Oleh :
TIM PENASEHAT HUKUM TERDAKWA
DEMI DAN UNTUK KEADILAN”
Negara, 24 Oktober 2023
Perihal : Pleidooi/ Nota Pembelaan
Kepada Yth,
Majelis Hakim
Yang Memeriksa dan Mengadili
Perkara Nomor: 91/Pid.Sus/2023/PN Nga.
Di – Pengadilan Negeri Negara
Dengan Hormat,
Kami yang bertandatangan dibawah ini
Para Advokat, Pengacara, dan Konsultan Hukum Pada Kantor Hukum GG GUS
GANDRUNG LAW FIRM OFFICE, yang beralamat di Jalan Sriwijaya No. 6, Desa
Dangintukadaya, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali, baik bersama-
sama maupun sendiri-sendiri bertindak dan untuk atas nama Terdakwa I NENGAH
MULIASA ALIAS JERO SAWE.
Dengan ini perkenankan kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa dalam perkara ini
menjalankan hak kami untuk menyampaikan pembelaan (Pledoi) atas Surat Tuntutan
(Requisitoir) Sdr. Jaksa Penuntut Umum.
Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Sdr. Jaksa Penuntut Umum dalam surat
dakwaannya dengan bentuk dakwaan Alternatif yang didakwaan melanggar Pasal 6
Huruf c jo Pasal 4 ayat (2) huruf b jo Pasal 15 ayat (1) UURI No. 12 Tahun 2022 Tentang
Tindak Pidana Kekerasan Seksual atau Kedua Pasal 6 huruf c jo Pasal 4 ayat (2) huruf b
UURI No.12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
1. Kami berterimakasih untuk komitmen Majelis Hakim dan Penuntut Umum selama
persidangan di tengah banyaknya perkara yang harus diperiksa dan diputuskan,
kami mohon agar Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini
dengan cermat dengan tetap menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah
(presumption of innocence) dan bukan dengan asas praduga bersalah (presumption of
guilty).
2. Kami Penasihat Hukum Terdakwa memberikan apresiasi dan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada Ketua dan Anggota Majelis Hakim karena proses
persidangan ini dapat berjalan secara baik, cepat, dan efektif, sehingga semua
tahapan persidangan dapat berjalan dengan baik. Kami yakin dilandasi oleh
semangat kita bersama Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum, dan kami selaku
Kuasa Hukum untuk menjalankan proses persidangan atas nama Terdakwa
berdasarkan prinsip-prinsip peradilan yang bersih, jujur (fair), demi tegaknya
hukum dan keadilan.
3. Ungkapan terima kasih kepada Jaksa Penuntut Umum juga perlu kami kemukakan
atas surat tuntutan yang telah disampaikan dan dibacakan. Setidaknya, surat
tuntutan atas perkara ini sudah dibacakan oleh Penuntut Umum sehingga perkara
ini secara formil dapat dilanjutkan ke tahap Pembelaan (Pledoi).
4. Dengan penghormatan yang tinggi terhadap Profesi Hakim dan Jaksa, kami
menyadari hukum harus ditegakkan demi adanya masyarakat yang adil, damai
dan sejahtera dengan membebaskan orang-orang yang tidak bersalah.
5. Untuk itu ijinkanlah kami Penasehat Hukum untuk memberikan pembelaan
terhadap Para Terdakwa sebagaimana yang sudah diatur dalam Pasal 182 ayat (1)
huruf b KUHAP, yang akan kami jelaskan secara perlahan namun pasti sehingga
akan jelas.
Untuk memudahkan membaca Nota Pembelaan (Pleidooi) ini akan kami susun secara
sistematis.
I . PENDAHULUAN
IV . ANALISIS YURIDIS
V . PENUTUP
I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,
Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Hadirin sidang sekalian,
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan kekuatan fisik dan mental kepada kita semua,
hingga pada akhirnya kami selaku Penasihat Hukum dari Terdakwa dapat
menyusun dan membacakan Pledoi ini. Tak lupa kami ucapkan rasa
terimakasih kepada Majelis Hakim yang memberikan kesempatan kepada kami
sebagai Penasehat Hukum Terdakwa untuk mengajukan Nota Pembelaan ini.
Begitu pula kepada Panitera yang telah dengan tekun dan penuh kesabaran
mengikuti serta mencatat seluruh fakta-fakta yang terungkap di dalam
persidangan ini, karena fakta-fakta itulah akan terungkap kebenaran dalam
persidangan ini. Tidak lupa saya haturkan terimakasih kepada Sdr. Jaksa
Penuntut Umum yang telah menjalankan tugas dan kewajibannya
sebagai aparat penegak hukum dengan maksimal dan seoptimal mungkin
meskipun terkadang kita sebagai manusia tidak luput dari sebuah kesalahan.
Sebagai Penasehat Hukum Terdakwa kita akan tetap berpegangan teguh
pada prinsip penegak hukum yang berwawasan rasa keadilan yang memang
sudah semestinya harus ditegakkan kepada siapapun berpegangan pada asas
equality before the law yaitu asas dimana semua orang sama dimata hukum.
FAKTA PERSIDANGAN
- Barang Bukti
Bahwa berdasarkan persidangan telah diajukan dan diperlihatkan barang
bukti yang telah disita secara sah bertdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri
Negara Nomor : 108/Pen.Pid/2023/PN.Nga, Tanggal 5 Juli 2023 yang terdiri
dari :
1. 1 (satu) Unit Sepeda Motor Honda Scoopy Warna Hitam, Nopol : DK
5497 ZZ;
2. 1 (satu) buah baju kaos warna hitam dengan kombinasi merah putih
dengan tulisan pada bagian depan BATA (BALIAGA TRAIL
ADVENTURE);
3. 1 (satu) buah celana pendek warna biru;
4. 1 (satu) buah celana dalam warna biru;
5. 1 (satu) buah baju kaos lengan panjang warna hitam bermotif;
6. 1 (satu) buah baju kaos lengan panjang warna merah bergambar
hellokitty;
7. 1 (satu) buah celana panjang warna hitam;
8. 1 (satu) buah celana dalam warna coklat;
9. 1 (satu) buah seprai warna abu-abu motif bunga.
SAKSI A CHARGE
- Saksi I (I KOMANG PURNAYASA) memberikan keterangan dibawah
sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut: :
Saksi sebagai Suami korban;
Bahwa saksi sudah sering mengantar istrinya berobat ke Dokter dan
juga Dukun atau Balian atau Paranormal, namun istrinya belum ada
perubahan kesembuhan;
Bahwa pada saat mengobati istrinya dirumah terdakwa, saksi
membawa banten pejati atau banten sesaji;
Bahwa pada saat mengobati istrinya kerumah terdakwa, saksi tahu
dan mengetahui kalau ada orang yang juga berobat kesana;
Saksi yang mengijinkan Terdakwa untuk mengobati istrinya;
Bahwa saksi yang awalnya menelpon dan menyuruh Terdakwa untuk
mengobati istrinya dirumah;
Bahwa Saksi juga sudah yakin dan percaya Terdakwa sebagai Dukun
atau Balian atau Paranormal yang bisa menyembuhkan istrinya;
Bahwa saksi mengakui ketika diobati oleh Terdakwa, istri saksi sudah
mulai ada perubahan;
Bahwa saksi saat itu ada mendampingi korban pada saat dilakukan
pengobatan oleh Terdakwa, baik itu dilakukan dirumah Terdakwa di
daerah Lingkungan Sawe, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan
Jembrana, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali maupun pada saat
kejadian di rumah korban sendiri, di Banjar Tangimeyeh, Desa
Berangbang, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali;
Bahwa Saksi pada saat pengobatan dirumahnya sudah setuju dengan
teknik pengobatan yang dilakukan oleh Terdakwa, dan juga justru
saksi sendiri yang melepaskan baju dan celana dalam istrinya
(Korban);
Bahwa saksi juga mengijinkan ketika terdakwa melakukan
pengobatannya didalam ruangan atau kamar;
Bahwa dasar laporan awal terkait dengan adanya perbuatan
pencabulan yang dilakukan oleh terdakwa terhadap istri saksi, karena
saksi menyangka bahwa kelamin terdakwa yang masuk ke kemaluan
istri saksi;
Bahwa saksi yakin dan percaya dengan pengobatan dukun / balian /
paranormal;
- Saksi II (NI KETUT SUTAWI) memberikan keterangan dibawah sumpah
yang pada pokoknya sebagai berikut :
Saksi sebagai korban;
Bahwa saksi sudah lama menderita suatu penyakit aneh yang tidak
dapat / bisa disembuhkan;
Bahwa saksi juga sering kesurupan;
Bahwa saksi juga sering bertingkah aneh;
Bahwa saksi sudah pernah berobat ke dokter, bahkan dokter spesialis;
Bahwa saksi juga sudah pernah berobat ke balian atau dukun atau
paranormal namun tidak sembuh juga;
Bahwa saksi belum pernah diperiksa kejiwaan sebelumnya;
Bahwa saksi pernah berobat dengan perut membesar, namun setelah
dipegang oleh dokter yang mengobati perutnya langsung kempes;
Bahwa saksi pernah berobat ke rumah atau tempat tinggal terdakwa
pada awalnya dengan membawa banten pejati atau banten sesaji;
Bahwa setelah diobati pertama kali oleh terdakwa, saksi korban mulai
ada perubahan;
Bahwa saksi korban sering didampingi oleh suaminya pada saat akan
diobati dengan cara yang ditawarkan oleh terdakwa;
Bahwa saksi korban dan suaminya sama-sama setuju dan
mengiyakan ketika terdakwa mengutarakan tata cara pengobatannya
kepada saksi korban;
Bahwa saksi korban percaya dan yakin dengan pengobatan dengan
balian / dukun / paranornal;
KETERANGAN AHLI
SAKSI A DE CHARGE
- SURAT
Visum Et Refertum Nomor : 441.6/908/PEM.KES, Tanggal 23 Juni
2023 di Rumah Sakit Umum Negara dan ditanda tangani oleh oleh dr.
I PUTU MAHENDRA YOGI SEMARA;
Hasil Pemeriksaan Psikologis untuk kepentingan Penyelidikan pada
Kasus Dugaan Tindak Pidana Kekerasan Seksual (Perbuatan Cabul)
tanggal 04 Juli 2023 yang ditanda tangani oleh MADE AYU
WAHYUNING PRATIVI, S.Psi, M.Psi., Psikolog (Psikologis Klinis
pada UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Provinsi Bali.
FAKTA HUKUM
Berdasarkan hasil pemeriksaan di persidangan, diperoleh fakta-fakta
hukum sebagai berikut :
- Bahwa Terdakwa sebelumnya mendapat pawisik atau petunjuk untuk
melakukan perjalanan ke barat;
- Bahwa sampai di Dusun Tangimeyeh, Desa Berangbang, Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali;
- Bahwa terdakwa kemudian bertemu dengan seorang anak kecil, dan
menanyakan kepada anak tersebut apakah disekitar sini ada yang sakit
sudah lama, namun tidak sembuh-sembuh;
- Bahwa kemudian Terdakwa sempat bertemu dengan korban dan
keluarganya, serta sempat berkata, apa ibu mau saya obati?, waktu itu saksi
dan suaminya mengiyakannya dan mau untuk dibantu pengobatan oleh
terdakwa;
- Bahwa saksi korban dan suaminya sempat 2 kali berobat kerumah terdakwa
dan pada waktu itu saksi korban dan suaminya membawa banten untuk
sarana pengobatan;
- Bahwa setelah pulang saksi korban dan suaminya ada ular masuk ke
pekarangan rumah saksi korban, kemudian saksi korban dan suaminya
sempat berkomunikasi dan berkonsultasi dengan terdakwa, kemudian atas
saran terdakwa ular tersebut jangan dibunuh atau dimatikan;
- Bahwa setelah itu terdakwa datang kerumah saksi korban, kemudian
melakukan melakukan pengobatan yang tersebut, namun sebelumnya
terdakwa sudah meminta ijin dan persetujuan dari suami korban dan saksi
korban, setelah mendapatkan ijin dari suami dan saksi korban kemudian
terdakwa melakukan pengobatan yang dimaksud;
- Bahwa karena penyakitnya tidak keluar maka Terdakwa sekali lagi meminta
ijin dan persetujuan kepada suami dan saksi korban untuk melakukan
pengobatan tersebut dalam sebuah ruangan, dan juga ada celah untuk melihat dari
luar keadaan dalam ruangan tersebut;
- Bahwa kemudian saksi suami korban menyangka bahwa terdakwa mempunyai niat
dan keinginan untuk menyetubuhi korban, dan menggedor pintu ruangan
terssebut, serta mengatakan bahwa terdakwa berusaha menyetubuhi istrinya serta
mengatakan kelamin terdakwa besar dan panjang;
- Bahwa setelah itu suami korban memeriksa dan membuka celana terdakwa, namun
pada saat itu alat kelamin terdakwa sakit, dan luka karena kemarinnya habis
berhubungan badan dengan istri terdakwa, sesuai pengakuan terdakwa, dan juga
saksi istri terdakwa dalam persidangan;
- Bahwa dalam tahap penyelidikan alat kelamin terdakwa juga sempat difoto dan
didokumentasikan, namun tidak masuk dalam berkas perkara;
- Bahwa pada awalnya dasar Laporan Polisi ke Polres Jembrana adalah : karena
percobaan persetubuhan yang dilakukan oleh Terdakwa kepada Saksi Korban, dan
bukan karena teknik atau tata cara pengobatan yang dilakukan oleh Terdakwa
kepada Saksi Korban, sesuai dengan Keterangan Saksi Suami Korban atas nama : I
KOMANG PURNAYASA, dan juga saksi dari kepolisn sekaligius tetangga korban
yang bernama : I PUTU PUTRA RIANA, serta dikonfrontir dengan Keterangan
Terdakwa dalam persidangan serta sesuai dengan apa yang ada dalam Berita Acara
Pemeriksaan dan Berkas Perkara;
Bahwa sebelum kita mengulas, menganalisa, dan menjabarkan terkait dengan Unsur
yang didakwakan Penuntut Umum kepada Terdakwa, kami selaku Penasehat Hukum
Terdakwa sedikit memberikan gambaran, paparan, ulasan terkait dengan Niat, Motif, dan
Unsur pidana :
1. Kata Niat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di definisikan sebagai
maksud atau tujuan suatu perbuatan atau kehendak seseorang. Maka niat lebih
spesifik menunjukkan sikap batin yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Di dalam hukum pidana, niat diartikan sebagai tujuan yang disengaja yang
mengarahkan seseorang untuk melakukan kejahatan, dilarang oleh hukum atau
yang dapat mengakibatkan hasil yang melanggar hukum. Niat menggambarkan
kehendak atau rencana seseorang. Ketika suatu tindakan dilakukan dengan
sengaja, hal tersebut menyiratkan kemauan atau tujuan seseorang untuk
melakukannya dan bukan kecelakaan atau kesalahan. Di mana ia benar-benar
mengetahui tentang konsekuensi dari tindakan tersebut, sehingga niat adalah
elemen utama untuk melekatkan kesalahan. Seseorang dapat dipidana tidak cukup
hanya karena ia telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
Meski perbuatannya memenuhi rumusan delik dalam peraturan perundang-
undangan dan tidak dibenarkan, hal ini belum memenuhi syarat untuk penjatuhan
pidana. Hal ini harus dilihat dari niat atau maksud tujuan pelaku melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan hukum. Untuk
menjawab adanya niat maka dilakukan proses penyelidikan sesuai dengan Pasal 1
angka 5 KUHP. Dalam proses penyidikan, semua hasil penyelidikan dilengkapi
lagi berkas dan alat bukti termasuk menguraikan unsur-unsur tindak pidana dan
melihat pada niat pelaku. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa niat menjadi
faktor penentu dalam menentukan seseorang melakukan perbuatan tindak pidana
atau tidak. Sebuah tindakan yang dilakukan dengan niat baik atau buruk, jika
dilakukan dengan sengaja dan sadar yang dilarang oleh hukum, itu akan menjadi
tanggung jawab pidana.
Pengertian Motif
Motif merupakan hal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan. Jika dikaitkan dengan tindak pidana, maka motif menjadi dorongan
yang terdapat dalam sikap batin atau niat pelaku untuk melakukan tindak pidana.
Motif dapat digambarkan sebagai tujuan mendasar dari suatu tindakan yang
menggerakan niat seseorang. Dalam tindak pidana, motif seringkali dianggap tidak
relevan, untuk itu perlu ada penyelidikan polisi dan kepastian dalam memastikan
kesalahan seseorang atas penjelasan mengenai alasan yang dituduhkan, karena
bertindak atau menahan diri dari bertindak dengan cara tertentu. Beberapa motif
yang terdapat dalam tindak pidana yaitu motif ekonomi, motif bisnis, motif
asmara, motif seksual, motif kekuasaan, hingga motif politik. Motif menjadi awal
timbulnya niat, yang mana niat dikaitkan dengan unsur delik kesengajaan. Namun
motif dan kesengajaan berbeda, kesengajaan sebagai maksud biasanya ada
mengandung motif. Seperti dengan maksud memiliki secara melawan hukum (362
KUHP), atau dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum (368 KUHP). Perbedaan niat dan motif dalam tindak pidana
Perbedaan utama niat dan motif adalah bahwa niat secara khusus menunjukkan
keadaan mental terdakwa yaitu apa yang terjadi dalam pikirannya pada saat
melakukan kejahatan. Sedangkan motif menyiratkan motivasi, yaitu apa yang
mendorong seseorang untuk melakukan atau menahan diri dari melakukan
sesuatu. Dalam hukum pidana, niat dijelaskan sebagai penyebab yang disengaja
dan upaya yang diketahui untuk bertindak dengan cara tertentu yang tidak
diizinkan oleh hukum. Sebagai lawan, motif didefinisikan sebagai penyebab
tersirat yang menghasut seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Niat seseorang dapat dilihat menggunakan cara tertentu dan melihat
keadaan yang mengakibatkan pelanggaran pidana. Sebaliknya, motif merupakan
alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau menahan
diri dari bertindak dengan cara tertentu. Saat seseorang memiliki niat, itu
merupakan elemen untuk membebankan tanggung jawab pidana dan harus
dibuktikan tanpa keraguan. Kemudian, motif bukanlah elemen utama untuk
membubuhkan kesalahan jadi hal tersebut tidak perlu dibuktikan.
2. Delik atau Unsur Pidana, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, delik adalah
perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran
terhadap undang-undang atau merupakan tindak pidana. S. R. Sianturi dalam
buku yang sama mengutip Moeljatno yang memilih menerjemahkan strafbaar feit
sebagai perbuatan pidana, yaitu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana bagi barang siapa melanggar larangan tersebut (hal. 208). Perbuatan
tersebut harus betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tak
boleh atau menghambat akan tercapainya tatanan dalam pergaulan masyarakat
yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Makna perbuatan pidana secara mutlak
harus termaktub unsur formil, yaitu mencocoki rumusan undang-undang
(tatbestandmaszigkeit) dan unsur materiel, yaitu sifat bertentangan dengan cita–
cita mengenai pergaulan masyarakat atau sifat melawan hukum (rechtswirdigkeit).
Sementara itu, S. R. Sianturi dalam buku yang sama juga mengutip Wirjono
Prodjodikoro yang merumuskan tindak pidana sebagai suatu perbuatan yang
pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana dan pelaku itu dapat dikatakan
merupakan subjek tindak pidana (hal. 208). Berdasarkan rumusan pengertian
tindak pidana di atas, untuk menentukan suatu perbuatan sebagai tindak pidana,
perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
kepada subjek tindak pidana yang melakukannya atau dalam rumusan hukum
pidana disebut dengan barang siapa yang melanggar larangan tersebut.Dengan
kata lain, perbuatan yang tergolong tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang
dalam hukum yang dapat diancam dengan sanksi pidana.Unsur-unsur Tindak
Pidana :Apa itu unsur pidana? Menurut S. R. Sianturi, secara ringkas unsur-unsur
tindak pidana adalah (hal. 208):
- Adanya subjek;
- Adanya unsur kesalahan;
- Perbuatan bersifat melawan hukum;
- Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-
undang/perundang-undangan dan terhadap yang melanggarnya diancam
pidana;
- Dalam suatu waktu, tempat, dan keadaan tertentu.
Merujuk pada unsur-unsur tindak pidana di atas, S. R. Sianturi merumuskan
pengertian dari tindak pidana sebagai suatu tindakan pada tempat, waktu,
dan keadaan tertentu, yang dilarang (atau melanggar keharusan) dan
diancam dengan pidana oleh undang-undang serta bersifat melawan hukum
serta mengandung unsur kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang
mampu bertanggung jawab (hal. 208). Dari lima unsur di atas, dapat
disederhanakan menjadi unsur subjektif dan unsur objektif. Apa itu unsur
objektif dan subjektif tindak pidana? Unsur subjektif meliputi subjek dan
adanya unsur kesalahan. Sedangkan yang termasuk unsur objektif adalah
perbuatannya bersifat melawan hukum, tindakan yang dilarang atau
diharuskan oleh undang-undang/perundang-undangan dan terhadap
pelanggarnya diancam pidana, serta dilakukan dalam waktu, tempat dan
keadaan tertentu. P. A. F. Lamintang dalam buku Dasar-dasar Hukum
Pidana Indonesia juga berpendapat bahwa setiap tindak pidana yang
terdapat dalam KUHP pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-
unsur yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur, yakni
unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif (hal. 193). Yang dimaksud
dengan unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si
pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk ke
dalamnya, yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya (hal. 193).
Sedangkan yang dimaksud unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada
hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan
mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan (hal. 193).
kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan
sesuatu kenyataan sebagai akibat. Unsur wederrechttelijk atau sifat
melanggar hukum selalu harus dianggap sebagai disyaratkan di dalam
setiap rumusan delik, walaupun unsur tersebut oleh pembentuk undang-
undang tidak dinyatakan secara tegas sebagai salah satu unsur dari delik
yang bersangkutan (hal. 194). P. A. F. Lamintang kemudian menerangkan
apabila unsur wederrecttelijk dinyatakan secara tegas sebagai unsur dari
delik, maka tidak terbuktinya unsur tersebut di dalam peradilan akan
menyebabkan hakim harus memutus sesuatu vrijkpraak atau pembebasan
(hal. 195). Apabila unsur wederrecttelijk tidak dinyatakan secara tegas
sebagai unsur dari delik, maka tidak terbuktinya unsur tersebut di dalam
peradilan akan menyebabkan hakim harus memutuskan suatu ontslag van
alle rechtsvervolging atau suatu “pembebasan dari segala tuntutan hukum”
(hal. 195). Maka, untuk mengetahui apakah suatu perbuatan adalah tindak
pidana atau bukan, perbuatan tersebut harus memenuhi unsur-unsur delik
atau tindak pidana yang dimaksud itu. Penerapan Unsur-unsur Tindak
Pidana, Untuk mengetahui apakah perbuatan dalam sebuah peristiwa
hukum adalah tindak pidana, dapat dilakukan analisis apakah perbuatan
tersebut telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam
sebuah ketentuan pasal hukum pidana tertentu. Untuk itu, harus diadakan
penyesuaian atau pencocokan (bagian-bagian/kejadian-kejadian) dari
peristiwa tersebut kepada unsur-unsur dari delik yang didakwakan. Jika
ternyata sudah cocok, maka dapat ditentukan bahwa peristiwa itu
merupakan suatu tindak pidana yang telah terjadi yang (dapat) dimintakan
pertanggungjawaban pidana kepada subjek pelakunya. Namun, jika salah
satu unsur tersebut tidak ada atau tidak terbukti, maka harus disimpulkan
bahwa tindak pidana belum atau tidak terjadi. Hal ini karena, mungkin
tindakan sudah terjadi, tetapi bukan suatu tindakan yang dilarang oleh
undang-undang yang diancamkan suatu tindak pidana. Mungkin pula suatu
tindakan telah terjadi sesuai dengan perumusan tindakan dalam pasal yang
bersangkutan, tetapi tidak terdapat kesalahan pada pelaku dan/atau
tindakan itu tidak bersifat melawan hukum. P. A. F. Lamintang lebih jauh
menjelaskan bahwa apabila hakim berpendapat bahwa tertuduh tidak dapat
mempertanggungjawabkan tindakannya, maka hakim harus membebaskan
tertuduh dari segala tuntutan hukum atau dengan kata lain, hakim harus
memutuskan suatu ontslag van alle rechtsvervolging, termasuk jika terdapat
keragu-raguan mengenai salah sebuah elemen, maka hakim harus
membebaskan tertuduh dari segala tuntutan hukum (hal. 197).
In Casu :
- Bahwa berdasarkan atas fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan
yang lalu, baik itu dari Keterangan Saksi Korban, Keterangan Saksi A
Charge, Keterangan Saksi A De Charge, Keterangan Ahli, dan Keterangan
Terdakwa, sudah sangat jelas, bahwa Terdakwa tidak mempunyai Unsur
Mens Rea atau Niat Jahat terhadap Saksi Korban, karena niat awal Terdakwa
adalah untuk mengobati Saksi Korban, selain itu pada saat sebelum
dilakukan pengobatan tersebut Suami Saksi Korban dan Saksi Korban juga
sudah menyetujui dan memberikan ijin kepada Terdakwa;
- Bahwa berdasarkan fakta-fakta persidangan yang terungkap, bahwa ada
pasien Terdakwa yang lain, yang berasal dari Desa Yeh Kuning, Kecamatan
Jembrana, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali, yang mempunyai keluhan
dan sakit yang sama dengan sakitnya Saksi Korban, dan terhadap pasien
tersebut juga dilakukan juga pengobatan dengan cara seperti itu, dan
terbukti memberikan kesembuhan kepada orang tersebut. Dan terkait denga
teknik dan tata cara pengobatan yang dilakukan oleh Terdakwa juga sudah
diberitahukan sebelumnya oleh Terdakwa kepada Suami Saksi Korban dan
Saksi Korban;
- Bahwa unsur pidana yang dilakukan oleh Terdakwa sebenarnya tidak ada,
karena Terdakwa sudah memberitahu Suami Saksi Korban dan Saksi Korban
dari awal terkait dengan teknik dan tata cara pengobatan yang akan
dilakukan oleh Terdakwa, dan juga Terdakwa memberikan pengalamanya
bahwa sudah ada pasien Terdakwa yang lalu yang disembuhkan dengan
metode pengobatan ini. Sehingga dari awal Suami Saksi Korban dan Saksi
Korban sendiri sudah tahu dan mengetahui akan hal tersebut;
- Bahwa berdasarkan atas unsur menyalahgunakan kedudukan, wewenang,
kepercayaan, atau perbawa yang timbul dari tipu muslihat atau hubungan
keadaan atau memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan, atau
ketergantungan seseorang, memaksa atau dengan penyesatan
menggerakkan orang itu untuk melakukan dan membiarkan dilakukan
persetubuhan atau perbuatan cabul dengannya atau dengan orang lain,
dapat Penasehat Hukum Terdakwa tanggapi sebagai berikut : sudah
dijelaskan diawal dan menjadi fakta-fakta yang terungkap dalam
persidangan dan tidak dapat dibantah, bahwa Terdakwa berniat tulus dan
ikhlas mengobati Saksi Korban, bahwa Terdakwa juga sudah
memberitahukan kepada Suami Saksi Korban dan Saksi Korban, bahwa
Terdakwa pernah mempunyai pasien dengan sakit dan keluhan yang sama
dengan Saksi Korban, dengan metode pengobatan jari tangan Terdakwa
masuk ke alat kelamin pasien tersebut, dan hasilnya pada saat itu keluar
cairan berbau busuk dan amis dari alat kelamin pasien tersebut, dan pasien
tersebut sehat sampai saat ini, kemudian pada saat akan dilakukan
pengobatan tersebut kembali Terdakwa meminta ijin kepada Suami Saksi
Korban dan Saksi Korban sendiri, kemudian Suami Saksi Korban dan Saksi
Korban memberikan ijin dan menyetujuinya karena sudah berobat ke dokter
dan 14 kali ke Dukun/Balian/Paranormal namun tidak memperoleh
kesembuhan juga;
- Bahwa pada saat pengobatan dipindahkan ke dalam ruangan, justru Suami
Saksi Korban menuduh bahwa Terdakwa berusaha melakukan
persetubuhan dengan Saksi Korban, dengan mengatakan alat kelamin jero
panjang dan besar, padahal yang dilihat oleh Suami Saksi Korban adalah
tangan Terdakwa, inilah awal Terdakwa pada sat itu dilaporkan dengan
dugaan melakukan percobaan persetubuhan terhadap Saksi Korban, namun
pada perkembangnnya justru teknik dan tata cara pengobatan yang
dilakukan oleh Terdakwa yang justru dipermasalahkan dan dijadikan unsur
pidana, padahal diawal sudah ada kesepakan antara Terdakwa, Suami Saksi
Korban, dan Saksi Korban sendiri untuk mengijinkan, mengiyakan, dan
menyetujui tata cara pengobatan tersebut;
- Bahwa dalam hal ini justru Terdakwa yang sangat dirugikan, karena sudah
merasa dituduh melakukan percobaan persetubuhan dengan Saksi Korban,
namun itu tidak benar terjadi, dan sekarang malah teknik dan tata cara
pengobatan yang dilakukan Terdakwa terhadap Saksi Korban yang
dipermasalahkan, dan sampai menimbulkan akibat hukum, Terdakwa yang
dipenjara, padahal dari awal sudah ada kesepakatan, ijin, dan persetujuan
dari Suami Saksi Korban dan Saksi Korban sendiri.
- Bahwa sudah sangat jelas sekali, justru yang sangat dirugikan itu adalah
Terdakwa, sudah mengobati Saksi Korban, sekarang ada dalam penjara, dan
keluarga yang ditinggalkan mempunyai beban yang berat, mengingat
Terdakwa selama ini sebagai tulang punggung keluarganya.
KESIMPULAN :
- Bahwa memang benar Terdakwa berprofesi sebagai Sopir sekaligus
sebagai Dukun/Balian/Paranormal;
- Bahwa memang benar Terdakwa memperoleh Pawisik terkait dengan
sakitnya Saksi Korban;
- Bahwa dalam setiap pengobatannya Terdakwa selalu memakai
Banten sebagai sarana upacara, sebelum melakukan pengobatan
terhadap pasien-pasiennya;
- Bahwa benar pada saat Suami Saksi Korban dan Saksi Korban berobat
pertama kali dirumah Terdakwa, pada saat itu ada juga yang
meminta obat;
- Bahwa memang benar setiap pengobatan yang dilakukan Terdakwa
ketika dirumah selalu diadakan di teras rumah Terdakwa;
- Bahwa memang benar Terdakwa ketika akan mengobati pasien-
pasiennya selalu minta didampingi dan selalu minta ijin dan
persetujuan dari keluarga pasien-pasiennya;
- Bahwa memang benar setelah dilakukan pengobatan 2 kali terhadap
Saksi Korban, Saksi Korban sudah mulai ada perbaikan dan
perubahan dalam dirinya;
- Bahwa sehari sebelum kejadian, atau Tanggal 22 Juni 2023 Terdakwa
dan istrinya memang sempat berhubungan badan, yang
mengakibatkan alat kelamin Terdakwa luka dan lecet-lecet;
- Bahwa pada saat kejadian yaitu sekitar Tanggal 23 Juni 2023,
Terdakwa sebelum melakukan teknik, dan tata cara pengobatan
terhadap Saksi Korban, sudah meminta ijin kepada Suami Saksi
Korban, dan pada saat itu Suami Saksi Korban mengijinkan dan
menyetujuinya;
- Bahwa jari tangan Terdakwa yang masuk ke alat kelamin Saksi
Korban sekitar 1 cm, dan bukan jari tangan seluruhnya;
- Bahwa awal adanya laporan yang dilakukan oleh Suami Saksi Korban
ke Polres Jembrana, karena Suami Saksi Korban menganggap
Terdakwa akan menyetubuhi istrinya;
Bahwa kita semua percaya pada dasarnya putusan yang lahir dari suatu proses
persidangan dalam Perkara Pidana adalah suatu putusan yang benar-benar berlandaskan
pada suatu Kebenaran Materiil yang ditemukan dalam proses persidangan. Bahwa
berdasarkan hal tersebut, maka kami Selaku Penasehat Hukum Terdakwa Atas Nama : I
NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE secara hukum menilai tuntutan Sdr. Penuntut
Umum terhadap para Terdakwa yang dituduhkan tidak benar.
V. PENUTUP
Bahwa untuk menutup Pleidooi ini kami Penasehat Hukum Terdakwa
memohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia Yang Memeriksa dan Memutus
perkara ini untuk mempertimbangkan hal-hal yang meringankan Terdakwa
Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE yaitu :
1. Terdakwa bersikap sopan dan berterus terang selama persidangan;
2. Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya;
3. Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga;
4. Terdakwa belum pernah dipidana sebelumnya.
Berdasarkan uraian kami di atas, maka kami mohon kepada Majelis Hakim Yang
Mulia Yang Memeriksa dan Memutus Perkara ini agar kiranya dapat Memberikan
Putusan Pidana sebagai berikut :
1. Menerima dan Mengabulkan Nota Pembelaan (Pleidooi) Terdakwa Atas Nama :
I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Terdakwa Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 6 huruf c Jo Pasal 4 ayat
(2) huruf b UU RI Nomor : 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual sebagaimana dalam Dakwaan Alternatif Kedua Penuntut Umum;
3. Menyatakan Terdakwa Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal Dakwaan Alternatif
Pertama yaitu : melanggar Pasal 6 Huruf c jo Pasal 4 ayat (2) huruf b jo Pasal 15
ayat (1) UURI No. 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual;
4. Membebaskan Terdakwa Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS JERO
SAWE dari segala tuntutan hukum, ATAU :
5. Jika Majelis Hakim Yang Mulia Yang Memeriksa dan Memetus Perkara ini
Menyatakan Bahwa Terdakwa Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS
JERO SAWE bersalah, mohon putusan yang seringan-ringannya;
6. Menyatakan barang bukti berupa :
- 1 (satu) Unit Sepeda Motor Honda Scoopy Warna Hitam, Nopol : DK
5497 ZZ;
Dikembalikan kepada NI LUH PUTU SUDIANTARI
- 1 (satu) buah baju kaos warna hitam dengan kombinasi merah putih
dengan tulisan pada bagian depan BATA (BALIAGA TRAIL
ADVENTURE);
- 1 (satu) buah celana pendek warna biru;
- 1 (satu) buah celana dalam warna biru;
- 1 (satu) buah baju kaos lengan panjang warna hitam bermotif;
- 1 (satu) buah baju kaos lengan panjang warna merah bergambar
hellokitty;
- 1 (satu) buah celana panjang warna hitam;
7. Membebankan Biaya Perkara Kepada Negara.
Atau, apabila Mejelis Hakim Yang Memeriksa dan Memutus Perkara A Quo
memiliki Pendapat dan Pertimbangan lain, Mohon Putusan Yang Seadil-Adilnya (Ex
Aequo Et Bono).