saudaraku itu memang terdapat apa yang aku katakan? Nabi menjawab:
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib
berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita
Maknanya: “Jika padanya terdapat apa yang engkau katakan maka
kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban
engkau telah melakukan ghibah kepadanya, dan jika tidak terdapat
dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
padanya apa yang engkau katakan maka engkau telah melakukan buhtan
Kaum Muslimin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah, kepadanya” (HR Muslim)
Ghibah (menggunjing keburukan dan kekurangan orang lain) adalah Buhtan adalah menuduh seseorang dengan sesuatu yang tidak ada
salah satu maksiat yang diharamkan oleh Allah dan penyakit berbahaya padanya. Buhtan lebih besar dosanya daripada ghibah karena buhtan
yang dapat meruntuhkan kerukunan, persatuan dan ketenteraman mengandung unsur kebohongan.
masyarakat. Akhir-akhir ini, ghibah semakin marak dilakukan. Jika dulu
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
ghibah hanya dilakukan oleh sekumpulan orang di tempat-tempat tertentu
yang terbatas, saat ini seiring menjamurnya media sosial ghibah semakin Menggunjing keburukan orang lain, dalam ayat yang kami baca di awal
gencar dilakukan. Ghibah online melalui media sosial sama dosanya khutbah, diserupakan dengan memakan daging saudara sesama Muslim
dengan ghibah offline. yang telah meninggal. Bagi siapa pun, hal itu tentulah sangat
menjijikkan. Begitu pula dengan ghibah, semestinya kita juga sangat jijik
Oleh karenanya, dalam kesempatan khutbah yang singkat ini, kami
untuk melakukannya.
mengingatkan kepada kita semua akan bahaya dosa ghibah. Masih
banyak saudara-saudara kita yang seringkali melakukan ghibah tanpa Hadirin yang berbahagia, Jadi ghibah adalah membicarakan saudara
mereka sadari. Apakah yang dimaksud dengan ghibah? Diriwayatkan dari sesama Muslim yang masih hidup atau sudah meninggal, kecil maupun
sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dewasa, mengenai keburukan yang ada padanya, yang tidak ia sukai
bersabda: Tahukah kalian apakah ghibah itu? Para sahabat menjawab: seandainya ia mendengarnya. Baik keburukan yang dibicarakan itu
Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi terkait dengan fisik, nasab (asal usul keturunan), pakaian, rumah, atau
wasallam bersabda: perilakunya. Hal itu seperti ucapan: “Si Fulan pendek, kurang adab,
pakaiannya kotor, kalah dan takut sama istrinya” dan kalimat-kalimat lain
Maknanya: “Ghibah adalah ketika engkau menyebut saudara (muslim)mu
dengan sesuatu yang tidak ia sukai.”
yang serupa, yang diketahui bahwa orang yang dibicarakan tidak suka “Ketika aku dibawa Mi’raj, aku melewati sekelompok orang yang
akan hal itu seandainya ia mendengarnya. berkuku tembaga sedang mencakar-cakar muka dan dada mereka. Lalu
aku bertanya: Siapakah mereka itu, Wahai Jibril? Jibril menjawab:
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mereka adalah orang-orang yang menggunjing keburukan dan menista
Apakah ghibah termasuk dosa besar atau dosa kecil? Hukumnya dirinci kehormatan orang lain” (HR Abu Dawud).
sebagai berikut. Jika ghibah dilakukan terhadap orang yang shaleh dan
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
bertakwa, maka tergolong dosa besar. Sedangkan ghibah terhadap selain
orang yang bertakwa, maka tidak dikatakan secara mutlak sebagai dosa Sebagaimana diharamkan mengatakan ghibah, haram juga
besar. Akan tetapi jika seorang Muslim yang fasiq digunjing mendengarkannya. Allah ta’ala saat menyebutkan sifat sebagian orang
keburukannya hingga batas yang berlebihan, maka hal itu termasuk dosa yang dipuji-Nya berfirman:
besar. Seperti berlebihan dalam menyebutkan keburukan-keburukannya
hanya untuk kesenangan mengobrol saja. Dengan makna inilah dipahami
hadits riwayat Abu Dawud dari Sa’id bin Zaid bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: