Anda di halaman 1dari 38

Case Report Session

GASTROENTERITIS AKUT DENGAN DEHIDRASI


RINGAN-SEDANG

Oleh:

Ratih Gusma Pratiwi

Preseptor:

dr. Fitrisia Amelin, Sp. A (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUP DR.M.DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND

PADANG

2017

1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis akut adalah inflamasi membran mukosa lambung dan

usus halus yang di tandai dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan

cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit

yang berlangsung kurang dari 14 hari.19 Gastroenteritis akut merupakan penyebab

muntah yang sering pada anak, biasanya bersamaan dengan diare dan sakit perut

dengan penyebab tersering adalah infeksi virus, dan bakteri patogen.19

Diare akut adalah buang air besar pada anak lebih dari 3 kali perhari,

disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan

darah yang berlangsung kurang dari 14 hari.1 Muntah difenisikan sebagai

keluarnya isi lambung sampai ke mulut dengan paksa atau dengan kekuatan.

Muntah dapat merupakan usaha mengeluarkan racun dari saluran cerna atas

seperti halnya diare pada saluran cerna bawah.20

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di

negara berkembang. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung

dapat mendorong terjadinya diare pada balita, faktor tersebut antara lain akibat

bakteri, virus, malabsorbsi, alergi maupun keracunan.5

Muntah pada anak dapat disebabkan oleh infeksi, iritasi makanan, trauma,

alergi, gangguan pada pendengaran seperti dizziness, dan kelainan pada saraf

seperti trauma. 17,18,19,20

Diare dan muntah terus menerus dapat menyebabkan komplikasi dehidrasi,

gangguan elektrolit, robekan Mallory Wiess, aspirasi cairan lambung. Onset akut

2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


dan sebentar menandakan penyakit sementara, jika muntah berlangsung lama dan

berulang menandakan penyakit kronik apalagi disertai gagal tumbuh. 17,19,20

1.2 Batasan Penulisan

Penulisan case report ini dibatasi mengenai gastroenteritis akut dengan

dehidrasi ringan-sedang.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan case report ini adalah membahas mengenai

gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan case report ini adalah berdasarkan tinjauan

kepustakaan dari berbagai literatur.

3 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GASTROENTERITIS AKUT

Gastroenteritis akut adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus

halus yang di tandai dengan muntah dan diare yang berakibat pada kehilangan

cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi serta gejala keseimbangan elektrolit

yang berlangsung kurang dari 14 hari.19

A. DIARE

2.1 Definisi dan Epidemiologi

Diare akut adalah buang air besar pada anak lebih dari 3 kali perhari,

disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan

darah yang berlangsung kurang dari 14 hari. Menurut Bagian Ilmu Kesehatan

Anak FK UI, definisi diare berbeda pada neonatus dan bayi > 1 bulan serta anak.

Neonatus dikatakan diare bila frekuensi BAB >4 kali, sedangkan bayi > 1 bulan

dan anak dikatakan diare bila frekuensi BAB > 3 kali.1

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara

berkembang. Di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah

berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012.

Namun lebih dari 400 anak meninggal setiap hari di Indonesia yang disebabkan

oleh pneumonia dan diare.2 Di Indonesia penyakit diare masih merupakan salah

satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, dimana insiden diare pada tahun

2000 yaitu sebesar 301 per 1000 penduduk, secara proporsional 55 % dari

kejadian diare terjadi pada golongan balita dengan episode diare balita sebesar

1,0-1,5 kali per tahun.3

4 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


2.2 Etiologi

Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

mendorong terjadinya diare pada balita, faktor tersebut antara lain akibat bakteri,

virus, malabsorbsi, alergi maupun keracunan.5 Berdasarkan penelitian Hanniff

(2011), faktor risiko diare pada balita antara lain hygiene perorangan dan air

bersih.9 Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita

yaitu status kesehatan lingkungan (penggunaan sarana air bersih, jamban keluarga,

pembuangan sampah, pembuangan air limbah) dan perilaku hidup sehat dalam

keluarga.9 Sedangkan secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam

enam kelompok besar yaitu infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan

parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan (keracunan bahan-bahan kimia, keracunan

oleh racun yang dikandung dan diproduksi baik jazad renik, ikan, buah-buahan,

sayur-sayuran, algae dll), imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain.

Diare secara garis besar dibagi atas inflamasi dan non inflamasi. Diare

inflamasi dibagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non inflamasi bisa karena

hormonal, anatomis, obat-obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus,

bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi karena alergi, radiasi. 4

Mekanisme penularan utama untuk patogen diare adalah fecal-oral,

dengan air dan makanan yang merupakan penghantar untuk kerjadian terbanyak.

Adapun beberapa penyebab diare pada anak yaitu :4,5,6

1. Infeksi

a. Virus

Virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara lain Rotavirus

(sebanyak 40-60%), Norwalk virus, Adenovirus. Norwalk virus dan

5 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Adenovirus sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan

dewasa, sedangkan Rotavirus sering terjadi pada anak usia dibawah 5

tahun terutama usia dibawah 2 tahun.

b. Bakteri

- E.Coli

E. Coli ini merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus

dengan frekuensi 20-30%.

c. Parasit

- Entamoeba Histolytica.Insidensinya kurang dari 1%

- Giardia Lamblia. Biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun.

- Crytosporidium. Di negara berkembang frekuensinya antara 4-115.

Sering terjadi pada penderita AIDS.

2. Malabsorbsi : karbohidrat, lemak

3. Alergi : Alergi susu, makanan, CMPSE (cow’s milk protein enteropathy).

4. Keracunan

5. Imunodefisiensi

6. Sebab Lain : pemberian antibiotik, defek anatomis seperti malrotasi,

Hisrchrsprung’s disease dan Shor Bowel Syndrome.

2.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko

Diare pada balita dapat terjadi karena berbagai sebab, penularannya

melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman penyebab. Salah satu

penyebab terjadinya diare adalah karena peradangan usus, seperti kholera,

disentri, bakteri, virus dan sebagainya. Sebab lain adalah karena kekurangan gizi,

6 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


seperti kemungkinan kurang makan atau kemungkinan kurang protein, juga

disebabkan karena keracunan makanan maupun minuman.5,6 Faktor sanitasi

lingkungan seperti kepemilikan jamban dan jenis lantai rumah juga mempunyai

hubungan terhadap kejadian diare.8

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal –oral yaitu melalui

makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung

tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita

atau tidak langsung melalui lalat.6,7

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara

lain : tidak memberikan ASI secara penuh 4 –6 bulan pertama kehidupan bayi,

tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya

sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan

penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.

Selain hal tersebut beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan

kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi,

berurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus dan faktor

genetik.4,6,8

2.4 Patofisiologi7,9,15

Pembagian diare menurut lamanya diare :

- Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari

- Diare kronik berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi

- Diare persisten berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

7 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu

diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus

a. Diare osmotik

Terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi

menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal

tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat

perbedaan tekanan osmosis antara lumen usu dan darah maka pada segmen

usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah lumen

jejunum sehingga air akan banyak terkumpul di dalam lumen usus.

Natrium akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan

terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar natrium yang

normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorpsi kembali, akan tetapi

lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak

diserap seperti Mg, Glukose, sukrose, laktose, maltose di segmen ileum

dan melebihi kemampuan absorpsi kolon sehingga terjadi diare. Bahan-

bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan yang mengandung

sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak yang sama.

b. Diare sekretorik

Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu

enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti

laksansia, garam empedu bentuk dihydroxy serta asamlemak rantai

panjang yang akhirnya meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian

menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa obat menyebabkan sekresi

intestinal. Penyakit malabropsi seperti reseksi ileum, penyakit Crohn dapat

8 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


menyebabkan kelainan sekresi seperti menyebabkan peningkatan

konsentrasi garam empedu, lemak.

c. Diare karena gangguan motilitas usus

Peningkatan ataupun penurunan motilitas, keduanya menyebabkan

diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau

yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan

meningkatkan absopsi. Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan

stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan

malabsopsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery

diarrhea dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable

pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada

tirotoksikosis, malabsopsi asam empedu dan penyakit lain. Diare ini juga

terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik, misal pada

diabetik neuropathi, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.

d. Diare terkait imunologi

Diare terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi

hipersensitivitas tipe I, III, dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara

sel mast dengan IgE dan alergen makanan. Reaksi tipe III misalnya pada

penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada coeliac

disease dan protein loss enteropaties.

2.5 Manifestasi Klinis

Penderita dengan diare akan mengeluarkan tinja yang mengandung

sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektronik ini

9 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


bertambah bila ada muntah. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis

metabolik dan hipovolemia. 10

Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh karena

hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi

keduanya.10 Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat

menyebabkan hipovolemia.kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati

dengan tepat. Diare adalah penyebab yan g paling sering. Pada diare yang disertai

muntah, dehidrasi akan semakin progresif. Dehidrasi karena diare menjadi

penyebab utama kematian bayi dan anak di dunia.12

Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi

isotonik,dehidrasi hipertonik(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut

derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau

dehidrasi berat. 9,11

Pada dehidrasi terjadi keseimbangan negatif cairan tubuh akibat penurunan

asupan cairan dan meningkatnya jumlah air yang keluar (lewat ginjal, saluran

cerna atau insensible water loss/IWL), atau karena adanya perpindahan cairan

dalam tubuh. Berkurangnya volume total cairan tubuh menyebabkan penurunan

volume cairan intrasel dan ekstrasel. Manifestasi klinis dehidrasi erat kaitannya

dengan deplesi volume cairan intravaskuler. Proses dehidrasi yang berkelanjutan

dapat menimbulkan syok hipovolemia yang akan menyebabkan gagal organ dan

kematian.11

Bila terdapat panas dimungkinkan karena peradangan atau akibat

dehidrasi. Panas badan umunya terjadi pada penderita dnegan inflammantory

diare. Mual dan muntah adalah simptom yang nospsesifik akan tetapi muntah

10 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna

bagian atas.7,9

2.6 Diagnosis

2.6.1 Anamnesis

Lama diare, frekuensi,volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir

dan darah. Bila disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa,

berkurang, jarang atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan dan

minuman yang berikan selama diare. Adakan panas atau penyakit lain yang

menyertai seperti: batuk,pilek,otitis media,campak. Tindakan yang telah dilakukan

ibu selama anak diare : member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke

Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasi.6,9

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : Berat badan, suhu tubuh,

frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu

dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran,rasa haus dan turgor kulit abdomen

dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :

cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah

kering basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis

metabolic. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.

Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillart refill dapat

menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.6,14

3. Laboratorium

11 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diareakut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan misalnya penyebab

dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada

penderita dengan dehidrasi berat.

Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut :

- Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa

darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.

- Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.

- Tinja :

Makroskopik

 Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya

disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar

saluran gastrointestinal.

 Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan

infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri

enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit

usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T. trichiura. Apabila

terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada

infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada

permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis

darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada

infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan

Strongyloides.

 Mikroskopik

12 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


4. Pemeriksaan Penunjang lain

a. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit

(terutama Na,K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kultur

dan tes kepekaan terhadap antibiotik

b. Duodenal intubation (biopsi duodenum), untuk mengetahui kuman

penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik yang

disebabkan Giardiasis, Strongyloides, dan protozoa yang membentuk spora.

2.7 Penatalaksanaan 4,13

Lima pilar penatalaksanakan diare bagi semua kasus diare yangdiderita

anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,

yaitu:

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru

2. Zinc diberikanselama 10 hari berturut-turut

3. ASI dan makanan tetap diteruskan

4. Antibiotik selektif

5. Nasihat kepada orang tua.

Rehidrasi dengan oralit, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.

Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi.

Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan

yang terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya lebih

banyak elektronik tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak

terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan

13 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak menyebabkan kekurangan

elektronik seberat pada disentri. Karena itu, para ahli diare mengembangkan

formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas, sehingga kurang menyebabkan

risiko terjadinya hiperpatremia. Oralit baru ini adalah oralit dengan osmolaritas

yang rendah.

Ketentuan pemberian oralit formula baru:

a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru

b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter airmatang, untuk

persediaan 24 jam.

c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan

ketentuan sebagai berikut:

- Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB

- Untuk 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB

d. Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa maka sisa

larutan harus dibuang.

Pemberiaan Zinc

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan

nafsu makan anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare

akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan

fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama

diare.

14 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga

dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-

anak:

- Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari

- Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah

sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam

air matang atau oralit.

Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO

tahun 2005, penatalaksanaan diare dibagi menjadi 3 rencana terapi yakni rencana

terapi A untuk penanganan diare di rumah, rencana terapi B untuk dehidrasi

ringan/sedang, terapi C untuk dehidrasi berat.

Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi dan Rencana Terap

15 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Tabel 2.2 Rencana Terapi A

16 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Tabel 2.3 Rencana Terapi B

17 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Tabel 2.4 Rencana Terapi A

B.

18 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


B. MUNTAH/VOMITUS

Muntah atau vomitus difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke

mulut dengan paksa atau dengan kekuatan. Muntah dapat merupakan usaha

mengeluarkan racun dari saluran cerna atas seperti halnya diare pada saluran cerna

bawah.20

Kemampuan untuk memuntahkan merupakan suatu keuntungan karena

memungkinkan pengeluaran toksin dari lambung. Muntah terjadi bila terdapat

rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di medulla

berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ).

Koordinasi pusat muntah dapat diransang melalui berbagai jaras. Muntah dapat

terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan system

limbic menuju pusat muntah (VC). Pencegahan muntah mungkin dapat melalui

mekanisme ini. Muntah terjadi jika pusat muntah terangsang melalui vestibular

atau sistim vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga. Rangsangan bahan

kimia melalui darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi oleh CTZ.

Muntah terus menerus dapat menyebabkan komplikasi dehidrasi, gangguan

elektrolit, robekan Mallory Wiess, aspirasi cairan lambung. Penyebab muntah

pada anak sangat bervariasi dan tergantung usia. Beberapa keadaan dapat sebagai

pencetus terjadinya muntah seperti infeksi, iritasi makanan, trauma, alergi,

gangguan pada pendengaran seperti dizziness dan motin sickes, kelainan pada

saraf seperti trauma dan infeksi. 17,18,19,20

Onset akut dan sebentar menandakan penyakit sementara, jika muntah

berlangsung lama dan berulang menandakan penyakit kronik apalagi disertai

gagal tumbuh. 17,19,20

19 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang sering pada anak,

biasanya bersamaan dengan diare dan sakit perut, penyebab tersering adalah

infeksi virus, dan bakteri pathogen, tetapi tinja yang lembek dapat ditemukan pada

keadaan infeksi saluran kencing. 19,20

20 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama :MHS

MR : 01.00.22.93

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 1 tahun 4 bulan

Pekerjaan :-

Suku Bangsa : Minangkabau

Alamat : Tunggul Hitam, Padang, Sumatera Barat

Alloanamnesis

Diberikan oleh: Ibu Kandung

Seorang pasien perempuan usia 1 tahun 4 bulan dirawat di RSUP Dr. M.

Djamil Padang sejak tanggal 29 Desember 2017 dengan :

Keluhan Utama

Muntah sejak 3 jam sebelum masuk RS

Riwayat Penyakit Sekarang:

 Muntah sejak 3 jam sebelum masuk RS dengan frekuensi 5 kali, jumlah 3-

4 sendok makan/kali,berisi makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta

tidak menyemprot.

21 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


 Demam ada sejak 3 jam sebelum masuk RS, tidak tinggi, hilang timbul,

tidak menggigil, tidak berkeringat, dan tidak ada kejang

 BAB encer ada sejak 2 jam sebelum masuk RS dengan frekuensi 4 kali,

jumlah 3 sendok makan, ampas tidak ada, dan tidak disertai lendir serta

darah.

 Batuk dan pilek tidak ada

 Sesak nafas tidak ada

 Pasien mau minum dan rewel

 BAK terakhir ada ±1 jam sebelum masuk RS, warna biasa, dan jumlah

biasa.

 Riwayat ganti susu formula tidak ada

 Anak saat ini masih mengonsumsi nasi lunak dengan lauk pauk

 Berat badan 1 bulan yang lalu adalah 9 kg

 Anak sudah mampu berjalan dengan dipegang dan sudah pandai

mengucakan kata

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat diare dan muntah sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Abang kandung pasien menderita diare seperti pasien.

22 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Riwayat Persalinan

Lama hamil : Cukup bulan

Cara lahir : Sectio Caesaria

Ditolong oleh : Dokter

Indikasi : Bekas SC

Berat lahir : 3350 gram

Panjang lahir : 49 cm

Kesan : Riwayat kelahiran normal

Riwayat Makan dan Minuman

 Bayi

ASI : 0 bulan -sekarang

Bubur Susu : 6-8 bulan

Nasi Tim : 8-12 bulan

Buah, biskuit : 8-12 bulan

Susu Formula :-

 Anak

Makanan utama (lunak) : 3x/hari menghabiskan 1 porsi kecil

Daging : 2x/ minggu

Ikan : 3x/minggu

Telur : 3x/minggu

Sayur : 7x/minggu

Buah : 7x/minggu

Kesan : Kualitas dan kuantitas cukup

23 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Riwayat Imunisasi

Imunisasi Dasar/umur Booster/umur


BCG 1 bulan, skar (+) -
DPT: 1 2 bulan
2 3 bulan -
3 4 bulan
Polio: 1 2 bulan
2 3 bulan -
3 4 bulan
Hepatitis B:1 2 bulan
2 3 bulan -
3 4 bulan
Haemofilus influenza B:
1 2 bulan
-
2 3 bulan
3 4 bulan
Campak 9 bulan -

Kesan: riwayat imunisasi dasar lengkap

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Riwayat Pertumbuhan Umur Riwayat Gangguan Umur


dan Perkembangan Perkembangan Mental
Ketawa 3 bulan Isap jempol Sampai usia
2 bulan
Miring 3 bulan Gigit kuku -
Tengkurap 4 bulan Sering mimpi -
Duduk 6 bulan Mengompol Sampai usia
2 tahun
Merangkak 7 bulan Aktif sekali -
Berdiri 10 bulan Apatik -
Lari 1,5 tahun Membangkang -
Gigi pertama 2 bulan Ketakutan -
Bicara 2 tahun Pergaulan jelek -
Membaca - Kesukaran belajar -
Prestasi di sekolah -

Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkambangan normal

24 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Riwayat Keluarga

Ayah Ibu
Nama Mahatir Muhammad Rizka Imelda
Umur 32 Tahun 34 tahun
Pendidikan SLTA S1 elektro
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Perkawinan Pertama Pertama
Penyakit yang pernah Tidak ada Tidak ada
diderita

Saudara kandung

1. M. Azmi, 10 tahun, sehat

2. Rafi, 5 tahun, sehat

3. Azka, 3 tahun, sakit (Sindroma Nefrotik dan diare)

Riwayat Perumahan dan Lingkungan

 Rumah tempat tinggal : Permanen

 Sumber air minum : Air galon

 Buang air besar : Jamban didalam rumah

 Pekarangan : Cukup luas

 Sampah : dibuang di tempat pembuangan sampah

Kesan : Higienitas dan sanitasi baik

PEMERIKSAAN FISIK

Vital Sign

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis Kooperatif

Tekanan darah : 95/65 mmHg

25 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Frekuensi nadi : 144 x/menit

Frekuensi nafas : 24 x / menit

Suhu : 37,5 °C

Edema : tidak ada

Ikterus : tidak ada

Kulit : Teraba hangat, turgor kembali lambat

BB : 8 kg

TB : 70 cm

BB/U : -2<SD<+2

TB/U : < -3 SD

BB/TB : -1<SD<+1

Status gizi : Gizi baik

Anemia : tidak ada

Sianosis : tidak ada

Status Internus

 KGB : Tidak ada pembesaran KGB

 Kepala : Bulat, simetris, ubun-ubun besar sudah menutup, tidak ada

deformitas, lingkar kepala 51 cm (normocephal)

 Rambut : rambut hitam dan tidak mudah di cabut ,

 Mata : tampak cekung, air mata ada, Konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 2mm/ 2 mm, refleks cahaya +/+

 Telinga : Tidak ada kelainan

 Hidung : Napas cuping hidung tidak ada

26 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


 Gigi dan mulut: mukosa mulut dan bibir basah

 Tenggorok : Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

 Leher : JVP 5-2 cmH2O

 Torak

Paru

Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan (statis dan dinamis),

retraksi dinding dada (-)

Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Batas atas; RIC II, kanan; LSD, kiri; 1 jari medial LMCS

RIC V

Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada

 Abdomen

Inspeksi : Distensi (-),

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

 Punggung : Tidak ada kelainan

 Genitalia : A1M1P1

27 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


 Anggota gerak : Udem (-), akral hangat, CRT < 2 detik

Tanda rangsangan selaput otak :

Kaku Kuduk : (-) Kernig : (-)

Laseque : (-) Brudzunski I : (-)

Brudinski II : (-)

Sistem Refleks

1. FISIOLOGIS Kanan Kiri

Biseps ada ada

Triseps ada ada

KPR ada ada

APR ada ada

2. PATOLOGIS

Lengan

Hoffman-Tromner Tidak ada Tidak ada

Tungkai

Babinski Tidak ada Tidak ada

Chaddoks Tidak ada Tidak ada

Oppenheim Tidak ada Tidak ada

Gordon Tidak ada Tidak ada

Schaeffer Tidak ada Tidak ada

28 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DARAH

 Hb : 11,7 gr/dl

 Leukosit : 9990/mm3

 Trombosit : 465.000/mm3

 Hitung jenis : 0/11/37/59/2

Kesan : normal

FESES
 Makroskopis : warna kuning, konsistensi lunak, darah tidak ada, lendir
tidak ada
 Mikroskopis : eritrosit tidak ada, leukosit tidak ada, telur cacing tidak
ada, amoeba tidak ada
Kesan : normal

Diagnosa Kerja : Gastroenteritis akut (GEA) dehidrasi ringan-

sedang

Diagnosis Banding : tidak ada

Pemeriksaan anjuran : tidak ada

Penatalaksanaan

1. Tatalaksana kegawatdaruratan

 IVFD 2A 200 cc/kgBB/hari sampai 1700/hari (24 tpm makro)

29 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


1. Nutrisi dan Medikamentosa

 oralit 85cc tiap muntah dan diare

 zink 1x20 mg per oral

 paracetamol 3x mg per oral

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : bonam

Quo ad functionam : bonam

30 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


FOLLOW UP

Tanggal Hasil Pemeriksaan Terapi


30 Desember S/ - muntah ada sejak 1 hari yang lalu dengan P/
2017 frekuensi 1x, jumlah 5 sendok makan/kali,
berisi makanan dan minuman, tidak - ASI OD
menyemprot - IVFD 2A
- BAB encer ada dengan frekuensi 2x, ampas 200cc/kgBB/hari
tidak ada, lender dan darah tidak ada (24 tpm)
- BAK biasa - Oralit 85cc tiap
- demam tidak ada tiap muntah dan
- anak mau minum diare
O/ - Zinc 1x20 mg
KU KES Nadi RR T - ML 800 kkal

Sakit CMC 132 x/i 28x/i 37


sedang

Mata : cekung, konjungtiva tidak anesmis, sklera tidak


ikterik
Paru : bronkovesikular, rhonki dan weezing tidak ada
Jantung : irama jantung teratur, bising tidak ada
Abdomen : distensi (-), bising usus meningkat
Ekstremitas : akral hangat, udem (-), CRT< 2 detik
Kulit abdomen : turgor kembali lambat

Tanggal Hasil Pemeriksaan Terapi


31 Desember S/ - muntah ada 1x berisi susu yang diminum P/
2017 - BAB encer ada 1x, ampas ada, lender dan - ASI OD
darah tidak ada - IVFD 2A
- BAK biasa 200cc/kgBB/hari
- demam tidak ada (4 tpm makro)
- anak mau minum - Oralit 85cc tiap
- anak tidak rewel tiap muntah dan
O/ diare
KU KES Nadi RR T - Zinc 1x20 mg
- ML 800 kkal
Sakit CMC 80 x/i 24x/i 37
sedang

Mata : tidak cekung, konjungtiva tidak anesmis, sklera


tidak ikterik
Paru : bronkovesikular, rhonki dan weezing tidak ada
Jantung : irama jantung teratur, bising tidak ada
Abdomen : distensi (-), bising usus meningkat

31 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Ekstremitas : akral hangat, udem (-), CRT< 2 detik
Kulit abdomen : turgor kembali cepat
BB= 8,4 kg

32 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Tanggal Hasil Pemeriksaan Terapi
1 januari S/ - muntah tidak ada P/
2018 - BAB encer ada 1 kali - ASI OD
- BAK biasa - IVFD 2A
- demam tidak ada 200cc/kgBB/hari
- anak mau minum (4 tpm makro)
O/ - Oralit 85cc tiap
KU KES Nadi RR T tiap diare
- Zinc 1x20 mg
Sakit CMC 88 x/i 24/i 36.7 - ML 800 kkal
sedang

Mata : tidak cekung, konjungtiva tidak anesmis, sklera


tidak ikterik
Paru : bronkovesikular, rhonki dan weezing tidak ada
Jantung : irama jantung teratur, bising tidak ada
Abdomen : distensi (-), bising usus meningkat
Ekstremitas : akral hangat, udem (-), CRT< 2 detik
Kulit abdomen : turgor kembali cepat

33 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Tanggal Hasil Pemeriksaan Terapi
2 Januari S/ - muntah tidak ada P/
2018 - BAB encer tidak ada - ASI OD
- BAK biasa - Zinc 1x20 mg
- demam tidak ada - ML 800 kkal
O/
KU KES Nadi RR T
Sakit CMC 132 x/i 28x/i 37
sedang

Mata : tidak cekung, konjungtiva tidak anesmis, sklera


tidak ikterik
Paru : bronkovesikular, rhonki dan weezing tidak ada
Jantung : irama jantung teratur, bising tidak ada
Abdomen : distensi (-), bising usus meningkat
Ekstremitas : akral hangat, udem (-), CRT< 2 detik
Kulit abdomen : turgor kembali cepat
BB: 9 kg

34 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


BAB 4

DISKUSI

Seorang pasien perempuan, berusia 1 tahun 4 bulan dirawat di bangsal anak

RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 29 Desember 2017 dengan keluhan

utama muntah sejak 3 jam sebelum masuk RS. Muntah sejak 3 jam sebelum

masuk RS dengan frekuensi 5 kali, jumlah 3-4 sendok makan/kali,berisi makanan

dan minuman yang dikonsumsi, serta tidak menyemprot. Muntah terjadi karena

adanya rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di

medulla berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone

(CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat susunan saraf. Koordinasi

pusat muntah dapat diransang melalui berbagai jaras. Muntah dapat terjadi karena

adanya tekanan psikologis melalui jaras kortek serebri dan sistem limbik menuju

pusat muntah. Muntah juga terjadi jika pusat muntah terangsang melalui

vestibular atau sistim vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga. Beberapa

keadaan yang dapat menjadi pencetus terjadinya muntah seperti infeksi, iritasi

makanan, trauma, alergi, gangguan pada pendengaran seperti dizziness, dan

kelainan pada saraf seperti trauma.17,18,19,20 Muntah pada pasien ini dapat

disebabkan oleh infeksi yang ditunjukkan oleh terdapatnya keluhan demam sejak

3 jam sebelum masuk rumah sakit. selain itu pada pasien tidak ada riwayat keluar

cairan dari telinga yang menyingkirkan kemungkinan fokus infeksi dari telinga.

Pasien mengalami diare sejak 2 jam sebelum masuk RS dengan frekuensi

4 kali, jumlah 3 sendok makan, ampas tidak ada, dan tidak disertai lendir serta

darah. Secara teori, penyebab diare bisa akibat virus, bakteri, maupun parasit.

35 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Pada pasien ini, hasil pemeriksaan feses tidak ditemukan adanya bakteri maupun

parasit sehingga penyebab diare kemungkinan karena virus. Selain itu, pada

pasien juga ditemukan adanya demam, diare cair, dehidrasi ringan sedang,

muntah yang mengarah pada diare akibat rotavirus. Diare rotavirus merupakan

diare dengan masa inkubasi 1-3 hari dengan keluhan intestinal selama 3-7 hari.

diare ini Pada pasien ini didapatkan adanya tanda dehidrasi ringan-sedang yang

berlangsung kurang dari 14 hari.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,

pasien didiagnosis dengan gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang.

Pada pasien dengan berat badan 8 kg kebutuhan cairannya 840 cc/hari. Pasien

diberikan IVFD 2A  24 tpm makro =1600 cc, diet ML ± 800 kkal, oralit 85 cc

tiap muntah dan diare.

Prognosis gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang secara umum

adalah bonam.

36 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


DAFTAR PUSTAKA

1 The United Nations Children’s Fund. Sekitar 35 juta balita masih beresiko jika target
angka kematian anak tidak tercapai [Internet]. UNICEF; 2013. Available from:
https://www.unicef.org/indonesia/id/media_21393.html.

2. Desi, Nurfita. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita
di Puskesmas Bulu Lor Kota Semarang . Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia

3. Lung, E., 2003, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH,
editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New
York: Lange Medical Books, 131 – 150

4. Irianto K. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis. Bandung:
Alfabeta; 2013.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Pemberantasan Diare.


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

6. Muthmainnah T, Utomo M, Mifbakhuddin M. 2013. Hubungan Sanitasi Lingkungan dan


Status Imunisasi Campak dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kelurahan
Bandarharjo Kota Semarang. J Kesehat Masy Indones.; 8(1):47–62.

7. Mulyani HNS, Kuscithawati S. 2012. Faktor Risiko Diare Akut pada Balita. Ber Kedokt
Masy

8. Adisasmito W. 2010. Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic
Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehat

9. Mentes JC, Kang S. 2013. Hydration management. J Gerontol Nurs.;39(2):11-9.

10. Eri Leksana. 2015. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi SMF Anestesi dan Terapi
Intensif RSUP dr Kariadi/Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia CDK-224/ vol. 42 no. 1

11. Departemen keseharan RI . Buku Saku Lintas Diare 2011

12. Kandun NI. 2003. Upaya pencegahan diare ditinjaudari aspek kesehatan masyarakat
dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI..h.9

13. IDAI., 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2 cetakan
pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI

37 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


14. Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Diare Edisi 2011. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

15. Murry KF, Christie DL. 1998. Vomiting Pediatrics in Review Vol. 19

16. Wood JD,Alpers DH, Andrews PL. 1999. Fundamentals of neurogastroenterology Gut;

17. Sondheimer JM. 2003. Vomiting. In Pediatric Gastrointestinal Disease 3 rd od.Edited by


Walter, Durie, Hamilton, Walkersmith, Watkins. Black and Decker Inc. p 97-115

18. Dupuis LL, Nathan PC. 2003. Option for prevention and management of acute
chemotherapy inducaed nausea and vomiting in children. Pediatric drugs, 5(9):
597-613

19. Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keoperawatan Pediatrk (Mosby’s Pedatric Nursing
reference) Edisi 3. Jakarta: EGC

20. Dodge JA, 1991. Vomiting and regurgitation. In Pediatric gastrointestinal Disease.
Pathophysiology, Diagnosis,Management. Ed by Durie,Hamilton, Walker smith,
Watkins.Black and Decker inc.p32-41.

38 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai