Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ANTROPOLOGI HUKUM

“Hubungan Antropologi Hukum dengan Etnologi/Etnografi”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Hukum


Dosen Pengampu:
Aryo Subroto, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
Kelompok IV (4)
1. Berlin Anugie .V (2108016213)
2. Muhammad Dodi Oktafianur (2108016208)
3. Muhammad Wendy Alpianur (2108016214)
4. Ronggo Warsito (2108016229)
5. Vitran Aldrisch Anggalo (2108016230)
6. Mahatir Ahmad Madika (2108016233)
7. Yuna Salsabila (2108016234)
8. Tiara Putri Azizah (2108016236)
9. Muhammad Zacky Umar . (2108016244)
10. Rachma Arrini Aprilia Putri (2108016245)
11. Muhammad Raihan .L (2108016247)
12. Varisha Rismana (2108016250)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, tim penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena dengan bantuan dan berkah-Nya penulis dapta mengerjakan atau menulis
makalah yang berjudul “Hubungan Antropologi Hukum dengan Etnologi/Etnografi”. Tak
lupa juga kami telah memberikan rasa terima kasih kami kepada Bapak Aryo Subroto sebagai
dosen pengampu mata kuliah Antropologi Hukum karena telah mengajar, membimbing dan
memberikan tugas ini dengan tujuan memperdalam wawasan kami mengenai hubungan
antara Antropologi Hukum dengan Etnologi.

Dengan tertulisnya makalah ini, tim penulis mengharapkan agar makalah ini dapat
berguna bagi tim penulis dan manusia-manusia lainnya, dan dengan makalah ini juga, kami
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan manusia-manusia lain mengenai
Antropologi Hukum dengan Etnologi/Etnografi.

2
DAFTAR ISI

Cover/ Judul.................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................6
BAB III PEMBAHASAN............................................................................7

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang sosial dan sangat dinamis. Manusia hidup
dengan cara bersosial, yang di mana dalam kelompok masyarakat sosial terdiri dari beberapa
orang. Masing-masing masyarakat sosial memiliki cara mereka untuk hidup, ini dapat
disebabkan oleh perselisihan pemikiran dan kondisi geografi yang menyebabkan manusia
perlu menyiapkan atau menyesuaikan cara hidup mereka pada belahan bumi yang berbeda.

Pada sebuah negara, terdapat sekali banyak suku-suku bangsa atau etnis. Suku-suku
bangsa ini dapat berperan sebagai identitas dari sebuah negara karena dari etnis tersebutlah
mengeluarkan ciri-ciri atau kekhasan mereka masing-masing, contohnya di Indonesia.
Terdapat banyak sekali suku-suku bangsa seperti manusia dari suku Banjar, Kaili, Jawa,
Dayak, dan banyak lagi suku-suku bangsa atau etnisitas yang terdapat di Indonesia.

Suku-suku yang telah disebutkan tadi tentunya memiliki cara hidup yang berbeda-
beda karena nene moyang mereka atau leluhur mereka terdahulu memiliki perbedaan
pemikiran dan letak geografis yang berbeda. Sehingga para leluhur mereka bila diasumsikan
memisahkan diri dari beberapa manusia atau sekelompoknya agar tidak ada benturan
kepentingan dan menciptakan kelompok masyarakat yang berbentuk suku adat. Bila
dipandang secara filosofis, mengapa para nene moyang atau leluhur dari masing-masing suku
bangsa atau adat memisahkan diri dari kelompok manusia yang lainnya ini merupakan upaya
menghindari benturan kepentingan dan menghindari konflik antar kelompok manusia agar
tercipta kedamaian antar kelompok manusia dan menjadikan suku adat tersebut menjadi
identitas bahwa ia dari suku ini atau itu.

Selain daripada pemaparan di atas, pada zaman sekarang mengkaji sebuah suku
bangsa atau pengkajian Etnologi/etnografi di suatu negara memiliki kepentingan sangat
urgen. Alasan yang menjadikan pengkajian terhadap etnologi/etnografis itu sangat penting
karena agar dapat melestarikan hal-hal yang dihasilkan dari sebuah atau beberapa suku
bangsa, alasan yang lain adalah agar kita dapat memahami sudut pandang-sudut pandang dari
masing-masing suku bangsa.

4
Antropologi hukum kemudian hadir untuk mengkaji tentang sudut pandang-sudut
pandang dari masing-masing suku adat atau suku bangsa. Antropologi hukum mengkaji
bagaimana nilai yang dihasilkan dari hukum adat yang mereka buat, aturan-aturan yang
mereka buat dan tertibkan. Antropologi hukum sangat berguna. Ketika ada perkara yang
melibatkan satu suku bangsa dengan satu suku bangsa yang lainnya, di situlah kemudian
antropologi hukum perannya aktif dalam menyelesaikan misalnya sengketa pertanahan
masyarakat hukum suku adat atau perkara antara satu suku bangsa terhadap suku adat
lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Etnologi/ Etnografi?


2. Apa fungsi Etnologi/ Etnografi dalam Antropologi Hukum?
3. Bagaimana metode Etnologi/ Etnografi dalam antropologi Hukum?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Etnologi/ Etnografi


2. Untuk mengetahui fungsi dari Etnologi/ Etnografi dalam Antropologi Hukum
3. Untuk mengetahui metode Etnologi/ Etnografi dalam Antropologi Hukum

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan metode sangat penting dalam melakukan sebuah penelitian. Dengan


adanya metode memudahkan pembaca mengenali penelitian seperti apa yang dilakukan.
Adapun peneliti dalam hal ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Penelitian
yuridis normatif merupakan penelitian dengan mengkaji peraturan perundang undangan
sebagai bahan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan studi kepustakaan, dimana bahan penelitian didapat dari karya tulis ilmiah
seperti artikel maupun jurnal lainnya.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Etnologi dan Etnografi

Etnografi berasal dari 2 kata yaitu ethnos yang berarti rakyat dan juga graphia yang
berarti tulisan/gambaran. Etnografi adalah suatu tulisan yang menggambarkan suatu
masyarakat, kelompok atau kehidupan manusia. Etnografi adalah salah satu metode yang
sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang
sosiologi. Etnografi juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari
masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan
tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka.

Manfaat Penelitian Etnografi, Penelitian etnografi berfokus pada kebudayaan


masyarakat etnik. Penelitian ini memiliki banyak manfaat antara lain:

a. memberikan sumbangan secara langsung dalam bentuk deskripsi dan penjelasan mengenai
keteraturan dan evaluasi dalam tingkah laku sosial manusia

b. menginformasikan teori-teori ikatan budaya

c. menjelaskan bahwa setiap kebudayaan memiliki cara tersendiri untuk melihat dunia

d. menjelaskan bahwa kebudayaan memberikan kategori, tanda, dan

e. mendefinisikan dunia di mana orang itu hidup

f. menjelaskan bahwa kebudayaan mengandung berbagai asumsi mengenai sifat dasar realitas
dan juga informasi yang spesifik mengenai realitas itu

g. memberikan deskripsi yang mengungkapkan berbagai model penjelasan yang diciptakan


oleh manusia

h. sebagai gambaran untuk menunjukkan sifat dasar ikatan budaya teori-teori ilmu sosial

i. sebagai sarana untuk memahami masyarakat yang kompleks dan multikultural


Etnologi adalah ilmu bagian dari antropologi budaya yang mencoba menelusuri asas-
asas manusia (pendekatannya adalah etnografi). Hal ini dapat di lakukan dengan cara meneliti
seperangkat pola kebudayaan yang menyebar di seluruh dunia. Kluckhon (1970) mengatakan
“ahli etnografi adalah ahli arkeologi yang mengamati arkeologinya hidup-hidup”. Seorang
ahli etnologi maupun etnografi mesti terjun ke lapangan serta hidup di tengah-tengah mereka
untuk mengamati kehidupan masyarakat yang di telitinya. Dari penggunaan bahasa mereka
dan tradisinya, seotang penulis etnografi berusaha menjadi pengamat yang terlibat” jauh lebih
baik dari pada ahli” antropologi di belakang meja” atau Armchair Anthropologist (Haviland,
1999 : 17).

Luasnya cakupan antropologi bisa dipertahankan lantaran ambisinya untuk


menjelaskan segenap keanekaragaman budaya dan biologis manusia. (Kuper, 2000 : 3).
Catatan etnografis menyediakan dokumentasi yang kaya dengan keanekaragaman budaya
manusia. Arkeologi melacak jejak-jejak sejarah manusia yang panjang. Sedangkan
antropologi biologi mempelajari evolusi dan variasi biologis manusia. Ada ketidaksamaan
dan berbagai derajat dalam menggunakan penelitian-penelitian empiris. Pendekatan-
pendekatan evolusionis berusaha mencari tema-tema umum dalam sejarah manusia; para ahli
antropologi sosial dan psikologis berkutat dslam dialog dengan ilmusosial komporer, dengan
menghadapkan model-model mutakhir dalam ilmu social dengan pengalaman dan model-
model manusia dari keanekaragaman latar-belakang budaya dan tradisi humanis berniat
menyediakan pemahaman-pemahaman fenomenologis terhadap pengalaman budaya orang
lain.

Etnologi merupakan ilmu bagian dari antropologi budaya yang mencoba menelusuri
asas-asas manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meneliti seperangkat pola
kebudayaan suku bangsa yang menyebar diseluruh dunia. ada beberapa objek yang menjadi
kajian etnologi yaitu:

a. Mempelajari pola-pola kelakuan masyarakat seperti adat-istiadat perkawinan,


struktur kekerabatan, sistem ekonomi dan politik, agama, cerita-cerita rakyat,
kesenian dan musik, serta perbedaan pola tersebut dalam kehidupan
masyarakat sekarang.
b. Mempelajari dinamika kebudayaan seperti perubahan dan perkembangan
kebudayaan serta bagaimana suatu kebudayaan mempengaruhi kebudayaan
lain, termasuk juga interaksi antara berbagai kepercayaan dan mekanisme
pelaksanaannya dalam suatu kebudayaan serta dampaknya bagi kepribadian
seseorang.

Etnologi sebagai suatu penelitian bidang diakronik mencoba mengolah dan


menyatukan hasil-hasil penelitian dari antropologi fisik, etnolinguistik, ilmu prehistori
(prasejarah), dan etnografi, sedangkan antropologi sosial dalam kajian etnologi berperan
dalam mencari berbagai prinsip persamaan dalam aneka warna dari beribu-ribu masyarakat
kebudayaan.

Etnologi merupakan Cabang antropologi budaya yang mempelajari berbagai suku bangsa dan
aspek kebudayaannya, serta hubungan antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. berasal dari
kata Etno - etnis, Logi - logos: ilmu. Sejarah dari Etnologi yaitu Meneliti budaya yang
mengalami perubahan. Tujuan dari Etnologi untuk mengungkap data-data yang dikemukakan
sebagai jawaban kasus tertentu, dan dapat diterima sebagai hal umum.

Tujuan Etnologi:

a. Mempelajari pola kelakuan dari suatu bangsa.


b. Mempelajari perkembangan, pengaruh, interaksi antar kebudayaan dengan perilaku.
c. Memahami perbedaan cara berpikir dan bertingkah laku yang membaku antara masa
sekarang dan masa lalu.
d. Memahami sebab-sebab perbedaan itu.
Perspektif holistik:
e. Melihat segala sesuatu dalam hubungan seluas-luasnya untuk memahami saling
berhubungan dan saling ketergantungan.

Pola Kelakuan Etnologi seperti adat istiadat, perkawinan, struktur kekerabatan, sistem
politik dan ekonomi, agama, cerita rakyat, kesenian dan musik.

3.2 Fungsi Etnologi dan Etnografi dalam Antropologi Hukum

Fungsi Etnologi telah digunakan dalam mengembangkan teori-teori komunikasi.


Penggunaannya terutama dalam bidang komunikasi lintas budaya dan komunikasi
antarbudaya. Selain itu, etnologi juga melandasi penemuan teori-teori tentang pengalaman
dan interpretasi dalam bidang etnografi . Hal ini kemudian digunakan dalam memahami
tindakan suatu kelompok masyarakat atau kebudayaan.
Etnologi juga digunakan dalam ilmu antropologi sosial dan antropologi budaya.
Penggunaan etnologi membuat para peneliti tidak perlu secara langsung berada di lokasi
penelitian. Mereka hanya perlu melakukan kajian perbandingan terhadap berbagai tradisi dan
kebudayaan dengan memanfaatkan literatur keilmuan

Fungsi Etnografi memberikan sumbangan secara langsung dalam deskripsi dan


penjelasan keteraturan serta evaluasi dalam tingkah laku sosial manusia. Banyak ilmu sosial
memiliki tujuan yang lebih terbatas. Dalam studi tingkah laku manapun, etnografi
mempunyai peranan penting. Kita dapat mengidentifikasikan beberapa sumbangannya yang
khas. Menginformasikan teori-teori ikatan budaya. Masing-masing kebudayaan memiliki cara
untuk melihat dunia. Kebudayaan memmberikan kategori, tanda, dan juga mendefinisikan
dunia dimana orang itu hidup. Kebudayaan mengandung berbagai asumsi mengenai sifat
dasar realitas dan juga informasi yang spesifik mengenai realitas itu. Kebudayaan mencakup
nilai-nilai yang menspesifikasikan hal yang baik, benar, dan bisa dipercaya. Apabila orang
mempelajari kebudayaan, maka sanpai batas-batas tertentu dai terpenjara tanpa
mengetahuinya. Para ahli antropologi mengatakan ha ini sebagai “ikatan budaya” (culture
bond), yaitu hidup dalam realitas tertentu yang dipandang sebagai “ realitas “ yang benar.

Etnografi sendiri tidak lepas dari ikatan budaya. Namun, etnografi memberikan
deskripsi yang mengungkapkan berbagai model penjelasan yang diciptakan oleh manusia.
Etnografi dapat berperan sebagai penunjuk yang menunjukkan sifat dasar ikatan budaya
teori-teori ilmu sosial.

Memahami masyarakat yang kompleks. Sampai sekarang ini, etnografi umumnya


diturunkan ke berbagai kebudayaan kecil, non barat. Nilai untuk mempelajari masyarakat
seperti ini sudah dapat diterima. Bagaimanapun, kita tidak banyak tahu tentang mereka, kita
tidak dapat melakukan melakukan survey atau eksperimen, sehing etnografi tampaknya tepat.
Tapi nilai etnografi dalam memahami kebudayaan kita sendiri sering kali diabaikan.

Etnografi lazimnya bertujuan untuk menguraikan budaya tertentu secara holistik,


yaitu aspek budaya baik spiritual maupun material. Dari sini akan terungkap pandangan
hidup dari sudut pandang penduduk setempat. Hal ini cukup bisa dipahami karena melalui
etnografi akan mengangkat keberadaan senyatanya dari fenomena budaya. Dengan demikian
akan ditemukan makna tindakan budaya suatu komunitas yang diekspresikan melalui apa
saja.
3.3 Metode etnologi dan etnografi dalam antropologi

Metode Etnografi (James Spradley)Secara harafiah, etnografi berarti tulisan atau


laporan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian
lapangan (field work) selama sekian bulan atau sekian tahun. Etnografi, baik sebagai laporan
penelitian maupun sebagai metode penelitian dianggap sebagai asal-usul ilmu antropologi.
Margareth Mead (1999) menegaskan, “Anthropology as a science is entirely dependent upon
field work records made by individuals within living societies. Dalam buku “Metode
Etnografi” ini, James Spardley mengungkap perjalanan etnografi dari mula-mula sampai pada
bentuk etnografi baru. Kemudian dia sendiri juga memberikan langkah-langkah praktis untuk
mengadakan penelitian etnografi yang disebutnya sebagai etnografi baru ini.

A. Etnografi mula-mula (akhir abad ke-19)

Etnografi mula-mula dilakukan untuk membangun tingkat-tingkat perkembangan


evolusi budaya manusia dari masa manusia mulai muncul di permukaan bumi sampai ke
masa terkini. Tak ubahnya analisis wacana, mereka ilmuwan antropologi pada waktu itu
melakukan kajian etnografi melalui tulisan-tulisan dan referensi dari perpustakaan yang telah
ada tanpa terjun ke lapangan. Namun pada akhir abad ke-19 legalitas penelitian semacam ini
mulai dipertanyakan karena tidak ada fakta yang mendukung interpretasi para peneliti. Oleh
karena hal tersebut, akhirnya muncul pemikiran baru bahwa seorang antropolog harus melihat
sendiri alias berada dalam kelompok masyarakat yang menjadi obyek kajiannya.

B. Etnografi Modern (1915-1925)

Etnografi modern dipelopori oleh antropolog sosial Inggris, Radclifffe-Brown dan B.


Malinowski. Etnografi modern dibedakan dengan etnografi mula-mula berdasarkan ciri
penting, yaitu mereka tidak terlalu mamandang hal-ikhwal yang berhubungan dengan sejarah
kebudayaan suatu kelompok masyarakat (Spradley, 1997). Perhatian utama mereka adalah
pada kehidupan masa kini, yaitu tentang the way of life masayarakat tersebut. Menurut
pandangan dua antropolog ini tujuan etnografi adalah untuk mendeskripsikan dan
membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat. Untuk itu peneliti tidak cukup
hanya melakukan wawancara, namun hendaknya berada bersama informan sambil melakukan
observasi.
C. Ethnografi Baru Generasi Pertama (1960-an)

Berakar dari ranah antropologi kognitif, etnografi baru memusatkan usahanya untuk
menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka
dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Analisis dalam penelitian ini
tidak didasarkan semata-mata pada interpretasi peneliti tetapi merupakan susunan pikiran dari
anggota masyarakat yang dikorek keluar oleh peneliti. Karena tujuannya adalah untuk
menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran dari suatu masyarakat, maka pemahaman
peneliti akan studi bahasa menjadi sangat penting dalam metode penelitian ini.
“Pengumpulan riwayat hidup atau suatu strategi campuran, bahasa akan muncul dalam setiap
fase dalam proses penelitian ini.

D. Ethnografi Baru Generasi Kedua

Inilah metode penelitian hasil sintesis pemikiran Spardley yang dipaparkan dalam buku
Metode Etnografi ini, Spardley (1999) mendefinisikan budaya sebagai yang diamati dalam
etnografi. Selain itu juga sebagai proses belajar yang mereka gunakan untuk
megintepretasikan dunia sekeliling mereka dan menyusun strategi perilaku untuk
menghadapinya. Dalam pandangannya ini, Spardley tidak lagi menganggap etnografi sebagai
metode untuk meneliti Other culture (masyarakat kecil) yang terisolasi, namun juga
masyarakat kita sendiri, masyarakat multicultural di seluruh dunia. Pemikiran ini kemudian
dia rangkum dalam “Alur Penelitian Maju Bertahap” yang terdiri atas lima prinsip, yaitu: (1)
Peneliti dianjurkan hanya menggunakan satu teknik pengumpulan data; (2) Mengenali
langkah-langkah pokok dalam teknik tersebut, misalnya 12 langkah pokok dalam wawancara
etnografi dari Spardley; (3) Setiap langkah pokok dijalankakn secra berurutan; (4) Praktik
dan latihan harus selalu dilakukan; (5) Memberikan problem solving sebagai tanggung jawab
sosialnya, bukan lagi ilmu untuk ilmu.

Inti dari “Etnografi Baru” Spardley ini adalah upaya memperhatikan makna tindakan
dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami melalui kebudayaan mereka.
Dalam melakukan kerja lapangan, etnografer membuat kesimpulan budaya manusia dari tiga
sumber: (1) dari hal yang dikatakan orang; (2) dari cara orang bertidak; (3) dari berbagai
artefak yang digunakan. Namun dalam buku ini Spradley memfokuskan secara khusus
pembuatan keksimpulan dari apa yang dikatakan orang. Wawancara etnografi dianggap lebih
mampu menjelajah susunan pemikiran masyarakat yang sedang diamati.
Sebagai metode penelitian kualitatif, etnografi dilakukan untuk tujuan- tujuan
tertentu. Spradley mengungkapkan beberapa tujuan penelitian etnografi, sbb: (1) Untuk
memahami rumpun manusia. Dalam hal ini, etnografi berperan dalam menginformasikan
teori-teori ikatan budaya; menawarkan suatu strategi yang baik sekali untuk menemukan teori
grounded. Sebagai contoh, etnografi mengenai anak-anak dari lingkungan kebudayaan
minoritas di Amerika Serikat yang berhasil di sekolah dapat mengembangkan teori grounded
mengenai penyelenggaraan sekolah; etnografi juga berperan untuk membantu memahami
masyarakat yang kompleks. (2) Etnografi ditujukan guna melayani manusia. Tujuan ini
berkaitan dengan prinsip ke lima yang dikemukakan Spradley di atas, yakni meyuguhkan
problem solving bagi permasalahan di masyarakat, bukan hanya sekadar ilmu untuk ilmu.

Ada beberapa konsep yang menjadi fondasi bagi metode penelitian etnografi ini.
Pertama, Spradley mengungkapkan pentingnya membahas konsep bahasa, baik dalam
melakukan proses penelitian maupun saat menuliskan hasilnya dalam bentuk verbal.
Sesungguhnya adalah penting bagi peneliti untuk mempelajari bahasa setempat, namun,
Spredley telah menawarkan sebuah cara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
etnografis. Konsep kedua adalah informan. Etnografer bekerja sama dengan informan untuk
menghasilkan sebuah deskripsi kebudayaan. Informan merupakan sumber informasi; secara
harafiah, mereka menjadi guru bagi etnografer (Spradley, 1997: 35).

Sisa dari buku yang ditulis Spradley ini mengungkap tentang langkah- langkah
melakukan wawancara etnografis sebagai penyari kesimpulan penelitian dengan metode
etnografi. Langkah pertama adalah menetapkan seorang informan. Ada lima syarat yang
disarankan Spradley untuk memilih informan yang baik, yaitu: (1) enkulturasi penuh, (2)
keterlibatan langsung, (3) suasana budaya yang tidak dikenal, (4) waktu yang cukup, (5) non-
analitis.

Langkah kedua adalah melakukan wawancara etnografis. Wawancara etnografis


merupakan jenis peristiwa percakapan (speech event) yang khusus (ibid, hal. 71). Tiga unsur
yang penting dalam wawancara etnografis adalah tujuan yang eksplisit, penjelasan, dan
pertanyaannya yang bersifat etnografis. Langkah selanjutnya adalah membuat catatan
etnografis. Sebuah catatan etnografis meliputi catatan lapangan, alat perekam gambar, artefak
dan benda lain yang mendokumentasikan suasana budaya yang dipelajari. Langkah ke empat
adalah mengajukan pertayaan deskriptif. Pertanyaan deskriptif mengambil “keuntungan dari
kekuatan bahasa untuk menafsirkan setting” (frake 1964a: 143 dalam Spradley, 1991: 108).
Etnografer perlu untuk mengetahui paling tidak satu setting yang di dalamnya
informan melakukan aktivitas rutinnya. Langkah ke lima adalah melakukan analisis
wawancara etnografis. Analisis ini merupakan penyelidikan berbagai bagian sebagaimana
yang dikonseptualisasikan oleh informan. Langkah ke enam, yakni membuat analisis domain.
Analisis ini dilakukan untuk mencari domain awal yang memfokuskan pada domain-domain
yang merupakan nama- nama benda. Langkah ketujuh ditempuh dengan mengajukan
pertanyaan struktural yang merupakan tahap lanjut setelah mengidentifikasi domain. Langkah
selanjutnya adalah membuat analisis taksonomik. Langkah ke sembilan yakni mengajukan
pertanyaan kontras dimana makna sebuah simbol diyakini daoat ditemukan dengan
menemukan bagaimana sebuah simbol berbeda dari simbol- simbol yang lain. Langkah ke
sepuluh membuat analisis komponen. Analisis komponen merupakan suatu pencarian
sistematik berbagai atribut (komponen makna) yang berhubungan dengan simbol-simbol
budaya. Langkah ke sebelas menemukan tema-tema budaya. Langkah terakhirnya yakni
menulis sebuah etnografi.

Pemikiran Spradley ini memberi pemetaan historis yang jelas mengenai metode
penelitian etnografi selain mamberi gambaran mengenai langkah- langkahnya. Dengan
cerdas, Spradley memaparkan bahwa etnografi baru bukan hanya dapat diadaptasi sebagai
metode penelitian dalam antropologi melainkan dapat digunakan secara luas pada ranah ilmu
yang lain. Penulis meletakkan pemikiran Spradley ini di bagian awal dengan maksud agar
kita memperoleh pemahaman awal mengenai metode etnografi yang masih murni, umum,
yang berasal dari akarnya, yakni ilmu antropologi.

Ada beberapa objek yang menjadi kajian etnologi yaitu :

Mempelajari pola-pola kelakuan masyarakat seperti adat-istiadat perkawinan, struktur


kekerabatan, sistem ekonomi dan politi, agama, cerita-cerita rakyat, kesenian dan musik, serta
perbedaan pola tersebut dalam kehidupan masyarakat sekarang.

Mempelajari dinamika kebudayaan seperti perubahan dan perkembangan kebudayaan


serta bagaimana suatu kebudayaan mempengaruhi kebudayaan lain, termasuk juga interaksi
antara berbagai kepercayaan dan mekanisme pelaksanaannya dalam suatu kebudayaan serta
dampaknya bagi kepribadian seseorang.
Dalam perkembangannya, subilmu etnologi terbagi menjadi dua golongan penelitian,
yakni golongan yang memberi perhatian khusus pada bidang diakronik atau sering disebut
descriptive integration, dan golongan yang lebih menekankan pada penelitian bidang
sinkronik atau generalizing approach. Untuk penelitian-penelitian bidang diakronik selalu
digunakan istilah ethnology atau etnologi dalam pengertian khusus, sedangkan penelitian-
penelitian sinkronik sering disebut sebagai social anthropology atau antropologi sosial
(Koentjaraningrat, 1992:4).

Etnologi sebagai suatu penelitian bidang diakronik mencoba mengolah dan


menyatukan hasil-hasil penelitian dari antropologi fisik, etnolinguistik, ilmu prehistori
(prasejarah), dan etnografi, sedangkan sinkronik dalam kajian etnologi berperan dalam
mencari berbagai prinsip persamaan dalam aneka warna dari beribu-ribu masyarakat
kebudayaan.

Etnologi terbagi menjadi 2 golongan penelitian dalam penelitian suku bangsa yaitu :

1. Descriptive Integration (aliran diakronik), bertujuan untuk memperoleh gambaran yang


menyeluruh tentang suatu suku bangsa misalnya, suku bangsa tersebut termasuk ras apa,
bagaimana asal-muasalnya, sejarah perkembangannya, cara hidupnya, adat istiadat dan
aspek-aspek lainnya secara menyeluruh.

2. Generalizing approach(aliran sinkronik), bertujuan untuk mencari asas persamaan dari


sejumlah suku bangsa yang beraneka ragam. Metode yang dipergunakannya dapat
dikelompokkan atas 2 golongan. Pertama, dengan melakukan penelitian yang mendalam dan
utuh dari sejumlah suku bangsa (misalnya 3-5 suku bangsa). Kedua, dengan melakukan studi
perbandingan unsur budaya tertentu (misalnya bahasa saja) pada sejumlah besar suku bangsa
(misalnya ratusan suku bangsa).

Penelitian etnologi bersifat deskriptif.

Penelitian dilakukan untuk membuat deskripsi, uraian, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, fakual, dan akurat mengenai kebudayaan suatu masyarakat. Metode yang
dilakukan dapat berupa:

1. Survei, untuk mencari keterangan fakual tentang kebudayaan suatu masyarakat melalui
wawancara dari sejumlah orang yang dianggap paling tahu dan mewakili keseluruhan
masyarakat.
2. Deskriptif kesinambungan, secara terus menerus untuk mengetahui perkembangan aspek
budaya dari satu periode ke periode berikutnya.

3. Studi kasus, untuk mempelajari kebudayaan masyarakat secara mendalam dan rinci.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya


https://blog.unnes.ac.id/putriafra22/2017/11/05/metode-etnografi-dan-manfaatnya-
materi-antropologi-sma-kelas-xi/

Nurmansyah, G., Rodliyah, N., dan Hapsari, R. A. (September 2019). Pengantar Antropolog
i: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi. Bandar Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja.
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Etnologi

Angkasawati, Tri Juni, Lestari Handayani, and Agung Dwi Laksono. "Sebuah Studi Etnograf
i." (2013). https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/Simpang_Jalan_Pelayanan_KIA.pdf

https://amp.kompas.com/skola/read/2020/12/14/183955969/etnografi-dalam-ilmu-
antropologi

https://id.strephonsays.com/ethnology-and-vs-anthropology-6136#:~:text=Antropologi
%20adalah%20bidang%20studi%20yang,tentang%20karakteristik%20orang%20yang
%20berbeda.

Yuni Nur Halimah, Nur Fitri Awaliah.2016. ANTROPOLOGI (ETNOLOGI). PHH. Mustofa
No.68 (Jl. Suci), Bandung 40124.
https://yunialhumaira.wordpress.com/2018/08/25/antropologi-etnologi/

Ibrahim Chalid.2014. Penggunaan Metode Etnografi dalam Investigative Reporting.Aceh:


MSKM-Atjeh https://repository.unimal.ac.id/1605/1/Enografi%20dan%20investigasi
%20Reporting%20PDF.pdf

Anda mungkin juga menyukai