Oleh:
Preseptor:
PADANG
2017
PENDAHULUAN
usus halus yang di tandai dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan
muntah yang sering pada anak, biasanya bersamaan dengan diare dan sakit perut
Diare akut adalah buang air besar pada anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa atau dengan kekuatan.
Muntah dapat merupakan usaha mengeluarkan racun dari saluran cerna atas
negara berkembang. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat mendorong terjadinya diare pada balita, faktor tersebut antara lain akibat
Muntah pada anak dapat disebabkan oleh infeksi, iritasi makanan, trauma,
alergi, gangguan pada pendengaran seperti dizziness, dan kelainan pada saraf
gangguan elektrolit, robekan Mallory Wiess, aspirasi cairan lambung. Onset akut
dehidrasi ringan-sedang.
halus yang di tandai dengan muntah dan diare yang berakibat pada kehilangan
A. DIARE
Diare akut adalah buang air besar pada anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah yang berlangsung kurang dari 14 hari. Menurut Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus dan bayi > 1 bulan serta anak.
Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali, sedangkan bayi > 1 bulan
berkembang. Di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah
berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012.
Namun lebih dari 400 anak meninggal setiap hari di Indonesia yang disebabkan
oleh pneumonia dan diare.2 Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, dimana insiden diare pada tahun
2000 yaitu sebesar 301 per 1000 penduduk, secara proporsional 55 % dari
kejadian diare terjadi pada golongan balita dengan episode diare balita sebesar
mendorong terjadinya diare pada balita, faktor tersebut antara lain akibat bakteri,
(2011), faktor risiko diare pada balita antara lain hygiene perorangan dan air
bersih.9 Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita
yaitu status kesehatan lingkungan (penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga,
pembuangan sampah, pembuangan air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam
enam kelompok besar yaitu infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan
oleh racun yang dikandung dan diproduksi baik jazad renik, ikan, buah-buahan,
Diare secara garis besar dibagi atas inflamasi dan non inflamasi. Diare
inflamasi dibagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non inflamasi bisa karena
bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi. 4
dengan air dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.
1. Infeksi
a. Virus
b. Bakteri
- E.Coli
c. Parasit
4. Keracunan
5. Imunodefisiensi
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman penyebab. Salah satu
disentri, bakteri, virus dan sebagainya. Sebab lain adalah karena kekurangan gizi,
lingkungan seperti kepemilikan jamban dan jenis lantai rumah juga mempunyai
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal –oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita
lain : tidak memberikan ASI secara penuh 4 –6 bulan pertama kehidupan bayi,
tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya
sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.
genetik.4,6,8
2.4 Patofisiologi7,9,15
- Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
a. Diare osmotik
perbedaan tekanan osmosis antara lumen usu dan darah maka pada segmen
usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah lumen
normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi
lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak
bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan yang mengandung
b. Diare sekretorik
tirotoksikosis, malabsopsi asam empedu dan penyakit lain. Diare ini juga
hipersensitivitas tipe I, III, dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara
sel mast dengan IgE dan alergen makanan. Reaksi tipe III misalnya pada
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektronik ini
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena
hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi
dengan tepat. Diare adalah penyebab yan g paling sering. Pada diare yang disertai
derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau
asupan cairan dan meningkatnya jumlah air yang keluar (lewat ginjal, saluran
cerna atau insensible water loss/IWL), atau karena adanya perpindahan cairan
volume cairan intrasel dan ekstrasel. Manifestasi klinis dehidrasi erat kaitannya
dapat menimbulkan syok hipovolemia yang akan menyebabkan gagal organ dan
kematian.11
diare. Mual dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah
bagian atas.7,9
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
dan darah. Bila disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa,
berkurang, jarang atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan dan
minuman yang berikan selama diare. Adakan panas atau penyakit lain yang
ibu selama anak diare : member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu
dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran,rasa haus dan turgor kulit abdomen
dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :
cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolic. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
3. Laboratorium
dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
- Tinja :
Makroskopik
saluran gastrointestinal.
Strongyloides.
Mikroskopik
a. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na,K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kultur
penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik yang
anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,
yaitu:
4. Antibiotik selektif
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi.
Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan
banyak elektronik tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak
terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan
elektronik seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan
risiko terjadinya hiperpatremia. Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas
yang rendah.
persediaan 24 jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
- Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa maka sisa
Pemberiaan Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare
akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan
fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama
diare.
dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-
anak:
sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam
tahun 2005, penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni rencana
B.
mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Muntah dapat merupakan usaha
mengeluarkan racun dari saluran cerna atas seperti halnya diare pada saluran cerna
bawah.20
rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla
Koordinasi pusat muntah dapat diransang melalui berbagai jaras. Muntah dapat
terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan system
limbic menuju pusat muntah (VC). Pencegahan muntah mungkin dapat melalui
mekanisme ini. Muntah terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular
kimia melalui darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi oleh CTZ.
pada anak sangat bervariasi dan tergantung usia. Beberapa keadaan dapat sebagai
gangguan pada pendengaran seperti dizziness dan motin sickes, kelainan pada
biasanya bersamaan dengan diare dan sakit perut, penyebab tersering adalah
infeksi virus, dan bakteri pathogen, tetapi tinja yang lembek dapat ditemukan pada
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama :MHS
MR : 01.00.22.93
Pekerjaan :-
Alloanamnesis
Keluhan Utama
tidak menyemprot.
BAB encer ada sejak 2 jam sebelum masuk RS dengan frekuensi 4 kali,
jumlah 3 sendok makan, ampas tidak ada, dan tidak disertai lendir serta
darah.
BAK terakhir ada ±1 jam sebelum masuk RS, warna biasa, dan jumlah
biasa.
Anak saat ini masih mengonsumsi nasi lunak dengan lauk pauk
mengucakan kata
Indikasi : Bekas SC
Panjang lahir : 49 cm
Bayi
Susu Formula :-
Anak
Ikan : 3x/minggu
Telur : 3x/minggu
Sayur : 7x/minggu
Buah : 7x/minggu
Ayah Ibu
Nama Mahatir Muhammad Rizka Imelda
Umur 32 Tahun 34 tahun
Pendidikan SLTA S1 elektro
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Perkawinan Pertama Pertama
Penyakit yang pernah Tidak ada Tidak ada
diderita
Saudara kandung
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Suhu : 37,5 °C
BB : 8 kg
TB : 70 cm
BB/U : -2<SD<+2
TB/U : < -3 SD
BB/TB : -1<SD<+1
Status Internus
sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 2mm/ 2 mm, refleks cahaya +/+
Torak
Paru
Perkusi : Sonor
Jantung
Perkusi : Batas atas; RIC II, kanan; LSD, kiri; 1 jari medial LMCS
RIC V
Abdomen
Perkusi : Timpani
Genitalia : A1M1P1
Brudinski II : (-)
Sistem Refleks
2. PATOLOGIS
Lengan
Tungkai
DARAH
Hb : 11,7 gr/dl
Leukosit : 9990/mm3
Trombosit : 465.000/mm3
Kesan : normal
FESES
Makroskopis : warna kuning, konsistensi lunak, darah tidak ada, lendir
tidak ada
Mikroskopis : eritrosit tidak ada, leukosit tidak ada, telur cacing tidak
ada, amoeba tidak ada
Kesan : normal
sedang
Penatalaksanaan
1. Tatalaksana kegawatdaruratan
Prognosis
DISKUSI
RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 29 Desember 2017 dengan keluhan
utama muntah sejak 3 jam sebelum masuk RS. Muntah sejak 3 jam sebelum
dan minuman yang dikonsumsi, serta tidak menyemprot. Muntah terjadi karena
adanya rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di
(CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat susunan saraf. Koordinasi
pusat muntah dapat diransang melalui berbagai jaras. Muntah dapat terjadi karena
adanya tekanan psikologis melalui jaras kortek serebri dan sistem limbik menuju
pusat muntah. Muntah juga terjadi jika pusat muntah terangsang melalui
keadaan yang dapat menjadi pencetus terjadinya muntah seperti infeksi, iritasi
kelainan pada saraf seperti trauma.17,18,19,20 Muntah pada pasien ini dapat
disebabkan oleh infeksi yang ditunjukkan oleh terdapatnya keluhan demam sejak
3 jam sebelum masuk rumah sakit. selain itu pada pasien tidak ada riwayat keluar
cairan dari telinga yang menyingkirkan kemungkinan fokus infeksi dari telinga.
4 kali, jumlah 3 sendok makan, ampas tidak ada, dan tidak disertai lendir serta
darah. Secara teori, penyebab diare bisa akibat virus, bakteri, maupun parasit.
parasit sehingga penyebab diare kemungkinan karena virus. Selain itu, pada
pasien juga ditemukan adanya demam, diare cair, dehidrasi ringan sedang,
muntah yang mengarah pada diare akibat rotavirus. Diare rotavirus merupakan
diare dengan masa inkubasi 1-3 hari dengan keluhan intestinal selama 3-7 hari.
diare ini Pada pasien ini didapatkan adanya tanda dehidrasi ringan-sedang yang
Pada pasien dengan berat badan 8 kg kebutuhan cairannya 840 cc/hari. Pasien
diberikan IVFD 2A 24 tpm makro =1600 cc, diet ML ± 800 kkal, oralit 85 cc
adalah bonam.
1 The United Nations Children’s Fund. Sekitar 35 juta balita masih beresiko jika target
angka kematian anak tidak tercapai [Internet]. UNICEF; 2013. Available from:
https://www.unicef.org/indonesia/id/media_21393.html.
2. Desi, Nurfita. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita
di Puskesmas Bulu Lor Kota Semarang . Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
3. Lung, E., 2003, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH,
editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New
York: Lange Medical Books, 131 – 150
4. Irianto K. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis. Bandung:
Alfabeta; 2013.
7. Mulyani HNS, Kuscithawati S. 2012. Faktor Risiko Diare Akut pada Balita. Ber Kedokt
Masy
8. Adisasmito W. 2010. Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic
Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehat
10. Eri Leksana. 2015. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi SMF Anestesi dan Terapi
Intensif RSUP dr Kariadi/Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia CDK-224/ vol. 42 no. 1
12. Kandun NI. 2003. Upaya pencegahan diare ditinjaudari aspek kesehatan masyarakat
dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI..h.9
13. IDAI., 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2 cetakan
pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI
15. Murry KF, Christie DL. 1998. Vomiting Pediatrics in Review Vol. 19
16. Wood JD,Alpers DH, Andrews PL. 1999. Fundamentals of neurogastroenterology Gut;
18. Dupuis LL, Nathan PC. 2003. Option for prevention and management of acute
chemotherapy inducaed nausea and vomiting in children. Pediatric drugs, 5(9):
597-613
19. Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keoperawatan Pediatrk (Mosby’s Pedatric Nursing
reference) Edisi 3. Jakarta: EGC
20. Dodge JA, 1991. Vomiting and regurgitation. In Pediatric gastrointestinal Disease.
Pathophysiology, Diagnosis,Management. Ed by Durie,Hamilton, Walker smith,
Watkins.Black and Decker inc.p32-41.