Kasus Bencana Alam Kebakaran Hutan Dan Lahan
Kasus Bencana Alam Kebakaran Hutan Dan Lahan
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi studi kasus mata kuliah
Lingkungan Hidup Sumatera Semester I 2023/2024
Oleh
Kleovina Marlia 123230040
Tatang Aditya 123470019
Adel Pransiska 123230042
Neni Efta Lusi 123230036
Rivaldo Sitanggang 123230038
Aditiya Wahyu Nugroho 123230034
Andre Hassell 123230041
2
BAB I PENDAHULUAN
1
Lansigan FP, Santos WLDL, Coladilla JO. 2000. Agronomic impacts of climate variability on
rice production in the Philippines. Agric Ecosyst Environ 82: 129-137.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dicantumkan pada
makalah ini adalah sebagai berikut.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tabel Faktor Penyebab
FAKTOR PENYEBAB 1 PENYEBAB 2 PENYEBAB 3
Masyarakat banyak Peningkatan suhu
melakukan bumi yang bisa
pembukaan lahan mengakibatkan
dengan cara pemanasan global
membakar lahan (M.1.1.1.1)
(M.1.1.1)
Banyak nya lahan
MAN Membuang sampah yang terbakar karena
(M.1) yang mudah tidak ada kesadaran
Kurangnya
terbakar masyarakat tentang
pengetahuan dan
sembarangan di penting nya menjaga
kepedulian
lingkungan seperti kondisi lingkungan
masyarakat terhadap
puntung rorkok tetap aman dari
lingkungan (M.1.1)
(M.1.1.2) rawan kebakaran
(M.1.1.1.2)
Tidak ada nya
penyuluhan ke
masyarakat terkait
penyebab
kebakaran hutan
(M.1.1.3)
Pemerintah sudah
membuat undang
Program pemerintah
undang tentang
yang tidak berjalan
larangan
dengan baik tentang
pembakaran hutan,
penanggulangan
tapi kurangnya
kebakaran (M.2.1)
pengawasan
METHOD (M.2.1.1)
(M.2)
Sistem pengelolaan Banyaknya lokasi
lokasi rawan hutan yang
kebakaran yang terbengkalai tanpa
masih belum pengawasan
terpantau pemerintah
menyeluruh (M.2.2) (M.2.2.2)
5
FAKTOR PENYEBAB 1 PENYEBAB 2 PENYEBAB 3
Terlambatnya
proses
Terkendala pemadaman di
MATERIALS keterbatasan air di lokasi yang sulit
(M.3) daerah rawan mendapatkan air
kebakaran (M.3.1) dan akses lokasi
yang sulit
(M.3.1.1)
Keterbatasan alat
Belum ada nya
pemadam
alat siaga
kebakaran
MACHINE kebakaran
terhambatnya
(M.4) disekitar lokasi
proses
rawan kebakaran
pemadaman
hutan (M.4.1.1)
(M.4.1)
Tidak berjalannya
peraturan
pemerintahan
PEMERINTAH tentang
(M.5.1) pengelolaan
lingkungan hutan
dan lahan
(M.5.1.1)
Masih banyak
masyarakat yang
MARKET membuka lahan
(M.5) secara dibakarr
untuk kepentingan
pribadi (M.5.2.1)
MASYARAKAT
(M.5.2) Minimnya
kesadaran
masyarakat
tentang faktor
penyebab
kebakaran hutan
(M.5.2.2)
6
FAKTOR PENYEBAB 1 PENYEBAB 2 PENYEBAB 3
Kurangnya
Keterbatasan bantuan
ekonomi pemerintah dalam
masyarakat yang memberikan solusi
MONEY
memaksanya untuk masalah per
(M.6)
untuk melakukan ekonomian
pembakaran liar masyarakat
lahan (M.6.1) disekitar hutan
(M.6.1.1)
Sumber air yang
jauh untuk
membantu
pemadaman api
(T.1.1)
TIME
Akses ke lokasi
(T.1)
hutan yang sulit
sehingga
lambatnya proses
pemadaman
(T.1.2)
Belum/tidak
adanya terobosan
teknologi terbaru
terkait dengan
TECHNOLOGY
pemantauan hutan
(T.2)
dan
penanggulangan
kebakaran hutan
(T.2.1)
Minimnya sarana
edukasi untuk
menambah
PEMERINTAH wawasan
(I.1.1) masyarakat terkait
pencegahan
kebakaran hutan
INFORMATION (I.1.1.1)
(I.1)
Kurangnya
kesadaran
MASYARAKAT masyarakat akan
(I.1.2) pentinnya menjaga
lingkungan sekitar
(I.1.2.1)
7
2.2 Hasil Identifikasi Faktor Potensial
1. Aktivitas masyarakat dan kesadaran yang kurang memperhatikan
lingkugan hutan disekitarnya (Tulang M.1.1, M.1.1.1, M.1.1.2,
M.5.2.1, M.5.2.2, I,.1.1.1, I.1.2.1)
2. Program pemerintah yang tidak berjalan dengan baik (Tulang M.2.1,
M.2.1.1, M.5.1.1, M.6.1.1)
3. Akses lokasi yang sulit mengakibatkan kurang nya pemantauan di titik
lokasi rawan kebakaran yang sulit (Tulang M.2.2, M.2.2.2, M.3.1.1,
T.1.2)
4. Keterbatasan alat bantu pemadam kebakaran disekitar lokasi (Tulang
M.4.1, M.4.1.1)
5. Keterbatasan sumber air disekitar titik lokasi rawan kebakaran hutan
(Tulang M.3.1, T.1.1)
Sebagian besar wilayah adat berada di dalam kawasan hutan. Data Badan
Registrasi Wilayah Adat (BRWA) menunjukkan terdapat 6,8 juta Ha wilayah adat
dimana 80% atau 5,4 juta Ha berada di dalam kawasan hutan3.
Pemadaman lahan yang sangat susah untuk dilakukan, membuat anggaran yang
dikeluarkan pemerintah semakin besar. Bahkan hujan buatan dengan pemberian
garam pada awan yang diprediksi dapat terjadi pada wilayah yang terjadi
kebakaran tidak sesuai target prediksi karena pengaruh faktor kecepatan angin dan
iklim yang dengan mudah berganti secara tiba-tiba.
2
FWI. 2015. Hasil analisis tutupan hutan PKHI tahun 2013 dengan peta wilayah adat di Badan
Registrasi
Wilayah Adat (BRWA) tahun 2015
3
BRWA. 2015. Data Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) per Agustus 2015
8
3. Dampak Sosial Budaya
Dampak yang paling parah dirasakan oleh banyak pihak akibat pembakaran
tersebut adalah polusi kabut asap yang mengganggu berbagai sendi kehidupan.
Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan juga dapat
mempengaruhi produktivitas dan penghasilan. Ketika asap menyebar, kegiatan
perdagangan dan sekolah di wilayah sekitar kebakaran terpaksa dihentikan dan
diliburkan. Hal ini melumpuhkan aktifitas ekonomi bagi banyak keluarga yang
berpenghasilan rendah dan membahayakan mereka untuk lebih jatuh miskin.
Kerugian tersebut karena terhentinya segala macam aktivitas perekonomian
selama beberapa waktu.
Kabut asap yang diakibatkan oleh pembakaran hutan dan lahan gambut
memberikan dampak serius terhadap kualitas hidup masyarakat adat yang berada
di sekitar wilayah kebakaran hutan dan lahan gambut. Asap yang diakibatkan oleh
kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari,
apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
Bencana asap juga berdampak pada kesehatan masyarakat berupa penyakit yang
berkaitan dengan saluran pernapasan, seperti Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA),
pneumonia, asma, iritasi mata, dan iritasi kulit. Polusi kabut asap yang berasal
dari kebakaran hutan mengandung campuran gas, partikel dan bahan kimia akibat
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan organik yang ada pada hutan
maupun lahan (sersah, sisa tumbuhan, dll). Campuran gas, partikel dan bahan
kimia yang terkandung dalam kabut asap memberikan banyak dampak bagi
kesehatan. Dalam jangka cepat (akut), asap kebakaran hutan akan menyebabkan
iritasi mata, hidung dan tenggorokan. (risma septianingrum, 2015)
9
2.4 Penanggulagan Kebakaran Hutan
Sosialisasi merupakan media yang baik bagi masyarakat, karena dengan adanya
sosialisasi bagaimana cara mengelola hutan yang baik, cara menindaklanjuti jika
terjadi kebakaran hutan, mulai dari pengenalan, proses pengelolahan, dan
pencapaian hasil
Suatu kebakaran dapat terjadi karena adanya titik api yang di area hutan. Dengan
adaya gas oksigen dan alat yang mudah terbakarmembantuberkembangnya
api. Api yang bermula hanya titik atau berupa sumberdengan adanya faktor
pendukung maka terjadilah kobaran api yang besar.
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara
lain (Soemarsono, 1997):
10
2. Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan
dan penanggulangan kebakaran hutan;
11
BAB III KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan studi kasus tentang Kebakaran Hutan Di Provinsi
Sumatera Selatan dapat disimpulkan bahwa kejadian kebakaran hutan disebabkan
oleh faktor alam dan dapat juga oleh faktor manusia, dalam hal ini kebakaran
hutan sendiri sangat merugikan manusia dikarenakan menyebabkan banyak hal
yang tidak baik seperti pemanasan global, asap yang mengganggu kesehatan dan
jarak pandang, dan menyebabkan ketidak stabilan perekonomian masyarakat atau
pun negara karena mengeluarkan uang untuk pemadaman api yang tidak sedikit.
12
Daftar Pustaka
risma septianingrum. (2015). Dampak kebakaran hutan diindonesia. Dampak
kebakaran hutan diindonesia, 30-34.
BRWA. 2015. Data Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) per Agustus 2015
13