Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

332
06 Sya’ban 1445 H
16 Februari 2024 M

PENERAPAN SYARIAH
ISLAM PASTI MEMBAWA
KEBERKAHAN

G elombang menuju perubahan di tanah air terasa sema-


kin kuat. Pasalnya, banyak orang merasakan Indonesia
saat ini makin terpuruk. Padahal Indonesia adalah ne-
gara besar dan sangat kaya sumber daya alamnya. Namun, In-
donesia belum bisa menjadi negara unggul dibandingkan de-
ngan negara-negara lain. Bahkan di tingkat ASEAN sekalipun.
Sejumlah kebutuhan pokok seperti beras, gandum, susu dan
daging malah diimpor dari negara lain.
Di negeri ini lebih dari 10 juta lebih warga berada dalam ke-
miskinan ekstrem. Negeri ini juga menduduki peringkat ke-2
prevalensi stunting tertinggi di ASEAN. Utang luar negerinya
tahun lalu tembus Rp 8 ribu triliun. Ketimpangan ekonominya

01
malah semakin meningkat. Penegakan hukumnya tidak berpi-
hak pada warga. Hasil survei KedaiKopi tahun lalu menunjuk-
kan ada 54,5 persen warga di negeri ini merasa tidak puas
dengan penegakan hukum.
Itulah sebabnya rakyat Indonesia sangat berharap ada pe-
rubahan dengan kepemimpinan yang baru.

Perubahan Menuju Islam


Al-Quran mengingatkan bahwa nasib suatu kaum ditentu-
kan oleh kemauan kaum itu sendiri untuk berubah. Allah SWT
berfirman:
ۗ
‫إِ ﱠن ٱ ﱠﻪﻠﻟَ َﻻ ﻳـُﻐَِّﲑُ َﻣﺎ ﺑَِﻘ ۡﻮٍم َﺣ ﱠ ٰﱴ ﻳـُﻐَِّﲑُواْ َﻣﺎ ِﺄﺑَﻧ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ۡﻢ‬
Sungguh Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum hingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(TQS ar-Ra’du [13]: 11).

Akan tetapi banyak pihak yang menggunakan ayat ini seba-


gai dasar untuk melakukan perubahan tanpa menyertakan
upaya yang harus dilakukan. Padahal yang dimaksud adalah
perubahan menuju kebaikan dan keberlimpahan hidup seba-
gai buah dari keimanan dan ketaatan. Imam as-Sa’di dalam
tafsirnya menjelaskan: “Sungguh Allah tidak mengubah keada-
an suatu kaum”, yakni berupa kenikmatan, curahan kebaikan
dan kehidupan yang enak. “Hingga mereka mengubah keadaan

02
yang ada pada diri mereka sendiri”, yakni dengan beralih dari
keimanan menuju kekufuran; dari taat menuju maksiat; atau
dari sikap mensyukuri nikmat-nikmat Allah ke sikap menging-
kari nikmat-nikmat-Nya tersebut. Karena itu Allah mencabut
semua kenikmatan itu dari mereka. Begitu pula sebaliknya.
Jika para hamba Allah mengubah kondisi mereka dari maksiat
menuju taat kepada Allah, niscaya Allah akan mengubah kon-
disi kesengsaraan yang menyelimuti mereka sebelumnya
menuju kebaikan, kebahagiaan dan ghibthah (semangat iri
dalam kebaikan) serta rahmat.” (As-Sa’di, Taysîr al-Karîm al-
Manân fî Tafsîr al-Qur’ân, 4/724-725).
Jelaslah tidak akan pernah ada perubahan meskipun figur
pemimpinnya sudah bergonta-ganti selama umat belum me-
ninggalkan aturan-aturan dan ideologi selain Islam. Kehidupan
yang lebih baik dan penuh berkah baru akan terjadi manakala
umat ini berubah menuju iman dan takwa dengan menerap-
kan syariah Islam.
Meruyaknya kerusakan di tengah manusia seperti kemis-
kinan, kerusakan moral, kriminalitas, adalah akibat dari kemak-
siatan dan kemungkaran manusia yang berlari dari syariat
Islam. Allah SWT berfirman:
‫ﺾ اﻟﱠ ِﺬ ْي َﻋ ِﻤﻠُ ْﻮا‬ ِ ِ ِ ‫ﻇَﻬﺮ اﻟْ َﻔﺴﺎد ِﰱ اﻟْ ِﱪ واﻟْﺒﺤ ِﺮ ِﲟَﺎ َﻛﺴﺒﺖ اَﻳ ِﺪى اﻟﻨ‬
َ ‫ﱠﺎس ﻟﻴُﺬﻳْـ َﻘ ُﻬ ْﻢ ﺑَـ ْﻌ‬ ْ ْ ََ ْ َ َ َّ ُ َ ََ
‫ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳَـ ْﺮِﺟﻌُ ْﻮ َن‬

03
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan
tangan manusia. Allah menghendaki mereka merasakan seba-
gian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke
jalan-Nya) (TQS ar-Rum [30]: 41).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna ”karena perbuatan


tangan manusia” dengan mengutip pernyataan Abu Aliyah,
yakni: ”Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah di bumi maka
ia telah merusak bumi. Ini karena memperbaiki langit dan
bumi adalah dengan ketaatan (kepada Allah).” (Ibnu Katsir,
Tafsîr al-Qur’ân al-’Azhîm, 6/287).
Selamanya kehidupan umat manusia akan rusak jika diisi
dengan kemaksiatan dan kemungkaran. Kemaksiatan dan
kemungkaran terbesar adalah mencampakkan hukum-hukum
Allah dan memilih selain hukum-hukum-Nya. Inilah masalah
yang sesungguhnya terjadi saat ini, khususnya di negeri ini.
Tak akan pernah ada kebaikan selama tidak menerapkan
syariah-Nya secara kâffah dalam seluruh aspek kehidupan.

Kewajiban Penerapan Syariah Islam


PR besar umat Muslim hari ini sesungguhnya adalah bagai-
mana menerapkan syariah Islam dalam kehidupan. Bukan se-
kadar menciptakan kemajuan materi dan kemakmuran. Pene-
rapan syariah Islam adalah kewajiban. Bukan sekadar pilihan.

04
Sikap ini sekaligus menentukan keimanan seorang hamba.
Allah SWT berfirman:
ْٓ ِ ‫ﻚ َﻻ ﻳـُ ْﺆِﻣﻨُـ ْﻮ َن َﺣ ّٰﱴ ُﳛَ ِّﻜ ُﻤ ْﻮ َك ﻓِْﻴ َﻤﺎ َﺷ َﺠَﺮ ﺑَـﻴْـﻨَـ ُﻬ ْﻢ ﰒُﱠ َﻻ َِﳚ ُﺪ ْوا‬
‫ﰲ اَﻧْـ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ َﺣَﺮ ًﺟﺎ‬ َ ِّ‫ﻓَ َﻼ َوَرﺑ‬
‫ﺖ َوﻳُ َﺴﻠِّ ُﻤ ْﻮا ﺗَ ْﺴﻠِْﻴ ًﻤﺎ‬ ِ
َ ‫ﻀْﻴ‬َ َ‫ّﳑﱠﺎ ﻗ‬
Demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menja-
dikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan. Kemudian tidak ada rasa keberatan da-
lam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan. Mere-
ka menerima (keputusan tersebut) dengan sepenuhnya (TQS
an-Nisa’ [4]: 65).

Rasulullah saw. menyebut di antara ciri Mukmin adalah


menundukkan hawa nafsunya pada risalah Islam yang beliau
bawa, yakni dengan menaati hukum-hukumnya. Sabda beliau:
‫ﺖ ﺑِِﻪ‬ ِ ِ ِ
ُ ‫َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ َﺣ ﱠﱴ ﻳَ ُﻜﻮ َن َﻫ َﻮاﻩُ ﺗَـﺒَـ ًﻌﺎ ﻟ َﻤﺎ ﺟْﺌ‬
َ ‫ﻻ ﻳـُ ْﺆﻣ ُﻦ أ‬
Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga hawa
nafsunya mengikuti apa saja yang aku bawa (HR al-Hakim, al-
Khathib, Ibn Abi ‘Ashim dan al-Hasan bin Sufyan).

Allah SWT juga memerintahkan kaum Muslim untuk menja-


lankan hukum-hukum-Nya. Sebaliknya, Allah melarang mereka
mengikuti keinginan manusia untuk menerapkan hukum-
hukum yang lain. Allah SWT berfirman:

05
ِ ‫ﻮك َﻋ ۢﻦ ﺑَـ ْﻌ‬
ٓ‫ﺾ َﻣﺎ‬ َ ُ‫ٱﺣ َﺬ ْرُﻫ ْﻢ أَن ﻳَـ ْﻔﺘِﻨ‬
ْ ‫ٱﻪﻠﻟُ َوَﻻ ﺗَـﺘﱠﺒِ ْﻊ أ َْﻫ َﻮآءَ ُﻫ ْﻢ َو‬
‫َﻧﺰَل ﱠ‬ ِ
َ ‫ٱﺣ ُﻜﻢ ﺑَـﻴْـﻨَـ ُﻬﻢ ﲟَﺎٓ أ‬
ِ
ْ ‫َوأَن‬
‫ﻚ‬ َ ‫ٱﻪﻠﻟُ إِﻟَْﻴ‬
‫َﻧﺰَل ﱠ‬
َ‫أ‬
Hendaklah kamu (Muhammad) memutuskan perkara di antara
mereka menurut wahyu yang telah Allah turunkan. Janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Berhati-hatilah kamu ter-
hadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebagian wahyu yang telah Allah turunkan kepadamu (TQS al-
Maidah [5]: 49).

Kewajiban ini dipertegas dengan adanya teguran dari Allah


SWT dengan menyebut mereka yang tidak menerapkan hu-
kum-hukum-Nya sebagai orang fasik, zalim, bahkan bisa kafir
(Lihat: QS al-Maidah [5]: 44, 45 dan 47).
Allah SWT telah berjanji manakala kaum Muslim telah ber-
sungguh-sungguh menjalankan ketaatan kepada Diri-Nya de-
ngan menerapkan syariah Islam, maka Dia akan mendatang-
kan berbagai keberkahan kepada mereka. Allah SWT berfir-
man:
ِ ‫ﺎت ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺴ َﻤ ِﺎء َو ْاﻷ َْر‬
‫ض َوٰﻟَ ِﻜ ْﻦ‬ ٍ ‫وﻟَﻮ أَ ﱠن أَﻫﻞ اﻟْ ُﻘﺮ ٰى آﻣﻨُﻮا واﺗـﱠ َﻘﻮا ﻟََﻔﺘَﺤﻨَﺎ ﻋﻠَﻴ ِﻬﻢ ﺑـﺮَﻛ‬
ََ ْ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َْ
ِ ‫َﻛ ﱠﺬﺑﻮا ﻓَﺄَﺧ ْﺬ َ�ﻫﻢ ِﲟَﺎ َﻛﺎﻧُﻮا ﻳﻜ‬
‫ْﺴﺒُﻮ َن‬ َ ُْ َ ُ
Andai saja penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti
Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit
dan bumi. Namun, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu.

06
Karena itu Kami menyiksa mereka karena perbuatan mereka itu
(TQS al-A'raf [7]: 96).

Sungguh keliru jika kaum Muslim berusaha melakukan per-


baikan nasib untuk mendapatkan kemakmuran materi dengan
mencampakkan hukum-hukum Allah. Padahal penerapan hu-
kum-hukum Allah adalah fardhu dan akan menciptakan aneka
kebaikan. Rasulullah saw. bersabda:
ِ ِ ِ ‫ض ﺧﲑ ﻷَﻫ ِﻞ اﻷر‬ ِ
‫ﺎﺣﺎ‬
ً َ‫ﺻﺒ‬
َ ‫ﲔ‬
َ ‫ض ﻣ ْﻦ أَ ْن ﳝُْﻄَُﺮوا أ َْرﺑَﻌ‬ ْ ْ ٌْ َ ِ ‫اﻷر‬ ْ ‫َﺣ ﱞﺪ ﻳـُ ْﻌ َﻤﻞُ ﺑِﻪ ِﰲ‬
Penerapan suatu hukuman had di muka bumi itu lebih baik bagi
penduduknya daripada hujan turun selama 40 hari (HR Ibnu
Majah).

Terbukti, dengan penerapan syariah Islam, hanya dalam


waktu singkat rakyat di bawah kepemimpinan Khalifah Umar
bin Abdul Aziz, misalnya, mendapatkan kemakmuran ekonomi
yang luar biasa. Saat itu bahkan di Jazirah Arab tidak ada yang
mau menerima zakat. Keamanan juga meningkat hingga
domba-domba pun aman dari terkaman serigala.

Kemakmuran Palsu
Ada yang berargumen bahwa banyak negara di dunia me-
miliki tatanan kehidupan yang baik, makmur dan berkeadilan
tanpa syariah Islam. Al-Quran menjawab bahwa segala peru-

07
bahan yang membawa kemakmuran dan kemajuan yang da-
tang dari aturan di luar Islam adalah palsu. Semua itu pasti
berujung pada penderitaan. Allah SWT berfirman:
‫اب ُﻛ ِّﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﺣ ﱠﱴ إِذَا ﻓَ ِﺮ ُﺣﻮا ِﲟَﺎ أُوﺗُﻮا‬ ِ ِ
َ ‫ﻓَـﻠَ ﱠﻤﺎ ﻧَ ُﺴﻮا َﻣﺎ ذُ ّﻛ ُﺮوا ﺑِﻪ ﻓَـﺘَ ْﺤﻨَﺎ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ أَﺑْـ َﻮ‬
‫َﺧ ْﺬ َ� ُﻫ ْﻢ ﺑَـﻐْﺘَﺔً ﻓَِﺈذَا ُﻫ ْﻢ ُﻣْﺒﻠِ ُﺴﻮ َن‬
َ‫أ‬
Ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan ke-
pada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesena-
ngan) untuk mereka. Lalu ketika mereka bergembira dengan
kesenangan yang telah diberikan kepada mereka itu, Kami
menyiksa mereka secara tiba-tiba. Ketika itu mereka terdiam
putus asa (TQS al-An’am [6]: 44).

Ideologi dan aturan kehidupan selain Islam seperti demo-


krasi dan kapitalisme, juga sosialisme-komunisme, bisa saja
mengantarkan manusia pada kemakmuran, ketertiban dan
penegakan hukum. Namun, di mata Allah SWT hal itu adalah
kemungkaran, yang bisa menjerumuskan manusia ke dalam
keterpurukan. Allah SWT berfirman:
‫ﺿْﻨ ًﻜﺎ ﱠوَْﳓ ُﺸ ُﺮﻩُ ﻳَـ ْﻮَم اﻟْ ِﻘ ٰﻴ َﻤ ِﺔ اَ ْﻋ ٰﻤﻰ‬ ِ ِ
َ ً‫ض َﻋ ْﻦ ذ ْﻛ ِﺮ ْي ﻓَﺎ ﱠن ﻟَﻪُ َﻣﻌِْﻴ َﺸﺔ‬
َ ‫َوَﻣ ْﻦ اَ ْﻋَﺮ‬
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran),
sungguh dia akan merasakan kehidupan yang sempit, dan Kami
akan mengumpulkan dirinya pada Hari Kiamat dalam keadaan
buta (TQS Thaha [20]: 124).

08
Wahai kaum Muslim! Marilah kita bersegera menuju peru-
bahan hakiki. Caranya adalah melepaskan diri dari hukum-
hukum jahiliah menuju penerapan hukum-hukum Allah di
bawah naungan Khilafah Islamiyah. Inilah kewajiban agung
yang akan mengantarkan kita semua pada keberkahan hidup
di dunia dan keselamatan di akhirat.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

HIKMAH:

Allah SWT berfirman:


ࣖ ‫ْﻤﺎ ﻟَِّﻘ ْﻮٍم ﻳـﱡ ْﻮﻗِﻨُـ ْﻮ َن‬ ِ‫ﺎﻫﻠِﻴﱠ ِﺔ ﻳـﺒـﻐُﻮ َۗن وﻣﻦ اَﺣﺴﻦ ِﻣﻦ ٰاﻪﻠﻟ‬
ِ
ً ُ ّ َ ُ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ َ‫ْﻢ ا ْﳉ‬
‫ﻜ‬ ‫ﺣ‬ َ ‫ﺤﻜ‬
ُ َ‫اَﻓ‬
Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini
(agamanya)? (TQS al-Maidah [5]: 50). []

RALAT:

Dalam edisi 331 terdapat kekeliruan


1. Penulisan QS 49: 10 harusnya tertulis:
ۡ ۡ ۡ
ٌ‫إِﱠﳕَﺎ ٱﻟ ُﻤﺆِﻣﻨُﻮ َن إِﺧ َﻮة‬
2. Pada Khatimah tertulis kalimat; Khilafah juga menjadi salah pilar
penting agama Islam...
Mestinya: Khilafah juga menjadi salah satu pilar penting agama
Islam

09

Anda mungkin juga menyukai