signifikan pada hari kelima
untuk melakukan hal yang sama, (P=0,004 , P=0,001).
selanjutnya mereka diminta untuk
mengoleskan ASI tiga kali sehari pada
daerah yang terkena dermatitis dan
membiarkannya mengering sebelum
memakaikan kembali popok
2.
Proses selanjutnya adalah penerapan EBM yang dilakukan pada pasien
bayi baru lahir yang dirawat diruang NICU RSUD Dr. Moewardi. Responden
dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok 1 adalah responden dengan perlakuan
standar rumah sakit yaitu penggantian diapers setiap 2 jam dan kelompok kedua
adalah kelompok dengan perlakuan perianal care menggunakan ASI.
Pengamatan dilakukan selama 10 hari selama perawatan diruang NICU. Skoring
terjadinya ruam popok menggunakan Diaper Dermatitis Grading Scale (DDGS).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pasien yang dirawat diruang NICU mulai dilakukan pengamatan skor
DDGS sejak awal, kemudian dilakukan tindakan sesuai dengan pembagiannya.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan data skor DDGS sebagai berikut:
Tabel 1. Skor DDGS
Pasien Yang Dilakukan Penggantian Diapers Tiap 2 Jam
DDGS
RESPONDE PRE POST
N
Eritema Papula Erosi SKOR Eritema Papula Erosi SKOR
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 2 0 1 3
3 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 1 0 1 2
7 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 1 0 1
10 0 0 0 0 2 0 0 0

Dari 10 pasien yang dilakukan perawatan dengan penggantian diapers tiap


2 jam didapatkan hasil sebelum pengamatan semua skor DDGS adalah 0 artinya
tidak ada yang mengalami ruam popok, setelah 10 hari perawatan terdapat 2
pasien yang skor DDGS nya naik menjadi masing – masing 2 dan 3, artinya
pasien ini mengalami ruam popok. Berdasarkan kriteria DDGS, derajat ruam
popok yang terjadi pada pasien tersebut 1 pasien derajat ringan, 1 pasien derajat
sedang dan 1 orang pasien mengalami ruam popok derajat berat.
Tabel 2. Skor DDGS
Pasien Yang Dilakukan Perianal Care Menggunakan Asi
DDGS
RESPONDEN PRE POST
Eritema Papula Erosi SKOR Eritema Papula Erosi SKOR
1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0

Pada pasien yang dilakukan perianal care menggunakan ASI, skor DDGS
sebelum dan sesudah pengamatan adalah 0, artinya pasien yang diberikan
perawatan perianal menggunakan ASI tidak mengalami ruam popok.
Penggantian diapers tiap 2 jam dan perawatan perianal menggunakan ASI
tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya ruam popok. Berdasarkan pada data
tersebut didapatkan bahwa pasien yang dilakukan penggantian diapers tiap 2 jam
masih ada yang mengalami ruam popok pada derajat ringan, sedang dan berat.
Sedangkan pasien yang dilakukan perawatan perianal menggunakan ASI tidak
mengalami ruam popok.
Ruam popok atau biasa disebut diaper dermatitis atau nappy dermatitis
merupakan istilah umum yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu reaksi
inflamasi pada kulit yang biasa terjadi akibat faktor iritan dalam area diaper,
antara lain urin, feses, kelembaban dan gesekan (Blume-Peytavi et al., 2016);
(Carr et al., 2020); (Stamatas & Tierney, 2014). Diaper dermatitis terlihat
sebagai radang/infeksi kulit disekitar area popok seperti paha dan pantat pada
bayi, yang umumnya dikarenakan terpaparnya kulit bayi pada zat amonia yang
terkandung dalam urin atau feces bayi dalam jangka waktu yang lama.
Degradasi fisik lapisan epidermis yang disebabkan oleh paparan kotoran,
kelembaban, dan gesekan secara langsung berkontribusi pada terjadinya diapers
dermatitis. Selanjutnya, penurunan keasaman kulit (pH) dikaitkan dengan
penurunan integritas penghalang epidermis, penurunan pertahanan antimikroba,
dan peningkatan peradangan (Seifi et.al., 2017). Diapers dermatitis menyebabkan
ketidaknyamanan yang signifikan bagi bayi dan merupakan penderitaan bagi
orang tua dan pengasuh.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan fungsional paling penting dengan
manfaat gizi dan kesehatan untuk neonatus dan bayi. ASI memiliki sifat
imunologis yang kuat, melindungi bayi dari penyakit pernapasan, infeksi telinga
tengah, dan penyakit gastrointestinal. Sekarang diakui bahwa ASI memiliki
dampak kesehatan yang seumur hidup, dengan menyusui menunjukkan efek
perlindungan terhadap diabetes mellitus, obesitas, hiperlipidemia, hipertensi,
penyakit kardiovaskular, autoimunitas, dan asma. ASI memberikan nutrisi
lengkap kepada anak tetapi juga merupakan obat terapi populer yang telah
digunakan dalam farmakope tradisional, alami, dan etnomedis selama bertahun-
tahun (Witkowska Malgorzata –Zimny, 2019).
Seifi et.al. (2017) melakukan percobaan secara random untuk menilai
dampak ASI pada Diaper Dermatitis dengan merekrut 30 neonatus berusia 0-12
bulan. Mengaplikasikan ASI pada kulit setiap hari menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara ASI dan kelompok kontrol pada hari ketiga (P 0,004).
Gozen et al. (2014) juga membandingkan ASI dan krim cream (zinc oxide
40%; cod liver oil) pada 63 neonatus. Meskipun tidak ada perbedaan signifikan
yang ditemukan antara dua kelompok dalam hal panjang pemulihan Diaper
Dermatitis (P 0,294), penyembuhan luka yang secara signifikan lebih tinggi
ditemukan pada pasien yang menggunakan ASI daripada kelompok krim
penghalang (zinc oxide 40%; cod liver oil).
Studi menunjukkan bahwa kandungan berbagai vitamin dan mineral
dalam ASI membuat kulit menjadi lebih lembut, halus, mencegah kekeringan dan
mencegah kerapuhan, sehingga dapat mencegah penetrasi mikroorganisme asing
melalui kulit. ASI memiliki asam laktat dan asam lemak yang memiliki sifat
hidrofobik mencegah penetrasi kulit dan kerusakan yang disebabkan oleh urea
dan enzim dalam tinja dan urin (Amiri-Farahani Leila, 2020). Penemuan growth
factors, sitokin, dan populasi sel yang heterogen termasuk sel punca, bakteri
probiotik, dan kompleks HAMLET (alfa-laktalbumin manusia yang mematikan
sel tumor) dalam ASI telah menyebabkan para peneliti meningkatkan minat
terhadap ASI sebagai obat alami (Witkowska Malgorzata –Zimny, 2019).
Penggunaan ASI untuk berbagai jenis luka telah dikenal selama beberapa
dekade di beberapa negara. Beberapa efek menguntungkan dari ASI dalam
menghadapi peradangan yang mengancam pada ibu dan bayi mungkin terkait
dengan faktor biologis aktif termasuk faktor pertumbuhan seperti epidermal
growth factors (EGF) dan insulin-like growth factors (IGF) dan protein CD14
serta adipokin dan sitokin inflamasi (Gila-Diaz, 2019). Growth factors merupakan
elemen yang diperlukan untuk mengaktifkan proses granulasi (fase inflamasi) dan
epitelisasi (fase proliferasi), sebagai fase yang diperlukan untuk penyembuhan
luka. IGF-1 sebagai faktor pertumbuhan independen yang unik memiliki fitur
anabolik yang membantu meringankan cedera kulit atau mukosa dan juga
mengurangi proses katabolisme (Amiri-Farahani Leila, 2020).

D. KESIMPULAN
Penatalaksanaan dengan perianal care menggunakan asi yang dilakukan
setiap hari mampu mencegah terjadinya diapers dermatitis pada pasien bayi yang
dirawat diruang NICU. Dermatitis popok adalah kondisi stres bagi bayi yang
terkena dan pengasuh mereka. ASI bisa menjadi obat yang efektif, aman dan
nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Amiri-Farahani, L., Sharifi-Heris, Z., & Mojab, F. (2020). The Anti-Inflammatory


Properties of the Topical Application of Human Milk in Dermal and Optical
Diseases. Evidence-based complementary and alternative medicine : eCAM,
2020, 4578153. https://doi.org/10.1155/2020/4578153
Blume-Peytavi, U., Lavender, T., Jenerowicz, D., Ryumina, I., Stalder, J. F., Torrelo,
A., & Cork, M. J. (2016). Recommendations from a European Roundtable
Meeting on Best Practice Healthy Infant Skin Care. Pediatric Dermatology,
33(3), 311–321. https://doi.org/10.1111/pde.12819
Carr, A. N., DeWitt, T., Cork, M. J., Eichenfield, L. F., Fölster-Holst, R., Hohl, D.,
Lane, A. T., Paller, A., Pickering, L., Taieb, A., Cui, T. Y., Xu, Z. G., Wang,
X., Brink, S., Niu, Y., Ogle, J., Odio, M., & Gibb, R. D. (2020). Diaper
dermatitis prevalence and severity: Global perspective on the impact of
caregiver behavior. Pediatric Dermatology, 37(1), 130–136.
https://doi.org/10.1111/pde.14047
Gila-Diaz, A., Arribas, S. M., Algara, A., Martín-Cabrejas, M. A., López de Pablo, Á.
L., Sáenz de Pipaón, M., & Ramiro-Cortijo, D. (2019). A Review of Bioactive
Factors in Human Breastmilk: A Focus on Prematurity. Nutrients, 11(6),
1307. https://doi.org/10.3390/nu11061307
Gozen, D., Caglar, S., Bayraktar, S., & Atici, F. (2014). Diaper dermatitis care of
newborns human breast milk or barrier cream. Journal of clinical nursing,
23(3-4), 515–523. https://doi.org/10.1111/jocn.12047
Seifi, B., Jalali, S., & Heidari, M. (2017). Assessment Effect of Breast Milk on
Diaper Dermatitis. Dermatology reports, 9(1), 7044.
https://doi.org/10.4081/dr.2017.7044
Stamatas, G. N., & Tierney, N. K. (2014). Diaper dermatitis: Etiology,
manifestations, prevention, and management. Pediatric Dermatology, 31(1),
1–7. https://doi.org/10.1111/pde.12245
Witkowska-Zimny, M., Kamińska-El-Hassan, E., & Wróbel, E. (2019). Milk
Therapy: Unexpected Uses for Human Breast Milk. Nutrients, 11(5), 944.
https://doi.org/10.3390/nu11050944

Anda mungkin juga menyukai