Disusun Oleh:
Kelompok IV (4)
1. Berlin Anugie .V (2108016213)
2. Muhammad Dodi Oktafianur (2108016208)
3. Muhammad Wendy Alpianur (2108016214)
4. Ronggo Warsito (2108016229)
5. Vitran Aldrisch Anggalo (2108016230)
6. Mahatir Ahmad Madika (2108016233)
7. Yuna Salsabila (2108016234)
8. Tiara Putri Azizah (2108016236)
9. Muhammad Zacky Umar . (2108016244)
10. Rachma Arrini Aprilia Putri (2108016245)
11. Muhammad Raihan .L (2108016247)
12. Varisha Rismana (2108016250)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, tim penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena dengan bantuan dan berkah-Nya penulis dapta mengerjakan atau menulis
makalah yang berjudul “Hubungan Antropologi Hukum dengan Etnologi/Etnografi”. Tak
lupa juga kami telah memberikan rasa terima kasih kami kepada Bapak Aryo Subroto sebagai
dosen pengampu mata kuliah Antropologi Hukum karena telah mengajar, membimbing dan
memberikan tugas ini dengan tujuan memperdalam wawasan kami mengenai hubungan
antara Antropologi Hukum dengan Etnologi.
Dengan tertulisnya makalah ini, tim penulis mengharapkan agar makalah ini dapat
berguna bagi tim penulis dan manusia-manusia lainnya, dan dengan makalah ini juga, kami
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan manusia-manusia lain mengenai
Antropologi Hukum dengan Etnologi/Etnografi.
2
DAFTAR ISI
Cover/ Judul.................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................6
BAB III PEMBAHASAN............................................................................7
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang sosial dan sangat dinamis. Manusia hidup
dengan cara bersosial, yang di mana dalam kelompok masyarakat sosial terdiri dari beberapa
orang. Masing-masing masyarakat sosial memiliki cara mereka untuk hidup, ini dapat
disebabkan oleh perselisihan pemikiran dan kondisi geografi yang menyebabkan manusia
perlu menyiapkan atau menyesuaikan cara hidup mereka pada belahan bumi yang berbeda.
Pada sebuah negara, terdapat sekali banyak suku-suku bangsa atau etnis. Suku-suku
bangsa ini dapat berperan sebagai identitas dari sebuah negara karena dari etnis tersebutlah
mengeluarkan ciri-ciri atau kekhasan mereka masing-masing, contohnya di Indonesia.
Terdapat banyak sekali suku-suku bangsa seperti manusia dari suku Banjar, Kaili, Jawa,
Dayak, dan banyak lagi suku-suku bangsa atau etnisitas yang terdapat di Indonesia.
Suku-suku yang telah disebutkan tadi tentunya memiliki cara hidup yang berbeda-
beda karena nene moyang mereka atau leluhur mereka terdahulu memiliki perbedaan
pemikiran dan letak geografis yang berbeda. Sehingga para leluhur mereka bila diasumsikan
memisahkan diri dari beberapa manusia atau sekelompoknya agar tidak ada benturan
kepentingan dan menciptakan kelompok masyarakat yang berbentuk suku adat. Bila
dipandang secara filosofis, mengapa para nene moyang atau leluhur dari masing-masing suku
bangsa atau adat memisahkan diri dari kelompok manusia yang lainnya ini merupakan upaya
menghindari benturan kepentingan dan menghindari konflik antar kelompok manusia agar
tercipta kedamaian antar kelompok manusia dan menjadikan suku adat tersebut menjadi
identitas bahwa ia dari suku ini atau itu.
Selain daripada pemaparan di atas, pada zaman sekarang mengkaji sebuah suku
bangsa atau pengkajian Etnologi/etnografi di suatu negara memiliki kepentingan sangat
urgen. Alasan yang menjadikan pengkajian terhadap etnologi/etnografis itu sangat penting
karena agar dapat melestarikan hal-hal yang dihasilkan dari sebuah atau beberapa suku
bangsa, alasan yang lain adalah agar kita dapat memahami sudut pandang-sudut pandang dari
masing-masing suku bangsa.
4
Antropologi hukum kemudian hadir untuk mengkaji tentang sudut pandang-sudut
pandang dari masing-masing suku adat atau suku bangsa. Antropologi hukum mengkaji
bagaimana nilai yang dihasilkan dari hukum adat yang mereka buat, aturan-aturan yang
mereka buat dan tertibkan. Antropologi hukum sangat berguna. Ketika ada perkara yang
melibatkan satu suku bangsa dengan satu suku bangsa yang lainnya, di situlah kemudian
antropologi hukum perannya aktif dalam menyelesaikan misalnya sengketa pertanahan
masyarakat hukum suku adat atau perkara antara satu suku bangsa terhadap suku adat
lainnya.
1.3 Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
BAB III
PEMBAHASAN
Etnografi berasal dari 2 kata yaitu ethnos yang berarti rakyat dan juga graphia yang
berarti tulisan/gambaran. Etnografi adalah suatu tulisan yang menggambarkan suatu
masyarakat, kelompok atau kehidupan manusia. Etnografi adalah salah satu metode yang
sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang
sosiologi. Etnografi juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari
masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan
tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka.
a. memberikan sumbangan secara langsung dalam bentuk deskripsi dan penjelasan mengenai
keteraturan dan evaluasi dalam tingkah laku sosial manusia
c. menjelaskan bahwa setiap kebudayaan memiliki cara tersendiri untuk melihat dunia
f. menjelaskan bahwa kebudayaan mengandung berbagai asumsi mengenai sifat dasar realitas
dan juga informasi yang spesifik mengenai realitas itu
h. sebagai gambaran untuk menunjukkan sifat dasar ikatan budaya teori-teori ilmu sosial
Etnologi merupakan ilmu bagian dari antropologi budaya yang mencoba menelusuri
asas-asas manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meneliti seperangkat pola
kebudayaan suku bangsa yang menyebar diseluruh dunia. ada beberapa objek yang menjadi
kajian etnologi yaitu:
Etnologi merupakan Cabang antropologi budaya yang mempelajari berbagai suku bangsa dan
aspek kebudayaannya, serta hubungan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. berasal dari
kata Etno - etnis, Logi - logos: ilmu. Sejarah dari Etnologi yaitu Meneliti budaya yang
mengalami perubahan. Tujuan dari Etnologi untuk mengungkap data-data yang dikemukakan
sebagai jawaban kasus tertentu, dan dapat diterima sebagai hal umum.
Tujuan Etnologi:
Pola Kelakuan Etnologi seperti adat istiadat, perkawinan, struktur kekerabatan, sistem
politik dan ekonomi, agama, cerita rakyat, kesenian dan musik.
Etnografi sendiri tidak lepas dari ikatan budaya. Namun, etnografi memberikan
deskripsi yang mengungkapkan berbagai model penjelasan yang diciptakan oleh manusia.
Etnografi dapat berperan sebagai penunjuk yang menunjukkan sifat dasar ikatan budaya
teori-teori ilmu sosial.
Berakar dari ranah antropologi kognitif, etnografi baru memusatkan usahanya untuk
menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka
dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Analisis dalam penelitian ini
tidak didasarkan semata-mata pada interpretasi peneliti tetapi merupakan susunan pikiran dari
anggota masyarakat yang dikorek keluar oleh peneliti. Karena tujuannya adalah untuk
menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran dari suatu masyarakat, maka pemahaman
peneliti akan studi bahasa menjadi sangat penting dalam metode penelitian ini.
“Pengumpulan riwayat hidup atau suatu strategi campuran, bahasa akan muncul dalam setiap
fase dalam proses penelitian ini.
Inilah metode penelitian hasil sintesis pemikiran Spardley yang dipaparkan dalam buku
Metode Etnografi ini, Spardley (1999) mendefinisikan budaya sebagai yang diamati dalam
etnografi. Selain itu juga sebagai proses belajar yang mereka gunakan untuk
megintepretasikan dunia sekeliling mereka dan menyusun strategi perilaku untuk
menghadapinya. Dalam pandangannya ini, Spardley tidak lagi menganggap etnografi sebagai
metode untuk meneliti Other culture (masyarakat kecil) yang terisolasi, namun juga
masyarakat kita sendiri, masyarakat multicultural di seluruh dunia. Pemikiran ini kemudian
dia rangkum dalam “Alur Penelitian Maju Bertahap” yang terdiri atas lima prinsip, yaitu: (1)
Peneliti dianjurkan hanya menggunakan satu teknik pengumpulan data; (2) Mengenali
langkah-langkah pokok dalam teknik tersebut, misalnya 12 langkah pokok dalam wawancara
etnografi dari Spardley; (3) Setiap langkah pokok dijalankakn secra berurutan; (4) Praktik
dan latihan harus selalu dilakukan; (5) Memberikan problem solving sebagai tanggung jawab
sosialnya, bukan lagi ilmu untuk ilmu.
Inti dari “Etnografi Baru” Spardley ini adalah upaya memperhatikan makna tindakan
dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami melalui kebudayaan mereka.
Dalam melakukan kerja lapangan, etnografer membuat kesimpulan budaya manusia dari tiga
sumber: (1) dari hal yang dikatakan orang; (2) dari cara orang bertidak; (3) dari berbagai
artefak yang digunakan. Namun dalam buku ini Spradley memfokuskan secara khusus
pembuatan keksimpulan dari apa yang dikatakan orang. Wawancara etnografi dianggap lebih
mampu menjelajah susunan pemikiran masyarakat yang sedang diamati.
Sebagai metode penelitian kualitatif, etnografi dilakukan untuk tujuan- tujuan
tertentu. Spradley mengungkapkan beberapa tujuan penelitian etnografi, sbb: (1) Untuk
memahami rumpun manusia. Dalam hal ini, etnografi berperan dalam menginformasikan
teori-teori ikatan budaya; menawarkan suatu strategi yang baik sekali untuk menemukan teori
grounded. Sebagai contoh, etnografi mengenai anak-anak dari lingkungan kebudayaan
minoritas di Amerika Serikat yang berhasil di sekolah dapat mengembangkan teori grounded
mengenai penyelenggaraan sekolah; etnografi juga berperan untuk membantu memahami
masyarakat yang kompleks. (2) Etnografi ditujukan guna melayani manusia. Tujuan ini
berkaitan dengan prinsip ke lima yang dikemukakan Spradley di atas, yakni meyuguhkan
problem solving bagi permasalahan di masyarakat, bukan hanya sekadar ilmu untuk ilmu.
Ada beberapa konsep yang menjadi fondasi bagi metode penelitian etnografi ini.
Pertama, Spradley mengungkapkan pentingnya membahas konsep bahasa, baik dalam
melakukan proses penelitian maupun saat menuliskan hasilnya dalam bentuk verbal.
Sesungguhnya adalah penting bagi peneliti untuk mempelajari bahasa setempat, namun,
Spredley telah menawarkan sebuah cara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
etnografis. Konsep kedua adalah informan. Etnografer bekerja sama dengan informan untuk
menghasilkan sebuah deskripsi kebudayaan. Informan merupakan sumber informasi; secara
harafiah, mereka menjadi guru bagi etnografer (Spradley, 1997: 35).
Sisa dari buku yang ditulis Spradley ini mengungkap tentang langkah- langkah
melakukan wawancara etnografis sebagai penyari kesimpulan penelitian dengan metode
etnografi. Langkah pertama adalah menetapkan seorang informan. Ada lima syarat yang
disarankan Spradley untuk memilih informan yang baik, yaitu: (1) enkulturasi penuh, (2)
keterlibatan langsung, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, (4) waktu yang cukup, (5) non-
analitis.
Pemikiran Spradley ini memberi pemetaan historis yang jelas mengenai metode
penelitian etnografi selain mamberi gambaran mengenai langkah- langkahnya. Dengan
cerdas, Spradley memaparkan bahwa etnografi baru bukan hanya dapat diadaptasi sebagai
metode penelitian dalam antropologi melainkan dapat digunakan secara luas pada ranah ilmu
yang lain. Penulis meletakkan pemikiran Spradley ini di bagian awal dengan maksud agar
kita memperoleh pemahaman awal mengenai metode etnografi yang masih murni, umum,
yang berasal dari akarnya, yakni ilmu antropologi.
Etnologi terbagi menjadi 2 golongan penelitian dalam penelitian suku bangsa yaitu :
Penelitian dilakukan untuk membuat deskripsi, uraian, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, fakual, dan akurat mengenai kebudayaan suatu masyarakat. Metode yang
dilakukan dapat berupa:
1. Survei, untuk mencari keterangan fakual tentang kebudayaan suatu masyarakat melalui
wawancara dari sejumlah orang yang dianggap paling tahu dan mewakili keseluruhan
masyarakat.
2. Deskriptif kesinambungan, secara terus menerus untuk mengetahui perkembangan aspek
budaya dari satu periode ke periode berikutnya.
3. Studi kasus, untuk mempelajari kebudayaan masyarakat secara mendalam dan rinci.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Nurmansyah, G., Rodliyah, N., dan Hapsari, R. A. (September 2019). Pengantar Antropolog
i: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi. Bandar Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja.
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Etnologi
Angkasawati, Tri Juni, Lestari Handayani, and Agung Dwi Laksono. "Sebuah Studi Etnograf
i." (2013). https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/Simpang_Jalan_Pelayanan_KIA.pdf
https://amp.kompas.com/skola/read/2020/12/14/183955969/etnografi-dalam-ilmu-
antropologi
https://id.strephonsays.com/ethnology-and-vs-anthropology-6136#:~:text=Antropologi
%20adalah%20bidang%20studi%20yang,tentang%20karakteristik%20orang%20yang
%20berbeda.
Yuni Nur Halimah, Nur Fitri Awaliah.2016. ANTROPOLOGI (ETNOLOGI). PHH. Mustofa
No.68 (Jl. Suci), Bandung 40124.
https://yunialhumaira.wordpress.com/2018/08/25/antropologi-etnologi/