Anda di halaman 1dari 78

PPT IKGK 2

Skenario 1
Gigi Berlubang
Monica Tanady
2106722120
Kelompok 1
Jabaran Skenario
Ibu Sinta datang ke klinik gigi dengan membawa kedua anaknya, Nana - 17 tahun, dan Suci– 4 tahun.
Ibu tersebut ingin berkonsultasi mengenai keadaan gigi anak-anaknya karena memerhatikan bahwa
gigi anak tersebut tampak berlubang. Menurut ibunya, kedua anaknya sudah menyikat gigi dua kali
sehari, pada pagi dan sore hari. Ibu itu juga mengatakan bahwa kedua anaknya sering mengonsumsi
coklat, permen, kue, dan minuman ringan lebih dari tiga kali per-hari.

Berdasarkan pemeriksaan intraoral pada Nana :


Terlihat pada gigi depan atas adanya bercak putih, pada gigi posterior kavitas pada email. Adanya
debri dan plak pada semua regio. Hidrasi saliva kurang dari 30 detik, dengan pH saliva 6.6, laju alir
saliva > 5ml/5 menit, pH plak < 5, aktivitas plak biru.
Berdasarkan pemeriksaan intraoral pada Suci :
Terlihat adanya karies pada gigi anterior atas, sementara gigi anterior bawah tidak ditemukan karies.
Oral hygiene buruk, Ibunya menceritakan bahwa anaknya genap minum ASI 6 bulan dan dilanjutkan
susu formula dengan botol susu. Diinformasikan Suci mulai menyikat gigi di usia 2,5 tahun.

Ibu Sinta ingin penjelasan mengapa gigi anaknya berlubang.


Daftar Isi

01 Karies
02 Proses
03 Faktor Risiko
04 Metode Deteksi
05 Kurva Stefan
01
Karies
Mount G. J. & Hume W. R. (2005). Preservation and restoration of tooth structure (2nd ed.). Knowledge Books and Software. Retrieved October 28 2022
Kidd E. A. M. (2005). Essentials of dental caries : the disease and its management (3rd ed.). Oxford University Press. Retrieved October 28 2022 f

Karies
Definisi
Karies gigi adalah infeksi endogen kronis yang disebabkan oleh flora normal komensal
rongga mulut. Lesi karies adalah hasil demineralisasi email dan kemudian dentin oleh asam
yang dihasilkan mikroorganisme plak saat memetabolisme karbohidrat makanan.

Kidd EAM and Joyston-Bechal S


Karies gigi adalah pelarutan kimiawi yang terlokalisasi dari permukaan gigi yang disebabkan
oleh aktivitas metabolik dalam deposit mikroba (dental biofilm) yang menutupi permukaan
gigi pada waktu tertentu.

Mount GJ, dkk


Karies gigi adalah demineralisasi progresif jaringan gigi yang termineralisasi, yang diinisiasi
oleh keadaan biokimia yang unik di dalam biofilm bakterial pada permukaan gigi.
Karlina D. Karies: Etiologi, Karakteristik Klinis dan Tatalaksana. Majalah Kedokteran [Internet]. 2019 Jul 11 [cited 2022 Oct 29];35(2):74–7. Available from: hp://ejournal.uki.ac.id

Karies
Etiologi
Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi struktur gigi oleh asam yang dihasilkan oleh
mikro-organisme dan ditandai dengan terbentuknya kavitas pada permukaan email, dentin atau
sementum. Aktivitas bakteri dalam plak menghasilkan suasana asam (pH <5.5) di rongga mulut dan
menyebabkan demineralisasi struktur gigi.

Bila proses demineralisasi tidak dihambat maka akan terbentuk kavitas, bakteri masuk ke
pulpa bahkan ke jaringan periapikal yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, antara lain
infeksi yang dapat berakibat fatal. Proses demineralisasi dapat dihentikan bila pH menjadi netral
(>5.5) dengan mengurangi frekuensi makan, meningkatkan konsentrasi fluor dan sistem dapar
saliva, sehingga terjadi proses remineralisasi yaitu saat ion kalsium, fosfat dan fluor menggantikan
bagian permukaan gigi yang mengalami demineralisasi.
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/

Karies
Etiologi
Faktor penyebab karies gigi terdiri dari penyebab internal dan eksternal individu . Faktor internal
penyebab karies gigi adalah faktor internal mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi antara lain host, mikroorganisme, substrat , dan waktu.

Sedangkan faktor eksternal individu adalah status ekonomi, keluarga, pekerjaan, fasilitas
kesehatan gigi dan pendidikan kesehatan gigi yang pernah diterima. Selain faktor- faktor yang ada
di internal mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor- faktor yang tidak
langsung yang disebut faktor resiko luar atau eksternal, yang merupakan faktor predisposisi dan
faktor penghambat terjadinya karies. Faktor eksternal antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
gigi.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015.
Marsh PD, Martin MV, O. LMA, Williams D. Oral Microbiology E-Book. London: Churchill Livingstone; 2009.

Karies
Etiologi
Ecological Plaque Hypothesis
Biofilm sebelumnya normal dan
non patogen, terjadi peningkatan
konsumsi fermentable sugar (gula)
mengubah kondisi biofilm menjadi
asam.

Adaptasi dengan keadaan rongga


mulut, bakteri yang biasanya ada di
rongga mulut berubah menjadi
bakteri aciduric (tahan asam) dan
Initiation of carious lesions berhubungan dengan ecological plaque acidogenic (penghasil asam). Kadar
hypothesis. Konsumsi karbohidrat akan memicu suasana rongga mulut pH oral turun secara signifikan dan
asam, menyebabkan bakteri proliferasi dan memicu demineralisasi menyebabkan demineralisasi
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/

Karies
Etiologi
Faktor Internal

Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan faktor terpenting dalam proses awal terjadinya karies. Mereka
memfermentasi karbohidrat untuk memproduksi asam. Plak gigi merupakan lengketan yang berisi
bakteri produk- produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi.Akumulasi bakteri ini tidak
terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Asam terbentuk dari
hasil fermentasi sakar diet oleh bakteri di dalam plak gigi. Sumber utamanya adalah glukosa yang
masuk dalam plak gigi, sedangkan kuantitatif, sumber utama glukosa adalah sukrosa. Penyebab
utama terbentuknya asam tadi adalah S.Mutans serotipe c yang terdapat di dalam plak karena
kuman ini memetabolisme sukrosa menjadi asam lebih cepat dibandingkan bakteri lain
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/

Karies
Etiologi
Faktor Internal

Host
Terbentuknya karies gigi diawali dengan terdapatnya plak yang mengandung bakteri pada gigi. Oleh karena
itu kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat memungkinkan diserang karies.
Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah :
1. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit bukal molar dan pit palatal insisif.
2. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak.
3. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva.
4. Permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan
resesi gingiva karena penyakit periodonsia.
5. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengeper.
6. Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/

Karies
Etiologi
Faktor Internal

Substrat
Penelitian menunjukkan bahwa makanan dan minuman yang bersifat fermentasi karbohidrat lebih signifikan
memproduksi asam, diikuti oleh demineralisasi email.Tidak semua karbohidrat benar-benar kariogenik.
Produksi polisakarida ekstraseluler dari sukrosa lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, fruktosa, dan
laktosa. Sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lain juga berpotensi kariogenik.

Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mengembalikan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,
menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri dari saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian
sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini.
Karies
Etiologi
Faktor Eksternal

Ras
Keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies. Misalnya, pada
ras tertentu dengan rahang sempit sehingga gigi - geligi pada rahang sering tumbuh tak teratur. Gigi yang
tidak teratur mempersulit pembersihan gigi, dan meningkatkan persentase karies pada ras tersebut.

Jenis Kelamin
Persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibanding dengan pria. Dibanding dengan molar kanan,
persentase karies molar kiri lebih tinggi karena faktor pengunyahan dan pembersihan dari bagian gigi.

Usia
Pada periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies Anak usia 6-12 tahun masih kurang
mengetahui dan mengerti bagaimana cara memelihara kebersihan gigi dan mulut. Anak-anak usia sekolah
perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang.

Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/
Karies
Etiologi
Faktor Eksternal

Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Komposisi dari makanan yang menghasilkan energi.
Misalnya, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral. Unsur tersebut berpengaruh
pada masa pra-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi geligi.
2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.
Makanan yang bersifat membersihkan gigi. Jadi, makanan merupakan penggosok gigi alami, tentu
saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan bersifat membersihkan gigi ini adalah apel, jambu air,
bengkuang, dan lain sebagainya.Sebaliknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi
amat merusak gigi, seperti bonbon, coklat, biskuit, dan lain sebagainya. Karies terjadi ketika proses
remineralisasi menjadi lebih lambat dibandingkan proses demineralisasi.

Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from: hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016; Textbook of Operative Dentistry 2nd ed

Karies
Klasifikasi
GV Black
Class I - lesi di pit atau fissure mahkota, termasuk lingual pit maxillary incisors dan facial pit mandibular molar.
Class II - lesi yang berada di atau dekat dengan area kontak proksimal gigi posterior.
Class III - lesi yang berada di atau dekat dengan area kontak gigi anterior.
Class IV - lesi yang berada di atau dekat dengan area kontak gigi anterior memanjang ke incisal edge.
Class V - lesi berada di ⅓ cervical mahkota gigi → pada permukaan fasial dan lingual/ palatal dari semua gigi
Class VI - lesi berada di cusp tip.
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016; Textbook of Operative Dentistry 2nd ed

Karies
Klasifikasi
GJ Mount
Klasifikasi didasarkan pada dua parameter sederhana : site dan size
1. Site
Site 1 - pit, fissure, defek enamel oklusal gigi posterior dan
cingulum pit gigi anterior.
Site 2 - permukaan proksimal, yaitu area titik kontak gigi.
Site 3 - ⅓ cervical mahkota, diikuti dengan resesi gingival.
2. Size
Size 0 - tidak ada cavitas karena stage awal dari demineralisasi, perlu ditangani segera dengan remineralisasi
dan eliminasi faktor penyebab
Size 1 - dimensi cavitas kecil, keterlibatan dentin minimal, diperlukan restorasi untuk mengembalikan permukaan
halus dan menghentikan akumulasi plak
Size 2 - dimensi cavitas average, keterlibatan dentin moderate, gigi kuat menerima restorasi terbatas
Size 3 - dimensi cavitas melebihi moderate, dengan keterlibatan dentin yang signifikan, ujung cusp atau insisal
dapat terbelah, dapat rusak oleh beban oklusi
Size 4 - dimensi cavitas besar bahkan kehilangan sebagian besar struktur gigi
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016

Karies
Klasifikasi
ICDAS
Mengklasifikasikan lesi karies berdasarkan tampak visual lesi
Terdiri dari :
■ Sistem penilaian numerik berdasarkan kedalaman penetrasi lesi ke dalam gigi
■ Mencatat status permukaan setiap gigi atau kondisi restorasi yang ada
International Caries Detection and Assessment System (ICDAS), membuat klasifikasi berikut
■ D0 : tidak terdapat karies, atau gigi masih sehat;
■ D1 : terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat kering
■ D2 : terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat basah
■ D3 : karies mencapai email
■ D4 : karies hampir menyerang dentin (dentinoenamel junction)
■ D5 : karies menyerang dentin
■ D6 : karies menyerang pulpa
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016

ICDAS telah diperkenalkan untuk tujuan dan upaya


besar telah dilakukan dan masih terus membuat
kriteria tersebut valid dan dapat diandalkan. Kode
deteksi ICDAS berkisar dari 1 hingga 6 tergantung
pada tingkat keparahan lesi karies. Dasarnya sama
untuk semua jenis, tetapi ada variasi tergantung
pada karakteristik permukaan . Kriteria:
1. Sound surface
2. Perubahan visual pertama pada email
3. Perubahan visual yang berbeda pada email
4. Kerusakan email terlokalisasi
5. Bayangan gelap yang mendasari dari dentin
6. Rongga jelas dengan dentin yang terlihat
7. Rongga luas dengan dentin yang terlihat
Schwendicke, F., Frencken, J. E., Bjørndal, L.et al (2016). Managing Carious Lesions. Advances in Dental Research, 28(2), 58–67. doi:10.1177/0022034516639271

Karies
Klasifikasi
ICCC
■ Klasifikasi ini dikemukakan dari International Caries Consensus Collaboration; Februari 2015. Bertujuan
mencari konsensus terminologi serta rekomendasi dalam mengatasi carious tooth tissue removal and
managing cavitated caries lesions
■ Salah satu topik pembahasannya adalah identifikasi dan justifikasi batas-batas lesi untuk nanti dapat
diberikan strategi perawatan yang sesuai; baik non-restoratif maupun restoratif
● “When do I need to intervene restoratively?”
■ Manajemen karies yang efektif dikarakterisasikan oleh :
● Deteksi lesi dini dan diagnosisnya yang akurat
● Caries activity and risk assessment
● Menghindari kemunculan lesi karies yang baru
■ Manajemen dari cavitated carious lesions berfokus mengontrol lesi yang ada dengan perawatan restoratif
invasif seminimal mungkin; termasuk memperbaiki restorasi ketimbang mengganti
■ Lesi yang ditemukan pada gigi dapat dikategorikan sebagai non-cavitated / cleansable lesions dan
non-cleansable lesions
Schwendicke, F., Frencken, J. E., Bjørndal, L.et al (2016). Managing Carious Lesions. Advances in Dental Research, 28(2), 58–67. doi:10.1177/0022034516639271

Karies
Klasifikasi
ICCC
■ Cleansable lesions diatasi dengan biofilm removal (menggosok gigi) dan/atau remineralisasi, atau sealing
● Pada lesi oklusal, dapat diberikan fissure sealant
● Pada bagian proksimal atau smooth surfaces dengan pits, diperlukan sealing atau infiltrasi resin
■ Cavitated dentine carious lesions yang masih terakses melalui visual-tactile inspection dan activity
evaluation memiliki potensi sebagai cleansable lesions
● Dapat bersifat inactivated; sehingga tidak memerlukan perawatan restoratif dan bisa diatasi
dengan non-restorative approach seperti biofilm removal dan remineralisasi
■ Garis pembatas antara cleansable dan non-cleansable lesions memang belum terlalu jelas, namun jika
sudah terdapat kavitas permukaan, lesi dapat dianggap non-cleansable dan active until proven otherwise
● Occlusal lesions bisa dilihat langsung secara visual
● Untuk proximal lesions, bisa menjadi lebih sulit untuk melakukan evaluasi visual-tactile yang jelas.
Bisa mempergunakan tooth separation, radiographs, dan fiber-optic transillumination
■ Faktor-faktor lain, seperti caries risk pasien dan kedalaman lesi secara radiografis, menjadi pertimbangan
untuk menentukan lesi proksimal masuk ke dalam cleansable atau non-cleansable
Schwendicke, F., Frencken, J. E., Bjørndal, L.et al (2016). Managing Carious Lesions. Advances in Dental Research, 28(2), 58–67. doi:10.1177/0022034516639271

Karies
Klasifikasi
ICCC
■ Konsensus yang dikemukakan dari ICCC;
● Non-cleansable cavitated dentine carious lesions tidak dapat diatasi oleh biofilm removal,
remineralization, atau sealing saja; namun pada primary dentition, lesi ini masih dapat diubah
menjadi cleansable lesions
● Beberapa lesi oklusal memang terlihat secara klinis sebagai non-cavitated, namun secara
radiografis dapat mencapai ke dentin. Jika lesi tersebut tidak bisa ditahan oleh biofilm control saja,
dapat digunakan sealing
a. Integritas sealing harus dimonitor; terdapat kemungkinan “trampoline” eect yang bisa
merusak sealant, sehingga memerlukan restorasi
b. Efek dimana sealant tidak dapat menahan occlusal forces saat terdapat dentin yang melunak
dibawah email yang melemah
● Saat cavitated carious lesions menjadi non-cleansable, dan sealing tidak bisa menjadi alternatif,
maka diperlukan intervensi restoratif
Pis, N.B., Ismail, A.I. and Martignon, S. ICCMS™ Guide for Practitioners and Educators. Available at: hps://www.iccms-web.com (Accessed: October 28, 2022).
Pis, N.B., Ismail, A.I. and Martignon, S. ICCMS™ Guide for Practitioners and Educators. Available at: hps://www.iccms-web.com (Accessed: October 28, 2022).

Eventually, both the radiographic (when available and for posterior teeth) and the clinical assessment of the lesion
severity end up classifying the lesion into the categories of initial, moderate or extensive.

The scientific definitions and characteristics of active and


inactive lesions have been defined in international glossary
and are described below:
1. Active Lesion is considered to have a greater
likelihood of transition (progress, arrest or regress)
than an inactive lesion (there is an increase in
dynamic activity in terms of mineral movement).
2. Inactive (arrested) Lesion is considered to have a
lesser likelihood of transition than an active lesion
(there is less movement of mineral and the lesion
stays at the same stage of severity.)
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016

Karies
Klasifikasi
Klasifikasi Lain
Berdasarkan Letak Anatomis

Karies pit and fissure : terjadi pada permukaan oklusal


gigi posterior dan permukaan bukal dan lingual molar
dan pada permukaan lingual gigi insisivus rahang atas.
Karies smooth surface caries : terjadi pada sepertiga
gingiva dari permukaan bukal dan lingual dan pada
permukaan proksimal.
Karies akar : Ketika lesi dimulai pada sementum akar
dan dentin yang terbuka, ini disebut sebagai karies akar.
Karies
Klasifikasi
Klasifikasi Lain
Berdasarkan Lesi Baru atau Terulang

Karies primer : lesi pada permukaan yang tidak direstorasi


Karies berulang : lesi yang berkembang di sekitar tambalan disebut
sebagai karies berulang atau sekunder.
Karies residual : jaringan demineralisasi yang tertinggal sebelum
tambalan ditempatkan

Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Karies
Klasifikasi
Klasifikasi Lain
Berdasarkan Tingkat Keparahan

Karies baru : Kurang dari setengah ketebalan email


Karies sedang : lebih dari setengah ketebalan email,
tetapi tidak melibatkan dentinoenamel junction.
Karies lanjut : melibatkan dentinoenamel junction dan
kurang dari setengah jarak ke rongga pulpa.
Karies parah : lebih dari setengah jarak ke rongga pulpa.

Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Karies
Klasifikasi
Klasifikasi Lain
Berdasarkan Jumlah Permukaan Gigi Terlibat

Simple caries : karies mengenai satu permukaan gigi


Compound caries : karies mengenai dua permukaan
Complex caries : karies lebih dari dua permukaan

Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Karies
Klasifikasi
Klasifikasi Lain
Berdasarkan Arah Perkembangan Karies

Karies ke depan : ketika karies kerucut di email lebih


besar atau sama ukurannya dengan yang ada di
dentin.
Karies ke belakang : ketika penyebaran karies di
sepanjang dentinoenamel junction melebihi karies
yang berdekatan di email.

Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
02
Proses
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Sebagian besar permukaan gigi tetap bebas dari bakteri dengan gesekan
dari lidah, pipi, dan bahan makanan. Namun, bakteri menetap di area
permukaan yang terlindung dari gaya gesekan ini (area stagnasi plak) dan
membentuk lapisan bakteri padat yang dikenal sebagai plak gigi.
Makanan manusia mencakup berbagai karbohidrat yang mudah
difermentasi: monosakarida, disakarida, dan oligosakarida. Gula
dimetabolisme oleh bakteri plak dan menghasilkan akumulasi produk akhir
asam organik dan menyebabkan penurunan sementara pH plak. Hal ini
dapat menimbulkan "cariogenic challenge" karena, jika pH plak turun
cukup rendah, mineral di jaringan keras gigi dapat larut (demineralisasi).
Karies cenderung berkembang relatif lambat (selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun). Di antara tantangan kariogenik, pH plak kembali ke
tingkat "istirahat" yang kira-kira netral, dan memungkinkan ion mineral
dalam plak dapat berkontribusi pada pengendapan ulang mineral lesi
karies: proses yang dikenal sebagai remineralisasi.

Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015.
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Interaksi Bakteri ke Permukaan Gigi
Interaksi bakteri ke pelikel :
1. Dimulai oleh Streptococcus menempel pada
permukaan gigi
2. Bakteri tersebut bersifat aciduric, tahan lingkungan
yang memiliki pH asam
3. Bakteri kariogenik, contohnya S.mutans, S. sobrinus,
Lactobacillus, S.mutans :
a. sekresi polisakarida, memberikan adherence ke
permukaan gigi melalui pelikel
b. sekresi karbohidrat lain, metabolisme bakterial
ketika kekurangan sumber diet

Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Formasi Plak
Plaque adalah lapisan semi transparan polisakarida yang
menempel di permukaan gigi dan mengandung organisme
(pathogen atau normal). Berasal dari kolonisasi bakteri pada
pelikel. Plak tebal dapat terbentuk pada pits dan fissure
permukaan gigi, permukaan interproximal antara 2 gigi dan
restorasi yang overcontoured

Dental Plaque—Development
A) Association: through physical forces, bacteria associate loosely with the pellicle.
B) Adhesion: they possess special surface molecules (adhesins) that bind to pellicle receptors
C) Bacterial proliferation ensues.
D) Microcolonies are formed. Many streptococci secrete protective extracellular polysaccharides
E) Biofilm (“aached plaque”): microcolonies form complex groups with metabolic advantages.
F) Plaque growth—maturation: the biofilm is characterized by a primitive “circulatory system.”

Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Formasi Plak
Komposisi Plak :
■ Organisme (bakteri) (70%)
■ Matriks organik (30%), terdiri atas Extraceluller Polymeric
Substance (EPS) yang mencakup :
1. Polisakarida → glucans, PNAG, LTA, fructans
2. Asam nukleat → eDNA
3. Protein → amyloid, adhesin, DNA binding protein
4. Peptidoglikan
5. Lipid
6. Glikoprotein → adhesins
■ Matriks organik berfungsi sebagai food reserve, sarana
adhesion, mechanical resistance, optimisasi cell-cell
sensing dan signaling

Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012

Proses Terjadinya Karies


Patogenesis
Metabolisme Bakteri
■ Beberapa sukrosa ditransport langsung ke bakteri dalam bentuk disakarida atau disakarida fosfat dan
dimetabolisme intraceluler oleh invertase atau sucrose phosphate hydrolase jadi glucose dan fructose
■ Saat glukolisis → glukosa di-degraded → menghasilkan 2 molekul piruvat → degraded :
1. Saat kondisi gula rendah → dikonversi ke ethanol, asetat, formate
2. Saat kondisi gula tinggi → molekul lactate
Marsh PD, Zaura E. Dental biofilm: ecological interactions in health and disease. JClin Periodontol 2017; 44 (Suppl. 18): S12–S22. doi: 10.1111/jcpe.12679.Available from:
hps://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/jcpe.12679

Proses Terjadinya Karies


Patogenesis
Metabolisme Bakteri
■ Hasil metabolisme Streptococcus → asam laktat → pH di mulut berkurang
■ Asam laktat juga dapat digunakan oleh Veilonella sp, Neisseria, Haemophilus, dll dan dikonversi
menjadi asam yang lebih lemah.
■ Jumlah Veillonella yang lebih tinggi terdeteksi pada sampel dari caries lesions daripada plaque
dari enamel yang sehat karena aktivitas glycolytic dan jumlah asam laktat yang lebih tinggi.
■ Asam yang ada dalam dental plak pada gigi terisolasi → tidak bisa terkena efek buer saliva,
sedangkan karbohidrat dapat difusi ke biofilm secara mudah
■ pH yang asam :
1. menyebabkan berkurangnya mikrobial diversity karena berkurangnya bakteri yang
berasosiasi dengan kesehatan enamel)
2. dapat juga mengubah metaproteome menjadi protein yang memiliki toleransi asam dan
produksi asam mendominasi dysbiotic biofilm
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016

Proses Terjadinya Karies


Patogenesis
Demineralisasi Gigi
■ Jika pH di bawah 5.5, demineralisasi gigi dapat terjadi
■ Proses demineralisasi yang menyebabkan erosi & lesion :
1. Pada kondisi normal, hydroxyapatite (HA) ada pada
ekuilibrium dengan Ca dan PO4. Kristal HA
berbentuk prisma dan pada ikatannya terdapat
ruang atau pori interkristalin yang diisi oleh air dan
bahan organik.
2. Ketika pH <5.5, maka mineral keluar dari kristal HA
menyebabkan ukuran mengecil atau larut sehingga
ruang interkristalin membesar & jaringan berpori
3. Peningkatan mikroporositas ini dapat dilihat secara
klinis sebagai white spot (lesion)
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016

Proses Terjadinya Karies


Patogenesis
Demineralisasi Gigi
■ Ion asam dapat penetrasi secara dalam ke prism sheath dan
menyebabkan subsurface demineralisation.
■ Permukaan gigi bisa intact karena proses remineralisasi karena ada
peningkatan Ca, PO4, F
■ Karies terjadi jika demineralisasi > remineralisasi
■ Early enamel lesion tampak seperti :
1. Enamel kehilangan translucency, terlihat chalky white
2. Lapisan permukaan fragile
3. Peningkatan porositas
4. Densitas berkurang
■ Jika lesi tidak ditangani, dapat menimbulkan hard leathery floor
pada kavitas yang berwarna gelap
■ Kariesi dapat menembus → dentin → pulpa → gigi mati → ekstraksi
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Demineralisasi Gigi
Hidroksiapatit (komponen mineral gigi) bersifat reaktif
terhadap ion hidrogen ketika lingkungan berada pada
pH <5,5. Ketika hal tersebut terjadi, ion HPO42- ⇌ PO43-
karena penambahan ion H+. Akibatnya, HPO42- yang
terbentuk tidak mampu menjaga hidroksiapatit dalam
kondisi seimbang sehingga kristal hidroksiapatit larut.

Feyerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical management. Blackwell Munksgaard. 2008.
Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries . edisi terbaru
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Remineralisasi Gigi
● Proses demineralisasi dapat dibalikkan dengan cara
membalikkan pH menjadi normal dan terdapat ion
Ca dan PO4 di lingkungan (menghambat disolusi)
● Interaksi ini diperkuat dengan adanya fluoride
● Stored fluoride membuat ikatan FA (Fluoride-rich
Apatite) ketika terjadi demineralisasi. FA lebih tahan
larut daripada HA
● FA dapat terlarut jika pH lingkungan mencapat <4.5
● Salivary flow rate dapat memengaruhi pembuangan
debris makanan dan mikroorganisme

Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016
Proses Terjadinya Karies
Patogenesis
Remineralisasi Gigi

Proses demineralisasi dapat dikembalikan jika pH


dinetralisir sehingga ion kalsium dan fosfat pada
lingkungan rongga mulut mencukupi. Kondisi
remineralisasi dapat dicapai baik melalui kemampuan
dasar saliva maupun melalui ion Ca2+ dan HPO43- yang
terdapat pada saliva. Adanya ion fluoride dapat
memperkuat reaksi ini.

Feyerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical management. Blackwell Munksgaard. 2008.
Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries . edisi terbaru
Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons Limited. 2016

Proses Terjadinya Karies


Patogenesis
Proses Kimia Demineralisasi dan Remineralisasi

Demineralisasi

Ca10(PO4)6F2 -> Ca10(PO4)6F2 + 2nH+ -> Ca10 - nH20 - 2n(PO4)6F2

Remineralisasi

Ca2+ ->(HPO4)3- + OH- -> Ca10(PO4)6(OH). F atau F2

Jika lapisan tipis enamel masih utuh, lesi awal karies mengalami remineralisasi sempurna. Sebaliknya,
jika enamel rusak maka proses remineralisasi tidak terjadi secara sempurna dan gigi harus direstorasi.

Jika lesi awal karies mengalami demineralisasi terus-menerus, maka lesi akan berlanjut ke dentin
membentuk kavitas yang irreversibel, tetapi mungkin tidak berkembang (arrested).
Proses Terjadinya Karies
Gambaran Histopatologis
Surface Zone (SZ)
Zona tidak selalu dapat ditemukan dan paling jarang terkena
efek karies. Volume porus sekitar 1%. Memiliki derajat
remineralisasi yang tinggi karena banyak fluoride dan protein
yang tidak larut sehingga sulit terkena karies.

Body of the Lesion (B)


Bagian utama dari lesi, terlihat seperti area gelap yang
bersebelahan dengan surface zone yang termineralisasi
dengan baik. Area paling porus karena mengalami
demineralisasi paling besar. Volume porus 5% di pinggir, 25%
di pusat lesi. Garis Retzius terlihat jelas.

Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Proses Terjadinya Karies
Gambaran Histopatologis

Dark Zone (DZ)


Superficial dibandingkan translucent zone. Disebut dark
zone karena polarized light tidak dapat ditransmisikan.
Terbentuk karena ada demineralisasi. Volume porus 2-4%

Translucent Zone (TZ)


Zona tidak selalu dapat ditemukan. Volume porus sekitar 1%.
Translucent karena refraksi quinoline sama dengan refraksi
enamel sehingga struktur menghilang.

Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
1: Surface Zone (SZ)
2: Body of the Lesion (B)
3: Dark Zone (DZ)
4: Translucent Zone (TZ)
Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Principal pore volume distribution

Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Email
Demineralisasi adalah proses menghilangkan mineral, dalam bentuk ion mineral, dari enamel gigi atau
istilah lainnya larutnya mineral dari hidroxyapatite. Enamel gigi adalah kisi-kisi kristal terdiri dari berbagai
mineral, komponen utama yang merupakan sebuah kompleks yang disebut mineral fosfat kalsium
hidroksiapatit .

Sejumlah besar ion mineral dapat dihilangkan dari hidroksiapatit kisi-kisi tanpa merusak integritas
strukturalnya, namun, seperti mengirimkan enamel yang demineralisasi dengan panas, dingin, tekanan
dan rasa sakit jauh lebih mudah daripada enamel normal. Sebagai contoh, jika anda merasakan seperti
sakit gigi, tapi dokter gigi mengatakan anda tidak memiliki kavitas, kemungkinan besar anda akan
merasakan efek demineralisasi yang parah sebelum terbentuknya kavitas.

Oleh itu, sering disarankan oleh dokter gigi untuk menyikat gigi dengan dosis tinggi fluorida gel untuk
menghambat demineralisasi. Jika terlalu banyak mineral terlarut dari suatu kisi-kisi hidroksiapatit pada
sesuatu area, rongga akan terhasil. Rongga adalah hilangnya struktur kisi-kisi kristal hidroksiapatit.

Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Email
Patogenesis Demineralisasi

Enamel tersusun atas prisma enamel padat yang meluas dari dentinoenamel junction menuju permukaan
luar. Diantara prisma-prisma enamel terdapat substansi inkaprismata yang mengandung kristal yang lebih
kecil karena susunan enamel itulah maka ion-ion dari saliva dapat masuk ke enamel bagian dalam dan
memungkinkan terjadinya perpindahan ion-ion melalui permukaan dalam enamel ke permukaan luar yang
mengakibatkan perubahan dalam enamel. Pada enamel terdapat sistem kimia aktif yang berperan dalam
berbagai reaksi seperti pelarutan dan pemindahan ion-ion dari saliva ke dentin, reaksi pertukaran ion-ion
dalam saliva dan proses demineralisasi dan remineralisasi sehingga dapat dikatakan bahwa enamel
merupakan komponen yang dinamis.

Ca10(PO4)6F2 -> Ca10(PO4)6F2 + 2nH+ -> Ca10 - nH20 - 2n(PO4)6F2


Reaksi pelarutan tersebut berhenti apabila tidak ada asam yang dihasilkan mikroorganisme plak, namun
apabila terjadi lagi asam maka reaksi pelarutan tersebut akan terus berlangsung.

Kidd, E. 2005. Essentials of Dental Caries 3rd ed. London : Oxford University Press.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Dentin

Demineralisasi adalah proses penghilangan


ion mineral dari kristal HA jaringan keras,
misalnya email, dentin, sementum, dan tulang.

Sedangkan remineralisasi merupakan proses


pengembalian ion mineral ini lagi ke kristal HA
disebut remineralisasi.

Abou Neel EA, Aljabo A, Strange A, Ibrahim S, Coathup M, Young AM, et al. Demineralization-remineralization dynamics in teeth and bone. Int J Nanomedicine [Internet]. 2016;11:4743–63.
Available from: hp://dx.doi.org/10.2147/IJN.S107624
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Dentin
Demineralisasi kimia gigi disebabkan oleh serangan asam (acidic aack) melalui
dua cara utama : asam makanan yang dikonsumsi melalui makanan atau
minuman dan serangan mikroba dari bakteri yang ada di mulut.

Selama serangan asam, atau rezim demineralisasi yang khas, pelarutan kimia dari
kedua komponen matriks organik dan anorganik terjadi. Hal ini disebabkan oleh
kandungan air pada email dan dentin, yang memudahkan difusi asam masuk dan
kandungan mineral keluar dari gigi.

Abou Neel EA, Aljabo A, Strange A, Ibrahim S, Coathup M, Young AM, et al. Demineralization-remineralization dynamics in teeth and bone. Int J Nanomedicine [Internet]. 2016;11:4743–63.
Available from: hp://dx.doi.org/10.2147/IJN.S107624
Proses Terjadinya Karies
Demineralisasi dan Remineralisasi Dentin
Remineralisasi fisiologis, disertai dengan peningkatan kekerasan dan kalsium pemulihan konten, hanya
terjadi di matriks dentin dari karies bagian dalam dentin, yang dapat pulih ke tingkat dentin normal.
Bahkan bagian luar dentin karies dapat sedikit meningkat kandungan kalsiumnya baik dari saliva atau dari
kalsium hidroksida semen. Namun, ini hanyalah difusi kalsium tanpa remineralisasi fisiologis yang
mengarah pada pemulihan yang tepat kekerasan.
Remineralisasi terjadi di dalam dentin karies di mana struktur kolagen bersilangan serat, yang berfungsi
sebagai dasar untuk kristal apatit mana yang dapat menempel, adalah dipertahankan dengan adanya
ikatan silang antarmolekul mereka prekursor. Remineralisasi tidak terjadi pada karies luar dentin di mana
struktur crossbanded dari serat kolagen telah hilang karena memutuskan ikatan silang antarmolekul
Ketika kemampuan pengikatan kalsium dari kolagen dentin diukur, kolagen dentin meningkat secara nyata
pada karies dentin bagian dalam dibandingkan dengan dentin normal, tetapi jauh lebih rendah pada
dentin karies luar. fosfat dari pulpa vital, tetapi hs tidak terjadi pada dentin karies luar, karena proses
odontoblas hilang

Gao W, Smales RJ, Yip HK. Demineralisation and remineralisation of dentine caries, and the role of glass-ionomer cements. Int Dent J [Internet]. 2000;50(1):51–6.
Available from: hp://dx.doi.org/10.1111/j.1875-595x.2000.tb00547.x
03
Faktor
Risiko
Faktor Risiko Karies
Biofilm

Bakteri yang memicu karies, yaitu :


S. Mutans, S. Sobrinus and Lactobacillus
Semakin tebal biofilm, semakin sulit bagi
saliva untuk buer asam
Dapat diukur secara kasar dengan
menggunakan disclosing tablet
1. Thin plaque → merah
2. Thick plaque → biru

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Biofilm
Streprococcus Mutans
Terdapat hubungan antara tingkat S.Mutans dalam saliva dengan karies
Konsentrasi S. mutans dalam stimulated saliva mencerminkan konsentrasi biofilm
Jumlah S. mutans yang rendah dalam saliva = tingkat aktivitas karies yang rendah
Jumlah S. mutans yang tinggi dalam saliva = tingkat karies yang tinggi

Lactobacillus
Lactobacilli membutuhkan tempat retentif, ditemukan pada lesi yang lebih dalam
Tingkat populasi dipengaruhi oleh asupan gula makanan dan, dengan tidak adanya lesi terbuka

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Biofilm
Dental Plaque Formation
1. Pembentukan salivary pellicle
2. Dalam 0 – 4 jam, terjadi kolonisasi oleh early colonizer, sebagian besar adalah
Streptococci (S.sanguinis, S. oralis, S. mitis). terdapat juga Actinomyces dan bakteri
gram negatif lain.
3. Dalam 4 – 24 jam, terjadi pertumbuhan bakteri, terbentuk microcolonies
4. Dalam 1 – 14 hari, terjadi pergeseran populasi dari Streptococcus-dominated menjadi
Actinomyces-dominated → Microbial Succession
5. Dalam 2 minggu, plaque sudah mature, tetapi terdapat variasi dari komposisinya
sesuai dengan tempat plaque tersebut terbentuk

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Biofilm
Dental Plaque Formation

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Biofilm
Pathogenesis
1. Biofilm terpapar oleh fermentable sugar
2. Aktivitas metabolik facultative non-mutans bacteria meningkat menyebabkan produksi
asam meningkat, pH biofilm menurun, dan H⁺ meningkat
3. Ion asam bereaksi dengan fosfat pada saliva (buering), reaksi H⁺ + PO₄³⁻ → HPO₄²⁻
4. Seleksi dari bakteri pada biofilm, aciduric & acidogenic bacteria meningkat, bakteri
penghasil dan toleran alkali menurun → diversitas biofilm menurun
5. pH biofilm terus mengalami penurunan hingga terjadi demineralisasi → CRITICAL pH (5.5)
a. buer fosfat dan bikarbonat kewalahan → meninggalkan ion H⁺ yang tidak terbuer
b. Ion H⁺ akan meresap kedalam enamel laminal pores
c. HA dissolve

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Saliva
Saliva mengandung kalsium, fosfat, dan
fluoride yang berperan penting dalam
proses remineralisasi gigi

Ketika aliran saliva berkurang atau tidak


ada, akan terjadi peningkatan retensi
makanan. Fungsi buer saliva juga tidak
berfungsi optimal sehingga terbentuk
lingkungan asam yang mendukung
pembentukan bakteri asidogenik.

Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015.
Faktor Risiko Karies
Saliva
● Sejumlah studi klinis menunjukan bahwa kemampuan produksi saliva yang
menurun berkaitan dengan terjadinya karies
● Studi terkini mengenai saliva dan demineralisasi gigi menemukan bahwa
individu dengan unstimulated whole saliva flow rates 0.16ml/min atau kurang,
memiliki tingkat demineralisasi gigi yang lebih tinggi
● Kapasitas buer dari saliva juga harus dipertimbangkan. Pada keadaan pH
normal, kapasitas buer saliva yang tinggi dapat proteksi terhadap karies,
dengan mengurangi laju demineralisasi gigi
● Konsentrasi bikarbonat pada saliva bergantung pada laju sekresi, konsentrasi
rendah ditemukan pada laju sekresi rendah

Fejerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical management. Blackwell Munksgaard. 2003.
Faktor Risiko Karies
Saliva
Defisiensi Saliva
● Disfungsi saliva yang didapat mungkin merupakan akibat dari gangguan psikologis
atau emosional yang dapat bersifat sementara atau permanen
● Gangguan imun seperti sindrom Sjögren dan kondisi genetik seperti displasia
ektodermal hipohidrotik sering menunjukkan xerostomia kronis
● Banyak pasien onkologi menerima iradiasi kepala dan leher atau seluruh tubuh yang
juga mengakibatkan disfungsi kelenjar ludah
● Gangguan jalur sentral saraf sekretorik diduga sebagai penyebab kegagalan saliva
● Kekurangan vitamin B kompleks dilaporkan sebagai penyebab disfungsi kelenjar saliva
● Pasien dengan aliran saliva yang kurang sering mengalami rampant karies

Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 8th ed, 2004
Faktor Risiko Karies
Host - Agent
Host
1. Faktor morfologi gigi, pit dan fisur pada gigi posterior terutama yang dalam, sangat rentan
terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut. Permukaan gigi
yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies.
2. Struktur email, ketidakmatangan enamel atau adanya defek pada perkembangan enamel akan
meningkatkan retensi plak, kolonisasi bakteri, yang mana akan menyebabkan gigi semakin rentan
mengalami demineralisasi
3. Kristalografis, kepadatan kristal email sangat menentukan kelarutannya. Semakin banyak email
mengandung mineral maka kristalnya semakin padat dan akan semakin resisten.

Lokasi dan posisi gigi juga memengarui terjadinya karies. Jika gigi berada tidak pada posisi normalnya,
terotasi, atau abnormalitas posisi lainnya, maka gigi akan semakin sulit untuk dibersihkan yang akan
meningkatkan retensi makanan dan debris

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Streptococcus mutans Streptococcus mitis Faktor Risiko Karies
Host - Agent
Agent
Plak gigi memegang peranan penting
dalam menyebabkan terjadinya karies.
Mikroorganisme yang menyebabkan
karies gigi adalah kokus gram positif,
Streptococcus sanguinis Streptococcus salivarius
merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai seperti Streptococcus
mutans, Streptococcus sanguis,
Streptococcus mitis dan
Streptococcus salivarius serta
beberapa strain lainnya. Selain itu, ada
juga penelitian yang menunjukkan
adanya laktobacillus pada plak.

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Faktor Risiko Karies
Host - Agent
Interaksi Host-Agent
1. Interaksi bakteri Streptococcus mutans dengan pelikel gigi pada permukaan enamel gigi
2. Terjadi akumulasi dan kolonisasi bakteri Streptococcus mutans
3. Metabolisme karbohidrat oleh Streptococcus mutans yang menghasilkan asam laktat
4. Asam laktat menyebabkan penurunan pH plak, sehingga terjadi suasana asam
5. Ion asam bereaksi dengan saliva dan plak terjadi efek buering dari saliva
6. Jika mencapai pH kritis (>5,5), terjadi interaksi ion asam dengan fosfat pada hidroksiapatit
7. Terjadi demineralisasi yaitu pelarutan permukaan kristal hidroksiapatit
8. Jika pH dinetralkan / mengalami kenaikan, akan terjadi remineralisasi berupa pembentukan
kembali kristal hidroksiapatit. Jika terdapat fluoride aka terjadi pembentukan fluoroapatit yang
lebih resisten terhadap suasana asam
9. Jika terjadi penurunan pH lebih lanjut (demineralisasi > remineralisasi) akan terjadi pembentukan
kavitas pada enamel

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Garg N. Garg A. & Abu Tahun I. (2015). Textbook of operative dentistry (3e édition).

Faktor Risiko Karies


Waktu
Ketika paparan asam terjadi berulang kali, akhirnya kerusakan pada struktur kristal dan email rod yang
terakumulasi akan mengakibatkan kerusakan permukaan enamel gigi. Proses ini bisa memakan waktu
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, tergantung pada intensitas dan frekuensi paparan asam. Ini
berarti bahwa di semua mulut (karena sebagian besar mulut mengandung beberapa bakteri kariogenik)
terjadi demineralisasi dan remineralisasi email secara terus-menerus. Hasil jangka panjang dari siklus ini
ditentukan oleh:
1. Komposisi dan jumlah plak.
2. Konsumsi gula – terutama sukrosa (frekuensi dan waktu).
3. Paparan fluorida.
4. Aliran dan kualitas air liur.
5. Kualitas email.
6. Respons imun.
Untuk menjaga keseimbangan, harus ada waktu yang cukup antara faktor-faktor kariogenik untuk
proses remineralisasi berlangsung. Ketika paparan faktor ini menjadi terlalu sering, atau terjadi ketika
aliran saliva berkurang, tingkat demineralisasi dan kerusakan gigi selanjutnya akan meningkat.
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.

Faktor Risiko Karies


Diet
■ Asam ekstrinsik dan intrinsik
1. Selain pola makan yang tepat, aspek kedua dari konsumsi makanan yang perlu diperhatikan
adalah kadar asam ekstrinsik
2. Biasanya terdapat pada minuman berkarbonasi dan jus buah
3. Asupan tinggi dari kedua hal tersebut dapat meningkatkan konsentrasi dan kemampuan
dari ion asam pada permukaan gigi dalam melakukan demineralisasi
4. Apabila membersihkan gigi dilakukan dengan ‘kuat’ sesaat setelah mengonsumsi minuman
tersebut, memungkinkan terjadinya erosi pada struktur gigi yang sudah mengalami
demineralisasi
5. Penggunaan sugar substitutes pada minuman tersebut tidak mengurangi demineralisasi
karena pH rendah intrinsik
6. Asam intrinsik akan timbul dari refluks lambung, muntah, dan kondisi seperti bulimia akan
membutuhkan tenaga kesehatan profesional yang berkaitan
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.

Faktor Risiko Karies


Faktor Modifikasi
Medications
1. Prescription medication
Penghambatan reseptor kolinergik oleh obat antikolinergik (misalnya, banyak antidepresan,
antihistamin, dan beberapa obat melawan hipertensi) akan memiliki efek mendalam pada
sekresi air liur dan, oleh karena itu, sering menyebabkan xerostomia. Obat yang secara selektif
memblokir reseptor adrenergik, seperti beta-blocker propranolol, akan mengurangi
konsentrasi protein total dalam sekresi saliva.
2. Self prescribed medication
Bahan aktif obat OTC dapat mengurangi aliran saliva dan lapisan luar tablet mungkin memiliki
kandungan sukrosa yang tinggi. Beberapa obat 'over-the-counter' (OTC) untuk masalah alergi,
seperti demam dan asma, akan mempengaruhi aliran air liur dan menurunkan pH.
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.

Faktor Risiko Karies


Faktor Modifikasi
Dental History
Adanya restorasi dan/atau lesi karies aktif merupakan bukti terkuat dari aktivitas karies yang tinggi
meskipun hanya diidentifikasi sebagai lesi white spot. Informasi yang berguna seringkali dapat diperoleh
dari lokasi dan pola lesi ini.

Lifestyle
Tidak secara langsung menyebabkan karies namun beberapa cccupational conditions and recreational
activities can lead to obvious risks. Contoh : orang dewasa muda dengan 'gaya hidup olahraga' yang aktif
→ dehidrasi → sering mengonsumsi high energy sports drink → tinggi gula dan pH rendah

Recreational Drugs
Kafein, tembakau, alkohol, mariyuana, dan amfetamin semuanya memiliki efek mengurangi aliran air liur &
bersifat adiktif. Minuman seperti cola dan energy drink → kandungan gula sangat tinggi dan pH rendah.
Pada varian less sugar juga memiliki pH yang sangat rendah → meningkatkan risiko karies
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.

Faktor Risiko Karies


Faktor Modifikasi
Socioeconomic Factor
Anak-anak dari strata sosial ekonomi rendah yang orang tuanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah
memiliki risiko yang jauh lebih besar terkena karies dan potensi untuk mengubah gaya hidup mereka
dipengaruhi oleh tingkat pemahaman dan motivasi orang tua. Namun, ini sulit untuk dinilai dan paling
tidak bijaksana untuk langsung mengambil kesimpulan. Efek dari keuangan dapat mempengaruhi
perawatan gigi pada dua hal :
1. Compliance
2. Indirect cost → biaya perjalanan, dll

Compliance
Meskipun penting untuk menemukan sebanyak mungkin tentang berbagai faktor risiko, lebih penting lagi
bahwa pasien bersedia membuat perubahan yang diperlukan untuk menghilangkan atau setidaknya
memodifikasi faktor-faktor ini.
04
Metode
Deteksi
Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th ed. Australia: Elsevier; 2013.

Metode Deteksi Karies


Metode-metode yang umumnya digunakan
untuk deteksi karies di antaranya, yaitu :
a. Inspeksi visual dan taktil
b. Radiografi
c. Transiluminasi
d. Fluorescence
Metode Deteksi Karies
Secara tradisional, dokter gigi mengandalkan visual-tactile radiographic untuk mendeteksi karies gigi.
Cara ini melibatkan identifikasi daerah demineralisasi (biasanya berupa bintik-bintik putih) secara visual
atau adanya pit atau fissure serta penggunaan dental explorer untuk menentukan ada atau tidaknya
kerusakan atau kehilangan kontinuitas pada email dan mengevaluasi densitas email. Lesi karies yang
berada pada permukaan interproksimal gigi dapat dideteksi menggunakan radiograf bitewing.
Lesi karies dideteksi secara visual pada basis lokasinya (mineralisasi dapat terjadi hanya di area dimana
plak gigi dapat berakumulasi secara regular) dan adanya opak enamel dengan atau tanpa pewarnaan
(Staining). Keadaan tersebut ditentukan oleh tampilan visual dari opacity, warna areanya, dan kekerasan
permukaan enamel.
Proses deteksi memerluka deteksi visual dari area demineralisasi yang disebut dengan white spot.
Pertama, area tersebut relatif kecil dan permukaan gigi seharusnya dikeringkan secara hati-hati selama
penilaian visual. Deteksi lesi pada radiograf secara general telah berkembang menjadi involvement awal
dari dentin.

Dean JA. McDonald and Avery’s: Dentistry for the Child and Adolescent. 10th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2016.
Kidd E, Fejerskov Essentials of Dental Caries. United Kingdom: Oxford University Press; 2016.

Metode Deteksi Karies


Lesion Activity Assessment
Disebut Nyvad Criteria. Merupakan metode
visual tactile yang dapat memantau lesi dari
waktu ke waktu. Metode ini berdasarkan
karakteristik permukaan enamel dan dentinnya
yang berubah sebagai respon terhadap aktivitas
biofilm di atasnya. Karakteristik permukaannya
digambarkan sebagai aktivitas seperti refleks
oleh tekstur permukaan lesi dan integritas yang
diwujudkan dengan ada atau tidaknya sebuah
kavitas atau mikrokavitas.
Kidd E, Fejerskov Essentials of Dental Caries. United Kingdom: Oxford University Press; 2016.

Metode Deteksi Karies


Lesion Depth Assessment
Dikenal dengan kriteria ICDAS
(International Caries Detection
and Assessment System). Ini
adalah sistem penilaian visual
yang menilai kedalaman penetrasi
lesi, termasuk tahapan karies non
kavitasi. Perubahan visual yang
berkaitan dengan meningkatkan
ke dalam histologis dari lesi
tersebut
05
Kurva
Stefan
Stephan Curves
Kurva ini menggambarkan perubahan pH yang
terjadi dalam plak gigi ketika dihadapi suatu
pemicu, contohnya makanan kariogenik.

Contoh :
Ketika dihadapi dengan karbohidrat yang dapat
difermentasi, pH dalam plak turun dengan cepat
mencapai pH minimum dalam waktu sekitar 5
hingga 20 menit. Hubungan dari bentuk Kurva
Stephan ke pH kritis dapat digunakan untuk
menilai kariogenisitas dari makanan yang
dikonsumsi. Area merah = cariogenic activity

Garg N, et al., Textbook of Operative Dentistry. 3rd ed


Stephan Curves
Perubahan asam pada plak bergantung
pada waktu seperti yang diilustrasikan
oleh rangkaian kurva Stephan pada
Gambar 3.17.

Setelah terpapar gula, pH biofilm turun


tajam dan akan memakan waktu lebih
dari 60 menit untuk mendapatkan
kembali nilai aslinya
gradual recovery setelah 30-60 menit

Rier A, Boushell L, Walter R. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 7th ed. St. Louis: Elsevier; 2019.
Referensi
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Rier A, Boushell L, Walter R. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 7th ed. St. Louis: Elsevier; 2019.
Kidd E, Fejerskov Essentials of Dental Caries. United Kingdom: Oxford University Press; 2016.
Dean JA. McDonald and Avery’s: Dentistry for the Child and Adolescent. 10th ed. St. Louis, Missouri: Elsevier; 2016.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2015.
Abou Neel EA, Aljabo A, Strange A, Ibrahim S, Coathup M, Young AM, et al. Demineralization-remineralization
dynamics in teeth and bone. Int J Nanomedicine [Internet]. 2016;11:4743–63. Available from:
hp://dx.doi.org/10.2147/IJN.S107624
Gao W, Smales RJ, Yip HK. Demineralisation and remineralisation of dentine caries, and the role of glass-ionomer
cements. Int Dent J [Internet]. 2000;50(1):51–6. Available from:
hp://dx.doi.org/10.1111/j.1875-595x.2000.tb00547.x
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell
Munksgaard
Referensi
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. 4th ed. Churchill Livingstone Elsevier; 2012
Schwendicke, F., Frencken, J. E., Bjørndal, L.et al (2016). Managing Carious Lesions. Advances in Dental Research,
28(2), 58–67. doi:10.1177/0022034516639271
Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang [Internet]. 2018 [cited 2022 Oct 29];13(2). Available from:
hps://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/238/196/
Karlina D. Karies: Etiologi, Karakteristik Klinis dan Tatalaksana. Majalah Kedokteran [Internet]. 2019 Jul 11 [cited
2022 Oct 29];35(2):74–7. Available from: hp://ejournal.uki.ac.id
Marsh PD, Zaura E. Dental biofilm: ecological interactions in health and disease. JClin Periodontol 2017; 44 (Suppl.
18): S12–S22. doi: 10.1111/jcpe.12679.Available from: hps://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/jcpe.12679
Pis, N.B., Ismail, A.I. and Martignon, S. ICCMS™ Guide for Practitioners and Educators. Available at:
hps://www.iccms-web.com (Accessed: October 28, 2022).
Pertanyaan
1. Apakah pasien mengalami bruxism, atrisi, dan abrasi pada giginya
lebih rentan mengalami karies jika dibandingkan dengan pasien yang
tidak mengalaminya?
2. Apakah mikroorganisme yang ditransmisikan dari seorang individu
dapat menyebabkan karies pada individu lainnya? Bagaimanakah
mekanismenya?
3. Apakah gula-gula pengganti seperti stevia, aspartam, dan sakarin
bersifat karogenik?

Anda mungkin juga menyukai