Anda di halaman 1dari 23

PLEIDOOI (NOTA PEMBELAAN)

Perkara Nomor: 91/Pid.Sus/2023/PN. Nga

Atas Nama Terdakwa :


I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE

Oleh :
TIM PENASEHAT HUKUM TERDAKWA
DEMI DAN UNTUK KEADILAN”
Negara, 24 Oktober 2023
Perihal : Pleidooi/ Nota Pembelaan

Kepada Yth,
Majelis Hakim
Yang Memeriksa dan Mengadili
Perkara Nomor: 91/Pid.Sus/2023/PN Nga.
Di – Pengadilan Negeri Negara

Dengan Hormat,
Kami yang bertandatangan dibawah ini

1. AGUS ARI WIDIADI.S.H.


2. ANDRIVIANUS K.P. NUSANTARA, S.H.

Para Advokat, Pengacara, dan Konsultan Hukum Pada Kantor Hukum GG GUS
GANDRUNG LAW FIRM OFFICE, yang beralamat di Jalan Sriwijaya No. 6, Desa
Dangintukadaya, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali, baik bersama-
sama maupun sendiri-sendiri bertindak dan untuk atas nama Terdakwa I NENGAH
MULIASA ALIAS JERO SAWE.
Dengan ini perkenankan kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa dalam perkara ini
menjalankan hak kami untuk menyampaikan pembelaan (Pledoi) atas Surat Tuntutan
(Requisitoir) Sdr. Jaksa Penuntut Umum.
Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Sdr. Jaksa Penuntut Umum dalam surat
dakwaannya dengan bentuk dakwaan Alternatif yang didakwaan melanggar Pasal 6
Huruf c jo Pasal 4 ayat (2) huruf b jo Pasal 15 ayat (1) UURI No. 12 Tahun 2022 Tentang
Tindak Pidana Kekerasan Seksual atau Kedua Pasal 6 huruf c jo Pasal 4 ayat (2) huruf b
UURI No.12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual.
1. Kami berterimakasih untuk komitmen Majelis Hakim dan Penuntut Umum selama
persidangan di tengah banyaknya perkara yang harus diperiksa dan diputuskan,
kami mohon agar Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini
dengan cermat dengan tetap menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah
(presumption of innocence) dan bukan dengan asas praduga bersalah (presumption of
guilty).
2. Kami Penasihat Hukum Terdakwa memberikan apresiasi dan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada Ketua dan Anggota Majelis Hakim karena proses
persidangan ini dapat berjalan secara baik, cepat, dan efektif, sehingga semua
tahapan persidangan dapat berjalan dengan baik. Kami yakin dilandasi oleh
semangat kita bersama Majelis Hakim, Jaksa Penuntut Umum, dan kami selaku
Kuasa Hukum untuk menjalankan proses persidangan atas nama Terdakwa
berdasarkan prinsip-prinsip peradilan yang bersih, jujur (fair), demi tegaknya
hukum dan keadilan.
3. Ungkapan terima kasih kepada Jaksa Penuntut Umum juga perlu kami kemukakan
atas surat tuntutan yang telah disampaikan dan dibacakan. Setidaknya, surat
tuntutan atas perkara ini sudah dibacakan oleh Penuntut Umum sehingga perkara
ini secara formil dapat dilanjutkan ke tahap Pembelaan (Pledoi).
4. Dengan penghormatan yang tinggi terhadap Profesi Hakim dan Jaksa, kami
menyadari hukum harus ditegakkan demi adanya masyarakat yang adil, damai
dan sejahtera dengan membebaskan orang-orang yang tidak bersalah.
5. Untuk itu ijinkanlah kami Penasehat Hukum untuk memberikan pembelaan
terhadap Para Terdakwa sebagaimana yang sudah diatur dalam Pasal 182 ayat (1)
huruf b KUHAP, yang akan kami jelaskan secara perlahan namun pasti sehingga
akan jelas.
Untuk memudahkan membaca Nota Pembelaan (Pleidooi) ini akan kami susun secara
sistematis.

I . PENDAHULUAN

II . TENTANG SURAT TUNTUTAN

III . FAKTA PERSIDANGAN

IV . ANALISIS YURIDIS

V . PENUTUP

I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,
Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Hadirin sidang sekalian,
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan kekuatan fisik dan mental kepada kita semua,
hingga pada akhirnya kami selaku Penasihat Hukum dari Terdakwa dapat
menyusun dan membacakan Pledoi ini. Tak lupa kami ucapkan rasa
terimakasih kepada Majelis Hakim yang memberikan kesempatan kepada kami
sebagai Penasehat Hukum Terdakwa untuk mengajukan Nota Pembelaan ini.
Begitu pula kepada Panitera yang telah dengan tekun dan penuh kesabaran
mengikuti serta mencatat seluruh fakta-fakta yang terungkap di dalam
persidangan ini, karena fakta-fakta itulah akan terungkap kebenaran dalam
persidangan ini. Tidak lupa saya haturkan terimakasih kepada Sdr. Jaksa
Penuntut Umum yang telah menjalankan tugas dan kewajibannya
sebagai aparat penegak hukum dengan maksimal dan seoptimal mungkin
meskipun terkadang kita sebagai manusia tidak luput dari sebuah kesalahan.
Sebagai Penasehat Hukum Terdakwa kita akan tetap berpegangan teguh
pada prinsip penegak hukum yang berwawasan rasa keadilan yang memang
sudah semestinya harus ditegakkan kepada siapapun berpegangan pada asas
equality before the law yaitu asas dimana semua orang sama dimata hukum.

II. TENTANG SURAT TUNTUTAN


Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,
Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Hadirin sidang sekalian,
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, dalam sidang yang tertutup
untuk umum, Jaksa Penuntut Umum pada bulan 17 Oktober 2023 lalu, Jaksa
Penuntut Umum menuntut Terdakwa I NENGAH MULIASA ALIAS JERO
SAWE dengan tuntutan menyatakan Terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam Dakwaan
Alternatif Pertama yaitu : melanggar Pasal 6 Huruf c jo Pasal 4 ayat (2) huruf b
UURI No. 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang
menuntut Terdakwa I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE dengan pidana
penjara selama 5 (lima) Tahun Penjara dikurangi selama Terdakwa berada
dalam tahanan, dengan perintah Terdakwa tetap ditahan, dan menetapkan
Terdakwa untuk membayar Restitusi sebesar Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima
ratus ribu rupiah).

III. FAKTA PERSIDANGAN


Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,
Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Hadirin sidang sekalian
Berdasakan proses persidangan yang telah dilaksanakandengan mendengar
keterangan saksi-saksi, barang bukti, petunjuk, surat dan keterangan terdakwa
maka terungkaplah fakta-fakta persidangan dan fakta hukum sebagai berikut :

FAKTA PERSIDANGAN
- Barang Bukti
Bahwa berdasarkan persidangan telah diajukan dan diperlihatkan barang
bukti yang telah disita secara sah bertdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri
Negara Nomor : 108/Pen.Pid/2023/PN.Nga, Tanggal 5 Juli 2023 yang terdiri
dari :
1. 1 (satu) Unit Sepeda Motor Honda Scoopy Warna Hitam, Nopol : DK
5497 ZZ;
2. 1 (satu) buah baju kaos warna hitam dengan kombinasi merah putih
dengan tulisan pada bagian depan BATA (BALIAGA TRAIL
ADVENTURE);
3. 1 (satu) buah celana pendek warna biru;
4. 1 (satu) buah celana dalam warna biru;
5. 1 (satu) buah baju kaos lengan panjang warna hitam bermotif;
6. 1 (satu) buah baju kaos lengan panjang warna merah bergambar
hellokitty;
7. 1 (satu) buah celana panjang warna hitam;
8. 1 (satu) buah celana dalam warna coklat;
9. 1 (satu) buah seprai warna abu-abu motif bunga.

SAKSI A CHARGE
- Saksi I (I KOMANG PURNAYASA) memberikan keterangan dibawah
sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut: :
 Saksi sebagai Suami korban;
 Bahwa saksi sudah sering mengantar istrinya berobat ke Dokter dan
juga Dukun atau Balian atau Paranormal, namun istrinya belum ada
perubahan kesembuhan;
 Bahwa pada saat mengobati istrinya dirumah terdakwa, saksi
membawa banten pejati atau banten sesaji;
 Bahwa pada saat mengobati istrinya kerumah terdakwa, saksi tahu
dan mengetahui kalau ada orang yang juga berobat kesana;
 Saksi yang mengijinkan Terdakwa untuk mengobati istrinya;
 Bahwa saksi yang awalnya menelpon dan menyuruh Terdakwa untuk
mengobati istrinya dirumah;
 Bahwa Saksi juga sudah yakin dan percaya Terdakwa sebagai Dukun
atau Balian atau Paranormal yang bisa menyembuhkan istrinya;
 Bahwa saksi mengakui ketika diobati oleh Terdakwa, istri saksi sudah
mulai ada perubahan;
 Bahwa saksi saat itu ada mendampingi korban pada saat dilakukan
pengobatan oleh Terdakwa, baik itu dilakukan dirumah Terdakwa di
daerah Lingkungan Sawe, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan
Jembrana, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali maupun pada saat
kejadian di rumah korban sendiri, di Banjar Tangimeyeh, Desa
Berangbang, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali;
 Bahwa Saksi pada saat pengobatan dirumahnya sudah setuju dengan
teknik pengobatan yang dilakukan oleh Terdakwa, dan juga justru
saksi sendiri yang melepaskan baju dan celana dalam istrinya
(Korban);
 Bahwa saksi juga mengijinkan ketika terdakwa melakukan
pengobatannya didalam ruangan atau kamar;
 Bahwa dasar laporan awal terkait dengan adanya perbuatan
pencabulan yang dilakukan oleh terdakwa terhadap istri saksi, karena
saksi menyangka bahwa kelamin terdakwa yang masuk ke kemaluan
istri saksi;
 Bahwa saksi yakin dan percaya dengan pengobatan dukun / balian /
paranormal;
- Saksi II (NI KETUT SUTAWI) memberikan keterangan dibawah sumpah
yang pada pokoknya sebagai berikut :
 Saksi sebagai korban;
 Bahwa saksi sudah lama menderita suatu penyakit aneh yang tidak
dapat / bisa disembuhkan;
 Bahwa saksi juga sering kesurupan;
 Bahwa saksi juga sering bertingkah aneh;
 Bahwa saksi sudah pernah berobat ke dokter, bahkan dokter spesialis;
 Bahwa saksi juga sudah pernah berobat ke balian atau dukun atau
paranormal namun tidak sembuh juga;
 Bahwa saksi belum pernah diperiksa kejiwaan sebelumnya;
 Bahwa saksi pernah berobat dengan perut membesar, namun setelah
dipegang oleh dokter yang mengobati perutnya langsung kempes;
 Bahwa saksi pernah berobat ke rumah atau tempat tinggal terdakwa
pada awalnya dengan membawa banten pejati atau banten sesaji;
 Bahwa setelah diobati pertama kali oleh terdakwa, saksi korban mulai
ada perubahan;
 Bahwa saksi korban sering didampingi oleh suaminya pada saat akan
diobati dengan cara yang ditawarkan oleh terdakwa;
 Bahwa saksi korban dan suaminya sama-sama setuju dan
mengiyakan ketika terdakwa mengutarakan tata cara pengobatannya
kepada saksi korban;
 Bahwa saksi korban percaya dan yakin dengan pengobatan dengan
balian / dukun / paranornal;

- Saksi III (NI MADE ARMINI) memberikan keterangan dibawah sumpah


yang pada pokoknya sebagai berikut :
 Bahwa saksi merupakan adik kandung korban;
 Bahwa saksi tinggal di tegal badeng barat;
 Bahwa saksi pada saat kejadian sedang berada dirumah korban;
 Bahwa saksi juga sedang menderita suatu penyakit;
 Bahwa saksi tidak bisa jongkok dan menjulurkan serta menekuk
kakinya;
 Bahwa pada saat itu, yang menawarkan saksi untuk berobat kepada
terdakwa adalah kakak kadung saksi (saksi korban) dan kakak ipar
saksi;
 Bahwa pada saat akan diadakan pengobatan oleh terdakwa saksi juga
mengijinkannya;
 Bahwa tata cara pengobatan yang dilakukan oleh terdakwa adalah
dengan cara memijat saksi, dan juga dilakukan pada saat saksi korban
dan suaminya ada;
 Bahwa sebelum dilakukan pengobatan oleh terdakwa, terdakwa
melakukan doa dengan media canang sari;
 Bahwa setelah dipijat pertama kali saksi sudah mulai ada perubahan,
dimana kaki saksi sudah bisa ditekuk dan jongkok sedikit;
 Bahwa saksi tidak melihat dan menyaksikan pengobatan yang
dilakukan terdakwa kepada saksi korban;
 Bahwa saksi percaya dan yakin adanya pengobatan dukun / balian /
paranormal;

- Saksi IV (I PUTU RIANA) memberikan keterangannya dibawah sumpah


yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :
 Bahwa saksi anggota kepolisian;
 Bahwa saksi tetangga saksi korban;
 Bahwa saksi dipanggil dengan saksi I KOMANG PURNAYASA
untuk datang kerumahnya;
 Bahwa saksi diceritakan oleh saksi I KOMANG PURNAYASA;
 Bahwa saksi diceritakan oleh saksi I KOMANG PURNAYASA
katanya istrinya dipakai dengan Terdakwa;
 Bahwa saksi tidak mengetahui dan melihat kejadian secara
lamngsung;
 Bahwa saksi yang melaporkan dan membawa terdakwa ke Polres
Jembrana;
 Bahwa saksi percaya dan yakin dengan pengobatan yang dilakukan
oleh dukun / balian / paranormal;

- Saksi V (I GUSTI NGURAH BAGUS SURWANTARA P) memberikan


keterangannya dibawah sumpah yang pada pokoknya menerangkan sebagai
berikut :
 Bahwa saksi anggota kepolisian ;
 Bahwa saksi yang melakukan penyidikan terhadap saksi, saksi
korban dan terdakwa;
 Bahwa saksi awalnya tidak mengenal korban dan terdakwa;
 Bahwa saksi tahu kejadian tersebut dari proses penyelidikan;

KETERANGAN AHLI

I MADE AYU WAHYUNING PRATIVI, S.Psi, M.Psi., Psikologi, sebagaimana


keterangannya dibawah sumpah :
 Bahwa saksi ahli merupakan Psikolog umum;
 Bahwa saksi ahli bukan Psikolog klinis bidang kesehatan;
 Bahwa saksi ahli bukan Psikolog yang mendiagnosa dan juga
sekaligus memberikan obat terhadap orang didiagnosa suatu
penyakit;
 Bahwa ahli awalnya tidak kenal dengan korban dan terdakwa;
 Bahwa saksi ahli benar yang memeriksa saksi korban setelah adanya
kejadian tersebut;
 Bahwa saksi ahli memeriksa korban hanya 1 kali;
 Bahwa saksi ahli tidak memiliki perbandingan data terkait
pemeriksaan saksi korban, sebelum kejadian, pada saat kejadian,
sesudah kejadian;
 Bahwa saksi ahli mengatakan saksi korban mengalami gangguan jiwa
atau setress;
 Bahwa saksi ahli juga mempelajari ilmu tentang metafisis dan masuk
dalam kurikulum mata kuliah;
 Bahwa saksi ahli juga percaya adanya kedewan-dewaan lewat
kesurupan;
 Bahwa saksi ahli juga percaya dengan adanya dunia supranatural;
 Bahwa saksi percaya dan yakin dengan pengobatan yang dilakukan
oleh dukun / balian / paranormal;

SAKSI A DE CHARGE

- Saksi I (NI KETUT SUKASIH) memberikan keterangan dibawah sumpah


yang pada pokoknya sebagai berikut :
 Bahwa saksi merupakan mantan pasien terdakwa;
 Bahwa saksi pernah berobat dengan terdakwa 2 tahun lalu;
 Bahwa saksi sebelumnya tidak kenal dengan terdakwa;
 Bahwa saksi tahu terdakwa bisa mengobati atas rekomendasi teman
suaminya;
 Bahwa saksi pada saat berobat langsung kerumah terdakwa;
 Bahwa saksi pada saat berobat membawa sarana banten sebagai
pengantar doa;
 Bahwa saksi diantar suaminya pada saat berobat kerumah terdakwa;
 Bahwa saksi diobati terdakwa diteras rumah, dan diketahui banyak
orang;
 Bahwa saksi mengatakan dalam metode pengobatan yang dilakukan
terdakwa pada saat itu dengan saksi, hanya dipijat bagian tertentu
saja, dan bukan dipijat dengan melepaskan pakaian seluruhnya dan
juga memakai kamben;
 Bahwa saksi setelah berobat dengan terdakwa memperoleh
kesembuhan, dari penyakit diabetes melitus, muka menghitam, dan
tidak bisa berdiri serta jalan;
 Bahwa saksi dulu pake tongkat kalo mau berdiri dan berjalan, setelah
diobati terdakwa saksi sudah tidak memakai tongkat lagi sampai
sekarang;
 Bahwa saksi tidak mengetahui dan tidak tahu peristiwanya secara
langsung;
 Bahwa saksi juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendengar kalo
terdakwa pernah melakukan kejahatan sebelumnya;
 Bahwa saksi ketika ditanya seumpamanya mau atau tidak ketika
pengobatan yang dilakukan dengan cara memasukkan jari tangan
yang melakukan pengobatan kedalam alat kelamin saksi, saksi
mengatakan tidak mau dan tidak mengijinkan.

- Saksi II (I MADE SUENTEN) memberikan keterangan dibawah sumpah


yang pada pokoknya sebagai berikut :
 Bahwa saksi mantan pasien terdakwa;
 Bahwa saksi pernah berobat dengan terdakwa 2 tahun lalu;
 Bahwa saksi sebelumnya tidak kenal dengan terdakwa;
 Bahwa saksi mengetahui terdakwa bisa mengobati dari temannya
saksi;
 Bahwa saksi waktu itu pijat capek dengan terdakwa;
 Bahwa pada saat berobat saksi dan istrinya membawa banten sebagai
sarana upacara sebelum saksi diobati;
 Bahwa saksi mendampingi pengobatan terhadap istrinya sampai
selesai;
 Bahwa pengobatan yang dilakukan oleh terdakwa, dilaksanakan
diteras rumah terdakwa, dan dapat disaksikan dan dilijhat banyak
orang;
 Bahwa dalam tata cara atau teknik pengobatan yang dilakukan oleh
terdakwa tidak ada yang aneh;
 Bahwa pengobatan yang dilakukan oleh terdakwa hanya memijat
bagian-bagian tertentu dari tubuh pasien, namun pakaian tidak
dilepas sepenuhnya karena memakai kamben;
 Bahwa saksi juga tidak pernah tahu dan mendengar sebelumnya kalo
terdakwa pernah melakukan tindak pidana;
 Bahwa saksi ketika ditanya seumpamanya mau atau tidak ketika
pengobatan yang dilakukan terhadap istri saksi dengan cara
memasukkan jari tangan yang melakukan pengobatan kedalam alat
kelamin istri saksi, maka saksi mengatakan tidak mau dan tidak
mengijinkan.

- Saksi III (NI MADE SUHERNI) memberikan keterangan dibawah sumpah


yang pada pokoknya sebagai berikut :
 Bahwa saksi mantan pasien terdakwa;
 Bahwa saksi pernah berobat dengan terdakwa 1 tahun lalu;
 Bahwa saksi sebelumnya tidak kenal dengan terdakwa;
 Bahwa saksi mengetahui terdakwa bisa mengobati dari tetangganya,
tersangka bisa mengobati;
 Bahwa saksi dan suaminya pada saat berobat kerumah tersangka
membawa banten sebagai sarana upacara sebelum saksi diobati;
 Bahwa pada saat saksi berobat ke rumah terdakwa, saat itu juga ada
beberapa orang yang berobat;
 Bahwa saksi didampingi oleh suaminya pada saat berobat kerumah
terdakwa;
 Bahwa pengobatan yang dilakukan oleh terdakwa, dilaksanakan
diteras rumah terdakwa, dan dapat disaksikan dan dilihat banyak
orang;
 Bahwa dalam tata cara atau teknik pengobatan yang dilakukan oleh
terdakwa tidak ada yang aneh;
 Bahwa pengobatan yang dilakukan oleh terdakwa hanya memijat
bagian-bagian tertentu dari tubuh pasien, namun pakaian tidak
dilepas sepenuhnya karena memakai kamben;
 Bahwa saksi pada saat itu mengalami batuk yang tidak sembuh-
sembuh, walaupun sudah berobat ke dokter;
 Bahwa setelah saksi berobat ke rumah terdakwa, sakit batuk saksi
langsung sembuh sampai sekarang;
 Bahwa saksi juga tidak pernah tahu dan mendengar sebelumnya kalo
terdakwa pernah melakukan tindak pidana;
 Bahwa saksi ketika ditanya seumpamanya mau atau tidak ketika
pengobatan yang dilakukan dengan cara memasukkan jari tangan
yang melakukan pengobatan kedalam alat kelamin saksi, saksi
mengatakan tidak mau dan tidak mengijinkan.

- Saksi IV (I MADE SANEKA PUTRA) memberikan keterangan dibawah


sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut :
 Bahwa saksi sebelumnya tidak tahu dan tidak kenal dengan
terdakwa;
 Bahwa saksi datangkerumah terdakwa untuk mengantar istrinya
berobat;
 Bahwa pada sat itu saksi dan juga istrinya datang kerumah terdakwa
dengan membawa banten;
 Bahwa saksi dan istrinya berobat kerumah terdakwa sekitar 1 tahun
lalu;

 Bahwa saksi mengetahui terdakwa bisa mengobati dari tetangganya


saksi;
 Bahwa pengobatan yang dilakukan oleh terdakwa, dilaksanakan
diteras rumah terdakwa, dan dapat disaksikan dan dilihat banyak
orang;
 Bahwa dalam tata cara atau teknik pengobatan yang dilakukan oleh
terdakwa tidak ada yang aneh;
 Bahwa pengobatan yang dilakukan oleh terdakwa hanya memijat
bagian-bagian tertentu dari tubuh pasien, namun pakaian tidak
dilepas sepenuhnya karena memakai kamben atau ditutupi dengan
baju;
 Bahwa saksi pada saat itu istri saksi mengalami batuk yang tidak
sembuh-sembuh, walaupun sudah berobat ke dokter;
 Bahwa setelah saksi berobat ke rumah terdakwa, sakit batuk saksi
langsung sembuh sampai dengan sekarang;
 Bahwa saksi juga tidak pernah tahu dan mendengar sebelumnya kalo
terdakwa pernah melakukan tindak pidana;
 Bahwa saksi ketika ditanya seumpamanya mau atau tidak ketika
pengobatan yang dilakukan dengan cara memasukkan jari tangan
yang melakukan pengobatan kedalam alat kelamin istri saksi, saksi
mengatakan tidak mau dan tidak mengijinkan.

- Saksi V (NI KOMANG MARIANI) memberikan keterangan dibawah


sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut :
 Bahwa saksi merupakan istri terdakwa;
 Bahwas saksi dan terdakwa sudah menikah selama 23 tahun;
 Bahwa saksi buka usaha warung dirumah;
 Bahwa awalnya terdakwa sebagai sopir dan tukang pijat;
 Bahwa menurut saksi jika ada yang akan diobati harus ditunggu
pihak keluarga pasien;
 Bahwa saksi mengatakan jika ada yang berobat kerumah terdakwa,
maka pengobatan biasanya dilakukan diters rumah, dan dapat dilihat
oleh semua orang;
 Bahwa cara terdakwa biasanya melakukan pengobatan dengan
dipijat;
 Bahwa saksi mengatakan, saksi korban dan keluarganya pernah
datang kerumah terdakwa untuk melakukan pengobatan;
 Bahwa setiap yang melakukan meminta obat kepada terdakwa selalu
membawa banten sebagai sarana upacara, sebelum melakukan
pengobatan;
 Bahwa saksi mengatakan terdakwa bisa mempunyai ilmu pengobatan
secara niskala dari turunan leluhur;
 Bahwa saksi pada saat terdakwa ditelpon oleh ssuami korban saksi
mengetahui, dan pamitan untuk pergi mengobati;
 Bahwa saksi juga mengatakan sudah ada pasien terdakwa yang
sembuh dari teknik memasukkan jari ke vagina pasien, namun pasien
tersebut tidak mau bersaksi karena malu, dan saksi tersebut tinggal di
Desa Yeh Kuning, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana,
Propinsi Bali;
 Bahwa saksi juga tahu dari kemaluan pasien yang disembuhkan
terdakwa melalui metode memasukkan jari tangan ke vagina tersebut
mengeluarkan cairan yang bau dan amis, dan sampai sekarang
kondisinya baik dan sehat;
 Bahwa setahu dan seingat saksi, setiap pasien yang akan diobati oleh
terdakwa, terdakwa selalu meminta ijin terlebih dahulu kepada
keluarganya atau yang mengantar pasien tersebut.

- SURAT
 Visum Et Refertum Nomor : 441.6/908/PEM.KES, Tanggal 23 Juni
2023 di Rumah Sakit Umum Negara dan ditanda tangani oleh oleh dr.
I PUTU MAHENDRA YOGI SEMARA;
 Hasil Pemeriksaan Psikologis untuk kepentingan Penyelidikan pada
Kasus Dugaan Tindak Pidana Kekerasan Seksual (Perbuatan Cabul)
tanggal 04 Juli 2023 yang ditanda tangani oleh MADE AYU
WAHYUNING PRATIVI, S.Psi, M.Psi., Psikolog (Psikologis Klinis
pada UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Provinsi Bali.

- KETERANGAN TERDAKWA (I NENGAH MULIASA ALIAS JERO


SAWE) menerangkan bahwa :
 Bahwa benar Terdakwa bekerja sebagai Sopir dan juga seorang
Balian/Dukun/Paranormal;
 Bahwa benar Terdakwa setiap akan melakukan pengobatan harus
mengaturkan banten atau canang sari;
 Bahwa benar setiap orang yang akan berobat atau meminta obat
kerumah Terdakwa membawa banten atau canang sari;
 Bahwa benar Terdakwa mengobati setiap pasien-pasiennya diteras
rumah Terdakwa (rumah sawe);
 Bahwa benar ketika Terdakwa mengobati setiap pasiennya, pasien
tersebut harus didampingi oleh Keluarganya;
 Bahwa benar Terdakwa ketika melakukan pengobatan tidak
memasang tarif khusus atau tarif tertentu;
 Bahwa benar Terdakwa pada Tanggal 21 Juni 2023 mendapat Pawisik
dari Ida Susunannya, agar melakukan perjalanan ke arah barat;
 Bahwa benar ketika sampai di Dusun Tangimeyeh, Desa Berangbang,
Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali, Terdakwa
bertanya kepada seorang anak kecil, apa ada orang yang sakit lama?
dan sering kesurupan?, oleh anak kecil tersebut ditunjukkanlah
rumah Saksi Korban;
 Bahwa benar kemudian Terdakwa menemui Saksi Korban dan Suami
Saksi Korban, terkait maksud dan kedatangannya;
 Bahwa benar Terdakwa bertanya dan mengatakan kepada Saksi
Korban dan Suami Saksi Korban apa mau diobatin?, kalau mau
diobatin, saya obati, kalau tidak mau tidak apa-apa, kemudian Saksi
Korban dan Suami Saksi Korban mengatakan mau, karena sudah
berobat ke dokter dan berobat ke Dukun/Balian/Paranormal sampai
14 kali tidak sembuh juga;
 Bahwa kemudian Terdakwa pulang kerumahnya di Lingkungan
Sawe, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Kabupaten
Jembrana, Propinsi Bali;
 Bahwa memang benar keesokan harinya pada Tanggal 22 Juni 2023,
Saksi Korban dan Suami Saksi Korban pulang kerumah Terdakwa
untuk melukat dan melakukan pengobatan;
 Bahwa memang benar malamnya ada 2 ular masuk kerumah Saksi
Korban, kemudian Suami Saksi Korban menelpon Terdakwa untuk
melakukan komunikasi dan konsultasi terkait kedatangan ular
tersebut, kemudian Terdakwa menjawab itu ular baik, jangan
dibunuh biarkan saja, selain itu juga nanti sekalian saya kasih
penyengker/pembatas agar tidak ada hal-hal negatif yang masuk
kerumah Saksi Korban;
 Bahwa benar keesokan harinya, pada Tanggal 23 Juni Terdakwa ke
rumah Saksi Korban untuk melanjutkan pengobatan kepada Saksi
Korban, namun sebelum itu Terdakwa mengobati adik kandung Saksi
Korban;
 Bahwa benar setelah Adik Kandung Saksi Korban, diobati dan dipijat
oleh Terdakwa, langsung ada perubahan, dimana pada awalnya Adik
Kandung Saksi Korban kakinya tidak bisa Jongkok dan tidak bisa
menekuk, tiba-tiba habis dipijat langsung bisa menekuk;
 Bahwa benar pada Tanggal 23 Juni 2023, sebelum melakukan
pengobatan lanjutan kepada Saksi Korban, Terdakwa sudah meminta
ijin terlebih dahulu kepada Suami Saksi Korban dan Saksi Korban
sendiri, kemudian pada saat itu diijinkan dan disetujui oleh Suami
Saksi Korban dan Saksi Korban;
 Bahwa benar pada awalnya, Terdakwa pernah bercerita dan
memberitahu kepada Suami Saksi Korban dan Saksi Korban, bahwa
Terdakwa pernah mempunyai pasien yang sakit dan keluhannya
sama dengan keluhan Saksi Korban, bahwa teknik dan tata cara
pengobatan yang dilakukan Terdakwa terhadap pasien tersebut
dengan memasukkan jari tengan sedikit ke alat kelamin pasien
tersebut, dan kemudian keluar cairan bau dan amis dari alat kelamin
Pasien tersebut;
 Bahwa benar saat melakukan pengobatan diluar, Suami Saksi Korban
disuruh Terdakwa mendampingi Saksi Korban;
 Bahwa kemudian Terdakwa mengatakan kalo penyakit Saksi Korban
mungkin malu, makanya tidak keluar, akhirnya Terdakwa meminta
ijin kembali kepada Suami Saksi Korban, agar diijinkan melakukan
pengobatan didalam kamar atau ruangan, namun tetap dalam
pengawasan Suami Saksi Korban;
 Bahwa teknik dan tata cara pengobatan yang dilakukan oleh
Terdakwa dengan memasukkan jari tengahnya ke dalam alat kelamin
Saksi Korban, hanya sedikit dan tidak masuk semuanya, mungkin
kurang dari 1 cm;
 Bahwa Suami Saksi Korban awalnya mengira, bahwa Terdakwa akan
menyetubuhi Saksi Korban, kemudian menggedor kamar tersebut,
dan mengatakan bahwa alat kelamin Jero besar dan panjang;
 Bahwa ketika pintu kamar dibuka, dan Suami Saksi Korban
melakukan pengecekan terhapad alat kelamin Terdakwa, maka Suami
Saksi Korban tahu, alat kelamin Terdakwa luka dan lecet, karena
malam sebelumnya melakukan hubungan suami istri dengan istri
Terdakwa;
 Bahwa Terdakwa selalu lama ketika berhubungan dengan istri
Terdakwa;
 Bahwa awal Terdakwa dilaporkan oleh Suami Saksi Korban karena
Terdakwa dianggap akan melakukan persetubuhan terhadap Saksi
Korban sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan dan Berkas Perkara;

FAKTA HUKUM
Berdasarkan hasil pemeriksaan di persidangan, diperoleh fakta-fakta
hukum sebagai berikut :
- Bahwa Terdakwa sebelumnya mendapat pawisik atau petunjuk untuk
melakukan perjalanan ke barat;
- Bahwa sampai di Dusun Tangimeyeh, Desa Berangbang, Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali;
- Bahwa terdakwa kemudian bertemu dengan seorang anak kecil, dan
menanyakan kepada anak tersebut apakah disekitar sini ada yang sakit
sudah lama, namun tidak sembuh-sembuh;
- Bahwa kemudian Terdakwa sempat bertemu dengan korban dan
keluarganya, serta sempat berkata, apa ibu mau saya obati?, waktu itu saksi
dan suaminya mengiyakannya dan mau untuk dibantu pengobatan oleh
terdakwa;
- Bahwa saksi korban dan suaminya sempat 2 kali berobat kerumah terdakwa
dan pada waktu itu saksi korban dan suaminya membawa banten untuk
sarana pengobatan;
- Bahwa setelah pulang saksi korban dan suaminya ada ular masuk ke
pekarangan rumah saksi korban, kemudian saksi korban dan suaminya
sempat berkomunikasi dan berkonsultasi dengan terdakwa, kemudian atas
saran terdakwa ular tersebut jangan dibunuh atau dimatikan;
- Bahwa setelah itu terdakwa datang kerumah saksi korban, kemudian
melakukan melakukan pengobatan yang tersebut, namun sebelumnya
terdakwa sudah meminta ijin dan persetujuan dari suami korban dan saksi
korban, setelah mendapatkan ijin dari suami dan saksi korban kemudian
terdakwa melakukan pengobatan yang dimaksud;
- Bahwa karena penyakitnya tidak keluar maka Terdakwa sekali lagi meminta
ijin dan persetujuan kepada suami dan saksi korban untuk melakukan
pengobatan tersebut dalam sebuah ruangan, dan juga ada celah untuk melihat dari
luar keadaan dalam ruangan tersebut;
- Bahwa kemudian saksi suami korban menyangka bahwa terdakwa mempunyai niat
dan keinginan untuk menyetubuhi korban, dan menggedor pintu ruangan
terssebut, serta mengatakan bahwa terdakwa berusaha menyetubuhi istrinya serta
mengatakan kelamin terdakwa besar dan panjang;
- Bahwa setelah itu suami korban memeriksa dan membuka celana terdakwa, namun
pada saat itu alat kelamin terdakwa sakit, dan luka karena kemarinnya habis
berhubungan badan dengan istri terdakwa, sesuai pengakuan terdakwa, dan juga
saksi istri terdakwa dalam persidangan;
- Bahwa dalam tahap penyelidikan alat kelamin terdakwa juga sempat difoto dan
didokumentasikan, namun tidak masuk dalam berkas perkara;
- Bahwa pada awalnya dasar Laporan Polisi ke Polres Jembrana adalah : karena
percobaan persetubuhan yang dilakukan oleh Terdakwa kepada Saksi Korban, dan
bukan karena teknik atau tata cara pengobatan yang dilakukan oleh Terdakwa
kepada Saksi Korban, sesuai dengan Keterangan Saksi Suami Korban atas nama : I
KOMANG PURNAYASA, dan juga saksi dari kepolisn sekaligius tetangga korban
yang bernama : I PUTU PUTRA RIANA, serta dikonfrontir dengan Keterangan
Terdakwa dalam persidangan serta sesuai dengan apa yang ada dalam Berita Acara
Pemeriksaan dan Berkas Perkara;

IV. ANALISIS YURIDIS


Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,
Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Hadirin sidang sekalian,
Terhadap Pendapat rekan JPU yang menyatakan bahwa Terdakwa telah
terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana
dakwaan Alternatif yang kedua yaitu sebagaimana dalam Pasal 6 huruf c Jo
Pasal 4 ayat (2) huruf b UU RI Nomor : 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana
Kekerasan Seksual, dimana unsur-unsurnya sebagai berikut :
1. Unsur setiap orang;
2. Unsur menyalahgunakan kedudukan, wewenang, kepercayaan, atau
perbawa yang timbul dari tipu muslihat atau hubungan keadaan atau
memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan, atau ketergantungan seseorang,
memaksa atau dengan penyesatan menggerakkan orang itu untuk
melakukan dan membiarkan dilakukan persetubuhan atau perbuatan cabul
dengannya atau dengan orang lain;
Bahwa kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa menyatakan TIDAK
SEPENDAPAT, untuk itu, kami akan melakukan Analisa yuridis apakah benar
unsur-unsur pasal yang didakwakan dalam dakwaan Alternatif kedua tersebut
terpenuhi atau tidak kami uraikan sebagai berikut :
 Unsur barang siapa :
- Bahwa terhadap unsur ini kami berpendapat bahwa yang dimaksud unsur
setiap orang disini adalah sama dengan kata Barang siapa yang di gunakan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan, pengertian unsur siapa saja
adalah setiap orang dalam pengertian sebagai subjek hukum yang sanggup
mempertanggung-jawabkan segala bentuk perbuatannya didepan hukum,
dalam perkara ini Terdakwa adalah orang yang sudah cukup umur, dan
sehat akalnya untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya didepan
hukum, oleh karenanya kami sependapat dengan rekan JPU;
 Unsur menyalahgunakan kedudukan, wewenang, kepercayaan, atau
perbawa yang timbul dari tipu muslihat atau hubungan keadaan atau
memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan, atau ketergantungan
seseorang, memaksa atau dengan penyesatan menggerakkan orang
itu untuk melakukan dan membiarkan dilakukan persetubuhan atau
perbuatan cabul dengannya atau dengan orang lain;

Bahwa sebelum kita mengulas, menganalisa, dan menjabarkan terkait dengan Unsur
yang didakwakan Penuntut Umum kepada Terdakwa, kami selaku Penasehat Hukum
Terdakwa sedikit memberikan gambaran, paparan, ulasan terkait dengan Niat, Motif, dan
Unsur pidana :
1. Kata Niat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di definisikan sebagai
maksud atau tujuan suatu perbuatan atau kehendak seseorang. Maka niat lebih
spesifik menunjukkan sikap batin yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Di dalam hukum pidana, niat diartikan sebagai tujuan yang disengaja yang
mengarahkan seseorang untuk melakukan kejahatan, dilarang oleh hukum atau
yang dapat mengakibatkan hasil yang melanggar hukum. Niat menggambarkan
kehendak atau rencana seseorang. Ketika suatu tindakan dilakukan dengan
sengaja, hal tersebut menyiratkan kemauan atau tujuan seseorang untuk
melakukannya dan bukan kecelakaan atau kesalahan. Di mana ia benar-benar
mengetahui tentang konsekuensi dari tindakan tersebut, sehingga niat adalah
elemen utama untuk melekatkan kesalahan. Seseorang dapat dipidana tidak cukup
hanya karena ia telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
Meski perbuatannya memenuhi rumusan delik dalam peraturan perundang-
undangan dan tidak dibenarkan, hal ini belum memenuhi syarat untuk penjatuhan
pidana. Hal ini harus dilihat dari niat atau maksud tujuan pelaku melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan hukum. Untuk
menjawab adanya niat maka dilakukan proses penyelidikan sesuai dengan Pasal 1
angka 5 KUHP. Dalam proses penyidikan, semua hasil penyelidikan dilengkapi
lagi berkas dan alat bukti termasuk menguraikan unsur-unsur tindak pidana dan
melihat pada niat pelaku. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa niat menjadi
faktor penentu dalam menentukan seseorang melakukan perbuatan tindak pidana
atau tidak. Sebuah tindakan yang dilakukan dengan niat baik atau buruk, jika
dilakukan dengan sengaja dan sadar yang dilarang oleh hukum, itu akan menjadi
tanggung jawab pidana.
Pengertian Motif
Motif merupakan hal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan. Jika dikaitkan dengan tindak pidana, maka motif menjadi dorongan
yang terdapat dalam sikap batin atau niat pelaku untuk melakukan tindak pidana.
Motif dapat digambarkan sebagai tujuan mendasar dari suatu tindakan yang
menggerakan niat seseorang. Dalam tindak pidana, motif seringkali dianggap tidak
relevan, untuk itu perlu ada penyelidikan polisi dan kepastian dalam memastikan
kesalahan seseorang atas penjelasan mengenai alasan yang dituduhkan, karena
bertindak atau menahan diri dari bertindak dengan cara tertentu. Beberapa motif
yang terdapat dalam tindak pidana yaitu motif ekonomi, motif bisnis, motif
asmara, motif seksual, motif kekuasaan, hingga motif politik. Motif menjadi awal
timbulnya niat, yang mana niat dikaitkan dengan unsur delik kesengajaan. Namun
motif dan kesengajaan berbeda, kesengajaan sebagai maksud biasanya ada
mengandung motif. Seperti dengan maksud memiliki secara melawan hukum (362
KUHP), atau dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum (368 KUHP). Perbedaan niat dan motif dalam tindak pidana
Perbedaan utama niat dan motif adalah bahwa niat secara khusus menunjukkan
keadaan mental terdakwa yaitu apa yang terjadi dalam pikirannya pada saat
melakukan kejahatan. Sedangkan motif menyiratkan motivasi, yaitu apa yang
mendorong seseorang untuk melakukan atau menahan diri dari melakukan
sesuatu. Dalam hukum pidana, niat dijelaskan sebagai penyebab yang disengaja
dan upaya yang diketahui untuk bertindak dengan cara tertentu yang tidak
diizinkan oleh hukum. Sebagai lawan, motif didefinisikan sebagai penyebab
tersirat yang menghasut seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Niat seseorang dapat dilihat menggunakan cara tertentu dan melihat
keadaan yang mengakibatkan pelanggaran pidana. Sebaliknya, motif merupakan
alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau menahan
diri dari bertindak dengan cara tertentu. Saat seseorang memiliki niat, itu
merupakan elemen untuk membebankan tanggung jawab pidana dan harus
dibuktikan tanpa keraguan. Kemudian, motif bukanlah elemen utama untuk
membubuhkan kesalahan jadi hal tersebut tidak perlu dibuktikan.
2. Delik atau Unsur Pidana, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, delik adalah
perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran
terhadap undang-undang atau merupakan tindak pidana. S. R. Sianturi dalam
buku yang sama mengutip Moeljatno yang memilih menerjemahkan strafbaar feit
sebagai perbuatan pidana, yaitu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
pidana bagi barang siapa melanggar larangan tersebut (hal. 208). Perbuatan
tersebut harus betul-betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tak
boleh atau menghambat akan tercapainya tatanan dalam pergaulan masyarakat
yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Makna perbuatan pidana secara mutlak
harus termaktub unsur formil, yaitu mencocoki rumusan undang-undang
(tatbestandmaszigkeit) dan unsur materiel, yaitu sifat bertentangan dengan cita–
cita mengenai pergaulan masyarakat atau sifat melawan hukum (rechtswirdigkeit).
Sementara itu, S. R. Sianturi dalam buku yang sama juga mengutip Wirjono
Prodjodikoro yang merumuskan tindak pidana sebagai suatu perbuatan yang
pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana dan pelaku itu dapat dikatakan
merupakan subjek tindak pidana (hal. 208). Berdasarkan rumusan pengertian
tindak pidana di atas, untuk menentukan suatu perbuatan sebagai tindak pidana,
perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
kepada subjek tindak pidana yang melakukannya atau dalam rumusan hukum
pidana disebut dengan barang siapa yang melanggar larangan tersebut.Dengan
kata lain, perbuatan yang tergolong tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang
dalam hukum yang dapat diancam dengan sanksi pidana.Unsur-unsur Tindak
Pidana :Apa itu unsur pidana? Menurut S. R. Sianturi, secara ringkas unsur-unsur
tindak pidana adalah (hal. 208):
- Adanya subjek;
- Adanya unsur kesalahan;
- Perbuatan bersifat melawan hukum;
- Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-
undang/perundang-undangan dan terhadap yang melanggarnya diancam
pidana;
- Dalam suatu waktu, tempat, dan keadaan tertentu.
Merujuk pada unsur-unsur tindak pidana di atas, S. R. Sianturi merumuskan
pengertian dari tindak pidana sebagai suatu tindakan pada tempat, waktu,
dan keadaan tertentu, yang dilarang (atau melanggar keharusan) dan
diancam dengan pidana oleh undang-undang serta bersifat melawan hukum
serta mengandung unsur kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang
mampu bertanggung jawab (hal. 208). Dari lima unsur di atas, dapat
disederhanakan menjadi unsur subjektif dan unsur objektif. Apa itu unsur
objektif dan subjektif tindak pidana? Unsur subjektif meliputi subjek dan
adanya unsur kesalahan. Sedangkan yang termasuk unsur objektif adalah
perbuatannya bersifat melawan hukum, tindakan yang dilarang atau
diharuskan oleh undang-undang/perundang-undangan dan terhadap
pelanggarnya diancam pidana, serta dilakukan dalam waktu, tempat dan
keadaan tertentu. P. A. F. Lamintang dalam buku Dasar-dasar Hukum
Pidana Indonesia juga berpendapat bahwa setiap tindak pidana yang
terdapat dalam KUHP pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-
unsur yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur, yakni
unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif (hal. 193). Yang dimaksud
dengan unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si
pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk ke
dalamnya, yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya (hal. 193).
Sedangkan yang dimaksud unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada
hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan
mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan (hal. 193).
kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan
sesuatu kenyataan sebagai akibat. Unsur wederrechttelijk atau sifat
melanggar hukum selalu harus dianggap sebagai disyaratkan di dalam
setiap rumusan delik, walaupun unsur tersebut oleh pembentuk undang-
undang tidak dinyatakan secara tegas sebagai salah satu unsur dari delik
yang bersangkutan (hal. 194). P. A. F. Lamintang kemudian menerangkan
apabila unsur wederrecttelijk dinyatakan secara tegas sebagai unsur dari
delik, maka tidak terbuktinya unsur tersebut di dalam peradilan akan
menyebabkan hakim harus memutus sesuatu vrijkpraak atau pembebasan
(hal. 195). Apabila unsur wederrecttelijk tidak dinyatakan secara tegas
sebagai unsur dari delik, maka tidak terbuktinya unsur tersebut di dalam
peradilan akan menyebabkan hakim harus memutuskan suatu ontslag van
alle rechtsvervolging atau suatu “pembebasan dari segala tuntutan hukum”
(hal. 195). Maka, untuk mengetahui apakah suatu perbuatan adalah tindak
pidana atau bukan, perbuatan tersebut harus memenuhi unsur-unsur delik
atau tindak pidana yang dimaksud itu. Penerapan Unsur-unsur Tindak
Pidana, Untuk mengetahui apakah perbuatan dalam sebuah peristiwa
hukum adalah tindak pidana, dapat dilakukan analisis apakah perbuatan
tersebut telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam
sebuah ketentuan pasal hukum pidana tertentu. Untuk itu, harus diadakan
penyesuaian atau pencocokan (bagian-bagian/kejadian-kejadian) dari
peristiwa tersebut kepada unsur-unsur dari delik yang didakwakan. Jika
ternyata sudah cocok, maka dapat ditentukan bahwa peristiwa itu
merupakan suatu tindak pidana yang telah terjadi yang (dapat) dimintakan
pertanggungjawaban pidana kepada subjek pelakunya. Namun, jika salah
satu unsur tersebut tidak ada atau tidak terbukti, maka harus disimpulkan
bahwa tindak pidana belum atau tidak terjadi. Hal ini karena, mungkin
tindakan sudah terjadi, tetapi bukan suatu tindakan yang dilarang oleh
undang-undang yang diancamkan suatu tindak pidana. Mungkin pula suatu
tindakan telah terjadi sesuai dengan perumusan tindakan dalam pasal yang
bersangkutan, tetapi tidak terdapat kesalahan pada pelaku dan/atau
tindakan itu tidak bersifat melawan hukum. P. A. F. Lamintang lebih jauh
menjelaskan bahwa apabila hakim berpendapat bahwa tertuduh tidak dapat
mempertanggungjawabkan tindakannya, maka hakim harus membebaskan
tertuduh dari segala tuntutan hukum atau dengan kata lain, hakim harus
memutuskan suatu ontslag van alle rechtsvervolging, termasuk jika terdapat
keragu-raguan mengenai salah sebuah elemen, maka hakim harus
membebaskan tertuduh dari segala tuntutan hukum (hal. 197).
In Casu :
- Bahwa berdasarkan atas fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan
yang lalu, baik itu dari Keterangan Saksi Korban, Keterangan Saksi A
Charge, Keterangan Saksi A De Charge, Keterangan Ahli, dan Keterangan
Terdakwa, sudah sangat jelas, bahwa Terdakwa tidak mempunyai Unsur
Mens Rea atau Niat Jahat terhadap Saksi Korban, karena niat awal Terdakwa
adalah untuk mengobati Saksi Korban, selain itu pada saat sebelum
dilakukan pengobatan tersebut Suami Saksi Korban dan Saksi Korban juga
sudah menyetujui dan memberikan ijin kepada Terdakwa;
- Bahwa berdasarkan fakta-fakta persidangan yang terungkap, bahwa ada
pasien Terdakwa yang lain, yang berasal dari Desa Yeh Kuning, Kecamatan
Jembrana, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali, yang mempunyai keluhan
dan sakit yang sama dengan sakitnya Saksi Korban, dan terhadap pasien
tersebut juga dilakukan juga pengobatan dengan cara seperti itu, dan
terbukti memberikan kesembuhan kepada orang tersebut. Dan terkait denga
teknik dan tata cara pengobatan yang dilakukan oleh Terdakwa juga sudah
diberitahukan sebelumnya oleh Terdakwa kepada Suami Saksi Korban dan
Saksi Korban;
- Bahwa unsur pidana yang dilakukan oleh Terdakwa sebenarnya tidak ada,
karena Terdakwa sudah memberitahu Suami Saksi Korban dan Saksi Korban
dari awal terkait dengan teknik dan tata cara pengobatan yang akan
dilakukan oleh Terdakwa, dan juga Terdakwa memberikan pengalamanya
bahwa sudah ada pasien Terdakwa yang lalu yang disembuhkan dengan
metode pengobatan ini. Sehingga dari awal Suami Saksi Korban dan Saksi
Korban sendiri sudah tahu dan mengetahui akan hal tersebut;
- Bahwa berdasarkan atas unsur menyalahgunakan kedudukan, wewenang,
kepercayaan, atau perbawa yang timbul dari tipu muslihat atau hubungan
keadaan atau memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan, atau
ketergantungan seseorang, memaksa atau dengan penyesatan
menggerakkan orang itu untuk melakukan dan membiarkan dilakukan
persetubuhan atau perbuatan cabul dengannya atau dengan orang lain,
dapat Penasehat Hukum Terdakwa tanggapi sebagai berikut : sudah
dijelaskan diawal dan menjadi fakta-fakta yang terungkap dalam
persidangan dan tidak dapat dibantah, bahwa Terdakwa berniat tulus dan
ikhlas mengobati Saksi Korban, bahwa Terdakwa juga sudah
memberitahukan kepada Suami Saksi Korban dan Saksi Korban, bahwa
Terdakwa pernah mempunyai pasien dengan sakit dan keluhan yang sama
dengan Saksi Korban, dengan metode pengobatan jari tangan Terdakwa
masuk ke alat kelamin pasien tersebut, dan hasilnya pada saat itu keluar
cairan berbau busuk dan amis dari alat kelamin pasien tersebut, dan pasien
tersebut sehat sampai saat ini, kemudian pada saat akan dilakukan
pengobatan tersebut kembali Terdakwa meminta ijin kepada Suami Saksi
Korban dan Saksi Korban sendiri, kemudian Suami Saksi Korban dan Saksi
Korban memberikan ijin dan menyetujuinya karena sudah berobat ke dokter
dan 14 kali ke Dukun/Balian/Paranormal namun tidak memperoleh
kesembuhan juga;
- Bahwa pada saat pengobatan dipindahkan ke dalam ruangan, justru Suami
Saksi Korban menuduh bahwa Terdakwa berusaha melakukan
persetubuhan dengan Saksi Korban, dengan mengatakan alat kelamin jero
panjang dan besar, padahal yang dilihat oleh Suami Saksi Korban adalah
tangan Terdakwa, inilah awal Terdakwa pada sat itu dilaporkan dengan
dugaan melakukan percobaan persetubuhan terhadap Saksi Korban, namun
pada perkembangnnya justru teknik dan tata cara pengobatan yang
dilakukan oleh Terdakwa yang justru dipermasalahkan dan dijadikan unsur
pidana, padahal diawal sudah ada kesepakan antara Terdakwa, Suami Saksi
Korban, dan Saksi Korban sendiri untuk mengijinkan, mengiyakan, dan
menyetujui tata cara pengobatan tersebut;
- Bahwa dalam hal ini justru Terdakwa yang sangat dirugikan, karena sudah
merasa dituduh melakukan percobaan persetubuhan dengan Saksi Korban,
namun itu tidak benar terjadi, dan sekarang malah teknik dan tata cara
pengobatan yang dilakukan Terdakwa terhadap Saksi Korban yang
dipermasalahkan, dan sampai menimbulkan akibat hukum, Terdakwa yang
dipenjara, padahal dari awal sudah ada kesepakatan, ijin, dan persetujuan
dari Suami Saksi Korban dan Saksi Korban sendiri.
- Bahwa sudah sangat jelas sekali, justru yang sangat dirugikan itu adalah
Terdakwa, sudah mengobati Saksi Korban, sekarang ada dalam penjara, dan
keluarga yang ditinggalkan mempunyai beban yang berat, mengingat
Terdakwa selama ini sebagai tulang punggung keluarganya.

KESIMPULAN :
- Bahwa memang benar Terdakwa berprofesi sebagai Sopir sekaligus
sebagai Dukun/Balian/Paranormal;
- Bahwa memang benar Terdakwa memperoleh Pawisik terkait dengan
sakitnya Saksi Korban;
- Bahwa dalam setiap pengobatannya Terdakwa selalu memakai
Banten sebagai sarana upacara, sebelum melakukan pengobatan
terhadap pasien-pasiennya;
- Bahwa benar pada saat Suami Saksi Korban dan Saksi Korban berobat
pertama kali dirumah Terdakwa, pada saat itu ada juga yang
meminta obat;
- Bahwa memang benar setiap pengobatan yang dilakukan Terdakwa
ketika dirumah selalu diadakan di teras rumah Terdakwa;
- Bahwa memang benar Terdakwa ketika akan mengobati pasien-
pasiennya selalu minta didampingi dan selalu minta ijin dan
persetujuan dari keluarga pasien-pasiennya;
- Bahwa memang benar setelah dilakukan pengobatan 2 kali terhadap
Saksi Korban, Saksi Korban sudah mulai ada perbaikan dan
perubahan dalam dirinya;
- Bahwa sehari sebelum kejadian, atau Tanggal 22 Juni 2023 Terdakwa
dan istrinya memang sempat berhubungan badan, yang
mengakibatkan alat kelamin Terdakwa luka dan lecet-lecet;
- Bahwa pada saat kejadian yaitu sekitar Tanggal 23 Juni 2023,
Terdakwa sebelum melakukan teknik, dan tata cara pengobatan
terhadap Saksi Korban, sudah meminta ijin kepada Suami Saksi
Korban, dan pada saat itu Suami Saksi Korban mengijinkan dan
menyetujuinya;
- Bahwa jari tangan Terdakwa yang masuk ke alat kelamin Saksi
Korban sekitar 1 cm, dan bukan jari tangan seluruhnya;
- Bahwa awal adanya laporan yang dilakukan oleh Suami Saksi Korban
ke Polres Jembrana, karena Suami Saksi Korban menganggap
Terdakwa akan menyetubuhi istrinya;

Bahwa kita semua percaya pada dasarnya putusan yang lahir dari suatu proses
persidangan dalam Perkara Pidana adalah suatu putusan yang benar-benar berlandaskan
pada suatu Kebenaran Materiil yang ditemukan dalam proses persidangan. Bahwa
berdasarkan hal tersebut, maka kami Selaku Penasehat Hukum Terdakwa Atas Nama : I
NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE secara hukum menilai tuntutan Sdr. Penuntut
Umum terhadap para Terdakwa yang dituduhkan tidak benar.

V. PENUTUP
Bahwa untuk menutup Pleidooi ini kami Penasehat Hukum Terdakwa
memohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia Yang Memeriksa dan Memutus
perkara ini untuk mempertimbangkan hal-hal yang meringankan Terdakwa
Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE yaitu :
1. Terdakwa bersikap sopan dan berterus terang selama persidangan;
2. Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya;
3. Terdakwa merupakan tulang punggung keluarga;
4. Terdakwa belum pernah dipidana sebelumnya.
Berdasarkan uraian kami di atas, maka kami mohon kepada Majelis Hakim Yang
Mulia Yang Memeriksa dan Memutus Perkara ini agar kiranya dapat Memberikan
Putusan Pidana sebagai berikut :
1. Menerima dan Mengabulkan Nota Pembelaan (Pleidooi) Terdakwa Atas Nama :
I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Terdakwa Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 6 huruf c Jo Pasal 4 ayat
(2) huruf b UU RI Nomor : 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual sebagaimana dalam Dakwaan Alternatif Kedua Penuntut Umum;
3. Menyatakan Terdakwa Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS JERO SAWE
tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal Dakwaan Alternatif
Pertama yaitu : melanggar Pasal 6 Huruf c jo Pasal 4 ayat (2) huruf b jo Pasal 15
ayat (1) UURI No. 12 Tahun 2022 Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual;
4. Membebaskan Terdakwa Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS JERO
SAWE dari segala tuntutan hukum, ATAU :
5. Jika Majelis Hakim Yang Mulia Yang Memeriksa dan Memetus Perkara ini
Menyatakan Bahwa Terdakwa Atas Nama : I NENGAH MULIASA ALIAS
JERO SAWE bersalah, mohon putusan yang seringan-ringannya;
6. Menyatakan barang bukti berupa :
- 1 (satu) Unit Sepeda Motor Honda Scoopy Warna Hitam, Nopol : DK
5497 ZZ;
Dikembalikan kepada NI LUH PUTU SUDIANTARI
- 1 (satu) buah baju kaos warna hitam dengan kombinasi merah putih
dengan tulisan pada bagian depan BATA (BALIAGA TRAIL
ADVENTURE);
- 1 (satu) buah celana pendek warna biru;
- 1 (satu) buah celana dalam warna biru;
- 1 (satu) buah baju kaos lengan panjang warna hitam bermotif;
- 1 (satu) buah baju kaos lengan panjang warna merah bergambar
hellokitty;
- 1 (satu) buah celana panjang warna hitam;
7. Membebankan Biaya Perkara Kepada Negara.
Atau, apabila Mejelis Hakim Yang Memeriksa dan Memutus Perkara A Quo
memiliki Pendapat dan Pertimbangan lain, Mohon Putusan Yang Seadil-Adilnya (Ex
Aequo Et Bono).

Jembrana, 24 Oktober 2023


Hormat Kami,
Penasehat Hukum Terdakwa

AGUS ARI WIDIADI, S.H.

ANDRIVIANUS K.PIMA NUSANTARA, S.H.

Anda mungkin juga menyukai