Anda di halaman 1dari 13

KASUS BENCANA ALAM KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

PROVINSI SUMATERA SELATAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi studi kasus mata kuliah
Lingkungan Hidup Sumatera Semester I 2023/2024

Oleh
Kleovina Marlia 123230040
Tatang Aditya 123470019
Adel Pransiska 123230042
Neni Efta Lusi 123230036
Rivaldo Sitanggang 123230038
Aditiya Wahyu Nugroho 123230034
Andre Hassell 123230041

INSTIUT TEKNOLOGI SUMATERA


LAMPUNG SELATAN
2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1 Tabel Faktor Penyebab .................................................................................. 5
2.2 Hasil Identifikasi Faktor Potensial ................................................................ 8
2.3 Dampak Kebakaran Hutan ............................................................................ 8
2.4 Penanggulagan Kebakaran Hutan ............................................................... 10
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 12
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 13

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran hutan merupakan suatu peristiwa yang sangat merugikan


semua pihak, baik dari kalangan manusia yang berekonomi rendah, sedang
bahkan tingkat atas dan juga sangat berdampak pada turunnya populasi hewan
bahkan bisa punah. Kebakaran hutan terkhusus di Indonesia umumnya
dilatarbelakangi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan seperti
penambang kayu hutan, para petani yang ingin membuat lahan baru atau
memperluas lahan dan juga para pendiri pabrik yang menginginkan
keuntungan yang sangat besar dengan mendirikan pabriknya hanya dengan
modal yang kecil bahkan tanpa modal. Pembabat hutan secara ilegal disebut
dengan Illegal Loging. Kebakaran merupakan salah satu fenomea yang
menggangu aktivitas manusia, baik dari segi ekologi, sosial, budaya, ekonomi
maupun kerusakkan lingkungan dan lain-lain. Hanya saja wawasan
masyarakat akan pentingnya pengetahuan penyebab, dampak, proses,
pencegahan dan penanggulangan dinilai masih cukup kurang bahkan tidak ada
rasa kepedulian sama sekali.
Indonesia saat ini kembali dihadapkan dengan permasalahan lama yang
kini terulang kembali bahkan menjadi masalah yang sangat serius dan cukup
sulit untuk ditangani. Permasalahan tersebut yakni bencana polusi kabut asap
yang diakibatkan oleh pembakaran hutan maupun lahan gambut yang kembali
melanda wilayah Indonesia bagian barat yaitu Sumatera Selatan yang lebih
spesifik dibahas dan diangkat menjadi topik kajian.
Alih fungsi hutan dan lahan gambut untuk perkebunan (sawit) menjadi
alasan krusial yang menjadi faktor utama terjadinya kebakaran lahan gambut
pada tahun 2015.
Masyarakat dalam konteks oknum yang tidak bertanggung jawab
menggunakan metode pembakaran hutan dan lahan gambut untuk pembukaan
lahan perkebunan baru karena dirasa dengan cara tersebut dapat menghemat
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pembukaan lahan dan efektif lebih
mudah dan cepat dalam proses pembukaan lahan atau alih fungsi lahan.
Mudahnya api mengalami penyebaran juga dipengaruhi oleh pengaruh El-
Nino yang sering terjadi pada bulan Juli hingga Oktober dengan ditandai
dengan curah hujan maksimum yang mundur waktunya dibandingkan pada
kondisi normal. El-Nino dapat menyebabkan lambatnya onset dan mundurnya
awal musim hujan1. Siklus El Nino tahun 2015 telah berkontribusi secara luas
terhadap kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia.

1
Lansigan FP, Santos WLDL, Coladilla JO. 2000. Agronomic impacts of climate variability on
rice production in the Philippines. Agric Ecosyst Environ 82: 129-137.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dicantumkan pada
makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi faktor faktor penyebab bencana dengan metode


diagram fishbone 6M + 2T + 1I
2. Mengidentifikasi faktor potensial
3. Apa dampak dari kebakaran hutan
4. Bagaiman cara penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui faktor faktor penyebab bencana dengan metode


diagram fishbone 6M + 2T + 1I
2. Untuk mengetahui faktor potensial
3. Untuk mengetahui dampak kebakaran hutan
4. Untuk mengetahui cara penanggulangan kebakaran hutan

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah tentang Kasus Bencana Alam Kebakaran Hutan dan
Lahan Provinsi Sumatera Selatan diharapkan dapat memberikan pemahaman
secara lebih jauh tentang identifikasi faktor penyebab, faktor potensial,
dampak kebakaran hutan serta cara penanggulangan bencana kebakaran hutan
dan lahan kepada seluruh mahasiswa dan masyarakat untuk sadar akan
pentingnya hutan dan lahan bagi kehidupan serta pemahaman tentang terjadi
nya suatu kebakaran hutan dan lahan.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tabel Faktor Penyebab
FAKTOR PENYEBAB 1 PENYEBAB 2 PENYEBAB 3
Masyarakat banyak Peningkatan suhu
melakukan bumi yang bisa
pembukaan lahan mengakibatkan
dengan cara pemanasan global
membakar lahan (M.1.1.1.1)
(M.1.1.1)
Banyak nya lahan
MAN Membuang sampah yang terbakar karena
(M.1) yang mudah tidak ada kesadaran
Kurangnya
terbakar masyarakat tentang
pengetahuan dan
sembarangan di penting nya menjaga
kepedulian
lingkungan seperti kondisi lingkungan
masyarakat terhadap
puntung rorkok tetap aman dari
lingkungan (M.1.1)
(M.1.1.2) rawan kebakaran
(M.1.1.1.2)
Tidak ada nya
penyuluhan ke
masyarakat terkait
penyebab
kebakaran hutan
(M.1.1.3)

Pemerintah sudah
membuat undang
Program pemerintah
undang tentang
yang tidak berjalan
larangan
dengan baik tentang
pembakaran hutan,
penanggulangan
tapi kurangnya
kebakaran (M.2.1)
pengawasan
METHOD (M.2.1.1)
(M.2)
Sistem pengelolaan Banyaknya lokasi
lokasi rawan hutan yang
kebakaran yang terbengkalai tanpa
masih belum pengawasan
terpantau pemerintah
menyeluruh (M.2.2) (M.2.2.2)

5
FAKTOR PENYEBAB 1 PENYEBAB 2 PENYEBAB 3
Terlambatnya
proses
Terkendala pemadaman di
MATERIALS keterbatasan air di lokasi yang sulit
(M.3) daerah rawan mendapatkan air
kebakaran (M.3.1) dan akses lokasi
yang sulit
(M.3.1.1)
Keterbatasan alat
Belum ada nya
pemadam
alat siaga
kebakaran
MACHINE kebakaran
terhambatnya
(M.4) disekitar lokasi
proses
rawan kebakaran
pemadaman
hutan (M.4.1.1)
(M.4.1)
Tidak berjalannya
peraturan
pemerintahan
PEMERINTAH tentang
(M.5.1) pengelolaan
lingkungan hutan
dan lahan
(M.5.1.1)
Masih banyak
masyarakat yang
MARKET membuka lahan
(M.5) secara dibakarr
untuk kepentingan
pribadi (M.5.2.1)
MASYARAKAT
(M.5.2) Minimnya
kesadaran
masyarakat
tentang faktor
penyebab
kebakaran hutan
(M.5.2.2)

6
FAKTOR PENYEBAB 1 PENYEBAB 2 PENYEBAB 3
Kurangnya
Keterbatasan bantuan
ekonomi pemerintah dalam
masyarakat yang memberikan solusi
MONEY
memaksanya untuk masalah per
(M.6)
untuk melakukan ekonomian
pembakaran liar masyarakat
lahan (M.6.1) disekitar hutan
(M.6.1.1)
Sumber air yang
jauh untuk
membantu
pemadaman api
(T.1.1)
TIME
Akses ke lokasi
(T.1)
hutan yang sulit
sehingga
lambatnya proses
pemadaman
(T.1.2)
Belum/tidak
adanya terobosan
teknologi terbaru
terkait dengan
TECHNOLOGY
pemantauan hutan
(T.2)
dan
penanggulangan
kebakaran hutan
(T.2.1)
Minimnya sarana
edukasi untuk
menambah
PEMERINTAH wawasan
(I.1.1) masyarakat terkait
pencegahan
kebakaran hutan
INFORMATION (I.1.1.1)
(I.1)
Kurangnya
kesadaran
MASYARAKAT masyarakat akan
(I.1.2) pentinnya menjaga
lingkungan sekitar
(I.1.2.1)

7
2.2 Hasil Identifikasi Faktor Potensial
1. Aktivitas masyarakat dan kesadaran yang kurang memperhatikan
lingkugan hutan disekitarnya (Tulang M.1.1, M.1.1.1, M.1.1.2,
M.5.2.1, M.5.2.2, I,.1.1.1, I.1.2.1)
2. Program pemerintah yang tidak berjalan dengan baik (Tulang M.2.1,
M.2.1.1, M.5.1.1, M.6.1.1)
3. Akses lokasi yang sulit mengakibatkan kurang nya pemantauan di titik
lokasi rawan kebakaran yang sulit (Tulang M.2.2, M.2.2.2, M.3.1.1,
T.1.2)
4. Keterbatasan alat bantu pemadam kebakaran disekitar lokasi (Tulang
M.4.1, M.4.1.1)
5. Keterbatasan sumber air disekitar titik lokasi rawan kebakaran hutan
(Tulang M.3.1, T.1.1)

2.3 Dampak Kebakaran Hutan


1. Presepsi Masyarakat Luas

Masyarakat adat merupakan salahsatu garda terdepan yang menjaga dan


mempertahankan hutan di Indonesia. Dengan pengetahuan yang dimiliki,
masyarakat adat telah mampu mengelola hutan secara lestari. Hal ini dibuktikan
dari hasil analisis, menunjukkan 65,1 % atau 4,4 juta Ha wilayah adat masih
berupa hutan alam2.

Sebagian besar wilayah adat berada di dalam kawasan hutan. Data Badan
Registrasi Wilayah Adat (BRWA) menunjukkan terdapat 6,8 juta Ha wilayah adat
dimana 80% atau 5,4 juta Ha berada di dalam kawasan hutan3.

Wilayah adat tersebut merupakan tempat tinggal masyarakat yang secara


konsisten terus menjaga hutan adat mereka. Salah satunya menjaga wilayah
mereka dari kebakaran hutan dan lahan gambut.

2. Dampak Ekonomi Negara

Pemadaman lahan yang sangat susah untuk dilakukan, membuat anggaran yang
dikeluarkan pemerintah semakin besar. Bahkan hujan buatan dengan pemberian
garam pada awan yang diprediksi dapat terjadi pada wilayah yang terjadi
kebakaran tidak sesuai target prediksi karena pengaruh faktor kecepatan angin dan
iklim yang dengan mudah berganti secara tiba-tiba.

2
FWI. 2015. Hasil analisis tutupan hutan PKHI tahun 2013 dengan peta wilayah adat di Badan
Registrasi
Wilayah Adat (BRWA) tahun 2015
3
BRWA. 2015. Data Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) per Agustus 2015

8
3. Dampak Sosial Budaya

Masyarakat Di Indonesia, kebakaran hutan gambut merupakan penyumbang


pencemaran kabut asap yang paling besar. Kebakaran ini terutama akibat dari
pembukaan lahan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit.

Dampak yang paling parah dirasakan oleh banyak pihak akibat pembakaran
tersebut adalah polusi kabut asap yang mengganggu berbagai sendi kehidupan.
Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan juga dapat
mempengaruhi produktivitas dan penghasilan. Ketika asap menyebar, kegiatan
perdagangan dan sekolah di wilayah sekitar kebakaran terpaksa dihentikan dan
diliburkan. Hal ini melumpuhkan aktifitas ekonomi bagi banyak keluarga yang
berpenghasilan rendah dan membahayakan mereka untuk lebih jatuh miskin.
Kerugian tersebut karena terhentinya segala macam aktivitas perekonomian
selama beberapa waktu.

4. Dampak Kesehatan Masyarakat

Kabut asap yang diakibatkan oleh pembakaran hutan dan lahan gambut
memberikan dampak serius terhadap kualitas hidup masyarakat adat yang berada
di sekitar wilayah kebakaran hutan dan lahan gambut. Asap yang diakibatkan oleh
kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari,
apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.

Keterbatasan aktivitas di luar ruangan diakibatkan oleh terbatasnya jarak pandang


akibat kabut asap. Lalu lintas pun juga terganggu dengan adanya kabut asap yang
cukup tebal tersebut karena rawannya kecelakaan yang mungkin terjadi.

Bencana asap juga berdampak pada kesehatan masyarakat berupa penyakit yang
berkaitan dengan saluran pernapasan, seperti Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA),
pneumonia, asma, iritasi mata, dan iritasi kulit. Polusi kabut asap yang berasal
dari kebakaran hutan mengandung campuran gas, partikel dan bahan kimia akibat
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan organik yang ada pada hutan
maupun lahan (sersah, sisa tumbuhan, dll). Campuran gas, partikel dan bahan
kimia yang terkandung dalam kabut asap memberikan banyak dampak bagi
kesehatan. Dalam jangka cepat (akut), asap kebakaran hutan akan menyebabkan
iritasi mata, hidung dan tenggorokan. (risma septianingrum, 2015)

9
2.4 Penanggulagan Kebakaran Hutan

A. Sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan hutan yang baik.

Sosialisasi merupakan media yang baik bagi masyarakat, karena dengan adanya
sosialisasi bagaimana cara mengelola hutan yang baik, cara menindaklanjuti jika
terjadi kebakaran hutan, mulai dari pengenalan, proses pengelolahan, dan
pencapaian hasil

B. Memperkecil jumlah titik api

Suatu kebakaran dapat terjadi karena adanya titik api yang di area hutan. Dengan
adaya gas oksigen dan alat yang mudah terbakarmembantuberkembangnya
api. Api yang bermula hanya titik atau berupa sumberdengan adanya faktor
pendukung maka terjadilah kobaran api yang besar.

C. Mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system)

Pemberitahuan kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinnya kebakaran


hutan, atau untuk mencegah agar tidak terjadi kebakaran hutan perlu diberikan
peringatan dan aturan-aturan yang berkaitan dengan penyebab kebakaran hutan
dan dampak bagi masyarakat sekitar.

D. Membangun satuan-satuan pemadam kebakaran hutan (brigade kebakaran) di


tiap daerah yang rawan gangguan kebakaran hutan dengan dukungan dana, sarana
dan prasarana yang memadai.

Penanggulangan kebakaran hutan dilakukan dengan cara sebagai berikut.

A. Pembangunan jejaring kerja antar daerah dalam upaya penanggulangan


kebakaran hutan yang efektif dan sinergis.

B. Dalam jangka panjang penanggulangan kebakaran hutan dilaksanakan dengan


membangun kelembagaan daerah dengan dukungan pusat yang melibatkan peran
aktif masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

C. Melakukan rehabilitasi dan penghijauan

Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara
lain (Soemarsono, 1997):

1. Memantapkan dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran Hutan dan


Lembaga non struktural berupa Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan Satlak serta
Brigade-brigade pemadam kebakaran hutan di masing-masing HPH dan HTI;

10
2. Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan
dan penanggulangan kebakaran hutan;

3. Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam


kebakaran hutan;

4. Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah,


tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan;

5. Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian


kebakaran hutan;

6. Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan


Transmigrasi), Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan
Menteri Negara Lingkungan Hidup;

7. Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non


kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.

11
BAB III KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan studi kasus tentang Kebakaran Hutan Di Provinsi
Sumatera Selatan dapat disimpulkan bahwa kejadian kebakaran hutan disebabkan
oleh faktor alam dan dapat juga oleh faktor manusia, dalam hal ini kebakaran
hutan sendiri sangat merugikan manusia dikarenakan menyebabkan banyak hal
yang tidak baik seperti pemanasan global, asap yang mengganggu kesehatan dan
jarak pandang, dan menyebabkan ketidak stabilan perekonomian masyarakat atau
pun negara karena mengeluarkan uang untuk pemadaman api yang tidak sedikit.

Pentingnya kesadaran masyarakat akan menjaga dserah hutan dan lahan


karena itu merupakan paru paru bumi yang harus dijaga bukan untuk dirusak
semena mena karena keberlangsungan hidup ada pada alam yang harus di jaga
sebaik mungkin.

12
Daftar Pustaka
risma septianingrum. (2015). Dampak kebakaran hutan diindonesia. Dampak
kebakaran hutan diindonesia, 30-34.

Soemarsono. (1997). Upaya pencegahan kebakaran hutan. ind, 28.

ACB. 2009. Assessment on Peatlands, Biodiversity, and Climate Change

Andriesse W. 1992. Acid Sulfate Soils : Diagnosing the illness. Selected


Papers of t he Ho Chi Minh City Symposium on Acid Sulphate Soils,
March 1992. ILRI Publication 53: 241-246. ILRI Netherland

BRWA. 2015. Data Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) per Agustus 2015

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK. 2016. Sistem


Monitoring Karhutla di Indonesia. Jakarta : KLHK

13

Anda mungkin juga menyukai