Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Semester Ganjil Tahun Akademik 2022 / 2023

Angkatan 2 (Dua)
Periode November-Desember 2022
Kategori PKPA Puskesmas

Wahana Praktek Kerja Profesi Apoteker

UPTD PUSKESMAS PASUNDAN

Vina Shalsabina,S.,Farm
12060322011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
DZULHIJJAH 1443H / JUNI 2022
LAPORAN AKHIR
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Praktek Kerja Profesi Apoteker Wahana pada
Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Bandung

Oleh:
Vina Shalsabina,.S. Farm
NPM 12060322011

Disetujui oleh:

Preseptor Wahana Preseptor Internal

.................................................................... ..........................................................................
apt.Sani ,.S.Farm apt.Berta Rusdi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan usaha yang dilakukan oleh setiap individu
baik secara pribadi, sebagai bagian dari pemerintah, maupun swasta untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. Salah satu faktor
penting yang berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah
tersedianya sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang memiliki aksesibilitas,
keterjangkauan, dan kualitas pelayanan kesehatan memadai, untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Sebagai upaya pembangunan kesehatan nasional khususnya subsistem upaya
kesehatan tersebut, pemerintah menyelenggarakan Pusat kesehatan masyarakat yang
selanjutnya disebut sebagai Puskesmas.
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif. Lebih jauhnya puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,
terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam
suatu wilayah tertentu. Keseluruhan pelayanan kesehatan ini dapat dilakukan secara
optimal hanya jika terjalin kerjasama yang professional diantara semua pihak yang
terlibat, antaralain dokter, apoteker, perawat, bidan, dan sarjana kesehatan masyarakat.
Apoteker memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya
mengendalikan manajemen pengelolaan perbekalan farmasi, namun secara langsung
apoteker bertanggung jawab terhadap aspek pelayanan klinis di puskesmas. Hal ini
disebabkan oleh beralihnya paradigma pelayanan kefarmasian yang semula drug oriented
menjadi patient oriented, dimana apoteker dituntut untuk melaksanakan asuhan
kefarmasian secara menyeluruh. Bahkan dimasa yang akan datang paradigma tersebut
akan berkembang dimana apoteker menjadi public health pharmacist, sehingga seorang
apoteker harus mampu berinteraksi secara langsung dengan masyarakat. Untuk tujuan
tersebut seorang apoteker harus mampu menggali diri dan meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, perilaku dan pengalaman untuk siap terjun langsung berinteraksi dengan
masyarakat memberikan pelayanan kefarmasian. Bentuk bentuk interaksi yang dapat
dilakukan diantaranya upaya promotif dan preventif kesehatan, pelayanan informasi
obat, monitoring penggunaan obat, pengembangan dan penelitian kesehatan
masyarakat. Sebagai upaya mencetak Apoteker yang siap berperan dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat secara professional, maka Program Studi Profesi
Apoteker (PSPA) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas
Islam Bandung (UNISBA) menyelenggarakan program Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Puskesmas. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran
dan memberikan pengalaman kepada calon apoteker tentang dunia kerjanya di bidang
pelayanan kesehatan tingkat pertama terutama di era JKN ini. Calon apoteker diharapkan
dapat terlibat aktif dalam pengelolaan perbekalan farmasi di Puskesmas, manajemen
terapi pasien, promosi kesehatan, dan upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat
dalam penggunaan obat, baik modern maupun obat tradisional.

1.2. Tujuan
Penyelenggaraan PKPA di Wahana Puskesmas sebagai salah satu tempat kerja
apoteker dalam penatalaksanaan kompetensi keprofesiannya adalah bertujuan sebagai
berikut:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker terkait peran, fungsi, dan tanggung
jawabnya dalam melaksanakan praktik pelayanan kefarmasian di Puskesmas
sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
2. Membekali calon apoteker untuk memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan,
perilaku, pengalaman menjadi seorang professional dalam melakukan praktik
kefarmasian di Puskesmas
3. Memberi kesempatan calon apoteker untuk mempelajari secara langsung strategi
praktik, menganalisis permasalahan–permasalahan yang muncul serta mencari
solusi atas permasalahan tersebut selama praktik pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
4. Menggali kemampuan berinteraksi sosial dan berkomunikasi dengan sesama
tenaga kesehatan di Puskesmas, pasien dan masyarakat di wilayah Puskesmas.

1.3. Manfaat
Penyelenggaraan PKPA di Wahana Puskesmas ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada calon apoteker adalah sebagai berikut:
1. Calon Apoteker dapat mengetahui, memahami, dan menghayati peran, fungsi,
dan tanggung jawab seorang apoteker dalam tugasnya menjalankan praktik
kefarmasian di Puskesmas
2. Mendapat pengalaman dan pengetahuan praktek dalam pelayanan farmasi
klinis di Puskesmas
3. Memiliki rasa percaya diri sebagai seorang Apoteker yang professional.

1.4. Capaian Kompetensi


Adapun beberapa kompetensi yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan PKPA
di Puskesmas ini adalah calon Apoteker:
1. Mampu membuat keputusan secara professional pada pekerjaan kefarmasiannya
di Puskesmas berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan sesuai dengan
standar praktik kefarmasian, undang-undang yang berlaku serta etika
kefarmasian
2. Mampu mempraktikan asuhan kefarmasian sehingga tujuan terapi pasien di
3. Puskesmas dapat tercapai Mampu berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif
dengan sesama tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat
4. Mampu mengelola perbekalan farmasi dan alkes di Puskesmas secara efektif
5. Mampu mengelola sumber daya manusia yang terlibat dalam praktik
kefarmasian.
1.5. Metode Pelaksanaan
Penyelenggaraan PKPA di Wahana Rumah Sakit ini meliputi tahapan metode
adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan perizinan penyelenggaraan PKPA
2. Pra-PKPA: Pembekalan calon Apoteker oleh dosen pembimbing di PSPA UNISBA
tentang gambaran dan pengetahuan umum lingkup kerja pelayanan farmasi di
Puskesmas, meliputi:
a. Organisasi Puskesmas
b. Pengelolaan perbekalan farmasi di Puskesmas
c. Pelayanan informasi obat dan konseling
d. Monitoring penggunaan obat
e. Promosi kesehatan dan edukasi kepada masyarakat
f. Farmakoekonomi
g. Teknik komunikasi Informasi, Edukasi (KIE) profesional
3. Pendampingan calon Apoteker oleh pembimbing akademisi, pembimbing di
Dinas Kesehatan dan preseptor di Puskesmas
4. Penyusunan rencana kerja calon apoteker selama PKPA
5. Evaluasi kegiatan PKPA, melalui:
a. Evaluasi praktik (dilakukan oleh pembimbing akademisi selama pembekalan
dan oleh preseptor selama praktik)
b. Laporan dan presentasi hasil PKPA
c. Uji komprehensif Apoteker

1.7. Waktu dan Tempat


Kegiatan PKPA di Wahana Puskesmas ini dilaksanakan selama 1 (satu) bulan atau
2 x 26 hari kerja berbobot 4 SKS, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 1 minggu pertama di
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota, 3 minggu di Puskesmas. Adapun puskesmas
tujuan PKPA adalah beberapa Puskesmas di Kota Bandung, Jawa Barat yang telah
disetujui sebagai Puskesmas tujuan PKPA oleh Dinas Kesehatan terkait.

1.8. Rencana Kegiatan


Kegiatan PKPA di Puskesmas diselenggarakan berdasarkan Capaian Kompetensi
Program Studi dan dilaksanakan selama 4 (empat) minggu dengan agenda kerja sebagai
berikut:
Waktu Kegiatan Penanggung Jawab
Pra PKPA Pembekalan materi terkait dengan standar Panitia PKPA PSPA
pelayanan kefarmasian serta indikator Unisba (Dosen dan
capaian yang harus dicapai oleh Apoteker
mahasiswa Pembimbing)
Orientasi dan pembekalan di Dinas Dinas Kesehatan
Minggu I
Kesehatan setempat Provinsi, Kota/Kab.
Minggu II – III Kegiatan PKPA di Puskesmas Preseptor Puskesmas
Preseptor Puskesmas
Minggu IV Pengkajian dan penyusunan laporan
dan/atau Dinkes
Pasca PKPA Laporan kegiatan dan penilaian Panitia PKPA Unisba
PKPA diawali dengan pembekalan di Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota Bandung. Adapun materi kegiatan yang dilakukan selama PKPA
adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari struktur organisasi Dinas Kesehatan dan Puskesmas
2. Mempelajari dan ikut serta dalam pengelolaan perbekalan farmasi di puskesmas,
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas :
a. Perencanaan
1) Pemilihan kriteria obat yg masuk dalam fornas puskesmas dan
tahapan penyusunan fornas
2) Pengumpulan data yg dibutuhkan: data penggunaan obat periode
sebelumnya (metode konsumsi), data morbiditas, sisa stok dan usulan
kebutuhan obat dari semua jaringan pelayanan puskesmas
3) Memperkirakan kebutuhan periode yang akan datang ditambah stok
penyangga (buffer stock)
4) Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan
metode yg sesuai:
a) Konsumsi
b) Metode morbiditas
c) Evaluasi perencanaan dengan menggunakan: Analisa ABC, Analisa
Ven, Analisa Kombinasi
5) Membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
b. Pengadaan
1) Permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
a) Permintaan rutin
b) Permintaan khusus: menghitung jumlah obat untuk permintaan
khusus
2) Pengadaan mandiri: tata cara pengadaan sesuai peraturan yang
berlaku
c. Penerimaan
Tata cara penerimaan
1) Berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2) Berasal dari pengadaan Puskesmas dan dari sumber lainnya
3) Berdasarkan bentuk fisik sediaan farmasi dan BMHP
d. Penyimpanan
1) Aspek umum yang perlu diperhatikan
2) Aspek khusus yang perlu diperhatikan
a) Obat high alert
b) Obat narkotika, psikotropika dan prekursor
c) Obat kegawatdaruratan medis
e. Pendistribusian
1) Menentukan frekuensi distribusi
2) Menentukan jumlah dan jenis yang diberikan
3) Melaksanakan penyerahan obat ke jaringan pelayanan puskesmas
f. Pemusnahan dan penarikan
a) Pemusnahan dan penarikan obat
b) Pemusnahan resep
g. Pengendalian
1) Pengendalian ketersediaan
2) Pengendalian penggunaan
3) Penanganan ketika terjadi kehilangan, kerusakan, obat ditarik dan
kadaluarsa
h. Administrasi
Pencatatan/dokumentasi
1) Gudang obat
2) Di ruang obat
3) Catatan obat narkotika, psikotropika, prekursor
i. Pelaporan
No Jenis Laporan Kegunaan Keterangan
Mengetahui
Laporan jumlah
LPLPO (Formulir
1. Penerimaan dan penerimaan dan
Lampiran 1)
Pengeluaran Obat pengeluaran obat
satu periode
Melaporkan obat
Laporan Obat
2. yang Formulir Lampiran 2
Rusak/Kadaluarsa
rusak/kadaluarsa
Pelaporan
Mengetahui
ditujukan ke Dinas
penerimaan dan
Kesehatan
3. Psikotropika dan pengeluaran
Kab./Kota,
Narkotika narkotik dan
Formulir Lampiran
psikotropik
3
Pelaporan
Kepatuhan Untuk evaluasi ditujukan ke Dinas
terhadap kesesuaian Kesehatan
4.
formularium penggunaan obat Kab./Kota,
nasional dengan Fornas Formulir
Lampiran 4
3. Memahami dan turut serta dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas
a. Menyediakan informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan lainnya
b. Memantau penggunaan obat agar efektif serta memberikan saran dalam
regimen pengobatan pasien
c. Memberikan bimbingan dan ikut serta dalam kegiatan konseling dalam
rangka pendidikan kepada pasien (cara penggunaan dan penyimpanan obat
yang baik dan benar)
d. Berpartisipasi dalam pemberian informasi obat kepada masyarakat
e. Ikut serta dalam pengkajian, pelayanan resep dan quality assurance obat,
meliputi:
1) Penerimaan resep
2) Peracikan obat
3) Penyerahan obat
f. Ikut serta dalam kunjungan rumah bersama/visite pasien (khusus
Puskesmas rawat inap) bersama dengan tenaga kesehatan lainnya
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
h. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
i. Evaluasi Penggunaan Obat
4. Turut serta dalam kegiatan Upaya Kesehatan Pribadi (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) melalui kegiatan promosi kesehatan
a. Bekerjasama dengan profesional kesehatan lainnya dalam menentukan strategi
promosi kesehatan, antara lain:
1) Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2) Kesehatan Lingkungan
3) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)
4) Kesehatan reproduksi remaja
5) Penggunaan obat herbal yang baik dan benar dan Tanaman Obat
Keluarga (Toga)
6) Mendidik masyarakat untuk mengutamakan preventif dibandingkan
kuratif
7) Dapatkan gunakan simpan buang (DAGUSIBU) obat
b. Pendekatan public health dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat baik dari perilaku ataupun budaya masyarakat setempat
5. Pengerjaan tugas khusus (sesuai dengan kebutuhan puskesmas dan masukan dari
pembimbing akademis serta preseptor).

1.9. Hasil yang Diharapkan


Penilaian kompetensi dilakukan berdasarkan evaluasi Pembimbing, yaitu Dosen
dan Apoteker Pembimbing sesuai Buku Panduan PKPA, dengan hasil yang diharapkan
meliputi:
1. Adanya suatu hasil yang dapat diukur dalam aspek pelayanan kefarmasian di
puskesmas baik nilai deskriptif maupun kuantitatif
2. Adanya perubahan sistem pelayanan puskesmas ke arah yang lebih baik (before
and after study)
3. Calon Apoteker memiliki kompetensi sesuai dengan manfaat kegiatan ini,
penilaian kompetensi dilakukan berdasarkan evaluasi pembimbing, preseptor,
ujian komprehensif apoteker, Objective Structure Clinical Examination (OSCE),
dan Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI).

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Pengetahuan
Bagian ini menjabarkan mengenai pengetahuan standar pelayanan kefarmasian di
Apotek yang Saudara peroleh selama praktek kerja baik yang diperoleh dari Preseptor
serta TTK senior di wahana. Kemudian Saudara membahas hasil laporan tadi menurut
kaedah keilmuan terkait yang disertai oleh referensi.

2.2. Keterampilan
Bagian ini menjabarkan mengenai keterampilan standar pelayanan kefarmasian di
Apotek yang Saudara peroleh selama praktek kerja baik yang diperoleh dari Preseptor
serta TTK senior di wahana. Kemudian Saudara membahas hasil laporan tadi menurut
kaedah keilmuan terkait yang disertai oleh referensi.

2.3. Hambatan
Bagian ini menjabarkan mengenai hambatan yang Saudara alami selama praktek
kerja baik berupa: (1) Hambatan ilmiah (keilmuan pengetahuan); (2) Hambatan
kompetensi (keterampilan khusus dalam pelayanan kefarmasian di Apotek); dan (3)
Hambatan sosial (komunikasi dan kerjasama baik dengan preseptor, aping, TTK maupun
sesama peserta PKPA dari perguruan tinggi lain). Kemudian Saudara membahas
bagaimana solusi terhadap hambatan tersebut menurut kaedah keilmuan terkait yang
disertai oleh referensi.

2.4. Kajian Faktur


Bagian ini menjabarkan mengenai kajian Faktur yang Saudara telah kerjakan
merujuk kepada “Bagian Kesimpulan pada Buku Kerja Harian PKPA” yaitu meliputi hal
sebagai berikut: (1) Rataan jumlah (per hari, minggu dan bulan); (2) Produk (jumlah
paling sedikit dan terbanyak selama praktek kerja); dan (3) Pengembalian/Retur (jumlah
selama praktek kerja).

2.5. Tugas Khusus


Bagian ini menjabarkan mengenai tugas khusus yang diberikan kepada Saudara
selama praktek kerja oleh preseptor wahana atau Aping. Kemudian Saudara bahas terkait
penyusunan atau penyelesaian tugas tersebut menurut kaedah keilmuan terkait yang
disertai oleh referensi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Bab terakhir yang memuat jawaban dari tujuan kegiatan praktek kerja di wahana
Apotek ini disajikan secara ringkas, akurat dan tidak menimbulkan ambiguitas dalam
penafsirannya. Informasi yang tidak diperoleh berdasarkan pengalaman yang dialami,
sebaiknya tidak dicantumkan. Kemudian

3.2. Saran
Peneliti hendaknya menyampaikan saran bagi pembaca atau peneliti lainnya
terkait dengan hal penting yang perlu dijadikan catatan agar tercapai penelitian lanjutan
yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Penulisan kutipan menggunakan format Vancouver, yang ditulis pada setiap akhir
kutipan bukan pada akhir paragraf
2. Penyusunan referensi dilakukan berdasarkan urutan munculnya, bukan berdasarkan
alfabetis dan diberikan penomoran untuk mengetahui dengan mudah jumlah
rujukan yang digunakan
3. Pustaka rujukan yang digunakan minimal 10 (sepuluh) dengan jumlah maksimal
rujukan dari internet adalah 3 (tiga) dengan usian pustaka tertua adalah 10 (sepuluh)
tahun dari tahun penyusunan laporan.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Kerja Harian
Lampiran 2 Laporan Kajian Resep

Anda mungkin juga menyukai