Anda di halaman 1dari 36

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS


PESERTA DIDIK DALAM DESCRIPTIVE TEXT
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS
DI KELAS XI FARMASI SMK TARUNA BANGSA CIAMIS

Untuk Memenuhi Peningkatan Kompetensi Guru


SMK TARUNA BANGSA CIAMIS

Oleh:
Nama : Armal Firdaus S.Pd
Guru Mapel : BAHASA INGGRIS

YAYASAN TARUNA BANGSA


CIAMIS

SMK TARUNA BANGSA


CIAMIS
Jalan Raya Ciamis-Banjar Km3 Cijantung, Ciamis Tlp. (0265) 729 1384
E_mail : smk.tarunabangsa_cms@yahoo.co.id
LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul : Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk


Meningkatkan Kemampuan Menulis Peserta didik dalam
Descriptive Text Pada Mata Pelajaran BAHASA INGGRIS Di
Kelas XI Farmasi SMK Taruna Bangsa Ciamis
2. Identitas Peneliti
Nama : Armal Firdaus S.Pd
NUPTK : 8440766668130133
3. Jabatan Unit Kerja : Guru Bahasa Inggris
4. Lokasi Penelitian : SMK Taruna Bangsa Ciamis
5. Lama Penelitian : 3 Kali Pertemuan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Disahkan pada tanggal 5 Oktober 2022

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Eka Mulyana, S.E.


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya, sehingga
penulis selalu dalam naungan ridho-Nya, dan karena kasih sayang-Nya penulis selalu diberi
kekuatan untuk menjalankan syari’at-Nya. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada
khotimul anbiya’ Muhammad SAW, yang telah membimbing penulis kepada dienul Islam.
Penulis menyadari tanpa bantuan dan masukan dari orang lain penulisan ini tidak dapat
terlaksana dengan baik. Hanya do’a dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada :
1. Kepala SMK Taruna Bangsa Ciamis yang telah member izin dalam pelaksanaan PTK
ini
2. Rekan, Tim dan Teman Sejawat.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
terlaksanannya penyusunan laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan
saran sifatnya membangun dari pembaca sangat penulis harapkan

Ciamis , Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan
mempunyai peran yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
terbuka, dan demokratis. Pola pikir sentralistik, monopolik, dan uniformistik mewarnai
pengemasan dunia pendidikan. Keputusan selalu dilaksanakan berdasarkan hierarkhi-
birokrasi, tidak berdasar pada indikator keberhasilan anak didik. Padahal anak didik akan
sejahtera jika aktivitas belajar menyenangkan dan menggairahkan.
Belajar merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan
menambah wawasanbagi peserta didik. Namun kenyataannya sekarang, penerapan belajar
pada peserta didik yang efektif dan aktif di sekolah masih sulit diterapkan karena banyak
peserta didik yang masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu faktor
penyebab kurangnya aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran adalah karena
dalam penyampaian materi pembelajaran selalu berpusat pada guru. Guru lebih banyak
menyampaikan informasi kepada peserta didik melalui ceramah sehingga menimbulkan
kurangnya kesempatan peserta didik untuk ikut aktif di dalam pembelajaran. Peserta
didik lebih banyak diam dan tidak dapat menangkap pelajaran dengan optimal. Faktor
lain disebabkan karena kurangnya kesadaran dari diri peserta didik bahwa belajar adalah
suatu kebutuhan.
Menentukan strategi dan model pembelajaran yang sesuai sangat diperlukan oleh
guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran, sehingga
memudahkan peserta didik dalam memahami pokok bahasan yang disampaikan guru.
Tujuan yang ingin dicapai guru di antaranya menciptakan suasana yang aktif dan
partisipatif dalam proses belajar mengajar sehingga diharapkan hasil belajar peserta didik
meningkat seperti yang diharapkan.
Mata Pelajaran BAHASA INGGRIS di Kompetensi Keahlian Farmasi SMK Taruna
Bangsa Ciamis merupakan salah satu yang termasuk dalam struktur kurikulum 2013.
Maka dengan kondisi tersebut seorang guru dituntut untuk melakukan kegiatan
Pembelajaran yang sudah berpusat pada peserta didik, dan di harapkan peserta didik juga
bisa ikut lebih aktif dan partisipatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sedangkan
untuk mata pelajaran BAHASA INGGRIS dianggap oleh sebagian peserta didik masih
bagian dari pelajaran yang dianggap sulit, di karenakan Bahasa Inggris merupakan bahasa
asing yang jarang digunakan untuk berkomunikasi di kehidupan keseharian para peserta
didik dan diharpakan pada kegiatan pembelajaran tersebut, Hasil akhir dari mata
pelajaran tersebut adalah peserta didik dapat menghasilkan suatu proyek. Di samping itu
juga dapat menghasilkan suatu penilaian yang autentik, mulai dari persiapan, proses,
hingga hasil yang dicapai.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang berbasis proyek
/ kegiatan sebagai medianya. Untuk Proyek yang dikerjakan oleh peserta didik dapat
berupa individu, berkelompok serta dapat dikerjakan dalam waktu tertentu, baik secara
kolaborasi maupun individu yang diharapkan dapat menghasilkan suatu produk yang bisa
dipresentasikan.
Pelaksanaan proyek harus dilakukan oleh peserta didik baik secara kalaboratif,
inovatif, dan unik yang berfokus pada pemecahan masalah yang saling berkaitan atau
berhubungan dengan kehidupan sehari- haripeserta didik. Terkait dengan kondisi atau
permasalahan di atas, maka perlu adanya sebuah tindakan, berupa penelitian dan
pengmatan yang kami buat dengan judul dan topik “Penerapan Model Pembelajaran
Project Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Peserta didik dalam
Descriptive Text Pada Mata Pelajaran BAHASA INGGRIS di Kelas XI Farmasi SMK
Taruna Bangsa Ciamis ”.

1.2.Rumusan Masalah
Terkait dengan Rumusan Masalah yang dibuat, dan pada latar belakang masalah
dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Peserta didik dalam Descriptive Text Pada Mata
Pelajaran BAHASA INGGRIS di Kelas XI Farmasi SMK Taruna Bangsa Ciamis, adalah
:
a. Bagaimana Cara meningkatkan kemampuan menulis peserta didik dalam
mempelajari BAHASA INGGRIS dengan menerapkan model pembelajaran Project
Based Learning?
b. Apakah dengan penerapan model pembelajaran dengan Project Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran BAHASA INGGRIS pada Peserta
didik di kelas XI Farmasi SMK Taruna Bangsa Ciamis?

1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana
cara meningkatkan Kemampuan menulis peserta didik dan hasil belajar peserta didik
dengan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning peserta didik kelas
XI Farmasi, pada mata pelajaran BAHASA INGGRIS Pada Kompetensi Keahlian
Farmasi di SMK Taruna Bangsa Ciamis.
a. Dengan adanya tujuan dari Penelitian Tindakan kelas ini diharapkan bisa untuk
meningkatkan Kemampuan menulis peserta didik-siswi dalam mempelajari mata
pelajaran BAHASA INGGRIS dengan model pembelajaran, Project Based Learning
di kelas XI Farmasi SMK Taruna Bangsa Ciamis.
b. dan juga Dengan adanya tujuan dari Penelitian Tindakan kelas ini diharapkan bisa
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik-siswi pada mata pelajaran BAHASA
INGGRIS di kelas XI Farmasi SMK Taruna Bangsa Ciamis, melalui Model
Pembelajaran yang menerapan model Project Based Learning.

1.4. Manfaat Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Manfaat Teoritis
1) Diharapkan pada Hasil penelitian ini dapat menambah suatu wawasan pengetahuan
tentang model pembelajaran dengan Project Based Learning yang dapat
meningkatkan Kemampuan menulis dan Hasil Belajar pada peserta didik di kelas XI
Farmasi SMK Taruna Bangsa Ciamis, pada mata pelajaran BAHASA INGGRIS.
2) Diharapkan pada Hasil penelitian juga dapat digunakan untuk bahan
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Peserta Didik
 Meningkatkan Kemampuan menulis peserta didik.
 Meningkatkan Hasil belajar peserta didik.
2) Bagi Guru
 Menjadikan peserta didik lebih aktif dan lebih partisipasi dalam kegiatan belajar
khususnya mata pelajaran BAHASA INGGRIS.
 Meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik khususnya mata pelajaran
BAHASA INGGRIS.
3) Bagi Sekolah
 Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu untuk meningkatkan mutu dan
kualitaspendidikan.
 Penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada mata
pelajaranBAHASA INGGRIS.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Tindakan Kelas


Pengertian PTK dari bahasa Inggris adalah research. Salah satunya Untuk
melakukan pencaharian atau eksplorasi ada seperangkat aturan dan beberapa langkah
yang harus diikutinya. Langkah atau aturan tersebut dikemas dalam satu perangkat yang
disebut dengan metode penelitian. dengan uraian di atas, penelitian tindakan kelas juga
merupakan salah satu penelitian. Penelitian tindakan kelas terjemahan dari Classroom
Action Research, yaitu yang dilakukan di kelas.
PTK atau Action research, adalah penelitian tindakan; yang oleh Carr & Kemmis
(McNiff, 1991, p.2) didefinisikan sebagai berikut, Action research is a form of self-
reflective enquiry undertaken by participants (teachers, students or principals, for
example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality
and justice of (1) their own social or educational practices, (2) their understanding of
these practices, and (3) the situations (and institutions) in which the practices are carried
out. Pada ide pokok diatas yang diartikan sebagai berikut :
1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan
melalui refleksi diri.
2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti,
seperti guru, peserta didik,atau kepala sekolah.
3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.
4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki, dasar pemikiran dan kepantasan
dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga
tempat praktik tersebut dilaksanakan.
Dari keempat ide pokok diatas dapat disimpulkan, penelitian tindakan merupakan
penelitian dibidang sosial menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, yang
dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan
perbaikan dalam berbagai aspek.
Mills (2000) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai ”systematic inquiry”
yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan
informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk
meningkatkan persepsi serta mengembangkan ”reflective practice” yang berdampak
positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar peserta
didik.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai seorang guru,
yang diharapkan dengan hasil belajar peserta didik-siswi bisa lebih meningkat.

2.2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)


Model Pembelajaran yang Berbasis Proyek atau (Project Based Learning) adalah sebuah
model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) pada pembelajarannya. Dalam
kegiatan ini, diharapkan peserta didik-siswi dapat melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar diantaranya
(pengetahuan dan keterampilan).
Model Pembelajaran yang Berbasis Proyek, merupakan model pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai tahap awal untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Model
Pembelajaran Berbasis Proyek, dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks
yang diperlukan oleh peserta didik-siswi dalam melakukan investigasi. Diharpakan
Melalui PjBL (Project Based Learning) proses inquiry bisa dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik
pada sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek / materi dalam
kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung Peserta didik-siswi dapat
melihat berbagai Komponen utama dalam berbagai prinsip disiplin yang dikajinya. PjBL
(Project Based Learning) merupakan investigasi mendalam sebuah topik dunia nyata, hal
ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Di dalam pelaksanaannya, model Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki langkah-
langkah (sintaks) yang mempunyai ciri khas yang membedakannya dari model
pembelajaran lain seperti model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning model)
dan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning model).
Adapun langkah-langkah model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) yang
sesuai dengan Permendikbud no. 103 tahun 2014 adalah:
1) menentukan pertanyaan dasar.
2) membuat desain proyek.
3) menyusun penjadwalan.
4) memonitor kemajuan proyek.
5) penilaian hasil.
6) evaluasi pengalaman.
Menurut Buck Institute for Education (1999) dalam Trianto (2014:43), Pembelajaran
Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini:
1) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
2) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
3) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yangdiajukan.
4) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untukmemecahkan permasalahan.
5) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.
6) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.
7) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
8) situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran pendidik atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai
fasilitator, pelatih, penasehat, dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai
dengan daya imajinasi, kreasi, dan inovasi dari peserta didik. Beberapa hambatan dalam
implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain;
1) Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan
untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
2) Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya
untuk memasuki system baru.
3) Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur
memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama
bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan sehingga kebutuhan listrik bertambah.
Menurut Moursund (Wena, 2012) dalam Nashriah (2014), beberapa keuntungan pada
penerapan modelPembelajaran Berbasis Proyek antara lain:
1) meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk
dihargai.
2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3) membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks;
4) meningkatkan kolaborasi.
5) mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi.
6) meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7) memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8) menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9) melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yangdimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
10) membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik dan
pendidik menikmati proses pembelajaran.
Sedangkan kelemahan penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek adalah (Abidin,
2013: 171):
1) memerlukan banyak waktu dan biaya.
2) memerlukan banyak media dan sumber belajar.
3) memerlukan guru dan peserta didik yang sama-sama siap belajar dan berkembang.
4) ada kekhawatiran peserta didik hanya akan menguasai satu topik tertentu yang
dikerjakannya.
Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning, ada
beberapa peran bagi guru/pendidik dan peserta didik, yaitu antara lain:
(1) Guru dapat merencanakan dan mendesain pembelajaran, membuat strategi
pembelajaran, membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan peserta
didik, mencari keunikan peserta didik, menilai peserta didik dengan cara transparan
dan berbagai macam penilaian serta membuat portofolio pekerjaan peserta didik;
dan
(2) Peserta didik dapat menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir, melakukan
riset sederhana, mempelajari ide dan konsep baru, belajar mengatur waktu dengan
baik, melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok, mengaplikasikan hasil belajar
lewat tindakan, serta melakukan interaksi sosial (survey, observasi, dan lain-lain).
Penilaian pembelajaran dengan metode Project Based Learning harus dilakukan
secara menyeluruh terhadap pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik
dalam melaksanakan Pembelajaran Berbasis Proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis
Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian
Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu penilaian proyek atau
penilaian produk. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek, setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1) kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi, danmengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) keaslian, yaitu bahwa proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, denganmempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Oleh karena itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk
poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar
cek ataupun skala penilaian.
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-
produk teknologi dan seni, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan,
gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan
produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
1) tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, serta mendesain produk;
2) tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi danmenggunakan bahan, alat, dan teknik; dan
3) tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuaikriteria yang ditetapkan.
Teknik penilaian produk dengan cara:
(1) holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada
tahap appraisal;
(2) analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua
kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Partisipasi peserta didik berarti keikutsertaan peserta didik dalam suatu kegiatan
yang ditunjukkan dengan perilaku fisik dan psikisnya. Belajar yang optimal akan terjadi
bila peserta didik berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
Kemampuan menulis peserta didik ditunjukkan dengan partisipasinya.
Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu
keterlibatan atau partisipasi dari peserta didik dalam pembelajaran. Partisipasi peserta
didik dalam pembelajaran merupakan keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan yaitu hasil belajar peserta didik yang
memuaskan.
Menurut pendapat Made Surnadi yang dikutip oleh Dewi Harjanti Ekaningsih
(2007), beberapa aspek yang dapat dikaji dalam Kemampuan menulis peserta didik antara
lain :
1) partisipasi bertanya;
2) partisipasi menjawab;
3) menyelesaikan tugas rumah secara tuntas;
4) partisipasi dalam diskusi;
5) mencatat penjelasan guru;
6) menyelesaikan soal di papan tulis;
7) mengerjakan soal tes secara, individu; dan
8) menyimpulkan materi pelajaran di akhir pertemuan.
Manfaat partisipasi menurut Burt, K. Sachlan dan Roger (2002) adalah :
1) lebih banyak komunikasi dua arah;
2) lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan; dan
3) potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan diakui dalam derajat lebih
tinggi.
Proses keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran akan memungkinkan terjadinya
asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan, serta
pengalaman langsung terhadap pembentukan nilai dan sikap. Dalam proses pembelajaran,
seorang guru hendaknya dapat mengembangkan prosespembelajaran aktif sehingga dapat
terwujud partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya
partisipasi peserta didik yang optimal, pengalaman belajar akan tercapai secara efektif
dan efisien.
Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran menurut Sukidin (2002) bisa
berbentuk :
1) partisipasi kontributif yang meliputi keberanian menyampaikan refleksi kepada guru,
baik dalam mengajukan pertanyaan, merespons, memberikan sanggahan, mengikuti
pelajaran dengan baik, mengerjakan tugas terstruktur di kelas dan di rumah dengan
baik; dan
2) partisipasi inisiatif merupakan partisipasi peserta didik secara spontan dalam
mengerjakan tugas mandiri tanpa terstruktur, inisiatif untuk minta ulangan formatif
dan sumatif secara lisan, inisiatif mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran
yang belum dan akan diajarkan serta inisiatif membuat catatan ringkas.
Ciri-ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipatif adalah pendidik:
1) menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui terhadap semua bahan
ajar;
2) memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan
pembelajaran;
3) melakukan motivasi terhadap peserta didikuntuk berpartisipasi dalam pembelajaran;
4) menempatkan dirinya sebagai peserta didik;
5) bersama peserta didik saling belajar;
6) membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif;
7) mengembangkan kegiatan pembelajaran berkelompok;
8) mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi; dan
9) mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan permasalahan yang
dihadapi dalam kehidupannya.
Setiap melaksanakan kegiatan tertentu, akan diperoleh suatu hasil. Kegiatan belajar
juga membuahkan hasil. Hasil kegiatan belajar biasa dikenal sebagai hasil belajar. Hasil
belajar merupakan ukuran keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran.
Hasil belajar diperoleh melalui seperangkat tes dan hasilnya akan memberikan informasi
tentang pemahaman materi yang dikuasai oleh peserta didik. Hasil belajar diartikan
sebagai tingkat keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata
pelajaran tertentu. Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui perubahan
perilaku yang terjadi pada diri peserta didik dengan tujuan instruksional yang telah
ditetapkan. Proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang
berasal dari diri individu yang sedang belajar dan faktor yang berasal dari luar individu.
Faktor yang terdapat di dalam diri individu yaitu faktor psikis yang terdiri dari kognitif,
afektif, psikomotorik, campuran, kepribadian dan faktor fisik yaitu kondisi peserta didik.
Hasil belajar dapat diketahui, dinilai, dan diukur dengan menggunakan evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik.
Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah
dalam kenyataan terjadi perubahan dalam diri peserta didik dan menetapkan sejauh mana
tingkat perubahan dalam diri peserta didik.

2.3. Prestasi Belajar


Menurut Saiful Bahri Djamarah (1994: 20-21) dalam bukunya “Prestasi Belajar
dan Kompetensi Guru”, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dalam buku yang sama Nasrun harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada peserta didik.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari
suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar
menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya “Belajar dan faktor faktor yang
mempengaruhinya bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Jadi, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada
seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan,
keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Winkel melalui Sunarto (1996: 162) mengatakan bahwa prestasi belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Berdasarkan
beberapa batasan diatas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai kecakapan nyata yang
dapat diukur yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif
antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar
mengajar untuk mencapai hasil belajar.
2.4. Belajar dan Pembelajaran BAHASA INGGRIS
Menurut Hamalik (2001:36) pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Menurut Sumadi dalam Martubi
(2009:89) menyebutkan bahwa belajar merupaan aktifitas yang menghasilkan perubahan
tingkah laku pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial. Perubahan
tingkah laku tersebut sebagai hasil dari didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam kurun waktu relatif lama serta perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha atau
karena adanya reaksi terhadap situasi tertentu. Selain itu Sugihartono (2013:74)
menyebutkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperolehpengetahuan dan
pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif
permanen atau menetap karena adanya interaksi dengan linkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan setiap individu sebagai
usaha untuk memenuhi kebutuhannya dimana pengalaman dan latihan secara terus
menerus menjadi faktor utama perubahan tingkah laku tersebut.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan) disebutkan bahwa pembelajaran merupakan
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Lebih lanjut, tentang pembelajaran menurut Martubi (2009:89)
adalah sebuah proses yang melibatkat beberapa unsur, diataranya guru sebagai fasilitator
belajar, peserta didik sebagai subjek belajar dan sarana/prasarana sebagai salah satu
fasilitas dalam proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
suatu proses, cara maupun kegiatan yang terjadi akibat adanya interaksi antara peserta
didik, pendidik dan media pembelajaran pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran BAHASA INGGRIS merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di Sekolah Menengah Kejuruan. BAHASA INGGRIS merupakan salah satu
mata pelajaran kelompok A6 Kompetensi Keahlian Farmasi pada Kurikulum 2013.
BAHASA INGGRIS adalah suatu bidang studi yang memiliki ciri khusus dalam
pembelajarannya dimana disiplin ilmu yang difokuskan untuk melatih keterampilan dan
kemampuan berkomunikasi.
Pembelajaran BAHASA INGGRIS di Sekolah Menengah Kejuruan memamdukan
kedua unsur yaitu pola pikir Peserta didik dan penguasaan kosakata Peserta didik
terhadap kemapuan berkomunikasi. Hal ini bertujuan agar Peserta didik memiliki
kompetensi untuk memanfaatkan bahasa asing dalam kehidupan sehari hari.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran BAHASA INGGRIS
merupakan suatu proses belajar yang melibatkan keterampilan dan kemampuan Peserta
didik dalam membentuk keterampilan yang diimplementasikan dalam sebuah
kemampuan berkomunikasi dimana di dalamnya terdapat interaksi antara Peserta didik,
guru dan media pembelajaran pada suatu lingkungan belajar.

2.5. Hipotesis Tindakan


Berdasarkan kajian teori di atas, hipotesis pada penelitian ini diharapkan jika Metode
pembelajaran Project Based Learning diterapkan, terdapat peningkatan Kemampuan
Menulis Peserta didik dalam Descriptive Text kelas XI Farmasi pada kompetensi
keahlian Farmasi di SMK Taruna Bangsa Ciamis dengan mata pelajaran BAHASA
INGGRIS.

2.6. Penelitian Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Triani pada tahun 2008 yang berjudul “Peningkatan
Prestasi Belajar Fisika melalui Model Pembelajaran Project Based Learning pada
Materi Pokok Tekanan di SMP N 5 Depok”. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas. Hasil dari penelitian ini penerapan model pembelajaran project
based learning pada materi pokok tekanan dapat meningkatkan prestasi belajar fisika
peserta didik kelas VIII C SMP N 5 Depok. Besar peningkatan prestasi belajar
peserta didik dapat dilihat dari besar nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
dicapai. Nilai aspek kognitif berupa nilai rata-rata post test sebelum tindakan sebesar
52,3, siklus I mengalami kenaikan dengan rata-rata pre test 42,3 dan rata-rata post
test 80,0 serta pada siklus II merupakan nilai post test tertinggi yang dicapai yaitu
ratarata pre test 46,7 dan rata-rata post test 84,7. Selisih antara nilai rata-rata post
test dan pre test pada siklus I sebesar 37,7 point dan siklus II sebesar 38 point. Dari
aspek psikomotorik nilai rata-rata siklus I sebesar 63,55 dan siklus II mengalami
peningkatan menjadi 68,20. Dari aspek afektif, nilai rata-rata kelas siklus I yang
dicapai 72,17 dan nilai rata-rata kelas siklus II mengalami penigkatan menjadi 76,25.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Pandega Damarjati pada tahun 2015 yang berjudul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Outdoor Learning Berbasis Project
untuk Pencapaian Kompetensi inti Mata Pelajaran Fisika di SMA pada Pokok
Bahasan Tekanan Hidrostatis dan Hukum Pokok Hidrostatika”. Hasil dari penelitian
ini adalah tingkat ketercapaian kompetensi inti untuk materi fluida statis pada pokok
bahasan tekanan hidrostatis dan hokum pokok hidrostatika di SMA N 2 Sleman
setelah diterapkan model outdoor learning berbasis project yaitu ketercapaian
kompetensi inti 1 adalah 94%, ketecapaian kompetensi inti 2 adalah 99%, ketercapaian
kompetensi inti adalah 87% danketercapaian kompetensi inti 4 adalah
97%.

2.7. Kerangka Berpikir


Model pembelajaran yang bervariasi akan membantu guru menciptakan kondisi yang
efektif pada saat kegiatan pembelajaran. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah
model pembelajaran Project Based Learning. Pada model pembelajaran ini, Peserta didik
dituntut untuk membuat sebuah projek dengan cara bekerjasama dalam satu kelompok
belajar yang bersifat heterogen, setiap kelompok bertanggungjawab terhadap pemahaman
konsep anggota kelompoknya, selanjutnya secara individual Peserta didik akan
diberikan soal kuis untuk mengukur pemahaman konsep. Model pembelajaran ini
menekankan Peserta didik dalam satu kelompok dapat lebih termotivasi untuk saling
membantu memahami materi yang belum dipahami dan saling bekerjasama untuk
mencapai ketuntasan materi. Melalui diskusi kelompok diharapkan Peserta didik lebih
termotivasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas maya, lebih mudah
memahami materi pelajaran dan mampu bekerjasama dengan anggota kelompok untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal sehingga solusi terhadap permasalahan
kedisiplinan, Kemampuan menulis, pasrtisipasi, dalam pengumpulan tugas secara
daring dapat diatasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka penelitian dapat

GURU KEDISIPLINAN,
KONDISI AWAL MEMBERIKAN KEAKTIFAN,
PENUGASAN PARTISIPASI,
MANDIRI PENUGASAN RENDAH

digambarkan sebagai berikut:

KEDISIPLINAN, PROSES PEMBELAJARAN


KEAKTIFAN,PARTISIPASI, MENGGUNAKAN MODEL
PENUGASAN MENINGKAT PJBL (DISKUSI KELOMPOK)
HASIL YANG

Gambar Bagan Kerangka berpikir

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Subyek penelitian


Subjek yang menjadi penelitian ini adalah peserta didik Kelas XI Farmasi pada
kompetensi keahlian Farmasi Klinis dan Komunitas di SMK Taruna Bangsa Ciamis,
Tahun Ajaran 2022 / 2023 dengan jumlah peserta didik 29 orang, yang terdiri dari 7
peserta didik laki-laki dan 22 peserta didik perempuan yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Peserta didik laki-laki terdiri dari 7 orang dan peserta didik perempuan 22 orang. Pada
subjek penelitian ini perlu ditingkatkan Kemampuan menulis dan hasil belajar pada
mata pelajaran BAHASA INGGRIS dengan model pembelajaran Berbasis Proyek
(Project Based Learning).
2) Kemampuan menulis, perhatian, kedisiplinan, dan Kemampuan menulis Peserta didik
pada mata pelajaran BAHASA INGGRIS masih sangat kurang, sehingga
mempengaruhi hasil belajar Peserta didik pada mata pelajaran BAHASA INGGRIS.

3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini mengambil lokasi di SMK Taruna Bangsa Ciamis yang beralamat
di Jl. Raya Ciamis Banjar KM.03 Cijantung Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Waktu
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pada semester Ganjil tahun ajaran 2022
/ 2023 dan menyesuaiakan dengan jadwal pembelajaran Mata Pelajaran BAHASA
INGGRIS di kelas XI Farmasi. Pengambilan data dilakukan mulai tanggal14, 21, dan 28
Oktober 2022.
1) Tempat : SMK TARUNA BANGSA CIAMIS
2) Materi Pembelajaran : Decriptive text
3) Waktu Pelaksanaan : Jam ke 3-5 (08.30 – 11.00 WIB)
4) Hari / Tanggal : Rabu, 14, 21, dan 28 Oktober 2022.

3.3. Rencana Tindakan

Rencana tindakan akan dilaksanakan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tabel.
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
NO TANGGAL KELAS MATA PELAJARAN SIKLUS
1. 14 Oktober 2022 XI Farmasi BAHASA INGGRIS Pra Siklus
2. 14 dan 21 Oktober 2022 XI Farmasi BAHASA INGGRIS Siklus 1
3. 28 Oktober 2022 XI Farmasi BAHASA INGGRIS Siklus 2

3.3. Indikator PTK


Pada siklus tindakan terakhir sekurang –kurangnya adalah 60% peserta didik
menunjukan kedisiplinan dalam pengumpulan tugas materi membuat slide presentasi.

3.4. Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini dengan cara mengambil data dari hasil evaluasi
peserta didik dalam bentuk Tugas Form dan LKPD. Kemudian membandingkan hasil
evaluasi tersebut dalam 2 siklus yang di lakukan.

3.5. Deskripsi per Siklus


Skenario penelitian berisi garis besar pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Bila dirasa sangat perlu dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan siklus selanjutnya.
1. Perencanaan
Peneliti menggunakan strategi Spiral Kemmis dan MC Taggart (dalam
Kasbuloh 1998 : 114) secara berulang-ulang, semakin lama, diharapkan semakin
meningkat perubahannya atau pencapaian hasilnya. Dalam perencanaan Kemmis
menggunakan sistem spiral yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan,
refleksi, perencanaan kembali merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang
pemecahan permasalahan.
Gambar Skema Strategi Spiral Kemmis dan MC Taggart
(diadaptasi dari Kasihani Kasbolah E.S, 1998)
Desain strategi Kemmis & Taggart ini pada hakekatnya berupa perangkat-
perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat
komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat untaian
yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian
siklus pada kesempatan ini ialah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Pada penelitian ini peneliti melakukan dua siklus
untuk mengetahui keterampilan membuat slide presentasi. Metode siklus tersebut
meliputi langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada perencanaan ini peneliti merencanakan kegiatan pada siklus I, yaitu
menentukan langkah- langkah yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah.
Langkah ini merupakan hasil refleksi dari tahap pra siklus. Pada tahap ini peneliti
mempersiapkan rencana pengajaran dan rancangan tugas kompetensi keterampilan.
Dalam tahap perencanaan, peneliti menyiapkan alat pengumpulan data yang akan
digunakan oleh Peserta didik. Sedangkan untuk instrument non tes yang dipersiapkan
adalah lembar observasi.
b. Tindakan
Tindakan dalam penelitian dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya
perbaikan peningkatan kedisiplinan pengumpulan tugas kompetensi keterampilan.
Tindakan yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran memberikan tugas
keterampilan membuat slide presentasi pada siklus I ini sesuai dengan perencanaan yang
telah ditentukan. Secara garis besar, tindakan yang dilakukan adalah melaksanakan
proses pembelajaran membuat slide presentasi. Pembelajaran tersebut meliputi tiga
tahap, yaitu pendahuluan atau awal, inti, dan penutup atau akhir.
Pada tahap awal, guru mengkondisikan Peserta didik untuk siap melaksanakan
proses belajar dengan menyapa Peserta didik dengan menanyakan keadaan Peserta didik,
dan memancing Peserta didik mengingat materi lalu dan untuk tertarik pada materi yang
akan dibahas. Setelah itu dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan inti, yaitu
pembelajaran melalui slide presentasi dengan menerapkan pembelajaran yang ada pada
Microsoft Powerpoint. Guru membagi Peserta didik menjadi kelompok-kelompok kecil
dan menyampaikan apa yang harus dilakukan Peserta didik saat itu. Secara berkelompok,
Peserta didik mengamati, dan mendiskusikan materi tentang descriptive text pada bahan
ajar sehingga akan muncul pendapat-pendapat Peserta didik mengenai materi membuat
Poster anti bullyng untuk meningaktkan kemampuan menulis dengan. Kemudian, guru
memberi penguatan terhadap pendapat-pendapat Peserta didik tersebut. Pembelajaran
diakhiri dengan tahap tindak lanjut, yaitu Peserta didik diberi tugas untuk membuat
Poster anti Bullying untuk meningkatkan kemampuan menulis yaitu berupa tabel,
gambar, grafik, serta tulisan. Setelah menyelesaikan pembuatan poster, masing-masing
Peserta didik mereview presentasi milik sendiri atau teman. Guru dan Peserta didik
bersama-sama mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar.
c. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan kepada Peserta didik dalam proses pembelajaran membuat
slide presentasi dengan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning
dengan menerapkan metode diskusi kelompok. Pengamatan dilakukan dengan memberi
nilai pada rentang 1 -4 pada setiap indikator.
d. Refleksi
Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi perbaikan
terhadap rencana selanjutnya atau terhadap rencana tindakan tes siklus II. Pada tahap ini,
peneliti menganalisis hasil pekerjaan peserta didik pada siklus I. Jika hasil tes tersebut
belum memenuhi target nilai yang telah ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II dan
masalah- masalah yang timbul pada siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannya pada
siklus II. Kelebihan-kelebihan dari pembelajaran siklus I akan dipertahankan dan
ditingkatkan.
3.6. Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan merupakan rangkaian tindakan yang akan
dilaksanakan pada penelitian ini. Rangkaian tindakan tersebut sebagai berikut:
a. Tahap Pra Tindakan
Awal proses penelitian dilakukan dengan diskusi bersama guru teman sejawat
dalam satu sekolah. Diskusi dan observasi terhadap Kemampuan menulis Peserta didik.
Ternyata masalah Kemampuan menulis pada sebagian besar peserta didik yang
melaksanakan pembelajaran sangat rendah. Observasi awal ini dilakukan sebagai
langkah untuk mengetahui beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru.
b. Tahap Tindakan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini yaitu sebagai berikut.
1. Pendahuluan
1. Mengkondisikan kelas dan meminta peserta didik
2. Salam dari guru (Selamat Pagi Peserta didik-siswi kelas XI Farmasi yang
hebat dan semangat)
3. Berdo’a (Sebelum kegiatan hari ini di mulai, silahkan ketua kelas untuk
menyiapkan dan berdo’a)
4. Menyanyikan lagu kebangsaan yang dipimpin oleh Ketua Kelas
5. Menanyakan kabar dan mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan
6. Melakukan presensi kehadiran dengan membalas respon kehadiran, yang
sudah disiapkan Guru.
7. Jika semua sudah siap untuk mengikuti pelajaran hari ini bisa
mengacungkan jempol pada kamera
2. Kegiatan Inti
1. Mereview pelajaran dengan Menanyakan materi terdahulu atau materi
sebelumnya
2. Memberikan orientasi masalah
3. Menjelaskan materi
4. Interkasi dengan Peserta didik Setiap 7 Menit, dengan mempersilahkan
Peserta didik bertanya atau berdiskusi, yang bisa ditanyakan secara
langsung
5. Peserta didik membuat kelompok yang heterogen terdiri dari 5 – 6 orang.
6. Peserta didik dipersilakan mengeksplorasi, mengumpulkan data dan
informasi dari sumber lain berkaitan materi.
7. Peserta didik diminta membuat Tulisan berupa poster descriptive text
tentang Bullying.
8. Peserta didik diminta untuk mempersentasikan hasil.
3. Tugas Dan Evaluasi
Peserta didik dipersilahkan mengerjakan tugas dan evaluasi untuk mengetahui
tingkat pemahaman dan pengetahuan peserta didik, dan untuk memperoleh hasil
nilai dari peserta didik.
4. Penutup
Mengarahkan Peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran, melakukan
kegiatan refleksi dan tindak lanjut, selanjutnya menjadwalkan kegiatan remedial
dan pengayaan, memberikan pesan dan menyampaikan materi pada pertemuan
berikutnya kemudian menutup pembelajaran dengan salam.
a. Kegiatan Refleksi :
Guru mempersilahkan Peserta didik untuk menjawab Guru : Apa yang sudah
dipelajari hari ini ?
Guru : Apa yang belum difahami materi hari ini ? Meminta pendapat Kepada
Peserta didik ?
b. Kegiatan Kesimpulan :
Pelajaran BAHASA INGGRIS dari jam ke 3-5 (08.30-11.00), maka pada hari ini
kita telah mempelajari tentang descriptive text, Dengan Kesimpulan Materi
Adalah : adalah suatu teks yang menjelaskan atau mendeskripsikan orang orang,
binatang, peristiwa dalam kehidupan sehari hari atau suatu benda baik
bentuknya, sifat-sifatnya, jumlahnya dan lain-lain

c. Kegiatan Penutup :
1. Guru beserta peserta didik merefleksikan kegiatan pembelajaran hari ini
2. Guru dan peserta didik memberikan tindak lanjut terhadap refleksi kegiatan
pembelajaran hari ini
3. Guru menyampaikan cuplikan materi yang akan dipelajari di pertemuan
berikutnya

3.7. Observasi dan Monitoring


a. Observer (kolaborator) dalam penelitian ini adalah rekan sejawat, yakni
guru Simulasi dan Komunikasi Digital, dan subjek observasi adalah Peserta didik.
b. Bahan yang diobservasi adalah kegiatan belajar mengajar Peserta didik, kegiatan
mengajar guru, perilaku Peserta didik dan guru, serta proses dan hasil belajar Peserta
didik.
c. Alat yang digunakan untuk observasi dan monitoring adalah lembar
observasi dan catatan lapangan.
d. Tahapan observasi dan monitoring dilakukan ketika implementasi tindakan
dilakukan.

3.8. Analisis dan Refleksi


a. Kegiatan analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti dan kolaborator.
b. Bahan yang dianalisis adalah hasil observasi dan monitoring, serta hasil tes pra
tindakan serta tespasca tindakan.
c. Kegiatan selanjutnya akan disimpulkan peneliti berkenaan dengan
peningkatan kemampuan menulis siswa dalam descriptive text
d. Bahan yang menjadi refleksi adalah proses dan hasil selama KBM
berlangsung.

3.9. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian kualitatif meliputi lembar observasi,
lembar wawancara, lembar kegiatan Peserta didik, dan catatan lapangan, sedangkan
instrument penelitian kuantitatif berupa tes. Instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat penelitian yang digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu/proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati pada waktu proses
pembelajaran berlangsung, prilaku Peserta didik pada saat mengikuti pembelajaran.
Lembar observasi ini bertujuan untuk mengetahui kekurangan- kekurangan yang harus
diperbaiki atau hal-hal yang harus dipertahankan dan ditingkatkan pada pembelajaran
selanjutnya. Jadi dalam penelitian ini ada satu bentuk lembar observasi yang digunakan
yaitu lembar observasi Peserta didik. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, alat yang digunakan
dalam observasi ini yaitu lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk
mengetahui aktivitas Peserta didik dalam pengumpulan tugas kompetensi keterampilan
menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning
2. Lembar Wawancara
Lembar wawancara adalah alat penelitian yang digunakan untuk mengetahui
pendapat Peserta didik dan guru tentang pelaksanaan pembelajaran ataupun permasalahan
pada saat kegiatan belajar mengajar. Wawancara dilakukan secara teratur pada setiap
tindakan dan dilakukan pada Peserta didik dan guru dan setiap tindakan berbeda.
Wawancara dilakukan pada saat penelitian berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dihadapi Peserta didik dan guru ketika proses pembelajaran.
Wawancara dibutuhkan untuk memperoleh data yang hanya dapat diungkapkan secara
lisan oleh sumbernya. (Wiraatmadja, 2005:117) Untuk memperoleh data dari wawancara,
maka alat yang digunakan adalah lembar wawancara atau pedoman wawancara. Dalam
lembar wawancara tersebut berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
kepada Peserta didik dan guru setelah proses pembalajaran selesai. Dengan lembar
wawancara ini, peneliti dapat mengetahui kekurangan atau kesan-kesan yang Peserta
didik dan guru peroleh ketika melaksanakan tugas kompetensi keterampilan
menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning.
3. Lembar Kegiatan Peserta Didik
Lembar Kegiatan Peserta didik adalah instrumen penelitian berupa soal
(permasalahan) yang harus dikerjakan Peserta didik secara individu atau kelompok
dalam kegiatan pembelajaran. Lembar kegiatan Peserta didik digunakan untuk
memperoleh data mengenai tingkat keberhasilan peserta didik dalam kedisiplinan
pengumpulan tugas kompetensi keterampilan menggunakan metode pembelajaran Project
Based Learning.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah alat penelitian yang berupa pengumpulan data/catatan
tentang peristiwa- peritiwa pada saat pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan
berfungsi untuk mencatat kejadian- kejadian yang dianggap penting selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Catatan ini berupa deskripsi kualitatif tentang proses
pembelajaran yang dilakukan Peserta didik.
5. Lembar Refleksi
Lembar refleksi adalah alat penelitian berupa evaluasi diri selama proses
pembelajaran berlangsung atau setelah pembelajaran. Lembar ini berupa deskripsi
kualitatif tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh Peserta didik dan guru.

3.10. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data dalam kegiatan penelitian tindakan kelas di SMK Taruna
Bangsa Ciamis pada kelas XI Farmasi mata pelajaran BAHASA INGGRIS, maka
diperlukan suatu teknik dan alat pengumpulan data yang sesuai dengan kondisi sekolah
atau lebih tepatnya kondisi kelas yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Maksudnya
ialah dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat, maka akan
memudahkan proses penilaiaian didalam penelitian, akan menjadi jelas langkah- langkah
yang akan dilaksanakan.
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas, biasanya menggunakan dua teknik
dalam mengumpulkan data yaitu
a. Teknik Tes
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab,
yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan individu atau
kelompok. Teknik tes digunakan untuk mengetahui data kuantitatif penelitian
yakni data dari hasil belajar Peserta didik terhadap materi yang sedang
diajarkan.
Teknik pengumpulan data dengan tes ini menggunakan teknik pengambilan
data yaitu tes tertulis. Sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal SMK Taruna
Bangsa Ciamis pada kelas XI Farmasi mata pelajaran BAHASA INGGRIS
yaitu 80, maka Peserta didik yang nilainya sama atau lebih dari nilai KKM
tersebut berarti sudah tuntas, dan apabila nilainya belum mencapai angka
tersebut maka dianggap belum tuntas.
b. Teknik Non Tes
Adapun teknik non tes yang peneliti gunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah:

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan


data dengan cara mengamati setiap kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Dalam penelitian tindakan kelas di SMK Taruna Bangsa
Ciamis, kegiatan observasi atau pengamatan digunakan untuk mengamati dan
mengukur kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran dan kinerja guru pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
2. Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini
menggunakan dua teknik yaitu teknik tes dan teknik non tes, maka alat
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menjadi dua macam yaitu:

a. Alat Pengumpulan Data Tes


Jumlah siklus dari penelitian tindakan kelas ini yaitu 2 siklus, yang
terdiri dari Siklus I dan Siklus II. Maka perangkat tesnya ada dua yaitu
perangkat tes untuk siklus I dan perangkat tes untuk siklus II. Tiap – tiap
perangkat terdiri dari kisi-kisi, butir-butir soal, kunci jawaban, pedoman
penskoran dan pedoman penilaian.

b. Alat Pengumpulan Data Non Tes


Alat pengumpulan data yang digunakan untuk teknik non tes adalah
lembar observasi guru. Pada lembar observasi terdapat pertanyaan-
pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan proses
penelitian ketika sedang berlangsung dalam kelas maupun di luar kelas.
Lembar penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu lembar observasi untuk
mengamati kemampuan guru dalam menyusun RPP dan kinerja guru selama
proses belajar mengajar sedang berlangsung.
3.11. Teknik Analisis Data
Setelah data hasil penelitian terkumpul, peneliti melakukan analisis penelitian
dengan cara sebagai berikut :
1. Analisis data kualitatif, yaitu analisis terhadap data-data yang bersifat kualitatif
dan bukan berbentuk angka statistik. Analisis data kualitatif dilakukan dengan
cara sebagai berikut (Sugiyono, 2009 : 247-252) :

Reduksi data ; Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup


banyak, untuk itu, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan.
a. Penyajian data ; data yang telah terkumpul kemudian disajikan dalam
bentuk uraian singkat, tabel dan grafik. Penyajian data akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
b. Verifikasi data (penarikan kesimpulan) ; kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian ini mungkin akan dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
juga tidak. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan
temuan baru yang sebelumya belum pernah ada.

2. Analisis data kuantitatif yaitu analisis data dalam bentuk angka-angka


statistic
.
Dalam teknik ini, peneliti membandingkan kedisiplinan sebelum tindakan
dengan kedisiplinan setelah tindakan. Langkah – langkah yang ditempuh
dalam perhitungan data sebagai berikut :
a. Menghitung tingkat kedisiplinan pada siklus I dan siklus II
b. Menghitung nilai rata-rata kedisiplinan kelas dalam pengumpulan tugas/test
Peserta didik siklus I dan siklus II dengan rumus sebagai berikut:

3.
XN
M

Keterangan :
M = nilai rata-rata
∑X = jumlah nilai total yang diperoleh dari hasil penjumlahan nilai setiap
individu

N = banyaknya individu (Peserta didik)


(Djamarah, B.S. 2005: 302)
c. Menghitung persentase kedisiplinan individu pengumpulan tugas Peserta
didik siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatan kedisiplinan
pengumpulan tugas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

R
Persentase x100%
SM
Keterangan:
R = Skor yang diperoleh Peserta didik

SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap
(Purwanto, 2010: 102)

3.12. Kriteria Keberhasilan Tindakan


Untuk mengetahui berhasil dan tidaknya penelitian ini, maka peneliti menentukan
kriteria keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut: Adanya peningkatan
k e m a m p u a n m e n u l i s kompetetensi keterampilan pada lebih dari sama dengan
70% dari jumlah peserta didik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Temuan penelitian yang menjadi fokus perbaikan yang dihimpun selama pelaksanaan
pembelajaran dapat dipaparkan adalah sebagai berikut :
4.1. Pra Siklus
Hasil dari diadakannya pre tes sebelum pembelajaran siklus I diperoleh hasil dari 29
peserta didik, tidak ada seorangpun Peserta didik (0%) yang menguasai materi Descriptive
text secara tuntas, 22% peserta didik cukup menguasai, dan 78% Peserta didik belum
menguasai. Setelah dilakukan pengisian angket, ternyata penyebabnya adalah Bahasa Inggris
merupakan pelajaran yang dianggap sulit karena menggunakan bahasa asing dalam penerapan
nya, sehingga peserta didik tidak ada yang berpartisipasi dalam pembelajaran.

4.2. Siklus I
Setelah data tentang hasil belajar dan pertisipasi peserta didik selama proses
pembelajaran diperoleh dari tahap pra siklus, akan dilanjutkan ke tahap siklus I. Berikut
adalah hasil penelitian siklus I untuk meningkatkan Kemampuan Menulis Peserta didik dalam
Descriptive Text pada materi algoritma dan pemrograman menggunakan model Project
Based Learning kelas XI Farmasi.
Tahap perencanaan, berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi pada tahap pra siklus,
telah direncanakan model pembelajaran pada materi membuat Descriptive text menggunakan
penerapan model Project Based Learning; untuk Tahap pelaksanaan, dilaksanakan 2 kali
pertemuan yaitu pada Tahap pelaksanaan, dilaksanakan 1 kali pertemuan yaitu pada Hari
:Rabu, Tanggal : 14 Okotber 2022 dan Hari : Rabu, tanggal 21 Oktober 2022 pada jam ke 3-5.
Pelaksanaan pembelajaran ini mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah dipersiapkan. Pada tahap ini, guru melakukan pembelajaran dengan menerapkan model
Poject Based Learning. Untuk model ini, Peserta didik bekerja secara nyata, memecahkan
persoalan di dunia nyata dengan mengembangkan materi dalam pembelajaran yang dapat
menghasilkan solusi berupa produk atau hasil karya secara nyata atau realistis. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik distimulasi untuk bertanya dari hasil pengamatan terhadap contoh
Descriptive text hingga terbentuk rumusan masalah.
2. Peserta didik diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 5 – 6 orang.
3. Peserta didik menggali informasi tentang descriptive text.
4. Peserta didik menjawab pertanyaan dari kelompok lain tentang Descriptive text yang
telah digali.
5. Peserta didik menyajikan Descriptive text tentang poster anti Bullying.
6. Peserta didik menyampaikan hasil pengujian organoleptik dari Descriptive text yang
dibuat.
7. Peserta didik dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar.
Tahap observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Dari pengamatan
selama pembelajaran didapatkan hasil (Tabel 2) sebagai berikut.
Tabel 2. Partisipasi Peserta didik dalam Pembelajaran Siklus I

ASPEK PERSENTASE
YANG DIAMATI KURANG CUKUP BAIK AMAT BAIK
NO
1 Kemampuan 0 64,5 % 22,6 % 12,9 %
menulis
2 Perhatian 0 9,7 % 32,2 % 58,1 %
3 Kedisiplinan 0 0 11,4 % 89, 6 %
4 Penugasan 0 6,5 % 45,1 % 48,4 %

Dari data di atas, secara klasikal partisipasi Peserta didik mengalami peningkatan.
Namun hasilnya belum memenuhi harapan yang diinginkan. Keterlibatan Peserta didik dalam
pembelajaran masih kurang dan belum dapat dikondisikan dengan baik.
Selain itu, dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar Peserta didik selama pembelajaran.
Kemampuan Peserta didik dalam memahami konsep algoritma dan pemrograman selama
siklus I menunjukkan bahwa 19,3% tuntas, 32,2% cukup dan 48,4% belum tuntas. Hal ini
perlu dilakukan analisa penyebab ketidaktuntasan dalam pembelajaran tersebut.
Tahap Refleksi, merupakan tahapan di mana semua tahap siklus I telah dilakukan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan observasi, langkah selanjutnya yaitu merefleksi diri untuk
mengetahui keberhasilan dan kekurangannya. Berdasarkan data yang terkumpul selama siklus
I, proses pembelajaran masih kurang efektif yang ditunjukkan dengan kurangnya partisipasi
Peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Hal ini juga terlihat dari hasil tes tulis yang
telah dilakukan. Untuk itu, diperlukan suatu perbaikan dalam pembelajaran untuk siklus
berikutnya.
4.3. Siklus II
Berikut ini adalah beberapa tahapan yang dilakukan pada proses siklus II: Tahap
perencanaan, di mana rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II dibuat berdasarkan
kekurangan yang ada pada siklus I. Pada siklus II ini, rencana pembelajaran memfokuskan
pada latihan praktik untuk menghasilkan suatu proyek. Langkah perencanaan adalah sebagai
berikut:
1) Penggunaan model Project Based Learning
2) Melakukan bimbingan sesuai dengan tingkat kesulitan, baik kelompok maupun
mandiri
3) Menggunakan software untuk meningkatkan pemahaman Peserta didik
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada Hari :Rabu, Tanggal : 28 Oktober Jam ke 3-5.
Dalam siklus II ini dilakukan hampir sama dengan tahapan pada siklus sebelumnya, hanya
saja lebih ditekankan pada keterampilan dalam pembuatan proyek secara prosedural sehingga
Peserta didik dapat berpartisipasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil belajar
Peserta didik lebih baik. Langkah- langkah pembelajaran pada siklus II adalah sebagai
berikut:

1. Peserta didik distimulasi untuk bertanya dari hasil pengamatan terhadap contoh
Descriptive text yang ada disekitar rumah hingga terbentuk rumusan masalah.
2. Peserta didik diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 5 – 6 orang.
3. Peserta didik menggali informasi tentang Descriptive text
4. Peserta didik menjawab pertanyaan dari kelompok lain tentang Descriptive text yang
telah digali.
5. Peserta didik menyajikan Descriptive text.
6. Peserta didik menyampaikan hasil dari Descriptive text yang dibuat.
7. Peserta didik dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar.
Selama proses pembelajaran, dilakukan pengamatan kepada Peserta didik dan semua
data telah didapatkan.
Tahap observasi, dengan cara memberikan lembar observasi selama kegiatan
pembelajaran siklus II, dapat diketahui bahwa pembelajaran sudah lebih baik dengan
dibuktikan banyaknya Peserta didik yang aktif dan serius dalam pembelajaran. Disamping itu,
hasil belajar Peserta didik yang didapat dari tes praktik juga meningkat. Tabel observasi dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Partisipasi Peserta didik dalam Pembelajaran Siklus II

ASPEKYANG PERSENTASE
DIAMATI KURANG CUKUP BAIK AMAT BAIK
NO
1 Kemampuan 0 5% 22,6 % 12,9 %
menulis
2 Perhatian 0 7% 32,2 % 58,1 %
3 Kedisiplinan 0 0 11,4 % 89, 6 %
4 Penugasan 0 5% 45,1 % 48,4 %
Setelah dilakukan tes praktik perorangan, hasil belajar Peserta didik menunjukkan
bahwa 51,6% tuntas, 48,8% cukup, dan 5 % belum tuntas. Dengan data tersebut, pada siklus
ini pembelajaran BAHASA INGGRIS materi membuat Descriptive text sudah lebih baik.
Dari penelitian yang dilakukan dengan model Project Based Learning mata pelajaran
BAHASA INGGRIS peserta didik kelas XI Farmasi dapat meningkatkan partisipasi peserta
didik dengan dibuktikan jumlah peserta didik yang aktif dalam pembelajaran berangsur-
angsur naik dan pada siklus II jumlah tersebut telah memenuhi target yang telah ditetapkan
meskipun pada awal siklus partisipasi peserta didik masih jauh dari target bahkan tidak ada
partisipan sama sekali. Perhatian guru tidak hanya berpusat pada peserta didik yang aktif saja,
tetapi seluruh peserta didik mendapat kesempatan yang sama. Selain itu, perlu adanya praktik
langsung sehingga peserta didik dapat memahami maksud dan tujuan pembelajaran.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan hasil dalam perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan
tersebut, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut::
a. Dari penelitian yang dilakukan dengan model Project Based Learning mata pelajaran
BAHASA INGGRIS peserta didik kelas XI Farmasi dapat meningkatkan partisipasi
peserta didik dengan dibuktikan jumlah peserta didik yang aktif dalam pembelajaran
berangsur-angsur naik dan pada siklus II jumlah tersebut telah memenuhi target yang
telah ditetapkan meskipun pada awal siklus partisipasi peserta didik masih jauh dari
target bahkan tidak ada partisipan sama sekali
b. Perhatian guru tidak hanya berpusat pada peserta didik yang aktif saja, tetapi seluruh
peserta didik mendapat kesempatan yang sama
c. Selain itu, perlu adanya praktik langsung sehingga peserta didik dapat memahami
maksud dan tujuan pembelajaran
d. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara Siklus I dan Siklus II, dimana Siklus I dan
siklus II lebih baik.
e. Diperlukan kesabaran dan ketelitian guru dalam proses belajar mengajar pada masa
pandemi seperti ini.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, hal – hal yang dapat dilakukan guru dalam
pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik antara lain adalah:
a. Dengan Model Pembelajaran Project Based Learning ini dapat meningkatkan
partisipasi dan keatifanpeserta didik dalam pembelajaran.
b. Untuk memahami maksud dan tujuan dari kegiatan pelajaran BAHASA INGGRIS
ini Perlu adanya praktik secara langsung.
c. Guru hendaknya menggunakan bahan ajar yang tepat dengan materi pembelajaran
yang disampaiakanpada saat masa pandemi seperti ini
d. Sebaiknya guru memberikan kesempatan untuk mengerjakan evaluasi yang
diberikan dikarenakanpembelajaran dilakukan secara daring.
e. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk bertanya, terutama pada
materi yang sedang dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Literasi Buku
Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
Malang: UniversitasNegeri Malang.
B. Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Hanafiah, Nanang dkk. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Trianto, S.Pd., M.Pd. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Sutirman. (2013). Media dan Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Literasi Jurnal/Prosiding/Disertasi/Tesis/Skripsi
Dewi Suharjanti Ekaningsih. (2007). Upaya Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belakar
Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction
(TAI). Skripsi: FMIPA UNY.
Indah F. dkk. (2017). Kendala Guru Dalam menerapkan Model Pembelajaran Pada
Pembelajaran Tematik Berdasarkan Kurikulum 2013 Di SD Negeri 2 Kota Banda Aceh.
Jurnal Ilmiah Pendidikan GuruSekolah Dasar FKIP Unsyiah Volume 2
Tutik Lestari. (2015). Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menyajikan Contoh-
contoh Ilustrasi dengan Model Pembelajaran Project Based Learning dan Metode
Pembelajaran Demonstrasi bagi Siswa Kelas Xi Multimedia SMK Muhammadiyah
Wonosari. Skripsi: https://eprints.uny.ac.id/29375/1
/Tutik%20Lestari_10520244042.pdf
Lain-lain
Eka Ikhsanudin. (2014). Model Pembelajaran Project Based Learning.
http:// www.ekaikhsanudin.net/2014/09/modelpembelajaran-project-based.html
Muhammad Faiq. (2014). Model Pembelajaran Project Based Learning dan Kurikulum 2013.
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2014/05/model-pembelajaran-projectbased.html
Muchlisin Riadi. (2017). Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning/PjBL).
https://www.kajianpustaka.com/2017/08/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html (diunduh:
Pawit Riyadi. Kemampuan menulis Siswa http://pawitriyadi87.blogspot.com201112
partisipasibelajar-siswa.html
Rijal. (2016). Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). https://www.
r i j a l 0 9 . c o m / 2 0 1 6 / 1 2 / m o d e l -pembelajaran-berbasis-proyek-project-
basedlearning.html

Anda mungkin juga menyukai