DisusunOleh
:
DosenPembimbing
:
Sri Maryatun.,S.kep.,N
s.,M.kep
2018
KATAPENGANT
AR
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari sempuma. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi sempumanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.
Penulis
DAFTARISI
Halaman
Judul Kata
Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep teori
1. Definisi
2. Penyebab Bullying
3. Jenis Bullying
4. Tempat terjadinya Bullying
5. Deteksi dini perilaku bullying
6. Bahaya Bullying
7. Hukum Bullying
8. Hal yang hams dilakukan ketika menjadi korban bullying
9. Hal yang hams dilakukan ketika melihat tindak bullying
10. Hal yang hams dilakukan Jika mengalami trauma bullying
11. 5 Kriteria Persahabatan Bebas Bullying
12. Cara Mencegah Bullying
13. Terapi yang bisa dilakukan pada korban Trauma Bullying
B. Konsep Dasar
Keperawatan
1. Pengkajian
2. Analisa Data
3. Diagnosa keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan
A.
Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sosial manusia terdiri atas beberapa fase dan
tingkatan. Pada saat lahir, manusia sebagai individu tumbuh dan
berkembang di lingkungan keluarga. Setiap hari, ia melakukan
kontak dan interaksi dengan keluarga terutama orang tua. Pada fase
ini, bayi ditanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya.
Bertumbuh dewasa dan menjadi remaja, manusia sebagai
individu mulai mengenal lingkungan yang lebih luas daripada
keluarga. Sosialisasi yang dialami individu mulai bertambah luas.
Individu mulai berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal ini
membuat keterampilan sosial individu makin meningkat. Jika nilai-
nilai yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya diserap dengan baik,
maka keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu terse but bisa
menjadi lebih baik. Hal itu disebabkan karena manusia tumbuh dan
berkembang dari fase ke fase tanpa meninggalkan apa yang telah
ia pelajari dari fase sebelumnya. Sebaliknya, apabila sosialisasi
nilai-nilai yang ditanamkan keluarga kurang terserap oleh anak, maka
bisa jadi perkembangan perilaku dan psikososialnya terhambat.
Akibatnya, remaja mulai menunjukkan gejala-gejala patologis seperti
kenakalan dan perilaku- perilaku beresiko lainnya, salah satunya
adalah bullying.
Menurut Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KP AI),
saat ini kasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan
masyarakat. Dari
2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait
masalah
tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang
pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Soendjojo (2009) mengatakan
bahwa siswa yang mengalamai tindakan bullying merupakan
siswa yang memiliki tingkat asertifitas yang rendah. Individu yang
memiliki sikap asertif yang rendah
memiliki banyak ketakutan yang irasional meliputi sikap
menampilkan perilaku cemas dan tidak mempunyai kemampuan
untuk mempertahankan hak-hak pribadinya.Begitupun korban
bullying, mereka kurang mampu menunjukan perasaan untuk
melawan bullying yang siswa terima karena siswa korban bullying
takut pelaku bullying makin mengintensikan tindakan bullying.
Reaksi yang paling umum terjadi pada para korban bully
adalah menghindar dari beberapa tempat tertentu di sekolah,
seperti lapangan bermain sekolah, kantin, karena dengan alasan
takut dibully jika mereka kesana. Namu pada beberapa korban
lainnya menghindar untuk datang ke sekolah untuk beberapa waktu
dengan alasan untuk menghindar dari pembully atau sampai
keinginan untuk keluar dari sekolah dengan tujuan agar tidak
bertemu teman yang membully (Ikhsani,2015).
Selain dampak dari masalah psikologis juga dapat
berpengaruh terhadap masalah kesehatan fisik seperti memar pada
daerah yang dipukul, lecet, bengkak, sulit tidur, nafsu makan
menurun. Gejala lain yang dimunculkan diantaranya merasa
terancam, sulit berkonsentrasi, penurunan prestasi akademik dan
merasa sendiri (Laeheem, 2013 dalam Yani, dkk
2016).
Berdasarkan penomena inilah yang membuat penulis tertarik
untuk menyusun makalah tentang Asuhan Keperawatan jiwa pada
pasien korban Bullying.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, ada beberapa masalah pokok
yang menjadi pusat pembahasan bagi penulis adalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi dari Bullying ?
2. Apa penyebab Bullying ?
3. Apa sajajenis Bullying?
4. Dimana tempat terjadinya Bullying?
5. Bagaimana deteksi dini perilaku bullying ?
6. Apa bahaya Bullying ?
7. Bagaimana hukum Bullying ?
8. Apa saja hal yang hams dilakukan ketika menjadi korban
bullying?
9. Apa saja hal yang hams dilakukan ketika melihat tindak
bullying?
10. Apa saja hal yang hams dilakukan Jika mengalami trauma
bullying?
11. Bagaimana Kriteria Persahabatan Bebas Bullying ?
12. Bagaimana cara Mencegah Bullying?
13. Apa saja terapi yang bisa dilakukan pada korban Trauma
Bullying? C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah keperawatanjiwa
2. Untuk menjelaskan konsep teori dan konsep dasar
keperawatanji wa pada pasien dengan trauma bullying
dengan menggunakan terapi asertive dan terapi hipnosis.
3. Untuk mengetahui tentang terpi asertive
4. Untuk mengetahui terapi hipnosis pada pasien trauma bullying
5. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa/i keperawatan mengenai keperawatan jiwa
pada pasien trauma bullying dengan menggunakan terapi
hipnosis dan terapi asertive.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersususn atas 3 Bab, yang mana Bab I pendahuluan
yang terdiri dari Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, dan Sistematika Penulisan, Bab II Pembahasan Terdiri
dari Konsep Dasar Teori dan Konsep dasar Keperawatan, Bab III
Penutup terdiri dari Kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
mengalami gangguan j iwa di mas a lalu, bila ya, beri tanda "./"
pada kotak "Ya" dan bila tidak, maka beri tanda "</" pada
kotak "Tidak".
Apabila pada Poin 1 "Ya", maka tanyakan bagaimana
hasil
pengobatan sebelumnya. Apabila dia dapat
beradaptasi di masyarakat tanpa gejala-gejala
gangguanjiwa, maka beri tanda "s/" pada kotak "Berhasil".
Apabila dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala-gejala
sisa, maka beri tanda "./" pada kotak "Kurang Berhasil".
Apabila tidak ada kemajuan atau gejala-gejala bertambah
atau menetap, maka beri tanda "./" pada kotak "Kurang
Berhasil".Tanyakan pada pasien apakah pasien pemah
melakukan dan atau mengalami dan/atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga, dan
tindakan kriminal. Beri tanda "s/" sesuai dengan penjelasan
pasien/keluarga apakah pasien sebagai pelaku dan/atau
korban, dan/atau saksi, maka beri tanda "s/" pada kotak
pertama. Isi usia saat kejadian pada kotak kedua.
Jika pasien pemah sebagai pelaku, korban, dan saksi (dua
atau lebih)
tuliskan pada
penjelasan.
a. Beri penjelasan secara singkat dan jelas tentang
kejadian yang dialami pasien terkait nomor 1, 2, 3.
b. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
Apabila ada anggota keluarga lain yang mengalami
gangguan jiwa, maka tanyakan bagaimana hubungan
pasien dengan anggota keluarga tersebut. Tanyakan
apa gejala yang dialami
serta riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah
diberikan pada anggota keluarga tersebut.
Tanyakan kepada pasien/keluarga ten tang
pengalaman yang tidak menyenangkan
(kegagalan, kehilangan/perpisahan/kematian, trauma
selama tumbuh kembang) yang pernah dialami pasien
pada masa lalu.
d. Aspek fisik/biologis
Pengkajian difokuskan pada sistem dan fungsi
organ.
a) Ukur dan observasi tanda-tanda vital, seperti tekanan
darah, nadi, suhu, pernapasan pasien.
b) Ukur tinggi badan dan berat badan pasien.
c) Tanyakan kepada pasien/keluarga, apakah ada keluhan
fisik yang dirasakan oleh pasien, bila ada beri tanda "../" pada
kotak "Ya" dan bila tidak beri tanda "../" pada kotak "Tidak".
d) Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ danjelaskan sesuai
dengan
keluhan yang
ada.
e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
yang ada. e. Aspek psikososial
a) Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan pasien dan keluarga, misalnya
sebagai berikut.
Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan, dan pola asuh.
Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan
data. f. Status mental
a) Citra
tubuh
Tanyakan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, dan bagian yang tidak disukai. Identitas diri,
tanyakan tentang hal berikut.
1. Status dan posisi pasien sebelum
dirawat.
7. Waham
1) Agama: keyakinan pasien terhadap suatu agama
secara berlebihandan diucapkan secara berulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Somatik: pasien mempunyai keyakinan
tentang tubuhnya dan dikatakan secara berulang
yang tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Kebesaran: pasien mempunyai keyakinan
berlebihan terhadap kemampuannya yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan.
4) Curiga: pasien mempunyai keyakinan bahwa
ada seseorang atau kelompok, yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan.
5) Nihilistik: pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak
ada di dunia/meninggal yang dinyatakan secara
berulang, tidak sesuai kenyataan.
6) W aham yang aneh (bizarre) antara lain sebagai
berikut.
• Sisip pikir: pasien yakin ada ide pikiran orang
lain yang disisipkan di dalam pikiran yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan.
• Siar pikir: pasien yakin bahwa orang
lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada
orang tersebut yang dinyatakan secara
berulang dan tidak sesu ai dengan kenyataan.
• Kontrol pikir: pasien yakin pikirannya
dikontrol oleh kekuatan dari luar. Jelaskan apa
yang dikatakan oleh pasien
p. Mekanisme koping
Data didapatkan melalui wawancara pada pasien atau
keluarganya. Beri tanda pada kotak koping yang dimiliki
pasien, baik adaptif maupun maladaptif.
q. Masalah psikososial dan lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada pasien atau
keluarganya. Pada tiap masalah yang dimiliki pasien beri uraian
spesifik, singkat, danjelas.
r. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara pada pasien. Pada
tiap item yang dimiliki oleh pasien simpulkan dalam masalah.
2. Analisa Data
Hargadiri rendah
t
Gangguan persepsi senson
b. Tidak
berani menatap
lawan
bicara
c. Lebih ban
yak
menundukkan
kepala
saat berinteraksi
d. Bicara lam
bat dengan
nada suara
lemas
Data Subjektif Ketidak efektifan Isolasi sosial
Pasien atau keluarga koping
individu mengungkapkan tentang
a. Ingin sendiri i
b. Menarik diri Gangguan harga diri:
c. Adanya harga diri
rendah permusuhan
d. Merasa tidak
i
Isolasi sosial
t
aman di tempat
umum
e. Perasaan berbeda Gangguan
persepsi dari orang lain
senson
Data Objektif
a. Riwayat ditolak
b. Tidak ada
kontak
mata
c. Terlihat sedih
Data Subjektif Ketidak efektifan Resiko bunuh
diri
Pasien atau keluarga koping
individu mengungkapkan tentang
l,.
a. Isolasi sosial
b. Kesepian Putus
!
asa c. Putus asa
d. Tidak berdaya
e. Mengatakan Resiko bunuhdiri
t
keinginan
untuk mati
Data Objektif
Kematian a. Tidak ada kontak
mata
b. Adanya
riwayat di bully
3. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan jiwa yang mungkin dapat muncul
pada pasien dengan Ptstd (Trauma,Bullying) adalah sebagai
berikut:
a. Harga Diri
Rendah b. Isolasi
Sosial
c. Resiko Bunuh Diri
4. Intervensi
Keperawatan
a. Intervensi Harga Diri
Rendah a) Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek
positif yang dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan.
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang
sesuai kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih,
sesuai kemampuan.
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang
sudah dilatihnya.
b) Tindakankeperawatan
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang masih dimiliki pasien.
a. Mendiskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta
adanya keluarga dan lingkungan terdekat
pasien.
b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan
setiap kali bertemu dengan pasien penilaian
yang negatif.
2) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang
dapat
digunakan
.
a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan
yang masih dapat digunakan saat ini setelah
mengalami bencana.
b. Bantu pasien menyebutkannya dan
memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
c. Perlihatkan respons yang kondusif dan
menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan
kegiatan
sesuai dengan
kemampuan.
a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa
aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
b. Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat
pasien lakukan secara mandiri, aktivitas yang
memerlukan bantuan minimal dari keluarga,
dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien.
Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas
yang dapat dilakukan pasien.
Susun
bersama pasten dan buat daftar aktivitas
atau kegiatan sehari-hari pasien.
A. Kesimpulan
Bullying akan senantiasa terjadi dan senng tidak
mendapatkan perhatian dari para guru karena peristiwa ini dianggap
hal biasa dan wajar, namun jika diperhatikan lebih lanjut sebenamya
bullying sangat banyak memberikan dampak negatif pada diri korban.
Peran guru dan pembimbing di sekolah sangat penting untuk
meminimalisimya agar siswa-siswa di sekolah dapat berkembang
dengan wajar dalam suasana gembira tidak dengan ketakutan.
Tulisan di atas semoga membantu para orang tua, guru, dan
konselor dalam menghadapi bullying yang terjadi di sekolah.
Semoga bullying tak terjadi lagi di sekolah-sekolah kita, apabila
kita mampu melakukan pengawasan.
Bullying terjadi tanpa ada maksud yang jelas atau dengan
tujuan
untuk menganggu korban yang dilakukan secara sengaja. Tindakan
tersebut dapat menyakiti korban baik secara fisik maupun psikis
sehingga dapat memberikan dampak negatif pada korban. Seperti
adanya perasaan te rtekan, takut, cemas, sedih dan membuat
korban tidak nyaman serta kehilangan motivasi. Kondisi yang
dialami korban secara berulang dapat berpengaruh terhadap
kepercayaan diri, harga diri dan prestasi akademik.
Berbagai masalah keperawatan dapat muncul pada pasien
dengan trauma bullying, diantaranya adalah harga diri rendah,
isolasi sosial dan resiko bunuh diri, pemberian intervensi yang tepat
dan deteksi dini adanya tindakan bullying dapat mengurangi resiko
terjadinya dampak yang lebih luas dan maslah yang lebih besar,
berbagai terapi dapat dilakukan pada
pasien trauma bullying, diantaranya dengan terapi
hipnosis dan terapi prilaku asertive.
B. Saran
saran dappat ditujukan kepada 3 pihak yaitu sekolah, remaja, dan
orang tua. Bagi sekolah disarankan untuk lebih tegas lagi dalam
memperhatikan dan menanggapi perilaku bullying yang terjadi di
sekolah. Perlunya pengawasan khusus juga dapat menjadi salah
satu cara mengurangi perilaku bullying yang ada. Adanya
penyuluhan tentang bullying juga dirasakan perlu dilakukan, baik
itu untuk siswa maupun pihak guru. Karena dengan lebih
memahami bullying dan segala dampaknya, guru dan siswa dapat
bekerja sama dalam mencegah terjadinya perilaku bullying di
sekolah. Bagi remaja yang mengetahui adanya tindakan bullying
disekitamya diharapkan dapat mencegah dan menghentikan
tindakan tersebut, salah satu caranya dengan melaporkan tindakan
tersebut pada pihak sekolah atau orang tua. Secara khusus untuk
pelaku bullying, agar menyadari bahwa perilakunya tersebut tidak
hanya akan berdampak buruk pada korbannya, namun juga
pada dirinya sendiri. Apapun bentuknya, perilaku bullying
hanya akan memberikan dampak yang buruk. Orang tua juga
diharapkan lebih aware terhadap perilaku mereka kepada remaja
karena segala perilaku mereka dapat dipersepsikan oleh remaja.
Orang tua diharapkan lebih serius lagi menanggapi tentang
bullying dan lebih peka lagi untuk memperhatikan apakah anaknya
terlibat bullying atau tidak, serta dapat memberikan arahan yang
positif bagi anaknya. Orang tua diharapkan mampu menjadi role
model yang positif untuk anak-anaknya dengan menjadi contoh yang
positif (misalnya: tidak memberikan panggilan yang negatif pada
anak, tidak membentak dengan kata-kata kasar, dsb) sehingga
anak menjadi lebih paham apa yang pantas dan mana yang tidak
pantas untuk dilakukan.
DAFTARPUSTAKA