Skenario 1
Gigi Berlubang
Monica Tanady
2106722120
Kelompok 1
Jabaran Skenario
Ibu Sinta datang ke klinik gigi dengan membawa kedua anaknya, Nana - 17 tahun, dan Suci– 4 tahun.
Ibu tersebut ingin berkonsultasi mengenai keadaan gigi anak-anaknya karena memerhatikan bahwa
gigi anak tersebut tampak berlubang. Menurut ibunya, kedua anaknya sudah menyikat gigi dua kali
sehari, pada pagi dan sore hari. Ibu itu juga mengatakan bahwa kedua anaknya sering mengonsumsi
coklat, permen, kue, dan minuman ringan lebih dari tiga kali per-hari.
01 Karies
02 Proses
03 Faktor Risiko
04 Metode Deteksi
05 Kurva Stefan
01
Karies
Mount G. J. & Hume W. R. (2005). Preservation and restoration of tooth structure (2nd ed.). Knowledge Books and Software. Retrieved October 28 2022
Kidd E. A. M. (2005). Essentials of dental caries : the disease and its management (3rd ed.). Oxford University Press. Retrieved October 28 2022 f
Karies
Definisi
Karies gigi adalah infeksi endogen kronis yang disebabkan oleh flora normal komensal
rongga mulut. Lesi karies adalah hasil demineralisasi email dan kemudian dentin oleh asam
yang dihasilkan mikroorganisme plak saat memetabolisme karbohidrat makanan.
Karies
Etiologi
Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi struktur gigi oleh asam yang dihasilkan oleh
mikro-organisme dan ditandai dengan terbentuknya kavitas pada permukaan email, dentin atau
sementum. Aktivitas bakteri dalam plak menghasilkan suasana asam (pH <5.5) di rongga mulut dan
menyebabkan demineralisasi struktur gigi.
Bila proses demineralisasi tidak dihambat maka akan terbentuk kavitas, bakteri masuk ke
pulpa bahkan ke jaringan periapikal yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, antara lain
infeksi yang dapat berakibat fatal. Proses demineralisasi dapat dihentikan bila pH menjadi netral
(>5.5) dengan mengurangi frekuensi makan, meningkatkan konsentrasi fluor dan sistem dapar
saliva, sehingga terjadi proses remineralisasi yaitu saat ion kalsium, fosfat dan fluor menggantikan
bagian permukaan gigi yang mengalami demineralisasi.
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/
Karies
Etiologi
Faktor penyebab karies gigi terdiri dari penyebab internal dan eksternal individu . Faktor internal
penyebab karies gigi adalah faktor internal mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi antara lain host, mikroorganisme, substrat , dan waktu.
Sedangkan faktor eksternal individu adalah status ekonomi, keluarga, pekerjaan, fasilitas
kesehatan gigi dan pendidikan kesehatan gigi yang pernah diterima. Selain faktor- faktor yang ada
di internal mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor- faktor yang tidak
langsung yang disebut faktor resiko luar atau eksternal, yang merupakan faktor predisposisi dan
faktor penghambat terjadinya karies. Faktor eksternal antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
gigi.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015.
Marsh PD, Martin MV, O. LMA, Williams D. Oral Microbiology E-Book. London: Churchill Livingstone; 2009.
Karies
Etiologi
Ecological Plaque Hypothesis
Biofilm sebelumnya normal dan
non patogen, terjadi peningkatan
konsumsi fermentable sugar (gula)
mengubah kondisi biofilm menjadi
asam.
Karies
Etiologi
Faktor Internal
Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan faktor terpenting dalam proses awal terjadinya karies. Mereka
memfermentasi karbohidrat untuk memproduksi asam. Plak gigi merupakan lengketan yang berisi
bakteri produk- produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi.Akumulasi bakteri ini tidak
terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Asam terbentuk dari
hasil fermentasi sakar diet oleh bakteri di dalam plak gigi. Sumber utamanya adalah glukosa yang
masuk dalam plak gigi, sedangkan kuantitatif, sumber utama glukosa adalah sukrosa. Penyebab
utama terbentuknya asam tadi adalah S.Mutans serotipe c yang terdapat di dalam plak karena
kuman ini memetabolisme sukrosa menjadi asam lebih cepat dibandingkan bakteri lain
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/
Karies
Etiologi
Faktor Internal
Host
Terbentuknya karies gigi diawali dengan terdapatnya plak yang mengandung bakteri pada gigi. Oleh karena
itu kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat memungkinkan diserang karies.
Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah :
1. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit bukal molar dan pit palatal insisif.
2. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak.
3. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva.
4. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan
resesi gingiva karena penyakit periodonsia.
5. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengeper.
6. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/
Karies
Etiologi
Faktor Internal
Substrat
Penelitian menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang bersifat fermentasi karbohidrat lebih signifikan
memproduksi asam, diikuti oleh demineralisasi email.Tidak semua karbohidrat benar-benar kariogenik.
Produksi polisakarida ekstraseluler dari sukrosa lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, fruktosa, dan
laktosa. Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lain juga berpotensi kariogenik.
Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mengembalikan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,
menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri dari saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian
sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini.
Karies
Etiologi
Faktor Eksternal
Ras
Keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies. Misalnya, pada
ras tertentu dengan rahang sempit sehingga gigi - geligi pada rahang sering tumbuh tak teratur. Gigi yang
tidak teratur mempersulit pembersihan gigi, dan meningkatkan persentase karies pada ras tersebut.
Jenis Kelamin
Persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibanding dengan pria. Dibanding dengan molar kanan,
persentase karies molar kiri lebih tinggi karena faktor pengunyahan dan pembersihan dari bagian gigi.
Usia
Pada periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies Anak usia 6-12 tahun masih kurang
mengetahui dan mengerti bagaimana cara memelihara kebersihan gigi dan mulut. Anak-anak usia sekolah
perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang.
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/
Karies
Etiologi
Faktor Eksternal
Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Komposisi dari makanan yang menghasilkan energi.
Misalnya, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral. Unsur tersebut berpengaruh
pada masa pra-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi geligi.
2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.
Makanan yang bersifat membersihkan gigi. Jadi, makanan merupakan penggosok gigi alami, tentu
saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan bersifat membersihkan gigi ini adalah apel, jambu air,
bengkuang, dan lain sebagainya.Sebaliknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi
amat merusak gigi, seperti bonbon, coklat, biskuit, dan lain sebagainya. Karies terjadi ketika proses
remineralisasi menjadi lebih lambat dibandingkan proses demineralisasi.
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016; Textbook of Operative Dentistry 2nd ed
Karies
Klasifikasi
GV Black
Class I - lesi di pit atau fissure mahkota, termasuk lingual pit maxillary incisors dan facial pit mandibular molar.
Class II - lesi yang berada di atau dekat dengan area kontak proksimal gigi posterior.
Class III - lesi yang berada di atau dekat dengan area kontak gigi anterior.
Class IV - lesi yang berada di atau dekat dengan area kontak gigi anterior memanjang ke incisal edge.
Class V - lesi berada di ⅓ cervical mahkota gigi → pada permukaan fasial dan lingual/ palatal dari semua gigi
Class VI - lesi berada di cusp tip.
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016; Textbook of Operative Dentistry 2nd ed
Karies
Klasifikasi
GJ Mount
Klasifikasi didasarkan pada dua parameter sederhana : site dan size
1. Site
Site 1 - pit, fissure, defek enamel oklusal gigi posterior dan
cingulum pit gigi anterior.
Site 2 - permukaan proksimal, yaitu area titik kontak gigi.
Site 3 - ⅓ cervical mahkota, diikuti dengan resesi gingival.
2. Size
Size 0 - tidak ada cavitas karena stage awal dari demineralisasi, perlu ditangani segera dengan remineralisasi
dan eliminasi faktor penyebab
Size 1 - dimensi cavitas kecil, keterlibatan dentin minimal, diperlukan restorasi untuk mengembalikan permukaan
halus dan menghentikan akumulasi plak
Size 2 - dimensi cavitas average, keterlibatan dentin moderate, gigi kuat menerima restorasi terbatas
Size 3 - dimensi cavitas melebihi moderate, dengan keterlibatan dentin yang signifikan, ujung cusp atau insisal
dapat terbelah, dapat rusak oleh beban oklusi
Size 4 - dimensi cavitas besar bahkan kehilangan sebagian besar struktur gigi
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Karies
Klasifikasi
ICDAS
Mengklasifikasikan lesi karies berdasarkan tampak visual lesi
Terdiri dari :
■ Sistem penilaian numerik berdasarkan kedalaman penetrasi lesi ke dalam gigi
■ Mencatat status permukaan setiap gigi atau kondisi restorasi yang ada
International Caries Detection and Assessment System (ICDAS), membuat klasifikasi berikut
■ D0 : tidak terdapat karies, atau gigi masih sehat;
■ D1 : terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat kering
■ D2 : terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat basah
■ D3 : karies mencapai email
■ D4 : karies hampir menyerang dentin (dentinoenamel junction)
■ D5 : karies menyerang dentin
■ D6 : karies menyerang pulpa
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Karies
Klasifikasi
ICCC
■ Klasifikasi ini dikemukakan dari International Caries Consensus Collaboration; Februari 2015. Bertujuan
mencari konsensus terminologi serta rekomendasi dalam mengatasi carious tooth tissue removal and
managing cavitated caries lesions
■ Salah satu topik pembahasannya adalah identifikasi dan justifikasi batas-batas lesi untuk nanti dapat
diberikan strategi perawatan yang sesuai; baik non-restoratif maupun restoratif
● “When do I need to intervene restoratively?”
■ Manajemen karies yang efektif dikarakterisasikan oleh :
● Deteksi lesi dini dan diagnosisnya yang akurat
● Caries activity and risk assessment
● Menghindari kemunculan lesi karies yang baru
■ Manajemen dari cavitated carious lesions berfokus mengontrol lesi yang ada dengan perawatan restoratif
invasif seminimal mungkin; termasuk memperbaiki restorasi ketimbang mengganti
■ Lesi yang ditemukan pada gigi dapat dikategorikan sebagai non-cavitated / cleansable lesions dan
non-cleansable lesions
Schwendicke, F., Frencken, J. E., Bjørndal, L.et al (2016). Managing Carious Lesions. Advances in Dental Research, 28(2), 58–67. doi:10.1177/0022034516639271
Karies
Klasifikasi
ICCC
■ Cleansable lesions diatasi dengan biofilm removal (menggosok gigi) dan/atau remineralisasi, atau sealing
● Pada lesi oklusal, dapat diberikan fissure sealant
● Pada bagian proksimal atau smooth surfaces dengan pits, diperlukan sealing atau infiltrasi resin
■ Cavitated dentine carious lesions yang masih terakses melalui visual-tactile inspection dan activity
evaluation memiliki potensi sebagai cleansable lesions
● Dapat bersifat inactivated; sehingga tidak memerlukan perawatan restoratif dan bisa diatasi
dengan non-restorative approach seperti biofilm removal dan remineralisasi
■ Garis pembatas antara cleansable dan non-cleansable lesions memang belum terlalu jelas, namun jika
sudah terdapat kavitas permukaan, lesi dapat dianggap non-cleansable dan active until proven otherwise
● Occlusal lesions bisa dilihat langsung secara visual
● Untuk proximal lesions, bisa menjadi lebih sulit untuk melakukan evaluasi visual-tactile yang jelas.
Bisa mempergunakan tooth separation, radiographs, dan fiber-optic transillumination
■ Faktor-faktor lain, seperti caries risk pasien dan kedalaman lesi secara radiografis, menjadi pertimbangan
untuk menentukan lesi proksimal masuk ke dalam cleansable atau non-cleansable
Schwendicke, F., Frencken, J. E., Bjørndal, L.et al (2016). Managing Carious Lesions. Advances in Dental Research, 28(2), 58–67. doi:10.1177/0022034516639271
Karies
Klasifikasi
ICCC
■ Konsensus yang dikemukakan dari ICCC;
● Non-cleansable cavitated dentine carious lesions tidak dapat diatasi oleh biofilm removal,
remineralization, atau sealing saja; namun pada primary dentition, lesi ini masih dapat diubah
menjadi cleansable lesions
● Beberapa lesi oklusal memang terlihat secara klinis sebagai non-cavitated, namun secara
radiografis dapat mencapai ke dentin. Jika lesi tersebut tidak bisa ditahan oleh biofilm control saja,
dapat digunakan sealing
a. Integritas sealing harus dimonitor; terdapat kemungkinan “trampoline” eect yang bisa
merusak sealant, sehingga memerlukan restorasi
b. Efek dimana sealant tidak dapat menahan occlusal forces saat terdapat dentin yang melunak
dibawah email yang melemah
● Saat cavitated carious lesions menjadi non-cleansable, dan sealing tidak bisa menjadi alternatif,
maka diperlukan intervensi restoratif
Pis, N.B., Ismail, A.I. and Martignon, S. ICCMS™ Guide for Practitioners and Educators. Available at: hps://www.iccms-web.com (Accessed: October 28, 2022).
Pis, N.B., Ismail, A.I. and Martignon, S. ICCMS™ Guide for Practitioners and Educators. Available at: hps://www.iccms-web.com (Accessed: October 28, 2022).
Eventually, both the radiographic (when available and for posterior teeth) and the clinical assessment of the lesion
severity end up classifying the lesion into the categories of initial, moderate or extensive.
Karies
Klasifikasi
Klasifikasi Lain
Berdasarkan Letak Anatomis
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Karies
Klasifikasi
Klasifikasi Lain
Berdasarkan Tingkat Keparahan
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Karies
Klasifikasi
Klasifikasi Lain
Berdasarkan Jumlah Permukaan Gigi Terlibat
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Karies
Klasifikasi
Klasifikasi Lain
Berdasarkan Arah Perkembangan Karies
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
02
Proses
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Sebagian besar permukaan gigi tetap bebas dari bakteri dengan gesekan
dari lidah, pipi, dan bahan makanan. Namun, bakteri menetap di area
permukaan yang terlindung dari gaya gesekan ini (area stagnasi plak) dan
membentuk lapisan bakteri padat yang dikenal sebagai plak gigi.
Makanan manusia mencakup berbagai karbohidrat yang mudah
difermentasi: monosakarida, disakarida, dan oligosakarida. Gula
dimetabolisme oleh bakteri plak dan menghasilkan akumulasi produk akhir
asam organik dan menyebabkan penurunan sementara pH plak. Hal ini
dapat menimbulkan "cariogenic challenge" karena, jika pH plak turun
cukup rendah, mineral di jaringan keras gigi dapat larut (demineralisasi).
Karies cenderung berkembang relatif lambat (selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun). Di antara tantangan kariogenik, pH plak kembali ke
tingkat "istirahat" yang kira-kira netral, dan memungkinkan ion mineral
dalam plak dapat berkontribusi pada pengendapan ulang mineral lesi
karies: proses yang dikenal sebagai remineralisasi.
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015.
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Interaksi Bakteri ke Permukaan Gigi
Interaksi bakteri ke pelikel :
1. Dimulai oleh Streptococcus menempel pada
permukaan gigi
2. Bakteri tersebut bersifat aciduric, tahan lingkungan
yang memiliki pH asam
3. Bakteri kariogenik, contohnya S.mutans, S. sobrinus,
Lactobacillus, S.mutans :
a. sekresi polisakarida, memberikan adherence ke
permukaan gigi melalui pelikel
b. sekresi karbohidrat lain, metabolisme bakterial
ketika kekurangan sumber diet
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Formasi Plak
Plaque adalah lapisan semi transparan polisakarida yang
menempel di permukaan gigi dan mengandung organisme
(pathogen atau normal). Berasal dari kolonisasi bakteri pada
pelikel. Plak tebal dapat terbentuk pada pits dan fissure
permukaan gigi, permukaan interproximal antara 2 gigi dan
restorasi yang overcontoured
Dental Plaque—Development
A) Association: through physical forces, bacteria associate loosely with the pellicle.
B) Adhesion: they possess special surface molecules (adhesins) that bind to pellicle receptors
C) Bacterial proliferation ensues.
D) Microcolonies are formed. Many streptococci secrete protective extracellular polysaccharides
E) Biofilm (“aached plaque”): microcolonies form complex groups with metabolic advantages.
F) Plaque growth—maturation: the biofilm is characterized by a primitive “circulatory system.”
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Formasi Plak
Komposisi Plak :
■ Organisme (bakteri) (70%)
■ Matriks organik (30%), terdiri atas Extraceluller Polymeric
Substance (EPS) yang mencakup :
1. Polisakarida → glucans, PNAG, LTA, fructans
2. Asam nukleat → eDNA
3. Protein → amyloid, adhesin, DNA binding protein
4. Peptidoglikan
5. Lipid
6. Glikoprotein → adhesins
■ Matriks organik berfungsi sebagai food reserve, sarana
adhesion, mechanical resistance, optimisasi cell-cell
sensing dan signaling
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Feyerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical management. Blackwell Munksgaard. 2008.
Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries . edisi terbaru
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Remineralisasi Gigi
● Proses demineralisasi dapat dibalikkan dengan cara
membalikkan pH menjadi normal dan terdapat ion
Ca dan PO4 di lingkungan (menghambat disolusi)
● Interaksi ini diperkuat dengan adanya fluoride
● Stored fluoride membuat ikatan FA (Fluoride-rich
Apatite) ketika terjadi demineralisasi. FA lebih tahan
larut daripada HA
● FA dapat terlarut jika pH lingkungan mencapat <4.5
● Salivary flow rate dapat memengaruhi pembuangan
debris makanan dan mikroorganisme
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Remineralisasi Gigi
Feyerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical management. Blackwell Munksgaard. 2008.
Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries . edisi terbaru
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Demineralisasi
Remineralisasi
Jika lapisan tipis enamel masih utuh, lesi awal karies mengalami remineralisasi sempurna. Sebaliknya,
jika enamel rusak maka proses remineralisasi tidak terjadi secara sempurna dan gigi harus direstorasi.
Jika lesi awal karies mengalami demineralisasi terus-menerus, maka lesi akan berlanjut ke dentin
membentuk kavitas yang irreversibel, tetapi mungkin tidak berkembang (arrested).
Proses Terjadinya Karies
Gambaran Histopatologis
Surface Zone (SZ)
Zona tidak selalu dapat ditemukan dan paling jarang terkena
efek karies. Volume porus sekitar 1%. Memiliki derajat
remineralisasi yang tinggi karena banyak fluoride dan protein
yang tidak larut sehingga sulit terkena karies.
Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Proses Terjadinya Karies
Gambaran Histopatologis
Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
1: Surface Zone (SZ)
2: Body of the Lesion (B)
3: Dark Zone (DZ)
4: Translucent Zone (TZ)
Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Principal pore volume distribution
Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Email
Demineralisasi adalah proses menghilangkan mineral, dalam bentuk ion mineral, dari enamel gigi atau
istilah lainnya larutnya mineral dari hidroxyapatite. Enamel gigi adalah kisi-kisi kristal terdiri dari berbagai
mineral, komponen utama yang merupakan sebuah kompleks yang disebut mineral fosfat kalsium
hidroksiapatit .
Sejumlah besar ion mineral dapat dihilangkan dari hidroksiapatit kisi-kisi tanpa merusak integritas
strukturalnya, namun, seperti mengirimkan enamel yang demineralisasi dengan panas, dingin, tekanan
dan rasa sakit jauh lebih mudah daripada enamel normal. Sebagai contoh, jika anda merasakan seperti
sakit gigi, tapi dokter gigi mengatakan anda tidak memiliki kavitas, kemungkinan besar anda akan
merasakan efek demineralisasi yang parah sebelum terbentuknya kavitas.
Oleh itu, sering disarankan oleh dokter gigi untuk menyikat gigi dengan dosis tinggi fluorida gel untuk
menghambat demineralisasi. Jika terlalu banyak mineral terlarut dari suatu kisi-kisi hidroksiapatit pada
sesuatu area, rongga akan terhasil. Rongga adalah hilangnya struktur kisi-kisi kristal hidroksiapatit.
Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Email
Patogenesis Demineralisasi
Enamel tersusun atas prisma enamel padat yang meluas dari dentinoenamel junction menuju permukaan
luar. Diantara prisma-prisma enamel terdapat substansi inkaprismata yang mengandung kristal yang lebih
kecil karena susunan enamel itulah maka ion-ion dari saliva dapat masuk ke enamel bagian dalam dan
memungkinkan terjadinya perpindahan ion-ion melalui permukaan dalam enamel ke permukaan luar yang
mengakibatkan perubahan dalam enamel. Pada enamel terdapat sistem kimia aktif yang berperan dalam
berbagai reaksi seperti pelarutan dan pemindahan ion-ion dari saliva ke dentin, reaksi pertukaran ion-ion
dalam saliva dan proses demineralisasi dan remineralisasi sehingga dapat dikatakan bahwa enamel
merupakan komponen yang dinamis.
Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Dentin
Abou Neel EA, Aljabo A, Strange A, Ibrahim S, Coathup M, Young AM, et al. Demineralization-remineralization dynamics in teeth and bone. Int J Nanomedicine [Internet]. 2016;11:4743–63.
Available from: hp://dx.doi.org/10.2147/IJN.S107624
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Dentin
Demineralisasi kimia gigi disebabkan oleh serangan asam (acidic aack) melalui
dua cara utama : asam makanan yang dikonsumsi melalui makanan atau
minuman dan serangan mikroba dari bakteri yang ada di mulut.
Selama serangan asam, atau rezim demineralisasi yang khas, pelarutan kimia dari
kedua komponen matriks organik dan anorganik terjadi. Hal ini disebabkan oleh
kandungan air pada email dan dentin, yang memudahkan difusi asam masuk dan
kandungan mineral keluar dari gigi.
Abou Neel EA, Aljabo A, Strange A, Ibrahim S, Coathup M, Young AM, et al. Demineralization-remineralization dynamics in teeth and bone. Int J Nanomedicine [Internet]. 2016;11:4743–63.
Available from: hp://dx.doi.org/10.2147/IJN.S107624
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Dentin
Remineralisasi fisiologis, disertai dengan peningkatan kekerasan dan kalsium pemulihan konten, hanya
terjadi di matriks dentin dari karies bagian dalam dentin, yang dapat pulih ke tingkat dentin normal.
Bahkan bagian luar dentin karies dapat sedikit meningkat kandungan kalsiumnya baik dari saliva atau dari
kalsium hidroksida semen. Namun, ini hanyalah difusi kalsium tanpa remineralisasi fisiologis yang
mengarah pada pemulihan yang tepat kekerasan.
Remineralisasi terjadi di dalam dentin karies di mana struktur kolagen bersilangan serat, yang berfungsi
sebagai dasar untuk kristal apatit mana yang dapat menempel, adalah dipertahankan dengan adanya
ikatan silang antarmolekul mereka prekursor. Remineralisasi tidak terjadi pada karies luar dentin di mana
struktur crossbanded dari serat kolagen telah hilang karena memutuskan ikatan silang antarmolekul
Ketika kemampuan pengikatan kalsium dari kolagen dentin diukur, kolagen dentin meningkat secara nyata
pada karies dentin bagian dalam dibandingkan dengan dentin normal, tetapi jauh lebih rendah pada
dentin karies luar. fosfat dari pulpa vital, tetapi hs tidak terjadi pada dentin karies luar, karena proses
odontoblas hilang
Gao W, Smales RJ, Yip HK. Demineralisation and remineralisation of dentine caries, and the role of glass-ionomer cements. Int Dent J [Internet]. 2000;50(1):51–6.
Available from: hp://dx.doi.org/10.1111/j.1875-595x.2000.tb00547.x
03
Faktor
Risiko
Faktor Risiko Karies
Biofilm
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Biofilm
Streprococcus Mutans
Terdapat hubungan antara tingkat S.Mutans dalam saliva dengan karies
Konsentrasi S. mutans dalam stimulated saliva mencerminkan konsentrasi biofilm
Jumlah S. mutans yang rendah dalam saliva = tingkat aktivitas karies yang rendah
Jumlah S. mutans yang tinggi dalam saliva = tingkat karies yang tinggi
Lactobacillus
Lactobacilli membutuhkan tempat retentif, ditemukan pada lesi yang lebih dalam
Tingkat populasi dipengaruhi oleh asupan gula makanan dan, dengan tidak adanya lesi terbuka
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Biofilm
Dental Plaque Formation
1. Pembentukan salivary pellicle
2. Dalam 0 – 4 jam, terjadi kolonisasi oleh early colonizer, sebagian besar adalah
Streptococci (S.sanguinis, S. oralis, S. mitis). terdapat juga Actinomyces dan bakteri
gram negatif lain.
3. Dalam 4 – 24 jam, terjadi pertumbuhan bakteri, terbentuk microcolonies
4. Dalam 1 – 14 hari, terjadi pergeseran populasi dari Streptococcus-dominated menjadi
Actinomyces-dominated → Microbial Succession
5. Dalam 2 minggu, plaque sudah mature, tetapi terdapat variasi dari komposisinya
sesuai dengan tempat plaque tersebut terbentuk
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Biofilm
Dental Plaque Formation
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Biofilm
Pathogenesis
1. Biofilm terpapar oleh fermentable sugar
2. Aktivitas metabolik facultative non-mutans bacteria meningkat menyebabkan produksi
asam meningkat, pH biofilm menurun, dan H⁺ meningkat
3. Ion asam bereaksi dengan fosfat pada saliva (buering), reaksi H⁺ + PO₄³⁻ → HPO₄²⁻
4. Seleksi dari bakteri pada biofilm, aciduric & acidogenic bacteria meningkat, bakteri
penghasil dan toleran alkali menurun → diversitas biofilm menurun
5. pH biofilm terus mengalami penurunan hingga terjadi demineralisasi → CRITICAL pH (5.5)
a. buer fosfat dan bikarbonat kewalahan → meninggalkan ion H⁺ yang tidak terbuer
b. Ion H⁺ akan meresap kedalam enamel laminal pores
c. HA dissolve
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Saliva
Saliva mengandung kalsium, fosfat, dan
fluoride yang berperan penting dalam
proses remineralisasi gigi
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015.
Faktor Risiko Karies
Saliva
● Sejumlah studi klinis menunjukan bahwa kemampuan produksi saliva yang
menurun berkaitan dengan terjadinya karies
● Studi terkini mengenai saliva dan demineralisasi gigi menemukan bahwa
individu dengan unstimulated whole saliva flow rates 0.16ml/min atau kurang,
memiliki tingkat demineralisasi gigi yang lebih tinggi
● Kapasitas buer dari saliva juga harus dipertimbangkan. Pada keadaan pH
normal, kapasitas buer saliva yang tinggi dapat proteksi terhadap karies,
dengan mengurangi laju demineralisasi gigi
● Konsentrasi bikarbonat pada saliva bergantung pada laju sekresi, konsentrasi
rendah ditemukan pada laju sekresi rendah
Fejerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical management. Blackwell Munksgaard. 2003.
Faktor Risiko Karies
Saliva
Defisiensi Saliva
● Disfungsi saliva yang didapat mungkin merupakan akibat dari gangguan psikologis
atau emosional yang dapat bersifat sementara atau permanen
● Gangguan imun seperti sindrom Sjögren dan kondisi genetik seperti displasia
ektodermal hipohidrotik sering menunjukkan xerostomia kronis
● Banyak pasien onkologi menerima iradiasi kepala dan leher atau seluruh tubuh yang
juga mengakibatkan disfungsi kelenjar ludah
● Gangguan jalur sentral saraf sekretorik diduga sebagai penyebab kegagalan saliva
● Kekurangan vitamin B kompleks dilaporkan sebagai penyebab disfungsi kelenjar saliva
● Pasien dengan aliran saliva yang kurang sering mengalami rampant karies
Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 8th ed, 2004
Faktor Risiko Karies
Host - Agent
Host
1. Faktor morfologi gigi, pit dan fisur pada gigi posterior terutama yang dalam, sangat rentan
terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut. Permukaan gigi
yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies.
2. Struktur email, ketidakmatangan enamel atau adanya defek pada perkembangan enamel akan
meningkatkan retensi plak, kolonisasi bakteri, yang mana akan menyebabkan gigi semakin rentan
mengalami demineralisasi
3. Kristalografis, kepadatan kristal email sangat menentukan kelarutannya. Semakin banyak email
mengandung mineral maka kristalnya semakin padat dan akan semakin resisten.
Lokasi dan posisi gigi juga memengarui terjadinya karies. Jika gigi berada tidak pada posisi normalnya,
terotasi, atau abnormalitas posisi lainnya, maka gigi akan semakin sulit untuk dibersihkan yang akan
meningkatkan retensi makanan dan debris
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Streptococcus mutans Streptococcus mitis Faktor Risiko Karies
Host - Agent
Agent
Plak gigi memegang peranan penting
dalam menyebabkan terjadinya karies.
Mikroorganisme yang menyebabkan
karies gigi adalah kokus gram positif,
Streptococcus sanguinis Streptococcus salivarius
merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai seperti Streptococcus
mutans, Streptococcus sanguis,
Streptococcus mitis dan
Streptococcus salivarius serta
beberapa strain lainnya. Selain itu, ada
juga penelitian yang menunjukkan
adanya laktobacillus pada plak.
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Host - Agent
Interaksi Host-Agent
1. Interaksi bakteri Streptococcus mutans dengan pelikel gigi pada permukaan enamel gigi
2. Terjadi akumulasi dan kolonisasi bakteri Streptococcus mutans
3. Metabolisme karbohidrat oleh Streptococcus mutans yang menghasilkan asam laktat
4. Asam laktat menyebabkan penurunan pH plak, sehingga terjadi suasana asam
5. Ion asam bereaksi dengan saliva dan plak terjadi efek buering dari saliva
6. Jika mencapai pH kritis (>5,5), terjadi interaksi ion asam dengan fosfat pada hidroksiapatit
7. Terjadi demineralisasi yaitu pelarutan permukaan kristal hidroksiapatit
8. Jika pH dinetralkan / mengalami kenaikan, akan terjadi remineralisasi berupa pembentukan
kembali kristal hidroksiapatit. Jika terdapat fluoride aka terjadi pembentukan fluoroapatit yang
lebih resisten terhadap suasana asam
9. Jika terjadi penurunan pH lebih lanjut (demineralisasi > remineralisasi) akan terjadi pembentukan
kavitas pada enamel
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Garg N. Garg A. & Abu Tahun I. (2015). Textbook of operative dentistry (3e édition).
Lifestyle
Tidak secara langsung menyebabkan karies namun beberapa cccupational conditions and recreational
activities can lead to obvious risks. Contoh : orang dewasa muda dengan 'gaya hidup olahraga' yang aktif
→ dehidrasi → sering mengonsumsi high energy sports drink → tinggi gula dan pH rendah
Recreational Drugs
Kafein, tembakau, alkohol, mariyuana, dan amfetamin semuanya memiliki efek mengurangi aliran air liur &
bersifat adiktif. Minuman seperti cola dan energy drink → kandungan gula sangat tinggi dan pH rendah.
Pada varian less sugar juga memiliki pH yang sangat rendah → meningkatkan risiko karies
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Compliance
Meskipun penting untuk menemukan sebanyak mungkin tentang berbagai faktor risiko, lebih penting lagi
bahwa pasien bersedia membuat perubahan yang diperlukan untuk menghilangkan atau setidaknya
memodifikasi faktor-faktor ini.
04
Metode
Deteksi
Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th ed. Australia: Elsevier; 2013.
Dean JA. McDonald and Avery’s: Dentistry for the Child and Adolescent. 10th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2016.
Kidd E, Fejerskov Essentials of Dental Caries. United Kingdom: Oxford University Press; 2016.
Contoh :
Ketika dihadapi dengan karbohidrat yang dapat
difermentasi, pH dalam plak turun dengan cepat
mencapai pH minimum dalam waktu sekitar 5
hingga 20 menit. Hubungan dari bentuk Kurva
Stephan ke pH kritis dapat digunakan untuk
menilai kariogenisitas dari makanan yang
dikonsumsi. Area merah = cariogenic activity
Rier A, Boushell L, Walter R. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 7th ed. St. Louis: Elsevier; 2019.
Referensi
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Rier A, Boushell L, Walter R. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 7th ed. St. Louis: Elsevier; 2019.
Kidd E, Fejerskov Essentials of Dental Caries. United Kingdom: Oxford University Press; 2016.
Dean JA. McDonald and Avery’s: Dentistry for the Child and Adolescent. 10th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2016.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015.
Abou Neel EA, Aljabo A, Strange A, Ibrahim S, Coathup M, Young AM, et al. Demineralization-remineralization
dynamics in teeth and bone. Int J Nanomedicine [Internet]. 2016;11:4743–63. Available from:
hp://dx.doi.org/10.2147/IJN.S107624
Gao W, Smales RJ, Yip HK. Demineralisation and remineralisation of dentine caries, and the role of glass-ionomer
cements. Int Dent J [Internet]. 2000;50(1):51–6. Available from:
hp://dx.doi.org/10.1111/j.1875-595x.2000.tb00547.x
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell
Munksgaard
Referensi
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Schwendicke, F., Frencken, J. E., Bjørndal, L.et al (2016). Managing Carious Lesions. Advances in Dental Research,
28(2), 58–67. doi:10.1177/0022034516639271
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from:
hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/
Karlina D. Karies: Etiologi, Karakteristik Klinis dan Tatalaksana. Majalah Kedokteran [Internet]. 2019 Jul 11 [cited
2022 Oct 29];35(2):74–7. Available from: hp://ejournal.uki.ac.id
Marsh PD, Zaura E. Dental biofilm: ecological interactions in health and disease. JClin Periodontol 2017; 44 (Suppl.
18): S12–S22. doi: 10.1111/jcpe.12679.Available from: hps://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/jcpe.12679
Pis, N.B., Ismail, A.I. and Martignon, S. ICCMS™ Guide for Practitioners and Educators. Available at:
hps://www.iccms-web.com (Accessed: October 28, 2022).
Pertanyaan
1. Apakah pasien mengalami bruxism, atrisi, dan abrasi pada giginya
lebih rentan mengalami karies jika dibandingkan dengan pasien yang
tidak mengalaminya?
2. Apakah mikroorganisme yang ditransmisikan dari seorang individu
dapat menyebabkan karies pada individu lainnya? Bagaimanakah
mekanismenya?
3. Apakah gula-gula pengganti seperti stevia, aspartam, dan sakarin
bersifat karogenik?