Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN

PTSD (TRAUMA, BULL YING) TERAPI HIPNOSIS


DAN ASERTIVE TRAINING

DisusunOleh
:

Selvia Fourwanty (04021381720002)

DosenPembimbing
:

Sri Maryatun.,S.kep.,N
s.,M.kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERA W ATAN


FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
KATAPENGANT
AR

Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat


Rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan Jiwa pada pasien Trauma Bullying. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada: lbu Sri
Maryatun.,S.kep.,Ns.,M.kep, selaku dosen pembimbing yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan sangat baik.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari sempuma. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi sempumanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Indralaya, Juni 2018

Penulis
DAFTARISI

Halaman

Judul Kata

Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep teori
1. Definisi
2. Penyebab Bullying
3. Jenis Bullying
4. Tempat terjadinya Bullying
5. Deteksi dini perilaku bullying
6. Bahaya Bullying
7. Hukum Bullying
8. Hal yang hams dilakukan ketika menjadi korban bullying
9. Hal yang hams dilakukan ketika melihat tindak bullying
10. Hal yang hams dilakukan Jika mengalami trauma bullying
11. 5 Kriteria Persahabatan Bebas Bullying
12. Cara Mencegah Bullying
13. Terapi yang bisa dilakukan pada korban Trauma Bullying
B. Konsep Dasar
Keperawatan
1. Pengkajian
2. Analisa Data
3. Diagnosa keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan sosial manusia terdiri atas beberapa fase dan
tingkatan. Pada saat lahir, manusia sebagai individu tumbuh dan
berkembang di lingkungan keluarga. Setiap hari, ia melakukan
kontak dan interaksi dengan keluarga terutama orang tua. Pada fase
ini, bayi ditanamkan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya.
Bertumbuh dewasa dan menjadi remaja, manusia sebagai
individu mulai mengenal lingkungan yang lebih luas daripada
keluarga. Sosialisasi yang dialami individu mulai bertambah luas.
Individu mulai berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal ini
membuat keterampilan sosial individu makin meningkat. Jika nilai-
nilai yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya diserap dengan baik,
maka keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu terse but bisa
menjadi lebih baik. Hal itu disebabkan karena manusia tumbuh dan
berkembang dari fase ke fase tanpa meninggalkan apa yang telah
ia pelajari dari fase sebelumnya. Sebaliknya, apabila sosialisasi
nilai-nilai yang ditanamkan keluarga kurang terserap oleh anak, maka
bisa jadi perkembangan perilaku dan psikososialnya terhambat.
Akibatnya, remaja mulai menunjukkan gejala-gejala patologis seperti
kenakalan dan perilaku- perilaku beresiko lainnya, salah satunya
adalah bullying.
Menurut Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KP AI),
saat ini kasus bullying menduduki peringkat teratas pengaduan
masyarakat. Dari
2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait
masalah
tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang
pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Soendjojo (2009) mengatakan
bahwa siswa yang mengalamai tindakan bullying merupakan
siswa yang memiliki tingkat asertifitas yang rendah. Individu yang
memiliki sikap asertif yang rendah
memiliki banyak ketakutan yang irasional meliputi sikap
menampilkan perilaku cemas dan tidak mempunyai kemampuan
untuk mempertahankan hak-hak pribadinya.Begitupun korban
bullying, mereka kurang mampu menunjukan perasaan untuk
melawan bullying yang siswa terima karena siswa korban bullying
takut pelaku bullying makin mengintensikan tindakan bullying.
Reaksi yang paling umum terjadi pada para korban bully
adalah menghindar dari beberapa tempat tertentu di sekolah,
seperti lapangan bermain sekolah, kantin, karena dengan alasan
takut dibully jika mereka kesana. Namu pada beberapa korban
lainnya menghindar untuk datang ke sekolah untuk beberapa waktu
dengan alasan untuk menghindar dari pembully atau sampai
keinginan untuk keluar dari sekolah dengan tujuan agar tidak
bertemu teman yang membully (Ikhsani,2015).
Selain dampak dari masalah psikologis juga dapat
berpengaruh terhadap masalah kesehatan fisik seperti memar pada
daerah yang dipukul, lecet, bengkak, sulit tidur, nafsu makan
menurun. Gejala lain yang dimunculkan diantaranya merasa
terancam, sulit berkonsentrasi, penurunan prestasi akademik dan
merasa sendiri (Laeheem, 2013 dalam Yani, dkk
2016).
Berdasarkan penomena inilah yang membuat penulis tertarik
untuk menyusun makalah tentang Asuhan Keperawatan jiwa pada
pasien korban Bullying.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, ada beberapa masalah pokok
yang menjadi pusat pembahasan bagi penulis adalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi dari Bullying ?
2. Apa penyebab Bullying ?
3. Apa sajajenis Bullying?
4. Dimana tempat terjadinya Bullying?
5. Bagaimana deteksi dini perilaku bullying ?
6. Apa bahaya Bullying ?
7. Bagaimana hukum Bullying ?
8. Apa saja hal yang hams dilakukan ketika menjadi korban
bullying?
9. Apa saja hal yang hams dilakukan ketika melihat tindak
bullying?
10. Apa saja hal yang hams dilakukan Jika mengalami trauma
bullying?
11. Bagaimana Kriteria Persahabatan Bebas Bullying ?
12. Bagaimana cara Mencegah Bullying?
13. Apa saja terapi yang bisa dilakukan pada korban Trauma
Bullying? C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah keperawatanjiwa
2. Untuk menjelaskan konsep teori dan konsep dasar
keperawatanji wa pada pasien dengan trauma bullying
dengan menggunakan terapi asertive dan terapi hipnosis.
3. Untuk mengetahui tentang terpi asertive
4. Untuk mengetahui terapi hipnosis pada pasien trauma bullying
5. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa/i keperawatan mengenai keperawatan jiwa
pada pasien trauma bullying dengan menggunakan terapi
hipnosis dan terapi asertive.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersususn atas 3 Bab, yang mana Bab I pendahuluan
yang terdiri dari Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, dan Sistematika Penulisan, Bab II Pembahasan Terdiri
dari Konsep Dasar Teori dan Konsep dasar Keperawatan, Bab III
Penutup terdiri dari Kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata
bull yang berarti banteng yang senang merunduk kesana
kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi kata
bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang
lemah ( Zakiyah,dkk 2017).
Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) dalam
Sucipto,
2012 mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif
yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa
yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang
lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Astuti (2008) dalam Ikhsani 2015, mengatakan
bahwa bullying adalah bagian dari tidakan agresi yang
dilakukan berulangkali oleh seseorang atau anak yang lebih
kuat terhadap anak yang lebih lemah secara psikis dan fisik.
Bullying (dikenal sebagai "penindasan/risak" dalam
bahasa Indonesia) merupakan segala bentuk penindasan
atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu
atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa
terhadap orang lain, bertujuan untuk menyakiti dan dilakukan
secara terns menerus. ( wardhana, 2014).
2. Penyebab Bullying
Menurut ( wardhana, 2014) ada beberapa penyebab
terjadinya bullying, adalah sebagai berikut :
a.
Permusuhan
Permusuhan dan rasa kesal diantara pertemanan bisa memicu
seseorang melakukan tindakan bullying.
berfungsi sebagaimana mestinya. Karena Critical
Factor terbuka atau pengawasannya lemah maka
sugesti akan langsung menjangkau pikiran bawah
sadar. Critical Factor menjadi tidak aktifketika
seseorang dalam kondisi hipnotis. Maka dari itu,
semua sugesti - selama tidak bertentangan dengan
sistem kepercayaan dan nilai-nilai dasar yang dianut
seseorang - akan diterima oleh pikiran bawah sadar
sebagai kebenaran, kemudian disimpan sebagai
program pikiran. Program pikiran yang sudah
ditanamkan melalui sugesti dalam kondisi hipnotis,
akan menjadi pemicu perubahan yang permanen.
4. Jenis hipnotis menurut manfaatnya
Banyak sekali manfaat hipnotis. karena terlalu banyak
dan sangat bervariasi, tidak seorangpun yang bisa secara
pasti menyebutkan apa saja manfaat yang bisa
diperoleh dari hipnotis. Hipnotis bisa berperan hampir di
semua bidang kehidupan yang melibatkan pikiran
manusia. j enis-j enis hipnotis berikut 1n1
dibedakan berdasarkan bidang aplikasinya yang
paling populer dalam dunia hipnotis.
a) hypnotherapy I clinical hypnosis
hypnotherapy atau clinical hypnosis adalah aplikasi
hipnotis dalam menyembuhkan gangguan mental
dan meringankan gangguan fisik. hipnotis telah
terbukti secara medis bisa mengatasi berbagai
macam gangguan psikologis maupun fisik. hipnotis
tidak seperti cara pengobatan lain yang mengobati
gejala (simptom) atau akibat yang muncul. hipnotis
berurusan langsung dengan penyebab suatu
masalah. dengan menghilangkan penyebabnya
maka secara otomatis akibat yang ditimbulkan
akan lenyap atau tersembuhkan.
b) medical hypnosis
yaitu penggunaan hipnotis untuk dunia medis,
terutama oleh dokter ahli bedah dan dokter
gigi dalam menciptakan efek anesthesia tanpa
menggunakan obat bius. teknik hipnotis yang
digunakan untuk anestesi sudah digunakan oleh
john elliotson (1791 -1868). elliotson adalah
dokter yang pertama kali menggunakan
mesmerisme (nama kuno dari hypnotism)
untuk melakukan pembedahan tanpa rasa sakit.
pada masa elliotson hidup, belum ditemukan
anestesi ( obat bius) sehingga sebagian dokter
menggunakan hipnotis. comedy hypnosis comedy
hypnosis adalah hipnotis yang digunakan untuk
hiburan semata. comedy hypnosis juga sering
disebut sebagai stage hypnosis. dinamakan stage
hypnosis atau hipnotis panggung karena pada
awalnya hipnotis untuk hiburan hanya
diperankan di atas panggung. namun comedy
hypnosis sekarang tidak terbatas dalam
panggung. di jalan, taman, mall, kampus atau
dimana saja anda bisa mempraktekkan comedy
hypnosis.
c) forensic hypnosis
Dalam penyelidikan kepolisian, hipnotis bisa
digunakan untuk menggali informasi dari saksi.
Suatu kejadian trauma tis seperti dalam
kasus kej aha tan yang menakutkan cenderung
membuat pikiran bawah sadar menyembunyikan
ingatan yang lengkap tentang kejadian tersebut agar
tidak bias diingat oleh pikiran sadar. tujuan pikiran
sadar menyembunyikan informasi itu
sesungguhnya untuk kebaikan diri sendiri,
karena apabila ingatan itu muncul, maka trauma
dan rasa takut akan muncul tanpa sebab.
dengan bantuan hipnotis, korban atau saksi bisa
mengingat kembali dengan jelas
dalam kondisi pikiran yang tenang.
metaphysical hypnosis metaphysical hypnosis
adalah aplikasi hipnotis dalam meneliti berbagai
fenomena metafisik seperti out of body travel,
esp, clairvoyance, clairaudience, komunikasi
dengan inner-self, meditasi, mengakses
kekuatan superconscious dan eksperimen-
eksperimen metafisika lainnya (Madji Indra, 21017).
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan
meliputi pengumpulan data, analisis data, dan perumusan mas
alah pasi en. Data yang dikumpulkan adalah data pasien secara
holistik, meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Seorang perawat JIWa diharapkan memiliki
kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awareness),
kemampuan mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi
secara terapeutik, dan kemampuan berespons secara efektif
(Stuart dan Sundeen, 2002) karena hal tersebut menjadi kunci
utama dalam menumbuhkan hubungan saling percaya dengan
pasien. Hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien
akan memudahkan perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Oleh karenanya, dapat membantu pasien
menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Stuart dan Sundeen (2002) menyebutkan bahwa faktor
predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping,
dan kemampuan koping yang dimiliki pasien adalah aspek yang
harus digali selama proses pengkajian.
Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal
berikut. a. Identitas pasien
Berisi tentang identitas pribadi pasein berupa nama, tempat
tanggal lahir, pekerjaan, status, tanggal masuk Rumah sakit,
dan lain-lain.
b. Keluhan utama/alasan masuk
Berisi tentang apa yang menjadi alasan utama pasien
masuk ke Rumah sakit dan upaya apa saja yang sudah
dilakukan keluarga sebelum pasein di bawa ke rumah sakit
c. Faktor predisposisi
Tanyakan kepada pasien/keluarga apakah pasien pemah

mengalami gangguan j iwa di mas a lalu, bila ya, beri tanda "./"

pada kotak "Ya" dan bila tidak, maka beri tanda "</" pada

kotak "Tidak".
Apabila pada Poin 1 "Ya", maka tanyakan bagaimana
hasil
pengobatan sebelumnya. Apabila dia dapat
beradaptasi di masyarakat tanpa gejala-gejala
gangguanjiwa, maka beri tanda "s/" pada kotak "Berhasil".
Apabila dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala-gejala
sisa, maka beri tanda "./" pada kotak "Kurang Berhasil".
Apabila tidak ada kemajuan atau gejala-gejala bertambah
atau menetap, maka beri tanda "./" pada kotak "Kurang
Berhasil".Tanyakan pada pasien apakah pasien pemah
melakukan dan atau mengalami dan/atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga, dan
tindakan kriminal. Beri tanda "s/" sesuai dengan penjelasan
pasien/keluarga apakah pasien sebagai pelaku dan/atau
korban, dan/atau saksi, maka beri tanda "s/" pada kotak
pertama. Isi usia saat kejadian pada kotak kedua.
Jika pasien pemah sebagai pelaku, korban, dan saksi (dua
atau lebih)
tuliskan pada
penjelasan.
a. Beri penjelasan secara singkat dan jelas tentang
kejadian yang dialami pasien terkait nomor 1, 2, 3.
b. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
Apabila ada anggota keluarga lain yang mengalami
gangguan jiwa, maka tanyakan bagaimana hubungan
pasien dengan anggota keluarga tersebut. Tanyakan
apa gejala yang dialami
serta riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah
diberikan pada anggota keluarga tersebut.
Tanyakan kepada pasien/keluarga ten tang
pengalaman yang tidak menyenangkan
(kegagalan, kehilangan/perpisahan/kematian, trauma
selama tumbuh kembang) yang pernah dialami pasien
pada masa lalu.
d. Aspek fisik/biologis
Pengkajian difokuskan pada sistem dan fungsi
organ.
a) Ukur dan observasi tanda-tanda vital, seperti tekanan
darah, nadi, suhu, pernapasan pasien.
b) Ukur tinggi badan dan berat badan pasien.
c) Tanyakan kepada pasien/keluarga, apakah ada keluhan

fisik yang dirasakan oleh pasien, bila ada beri tanda "../" pada

kotak "Ya" dan bila tidak beri tanda "../" pada kotak "Tidak".
d) Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ danjelaskan sesuai
dengan
keluhan yang
ada.
e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
yang ada. e. Aspek psikososial
a) Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan pasien dan keluarga, misalnya
sebagai berikut.
Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan, dan pola asuh.
Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan
data. f. Status mental
a) Citra
tubuh
Tanyakan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, dan bagian yang tidak disukai. Identitas diri,
tanyakan tentang hal berikut.
1. Status dan posisi pasien sebelum
dirawat.
7. Waham
1) Agama: keyakinan pasien terhadap suatu agama
secara berlebihandan diucapkan secara berulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Somatik: pasien mempunyai keyakinan
tentang tubuhnya dan dikatakan secara berulang
yang tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Kebesaran: pasien mempunyai keyakinan
berlebihan terhadap kemampuannya yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan.
4) Curiga: pasien mempunyai keyakinan bahwa
ada seseorang atau kelompok, yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan.
5) Nihilistik: pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak
ada di dunia/meninggal yang dinyatakan secara
berulang, tidak sesuai kenyataan.
6) W aham yang aneh (bizarre) antara lain sebagai
berikut.
• Sisip pikir: pasien yakin ada ide pikiran orang
lain yang disisipkan di dalam pikiran yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan.
• Siar pikir: pasien yakin bahwa orang
lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada
orang tersebut yang dinyatakan secara
berulang dan tidak sesu ai dengan kenyataan.
• Kontrol pikir: pasien yakin pikirannya
dikontrol oleh kekuatan dari luar. Jelaskan apa
yang dikatakan oleh pasien
p. Mekanisme koping
Data didapatkan melalui wawancara pada pasien atau
keluarganya. Beri tanda pada kotak koping yang dimiliki
pasien, baik adaptif maupun maladaptif.
q. Masalah psikososial dan lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada pasien atau
keluarganya. Pada tiap masalah yang dimiliki pasien beri uraian
spesifik, singkat, danjelas.
r. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara pada pasien. Pada
tiap item yang dimiliki oleh pasien simpulkan dalam masalah.
2. Analisa Data

Data Etiologi Diagnosa


Data Subjektif t
a.
Pasien atau i
keluarga v
mengungkapkan i
tentang t
:
a
a. Hal negative
s
dari diri sendiri
atau orang lain
b. Perasaan
tidak mampu
c. Padangan
hidup yang
pesnms
d. Penolakan
terhadap
kemampuan
diri
Data Objektif
Penilaian internal individu maupun Harga diri rendah
penilaian ekstenal yang negative

Mekanisme koping maladaptive

Hargadiri rendah

t
Gangguan persepsi senson
b. Tidak
berani menatap
lawan
bicara
c. Lebih ban
yak
menundukkan
kepala

saat berinteraksi
d. Bicara lam
bat dengan

nada suara
lemas
Data Subjektif Ketidak efektifan Isolasi sosial
Pasien atau keluarga koping
individu mengungkapkan tentang
a. Ingin sendiri i
b. Menarik diri Gangguan harga diri:
c. Adanya harga diri

rendah permusuhan
d. Merasa tidak
i
Isolasi sosial

t
aman di tempat
umum
e. Perasaan berbeda Gangguan
persepsi dari orang lain
senson
Data Objektif
a. Riwayat ditolak
b. Tidak ada
kontak
mata
c. Terlihat sedih
Data Subjektif Ketidak efektifan Resiko bunuh
diri
Pasien atau keluarga koping
individu mengungkapkan tentang
l,.
a. Isolasi sosial
b. Kesepian Putus

!
asa c. Putus asa
d. Tidak berdaya
e. Mengatakan Resiko bunuhdiri

t
keinginan
untuk mati
Data Objektif
Kematian a. Tidak ada kontak
mata
b. Adanya
riwayat di bully

3. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan jiwa yang mungkin dapat muncul
pada pasien dengan Ptstd (Trauma,Bullying) adalah sebagai
berikut:
a. Harga Diri
Rendah b. Isolasi
Sosial
c. Resiko Bunuh Diri
4. Intervensi
Keperawatan
a. Intervensi Harga Diri
Rendah a) Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek
positif yang dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan.
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang
sesuai kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih,
sesuai kemampuan.
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang
sudah dilatihnya.
b) Tindakankeperawatan
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang masih dimiliki pasien.
a. Mendiskusikan bahwa pasien masih
memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta
adanya keluarga dan lingkungan terdekat
pasien.
b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan
setiap kali bertemu dengan pasien penilaian
yang negatif.
2) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang
dapat
digunakan
.
a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan
yang masih dapat digunakan saat ini setelah
mengalami bencana.
b. Bantu pasien menyebutkannya dan
memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
c. Perlihatkan respons yang kondusif dan
menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan
kegiatan
sesuai dengan
kemampuan.
a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa
aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
b. Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat
pasien lakukan secara mandiri, aktivitas yang
memerlukan bantuan minimal dari keluarga,
dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien.
Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas
yang dapat dilakukan pasien.
Susun
bersama pasten dan buat daftar aktivitas
atau kegiatan sehari-hari pasien.

4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih


sesuai kemampuan.
a. Mendiskusikan dengan pasien untuk
menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
b. Bersama pasien dan keluarga
memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien.
c. Berikan dukungan dan pujian yang nyata
setiap kemajuan yang diperlihatkan pasien.
5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan
sesuai kemampuannya.
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk
mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
b. Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang
dapat dilakukan pasien setiap hari.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat
toleransi dan perubahan setiap aktivitas.
d. Susun daftar aktivitas yang sudah
dilatihkan e. bersama pasien dan keluarga.
f. Berikan kesempatan mengungkapkan
perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan.
g. Y akinkan bahwa keluarga mendukung
setiap aktivitas yang dilakukan pasien.
c) Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga dapat membantu pasien
mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
BAB IV
PENUTU
P

A. Kesimpulan
Bullying akan senantiasa terjadi dan senng tidak
mendapatkan perhatian dari para guru karena peristiwa ini dianggap
hal biasa dan wajar, namun jika diperhatikan lebih lanjut sebenamya
bullying sangat banyak memberikan dampak negatif pada diri korban.
Peran guru dan pembimbing di sekolah sangat penting untuk
meminimalisimya agar siswa-siswa di sekolah dapat berkembang
dengan wajar dalam suasana gembira tidak dengan ketakutan.
Tulisan di atas semoga membantu para orang tua, guru, dan
konselor dalam menghadapi bullying yang terjadi di sekolah.
Semoga bullying tak terjadi lagi di sekolah-sekolah kita, apabila
kita mampu melakukan pengawasan.
Bullying terjadi tanpa ada maksud yang jelas atau dengan
tujuan
untuk menganggu korban yang dilakukan secara sengaja. Tindakan
tersebut dapat menyakiti korban baik secara fisik maupun psikis
sehingga dapat memberikan dampak negatif pada korban. Seperti
adanya perasaan te rtekan, takut, cemas, sedih dan membuat
korban tidak nyaman serta kehilangan motivasi. Kondisi yang
dialami korban secara berulang dapat berpengaruh terhadap
kepercayaan diri, harga diri dan prestasi akademik.
Berbagai masalah keperawatan dapat muncul pada pasien
dengan trauma bullying, diantaranya adalah harga diri rendah,
isolasi sosial dan resiko bunuh diri, pemberian intervensi yang tepat
dan deteksi dini adanya tindakan bullying dapat mengurangi resiko
terjadinya dampak yang lebih luas dan maslah yang lebih besar,
berbagai terapi dapat dilakukan pada
pasien trauma bullying, diantaranya dengan terapi
hipnosis dan terapi prilaku asertive.
B. Saran
saran dappat ditujukan kepada 3 pihak yaitu sekolah, remaja, dan
orang tua. Bagi sekolah disarankan untuk lebih tegas lagi dalam
memperhatikan dan menanggapi perilaku bullying yang terjadi di
sekolah. Perlunya pengawasan khusus juga dapat menjadi salah
satu cara mengurangi perilaku bullying yang ada. Adanya
penyuluhan tentang bullying juga dirasakan perlu dilakukan, baik
itu untuk siswa maupun pihak guru. Karena dengan lebih
memahami bullying dan segala dampaknya, guru dan siswa dapat
bekerja sama dalam mencegah terjadinya perilaku bullying di
sekolah. Bagi remaja yang mengetahui adanya tindakan bullying
disekitamya diharapkan dapat mencegah dan menghentikan
tindakan tersebut, salah satu caranya dengan melaporkan tindakan
tersebut pada pihak sekolah atau orang tua. Secara khusus untuk
pelaku bullying, agar menyadari bahwa perilakunya tersebut tidak
hanya akan berdampak buruk pada korbannya, namun juga
pada dirinya sendiri. Apapun bentuknya, perilaku bullying
hanya akan memberikan dampak yang buruk. Orang tua juga
diharapkan lebih aware terhadap perilaku mereka kepada remaja
karena segala perilaku mereka dapat dipersepsikan oleh remaja.
Orang tua diharapkan lebih serius lagi menanggapi tentang
bullying dan lebih peka lagi untuk memperhatikan apakah anaknya
terlibat bullying atau tidak, serta dapat memberikan arahan yang
positif bagi anaknya. Orang tua diharapkan mampu menjadi role
model yang positif untuk anak-anaknya dengan menjadi contoh yang
positif (misalnya: tidak memberikan panggilan yang negatif pada
anak, tidak membentak dengan kata-kata kasar, dsb) sehingga
anak menjadi lebih paham apa yang pantas dan mana yang tidak
pantas untuk dilakukan.
DAFTARPUSTAKA

Azis Rifqi Akhmad. 2015. Efektivitas Pelatihan Asertivitas untuk


Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Karban Bullying. Jumal Konseling
dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN
Betie febriana.2016. Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Harga Diri
Remaja
Karban Bullying. Jumal Ilmu Keperawatan, Vol 4:, No 1.
Ela zain zakiyah, dkk. 2017. Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam
Melakukan Bullying. jumal penelitian & ppm issn: 2442-448x
Fitryasari Rizky & Nihayati Endang Hanik. 2015. Buku Ajar Kesehatan
Keperawatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika
Ifdil. 2015. Aplikasi Hipnosis dalam Konseling. Yogyakarta. Universitas
Putra
Indonesia YPTK Padang
Ikhsani nurul leli. 2015. Dinamika Psikologis Karban Bullying Pada
Remaja.
Surakarta: universitas muhammadiyah surakarta
Majid Indra.2017.Mengenal Hipnotis Modern. Jakarta: IHA
Rani Rakhmawati, dkk.2014. Metode Keperawatan Komplementer
Hipnoterapi Untuk Menurunkan Efek Stress Pasca Trauma Tingkat
Sedang Pada Fase Rehabilitasi Sistem Penanggulangan
Kegawatdaruratan Terpadu (Spgdt). Jumal keperawatan, P-ISSN
2086-3071
Sucipto.2012. Bullying Dan Upaya Meminimalisasikannya. psikopedagogia,
vol.
1,no.1
Surilena.2016. Perilaku Bullying (Perundungan) pada Anak dan Remaja.
CDK 35
-236/ vol. 43 no. 1
Tuman Bara Asie Matraisa.2014. Studi Deskriptif Perilaku Bullying pada
Remaja.
Calyptra: Jumal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1
Wardana Katyana.2015. Buku Panduan Melawan Bullying. sudah dong.com
Yani linda athi. 2016. Eksplorasi Fenomena Karban Bullying Pada
Kesehatan
Jiwa Remaja Di Pesantren. Jumal ilmu keperawatan, vol:4 , no.2

Anda mungkin juga menyukai