Anda di halaman 1dari 126

1

PANDUAN PRECEPTORSHIP

PADA PENDIDIKAN PROFESI NERS

Di Susun Oleh:

Dr. M. Hadi
Kusman Ibrahim, PhD
Dr. Hajjul Kamil
Dr. Ernie ...
Emilia T, M.Kep
Setyawan, PhD
Dr. Sariono

Editor
Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)

ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN NERS INDONESIA


(AIPNI)

2015
2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Mata Ajar


Praktik klinik departemen medikal bedah dilaksanakan oleh mahasiswa program
profesi Ners dengan cara melalukan praktik medikal bedah secara langsung dalam
melaksanakan asuhan keperawatan medikal bedah secara profesional dan komprehensif
dengan menggunakan metode preceptorship. Dimana akan terjadi interaksi antara
preceptor sebagai pembimbing klinik dan mahasiswa sebagai preceptee. Pada metode
ini 1 (satu) orang preceptor akan membimbing satu hingga tiga preceptee (mahasiswa).
Asuhan keperawatan dilakukan dari tahap pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan,
merencakan intervensi keperawatan, melaksanakan implementasi keperawatan dan
evaluasinya. Selain itu, mahasiswa melakukan skill dan standar prosedur operasional
sesuai dengan departemen medikal bedah.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan program profesi departemen medikal bedah, diharapkan
mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan medikal bedah yang profesional
dan komprehensif.
Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan
2. Menentukan diagnosa keperawatan
3. Merencakan intervensi keperawatan yang akan dilakukan
4. Mengimplementasikan intervensi
5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
6. Melaksanakan program critical appraisal pada jurnal yang telah disetujui oleh
preceptor dan PJ unit maksimal di minggu ketiga dari seluruh periode praktik
departemen medikal bedah
7. Melaksanakan seminar akhir di minggu terakhir periode praktik departemen
medikal bedah
3

1.3 Peserta
Peserta praktik departemen medikal bedah adalah mahasiwa program profesi
Ners sebanyak maksimal 24 orang dibagi menjadi dua kelompok besar untuk setiap
periode.

1.4 Tata Tertib


1. Praktik dilaksanakan selama 4 sampai 5 minggu, dimulai hari Senin s/d Minggu
sesuai dengan jadwal dinas yang telah disetujui oleh pembimbing dan
supervisor.
2. Setiap mahasiswa diwajibkan hadir tepat waktu, sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan yaitu :
Pagi : pukul 07.00-14.30 WIB
Sore : pukul 13.30-21.30 WIB
Malam : pukul 20.30-07.30 WIB
3. Setiap mahasiswa wajib memenuhi kehadiran 100 %.
4. Setiap mahasiswa wajib mengenakan seragam praktik yang telah disepakati oleh
pembimbing dan supervisor, bersepatu hitam tertutup, mengenakan kap atau
kerudung sesuai seragam bagi perempuan, menggunakan ID card dan tidak
mengenakan perhiasan berlebihan dan tidak menggunakan make-up yang
berlebihan
5. Persiapan APD secara mandiri
6. Ijin/ ketidakhadiran. Ijin disesuaikan dengan peraturan dari institusi asal dan
diketahui oleh preceptor dan PJ unit atau Wakil PJ unit.
7. Penggantian dinas sesuai dengan peraturan institusi asal dan
didiskusikan dengan preceptor dan PJ unit atau Wakil PJ unit
8. Mahasiswa wajib mematuhi setiap tata tertib yang berlaku

1.5 Pelaksanaan
Pelaksanaan program praktik keperawatan medikal bedahminimal selama 4
minggu sampai dengan 5 minggu (menyesuaikan dengan jadwal dari institusi asal).
Tahapan program pendidikan sebagai berikut:
a) Pembukaan Praktik Manajemen
4

Dihadiri dari Institusi Pendidikan, Pimpinan, Penanggung Jawab Praktik


Manajemen, PJ Unit Pelayanan Keperawatan dan preceptor klinik.
b) Tahap Orientasi :
1) Presentasi tentang RSUA: Fasilitas , Teknologi, SDM, Profil mutu.
2) Orientasi Ruangan: Orientasi ke semua unit pelayanan di (IGD, ICU, OK,
Ruang rawat inap, Rawat Jalan, Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Rehab
Medik, CSSD)
c) Pelatihan
1) Patient Safety
2) Program Pengendalian Infeksi
3) Mutu Pelayanan Keperawatan
4) Akreditasi Rumah Sakit
5) Komite Keperawatan
d) Pelaksanaan Program Profesi Keperawatan Medikal Bedah
1) Minggu pertama: Laporan Pendahuluan, Laporan Kasus, Resume
keperawatan dan Case Report
2) Minggu kedua: Laporan Pendahuluan, Laporan Kasus, Resume
keperawatan dan Case Report
3) Minggu ketiga: Laporan Pendahuluan, Laporan Kasus, Resume
keperawatan dan Case Report
4) Minggu keempat: Laporan Pendahuluan, Laporan Kasus, Resume
keperawatan dan Case Report
5) Minggu kelima : Laporan Pendahuluan, Laporan Kasus, Resume
keperawatan, Case Reportdan Seminar Critical Appraisal
5

BAB 2
PENGELOLAAN PRECEPTORSHIP

Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan program pendidikan keperawatan
2. Menjelaskan learning outcome pembelajaran klinik
3. Menjelaskan jenjang kualifikasi pendidikan keperawatan berdasarkan KKNI
4. Menjelaskan capaian pembelajaran minimum lulusan program pendidikan profesi

Ringkasan

Keperawatan merupakan pelayanan profesional yang bersifat humanism, holism, dan


care. Pendidikan tinggi keperawatan terdiri atas: pendidikan vokasi, pendidikan
akademik, dan pendidikan profesi. Tujuan pendidikan Ners adalah menghasilkan Ners
yang mempunyai kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang baik
yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan menerapkan
prinsip dan kaidah keprofesian keperawatan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional
dan dapat bersaing secara global. Menurut KKNI jenjang kualifikasi terdiri dari 7 (tujuh)
yaitu dimulai dari kualifikasi 3 sebagai kualifikasi terendah dan kualifikasi 9 sebagai
kualifikasi tertinggi.

2.1 Struktur Program Pelatihan Preceptorship bagi Program Profesi Ners


Masalah penyelenggaraan pendidikan keperawatan di Indonesia
1. Pembimbing klinik yang kurang yaitu rasio pembimbing mahasiswa rata- rata
1:30-40 sebanyak 87% (standar 1:10).
2. Biaya praktik mahasiswa ke rumah sakit sangat mahal berkisar 100.000
s.d. 500.000/mhs/bln.
3. Perbandingan antara jumlah rumah sakit dengan institusi pendidikan 1:8.
4. Penggunaan fasilitas RS terbatas, seperti; sarung tangan, jarum infus, alat
suntik, kapas steril, dll.
6

5. Sebanyak 80% mahasiswa tidak mendapatkan bimbingan klinik yang memadai,


baik oleh pembimbing rumah sakit maupun oleh institusi pendidikan.
6. 95% menyatakan fungsi-fungsi manajemen (planning, organizing, directing,
controlling dan actuiting) belum dilaksanakan optimal dalam pelaksanaan
pendidikan klinik.
7. Pendidik klinik fakultas: tingkat kepakaran 11,7% kurang, penguasaan metode
belajar klinik 15,8% kurang, komitmen 19,2% kurang, penguasaan tehnologi
27,5% kurang sedangkan motivasi 63,3% sangat baik, percaya diri 70% baik dan
sikap caring 66,7% sangat baik.
8. Rumah sakit; perencanaan bimbingan praktik 75,8% kurang, standar praktik
klinik mahasiswa 76,7% kurang
9. Mahasiswa; critical thinking 58,3% kurang, sikap caring 20% kurang, tanggung
jawab 19,2% kurang, kemampuan leadership 61,7% kurang dan integrasi
dengan klinik sebanyak 65% kurang.
10. Pendidik klinik rumah sakit; kompetensi bimbingan 68,3% kurang, pemahaman
tujuan belajar 66,7% kurang, standar operating procedure 56,7% kurang.
11. Tujuan penyelenggaran pendidika keperawatan tidak tercapai;
12. Lulusan tidak bisa diserap oleh pemangku kepentingan atau pengguna karena
ketrampilan dan kompetensi yang tidak memadai serta jika melakukan kegiatan
praktik dapat membahayakan nyawa pasien
13. Dinas kesehatan tidak dapat mengeluarkan ijin sebagai tenaga kesehatan yang
disebut Surat Ijin Perawat
Menurut UU NO 38 /2014 ttg Keperawatan jenis Perawat terdiri atas: perawat
profesi dan perawat vokasi. Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas: ners dan ners spesialis.
Pendidikan tinggi keperawatan terdiri atas: pendidikan vokasi; pendidikan yang
diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan
tertentu sebagai perawat vokasi, pendidikan akademik; pendidikan yang diarahkan
terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan dan pendidikan
profesi; pendidikan yang diarahkan untuk mampu memecahkan masalah sains dan
teknologi dalam bidang ilmu keperawatan untuk mampu mengambil keputusan strategis
dengan akuntabilitas dan tanggung
7

jawab penuh atas tindakan keperawatan dibawah tanggung jawabnya. Pendidikan vokasi
sebagaimana dimaksud: merupakan program diploma Keperawatan. Pendidikan vokasi
paling rendah adalah program Diploma Tiga Keperawatan.
Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas:
program sarjana Keperawatan, program magister Keperawatan dan program doktor
Keperawatan. Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri
atas: program profesi Keperawatan dan program spesialis Keperawatan.
Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Perguruan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik,
atau akademi.
Ada kunci sukses Program pendidikan Ners, yaitu; pembelajaran tahap akademik
yang berkualitas, pembelajaran tahap profesi yang berkualitas yang dilaksanakan dengan
keterlibatan para perawat praktisi yang berpengalaman sebagai preceptor yang memiliki
kompetensi dan kemampuan menjadi preceptor yang kompeten dan handal serta
memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan termasuk
fasilitas lahan praktik.
Pentingnya Pelatihan preceptorship untuk program pendidikan Ners diantaranya
mempersiapkan para preceptor yang kompeten sehingga pengalaman klinik mahasiswa
selama tahap profesi efektif mencapai kompetensi yang diharapkan dari calon Ners.
Disamping itu para peserta akan menjadi role model preceptor bagi para perawat
praktisi lainnya di lingkungan institusi kerjanya. Program pelatihan ini merupakan salah
satu upaya strategis untuk meningkatkan kualitas lulusan program pendidikan Ners.
Program studi ilmu keperawatan meyakini bahwa keperawatan merupakan
pelayanan profesional yang bersifat humanism, holism, dan care. Keyakinan tersebut
yang merupakan landasan, kerangka kerja, dan kerangka berfikir dalam mengembangkan
body of knowledge ilmu keperawatan (Nursalam & Efendi, 2008).
8

Setelah mengikuti program pelatihan, peserta diharapkan mampu berperan


sebagai preceptor dan mampu mengelola proses belajar klinik bagi peserta didik tahap
profesi Ners yang dikelolanya.

2.2 Learning Outcome/Capaian Pembelajaran Klinik


Pendidikan profesional bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan profesional dalam menerapkan, mengembangkan,
dan menyebarluaskan teknologi dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Tujuan pendidikan Ners adalah menghasilkan Ners yang mempunyai kompetensi
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang baik yang mampu memberikan
pelayanan kesehatan dan keperawatan dengan menerapkan prinsip dan kaidah
keprofesian keperawatan dalam sistem pelayanan kesehatan nasional dan dapat bersaing
secara global.
Pembelajaran adalah satu proses perubahan perilaku yang terjadi pada individu
karena adanya proses yang dilakukan secara berstruktur atau tidak berstruktur. Aspek
penting dalam proses ini adalah keinginan /dorongan individu untuk berbuat dalam
belajar. Mahasiswa memerlukan pengalaman pembelajaran beragam agar mencapat
kompetensi yang diharapkan pada satu program pendidikan. Yang ditumbuhkan dalam
proses adalah kemampuan profesional meliputi kemampuan intelektual,tehnikal dan
interpersonal.
Pembelaran klinik adalah suatu pengalaman belajar yang bertujuan untuk
memberikan kesempatan peserta didik untuk menjadi trampil dalam menerapkan ilmu
pengetahuan yang didapat dikelas untuk diwujudkan menjadi tindakan psikomotor
dengan sikap (afektif) yang baik.
Sasaran pembelajaran adalah suatu pernyataan tingkah laku yang diharapkan
dapat dilakukan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu proses kegiatan
pembelajaran. Tujuannya adalah memandu kegiatan pembelajaran karena tujuan belajar
memberikan informasi tentang materi yg terdapat dalam program pendidikan serta
memberikan masukan tentang pemilihan metode dan media yang paling sesuai digunakan
dalam proses belajar mengajar.
9

Manfaat bagi dosen/pembimbing :


a. memilih atau merancang materi yang perlu dipelajari oleh mahasiswa,
metode pembelajaran yang akan digunakan dan
b. mengevaluasi keberhasilan belajar
c. mengelola kegiatan pembelajaran
Manfaat bagi peserta didik
a. mengetahui apa yang harus dikuasainya
b. mengarahkan kegiatan belajar baik terstruktur maupun mandiri
c. mengetahui apa yang akan dinilai
Dalam proses pembelajaran klinik, penetapan lahan praktek, penetapan kualitas
pembimbing/preceptor, dan tujuan belajar klinik di tetapkan bersama sama diantara
pembimbing/preceptor akademik dan klinik yang dibuat mengacu pada kurikulum
pendidikan secara umum.
SMART objectives: Specific, Measurable, Achievable,Realistic, and Timely
Tingkatan tujuan
a. tujuan program studi
b. tujuan umum mata ajar/unit yaitu gambaran prilaku umum setelah mengikuti
mata ajar/unit
c. sasaran pembelajaran terminal (performance objectives) yaitu rumusan
prilaku khusus yg diharapkan sesuai untuk analisis tugas
d. sasaran pembelajaran perantara (enabling objectives) yaitu rincian lebih
khusus untuk mencapai sasaran pembelajaran terminal
Taksonomi Kompetensi “BLOOM” (Dave, 1970)
1. Ranah kognitif
a. Knowledge/Mengetahui (hapal tertentu)
b. Comprehension/ Menguasai(mampu menjelaskan)
c. Application/Menerapkan(mampu mengaplikasikan)
d. Analyses/ Menganalisis (mampu menguraikan menjadi komponen-
komponen)
e. Syntesis/Mensintesis (mampu menarik kesimpulan berbagai komponen tidak
berhubungan menjadi suatu yang dapat dijelaskan
f. Evaluation / Menilai (mampu membuat keputusan tentang nilai sesuatu atau
cara)
10

2. Ranah afektif
a. Receiving
b. Responding
c. Valuing
d. Organizing
e. Characterizing
3. Ranah psikomotor
a. Imitation
b. Manipulation
c. Precision
d. Articulation
e. Naturalization
Komponen tujuan belajar
A= Audience (Peserta didik),
B= Behavior (Perilaku yang dirumuskan dalam sebuah kata kerja dan sebuah objek
atau materi yang jelas mendeskripsikan sebuah tindakan yang dilakukan oleh peserta
didik)
C= Condition (kondisi saat perilaku dilakukan, pembatasan atau restriksi yang
dikenakan pada peserta didik)
D= Degree of competence (Tingkat kompetensi atau tingkat keberhasilan yang
dapat diterima untuk membuktikan bahwa seorang mahasiswa telah mencapai tujuan
belajarnya)
Sasaran Belajar Klinik
Tujuan/sasaran pembelajaran kliniknya yaitu:
Bila dihadapkan pada klien tirah baring, mahasiswa mampu:
a. menentukan daerah tubuh klien yang tertekan
b. mengubah posisi klien secara berkala
c. menggunakan alat bantu untuk pencegahan daerah tubuh yang tertekan
d. mendeteksi adanya luka tekan secara dini
e. mengevaluasi tindakan yang dilakukan
f. mencatat tindakan yang dilakukan dan hasilnya pada dokumen yang tepat
g. melaporkan tindakan dan hasil evaluasi kepada pembimbing
11

Kontrak belajar adalah kesepakatan tertulis atau lisan antara peserta didik dan
pengajar/pembimbing yang menunjukkan aktivitas belajar mengajar yg spesifik yang
akan berlangsung dalam suatu periode tertentu.
Manfaat Kontrak Belajar
a. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
b. Mengembangkan komunikasi pengajar-peserta didik
c. Meningkatkan “expressiveness” dan kreativitas peserta didik
d. Dapat digunakan untuk memfasilitasi perkembangan personal peserta didik
Komponen Kontrak Belajar
a. Sasaran Belajar (behavioral objectives) yang spesifik yang akan dicapai, yang
memuat konten, level, dan sekuens sesuai dg karakteristik peserta
b. Performance expectations: spesifikasi kondisi dimana aktivitas pembelajaran
akan difasilitasi, seperti strategi dan sumber yang akan diperlukan
c. Evaluasi: spesifikasi kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi pencapaian
sasaran belajar, seperti checklist keterampilan, SOP/protokol
d. Time frame: spesifikasi lama waktu yang diperlukan untuk penyelesaian sasaran
belajar
Langkah-langkah implementasi kontrak belajar
a. Tentukan sasaran belajar yang spesifik
b. Review proses kontrak
c. Identifikasi sumber belajar
d. Ases tingkat kompetensi dan kebutuhan belajar peserta didik
e. Tetapkan rules
f. Rencanakan pengalaman belajar
g. Negosiasikan batasan waktu
h. Implementasikan pengalaman belajar
i. Renegosiasi (if needed)
j. Evaluasi
12

2.3 Learning Outcome sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia


(KKNI)
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), adalah penjenjangan capaian
pembelajaran yang menyetarakan, luaran bidang pendidikan formal, nonformal, informal,
atau pengalaman kerja dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor (PERPRES No. 8 Th 2012).
Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang disepakati secara
nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau pelatihan yang diperoleh
melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja. KKNI terdiri
dari 7 (tujuh) jenjang kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi 3 sebagai kualifikasi terendah
dan Kualifikasi 9 sebagai kualifikasi tertinggi. Jenjang pendidikan formal sebagai berikut:
a. jenjang 3 setara dengan lulusan D1;
b. jenjang 4 setara dengan lulusan D2;
c. jenjang 5 setara dengan lulusan D3;
1) Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang
sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan
menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan
kuantitas yang terukur.
2) Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, serta
mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural. Mampu
mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif
3) Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
atas pencapaian hasil kerja kelompok.
d. jenjang 6 setara dengan lulusan D4 atau sarjana terapan dan sarjana
1) Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan IPTEKS
pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi
terhadap situasi yang dihadapi
2) Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan
konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara
mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural
13

3) Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi dan


data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif
solusi secara mandiri dan kelompok.
4) Bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
atas pencapaian hasil kerja organisasi
e. jenjang 7 setara dengan lulusan pendidikan profesi;
1) Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah tanggung
jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan
memanfaatkan IPTEKS untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan
strategis organisasi
2) Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di dalam
bidang keilmuannya melalui pendekatan monodisipliner.
3) Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan
akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di
bawah tanggung jawab bidang keahliannya.
f. jenjang 8 setara dengan lulusan magister terapan, magister, atau spesialis satu;
1) Mampu mengembangkan pengetahuan , teknologi dan kiat di dalam bidang
keilmuan atau praktik professional keperawatan melalui riset hingga
menghasilkan karya inovatif dan teruji (dan mewujudkan praktik keperawatan
berbasis bukti)
2) Mampu memecahkan permasalahan sain, teknologi dan atau seni di dalam
bidang keilmuan keperawatan melalui pendekatan inter atau multidisipliner
3) Mampu mengelola dan mengembangkan riset yang bermanfaat bagi
masyarakat, keilmuan keperawatan dan mampu mendapat pengakuan nasional
dan internasional.
g. jenjang 9 setara dengan lulusan pendidikan doktor terapan, doktor atau spesialis
dua.
14

Gambar 1. Deskripsi Capaian Pembelajaran Minimum Lulusan Program Pendidikan Profesi

Konsep rumusan capaian pembelajaran minimal lulusan program pendidikan profesi


adalah:
a. Sikap dan Tata nilai
Sesuai dengan ideologi Negara dan budaya Bangsa Indonesia, maka
implementasi sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan kerja yang
dilakukan di Indonesia pada setiap level kualifikasi mencakup proses yang
menumbuhkembangkan afeksi sebagai berikut :
1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam
menyelesaikan tugasnya
3) Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta
mendukung perdamaian dunia
4) Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang
tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya
5) Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama
serta pendapat/temuan orisinal orang lain
6) Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk
mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.
15

b. Kemampuan kerja umum


1) Menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas dengan menganalis data serta
metode yang sesuai
2) Menunjukkan kinerja dengan mutu
3) Memecahkan masalah pekerjaan
4) Menyusun laporan tentang hasil dan proses
5) Dst.
c. Kemampuan kerja khusus
1) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada gangguan sistem tubuh
2) Mampu memberikan pertolongan pertama/BLS
3) Mampu memberikan Health Education pola hidup sehat
4) Mampu melakukan tindakan invasif
5) Dst.
d. Penguasaan pengetahuan
1) Menguasasi konsep IDK (ilmu dasar keperawatan)
2) Menguasai konsep IKD/Ilmu Keperawatan Dasar (Kebutuhan dasar
manusia)
3) Menguasai penggunaan alat kesehatan
4) Menguasai prinsip Health education
5) Mengusasai kode Etik dan hukum keperawatan Indonesia
6) Menguasai konsep penjaminan mutu askep
e. Hak, kewenangan dan tanggung jawab

5 Domains of the ASEAN Nursing Common Core Competencies


1. Ethic and Legal Practice
2. Professional Nursing Practice
3. Leadeship & Management
4. Education & Research
5. Professional, Personal and Quality Development
16

Pertanyaan

1. Jelaskan maksud dari keperawatan sebagai suatu profesi!


2. Jelaskan konsep yang mendasari penyusunan kurikulum pendidikan tinggi
keperawatan!
3. Jelaskan learning outcome dalam pembelajaran klinik!
4. Jelaskan taksonomi kompetensi “BLOOM”!

DAFTAR PUSTAKA

AIPNI (2010). Kurikulum Pendidikan Ners: Implementasi Kurikulum KBK. Untuk


kalangan sendiri.
Bastable, S.B. (2008). Nurse as Educator. 3rd Ed. Philippine Edition. Jones and
Bartlett Publishers.
Nursalam & Ferry Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Permendikbud No 73 tahun 2013
Perpres No 8 tahun 2012
Reilly, D.E. & Oermann, M.H. (2002). Pengajaran Klinis dalam Pendidikan
Keperawatan. Edisi 2. Alih bahasa: Enie Novieastari. Jakarta: EGC
Tim KKNI Dikti, (2013). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Materi Miniloka
Penyusunan Learning Outcome, AIPNI, Mei 2013.
17

BAB 3
METODE PEMBELAJARAN KLINIK

Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pentingnya caring dalam pembelajaran klinik
2. Menjelaskan komponen-komponen dalam pembelajaran klinik
3. Menyebutkan dan menjelaskan metode-metode dalam pembelajaran klinik

Ringkasan
Pembimbing klinik berperan sebagai role model pada peserta didik, sehingga
kualitasnya perlu ditingkatkan. Lingkungan belajar yang supportif sangat penting untuk
mencapai tujuan belajar mahasiswa, mahasiswa bebas mengekplorasi lingkungan, dan
memahami konsep caring. Beberapa metode klinik yang biasa digunakan adalah metode
experiental, pemecahan masalah, konferensi, observasi, multimedia, self directed,
preceptorship, demonstrasi, bed side teaching, dan nursing clinic

3.1 Konsep Dasar Pembelajaran Klinik


Metode Pembelajaran Klinik merupakan salah satu metode mendidik peserta
didik di klinik yang memungkinkan pendidikan memilih dan menerapkan cara mendidik
yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan karakteristik individual peserta didik
berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2002).

Kegiatan pembelajaran klinik adalah interaksi peserta didik- pengajar di dalam


lingkungan klinik. Sistem belajar di klinik adalah untuk menumbuhkan kemampuan
“melaksanakan”, mengembangkan ketrampilan “membuat keputusan klinik”, dan
menumbuh-kembangkan kemandirian profesional.
Praktik klinik merupakan “ the heart of the total curriculum plan” dan lahan
praktik merupakan tempat mahasiswa mengintegrasikan Ilmu, skill, sikap melalui
keputusan klinik dengan kemampuan scientifik dan penalaran etik. Caring merupakan
fokus atau pun inti dari keperawatan karena caring merupakan suatu cara pendekatan
yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
18

meningkatkan kepeduliannya kepada klien Oleh karena itu sangat diperlukan suatu
lingkungan yang sarat dengan “Role Model”.
Sebagai pendidikan profesi, pendidikan keperawatan memiliki landasan profesi
yang kokoh, ynag selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan dan ilmu penunjang serta menumbuhkembangkan keterampilan dasar dan
kemmapuan sebagai tenaga keperawatan. Masa pertumbuhna dan membina landasan
profesi keperawatan ini disebut sebagai sosialisasi profesional (professional
socialization) atau adaptasi profesional (professional adaptation), yaitu masa ketika
seorang peserta didik menjadi perawat profesional. Pada pendidikan tinggi keperawatan,
pelaksanaan sosialisasi profesional dilaksanakan secara stimultan dan/atau terpisah serta
terintegrasi dengan pembinaan kemampuan akademik. Adaptasi profesional bagi peserta
didik yang dilaksanakan dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan
keperawatan dilakukan dalam tatanan nyata pelayanan/asuhan keperawatan, dimana juga
terdapat komunitas profesional keperawatan yang sarat dengan tokoh panutan (role
model) dengan suasana dan lingkungan yang kondusif untuk perubahan perilaku peserta
didik (Nursalam & Efendi, 2012).
Kondisi saat ini mahasiswa sulit menumbuh kembangkan kemampuan
profesional karena berbagai faktor : kurang model peran, hubungan kolaborasi lahan
dengan pendidikan, fasilitas, metode pengajaran klinik, dll. Lahan praktik merupakan
tempat esensial untuk melatih dan menumbuhkan cara berfikir kritis serta berprilaku
sesuai etika pada mahasiswa.Mahasiswa harus mampu mengintegrasikan pengetahuan
dan ketrampilan menjadi satu kemampuan yg digunakan untuk menyelesaikan masalah
(MC Ghlothin dlm infante, 1985). Agar lahan praktik dapat berperan maksimal maka
lingkungan lahan harus kondusif.
Kompenen yang harus dikembangkan di lahan praktik, meliputi:
1) Kesempatan kontrak dengan klien. Penekanan praktik adalah bukan bagainama
merawat tapi pada bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dalam merawat.
2) Tujuan praktik harus jelas setiap tempat dan bagaimana cara mahasiswa untuk
mencapainya
3) Bimbingan yang kompeten, harus pakar, punya kemampuan membimbing,
mampu memfasilitasi proses belajar, menciptakan akademik atmosfir
19

4) Praktik untuk menguasai kompetensi


5) Dorongan untuk berfikir kritis
6) Kesempatan untuk menstransfer pengetahuan
7) Kesempatan untuk mengintegrasikan pengetahuan
8) Penggunaan konsep tim
Menurut Nursalam, 2009, Komponen yang harus ada pada tatanan tempat
praktik adalah:
1. Kesempatan kontak dengan klien
2. Tujuan praktik
3. Bimbingan yang kompeten
4. Praktik keterampilan
5. Dorongan untuk berpikir kritis
6. Kesempatan mentransfer pengetahuan
7. Kesempatan dalam mengintegrasikan pengetahuan.
Pembimbing Klinik dan Lapangan
Pembimbing klinik dan lapangan perlu ditingkatkan kualitasnya karena
pembimbing sangat berperan pada perkembangan kemampuan kognitif dan afektif
peserta didik. Peran pembimbing klinik yang perlu ditingkatkan adalah peran sebagai
model/contoh, pengamat peserta, dan narasumber (Nursalam, 2012). Kriteria yang harus
dipenuhi seorang pembimbing antara lain; 1) memiliki pengetahuan keilmuan yang dalam
dan luas serta minimal setara dengan jenjang pendidikan peserta didik; 2) kompeten
dalam kemampuan klinik; 3) terampil dalam pengajaran klinik; 4) mempunyai komitmen
dalam pembelajaran klinik. Salah satu cara meningkatkan kualitas pembimbing adalah
dengan mengadakan pelatihan clinical educator (Nursalam & Efendi, 2008).
Karakteristik Lahan Praktik yang Ideal:
1) Terdaftar dan diakui pemerintah
2) Memberikan pelayanan diagnostik, pencegahan, kuratif dan rehabilitatif
3) Mempunyai pasien cukup dengan kasus yang beragam
4) Mempunyai fasilitas fisik yang menunjang.
5) Mempunyai perpustakaan
6) Staff yg mampu menciptakan lingkungan untuk mencapai tujuan belajar
7) Mempunyai manejemen pelayanan yang baik
8) Mempunyai kegiatan penelitian “ evident base practice”
20

9) Staff keperawatan dan medis yang terpilih


10) Pencatatan dan pelaporan yang akurat
11) Pengaturan tenaga yang efisien dan tidak menggunakan mahasiswa untuk
menutupi kekurangan tenaga.
Lingkungan belajar yang supportif sangat penting untuk mencapai tujuan belajar
mahasiswa dimana mahasiswa bebas mengekplorasi lingkungan, bertanya dan mencoba
pendekatan baru dan unsur “ Caring “ menjadi dominan. Komponen yang harus dipenuhi
diantaranya:
a. Kolaborasi antara pendidikan dan pelayanan. Hubungan yang saling memahami
peran dan pungsi dan mampu bekerjasama sinergis antara dua institusi ini sangat
menunjang proses belajar mahasiswa.
b. Urusan administrasi penting tapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana
mahasiswa dapat pengalaman belajar dari citra yang diciptakan oleh dua institusi

Fokus Belajar di Klinik (KKNI Level 7)


a. Menumbuh-kembangkan Pemikiran kritis
b. Keselamatan pasien – meminimalisasi resiko
c. Kepemimpinan
d. Komunikasi
e. Praktik berbasis riset
f. Pengembangan profesional

Gambar 2. Metode Pembelajaran Klinik


21

3.2 Metode Pembelajaran Klinik

Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk mendidik mahasiswa di


klinik yang memungkinkan dosen/pembimbing klinik untuk memilih dan menerapkan
cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual mahasiswa
berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2009). Beberapa metode klinik
yang biasa digunakan adalah metode experiental, pemecahan masalah, konferensi,
observasi, multimedia, self directed, preceptorship, demonstrasi, bed side teaching,
nursing clinic (Nurhidayah, 2011).

1. Metode Experiential
Metode ini menyediakan interaksi di antara mahasiswa dengan lingkungan yang
menjadi tempat pembelajaaran (Reilly dan Obermann, 2002). Metode ini meliputi
penugasan klinik, penugasan tertulis, simulasi dan permainan. Contoh penugasan
tertulis: menulis rencana keperawatan, studi kasus, perencanaan pendidikan kesehatan,
proses pencatatan, membuat laporan kunjungan, pembuatan makalah dan catatan kerja
peserta didik tentang hasil observasi di lapangan serta pengalaman prakteknya. Contoh
simulasi dan permainan yaitu menggunakan model boneka dalam melakukan
keterampilan misalnya pemeriksaan payudara, kateterisasi urine, pemberian injeksi
(Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan
metode experiential adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009).
a. Perawat terampil dalam tugas
b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
c. Model praktik profesional yang dapat diterapkan
Beberapa kelemahan metode experiential adalah sebagai berikut;
a. Mahasiswa hanya melihat tugas asuhan keperawatan sebegai
keterampilan semata saja
b. Mahasiswa yang belum terampil memerlukan waktu yang banyak untuk
pembelajaran
c. Apabila pekerjaan selesai, mahasiswa akan meninggalkan klien dan melakukan
tugas yang lain.
22

2. Metode Pemecahan Masalah


Metode pemecahan masalah membantu mahasiswa dalam menganalisa situasi
klinis yang bertujuan untuk menjelaskan masalah yang akan diselesaikan, memutuskan
tindakan yang akan diambil, menerapkan pengetahuan untuk memecahkan suatu masalah
klinis, memperjelas keyakinan dan nilai seseorang. Metode pemecahan masalah
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode pemecahan masalah
adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Mahasiswa belajar untuk berpikir kritis untuk memecahkan masalah
b. Mahasiswa dituntut harus menguasai materi pembelajaran agar mendapatkan solusi
yang tepat untuk masalah klien
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat Beberapa
kelemahan metode pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
a. Dosen/pembimbing klinik harus memberikan perhatian yang maksimal kepada
mahasiswa
b. Mahasiswa yang tidak menguasai materi akan mengalami kesulitan dalam
pengambilan keputusan.

3. Metode Konferensi
Metode konferensi merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa
aspek praktis klinis. Mahasiswa dapat berbicara saat proses pemecahan masalah dan
menerima umpan balik langsung dari rekannya dan dosennya. Metode konferensi terdiri
dari praklkinik (preconference) dan pascaklinik (postconference) (Nursalam, 2009).
Metode konferensi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode
konferensi adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk langsung berinteaksi
satu sama lain
b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan
kemampuan merumuskan idenya, meningkatkan keyakinan diri mahasiswa
c. Penilaian kepada mahasiswa yang lain memberikan kesempatan dan pengalaman
mengevaluasi praktik orang lain
23

Beberapa kelemahan metode konferensi adalah:


a. Dosen/pembimbing klinik yang sibuk akan sulit untuk mengatur waktu melakukan
metode ini
b. Waktu sangat singkat membuat kepuasan mahasiswa belum tentu tercapai
c. Mahasiswa mengalami kecemasan dan koping yang tidak efektif jika tingkat
kemampuannya tidak sama dengan teman yang lain.

4. Metode Observasi
Metode observasi merupakan bentuk pembelajaran yang memberikan penugasan
berupa observasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman nyata dengan
mengembangkan prilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Metode ini meliputi:
a. Observasi lapangan: dilakukan untuk memperoleh pengalaman masa mendatang
dan persfektif tentang asuhan keperawatan, melihat perilaku orang lain serta
observasi situasi klinik.
b. Field trip (karya wisata): dilakukan diluar tekanan praktek dengan mengkaji
pengalaman yang tidak terdapat dilahan utama.
c. Ronde keperawatan: merupakan metode observasi secara langsung dengan
mengkaji asuhan keperawatan dan informasi dari klien dan berdiskusi dengan
klien, hasil diskusi observasi terhadap klien dilakukan diluar lingkungan klien
(Hidayat, 2002).
Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode
observasi adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang apa yang masalah yang
sebenarnya di klinik
b. Memberikan perhatian kepada mahasiswa untuk lebih fokus kepada objek
observasinya
c. Mengobservasi klien secara langsung dengan interaksi yang optimal akan
memberikan hasil observasi yang memuaskan mahasiswa
Beberapa kelemahan metode observasi adalah sebagai berikut.
a. Klien dan keluarga merasa kurang nyaman jika privasinya terganggu
b. Komunikasi yang tidak efektif akan mempengaruhi informasi yang didapatkan.
24

5. Metode Multimedia
Metode pembelajaran visual memberikan peningkatan pemahaman secara visual
mahasiswa dalam pemecahan masalah, metode secara auditori mengoptimalkan
pendengaran mahasiswa untuk memusatkan perhatian, metode psikomotor meningkatkan
keterampilan peragaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Metode multimedia mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode multimedia adalah sebagai berikut
(Reilly dan Obermann, 2002).
a. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pemecahan masalah, mengambil
keputusan dan berpikir kritis
b. Mendorong mahasiswa untuk mengevaluasi tindakan sendiri
c. Membantu mahasiswa untuk menerapkan konsep keperawatan yang nyata di klinik
Beberapa kelemahan metode multimedia adalah sebagai berikut.
a. Fasilitas yang tidak lengkap akan menghambat pengajaran
b. Dosen/pembimbing klinik yang kurang menggunakan variasi media akan
membuat mahasiswa kurang memahami pengajaran yang diberikan
c. Keterbatasan media akan menghambat mahasiswa untuk memaksimalkan
pelaksanaan konsep keperawatan.

6. Metode Self Directed


Metode ini berusaha memperlihatkan perbedaan dan kebutuhan individual
mahasiswa. Ada beberapa metode pengajaran self directed yaitu kontrak pembelajaran,
belajar sendiri dan modul kecepatan diatur sendiri (Susilo, 2011). Mahasiswa diberikan
kebebasan untuk dapat menambah pengetahuannya dengan mencari pembelajaran dari
sumber – sumber yang dapat menunjang pembelajarannya misalnya majalah, internet,
film, video, jurnal penelitian, dll. Beberapa kelebihan metode self directed adalah
sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Memperlihatkan tanggung jawab mereka terhadap hasil yang didapatkan
b. Memberikan kebebasan untuk mengatur belajarnya sendiri tanpa prosedur
negosiasi kontrak pembelajaran
c. Memperbaharui keterampilan dan pengetahuan klinis
25

Beberapa kelemahan metode self directed adalah sebagai berikut.


a. Mahasiswa sering mengabaikan tugas belajarnya, belajar tambahan
b. Mahasiswa sering tidak mendapatkan tujuan belajar yang diharapkan karena
tidak bisa mengatur waktu belajar dengan baik.

7. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara
memperagakan sesuatu prosedur dan mempergunakan alat disertai suatu penjelasan,
metode ini sering digunakan pada pendidikan keperawatan dalam materi prosedur
keperawatan. Dalam prakteknya, metode ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
tidak langsung yang dilakukan oleh tenaga perawat yang disaksikan oleh peserta didik
dalam tugas sehari-hari. Dan secara langsung adalah apa yang dipersiapkan secara teliti
dan disajikan oleh peserta dengan keahliannya dibantu pembimbing tentang bagaimana
melakukan suatu prosedur kesehatan (Hidayat, 2002).

8. Bed Side Teaching


Metode bed side teaching merupakan metode bimbingan diskusi yang
dilakukan disamping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan
keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Prinsipnya jumlah peserta dibatasi (5-6 orang),
diskusi awal dan pasca dilakukan didepan klien. Metode ini merupakan lanjutkan metode
demonstrasi. Sebelum melakukan metode ini diperlu persiapan fisik, psikologi dari
mahasiswa dan dosen (Nurhidayah, 2011).

9. Metode Nursing Clinic


Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan
kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan
dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip-prinsip dan prosedur
perawatan dari pasien, metode ini sering digunakan di lahan praktek khususnya dirumah
sakit. Dosen/pembimbing klinik memberikan penjelasan mengenai prosedur untuk
membahas kondisi seorang pasien. Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan.
26

10. Metode Preceptorship


Metode ini didasarkan pada konsep modeling. Mahasiswa memperoleh atau
memodifikasi perilaku dengan cara mengobservasi sendiri suatu model yang memiliki
perilaku yang dibutuhkan mahasiswa dan mereka juga memperoleh kesempatan untuk
mempraktikkan perilaku tersebut. Dosen/pembimbing klinik membimbing mahasiswa
untuk mempermudah transisi peran mahasiswa yang akan lulus dan mempermudah jalan
masuk ke lingkungan kerja. (Indraswati, 2011).
Kriteria preceptorship berpengalaman dalam bidangnya, profesional, berjiwa
pemimpin, memahami konsep dan asuhan keperawatan, mampu mengadakan perubahan,
mampu menjadi role model, berminat dalam bidang keperawatan (Nursalam, 2009).

Pertanyaan
1. Sebutkan komponen-komponen yang perlu dikembangkan di lahan praktik?
2. Jelaskan kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pembimbing kilinik?
3. Sebutkan dan jelaskan metode-metode dalam pembelajaran klinik?

Daftar Pustaka
AIPNI (2010). Kurikulum Pendidikan Ners: Implementasi Kurikulum KBK. Untuk
kalangan sendiri.
Bastable, S.B. (2008). Nurse as Educator. 3rd Ed. Philippine Edition. Jones and
Bartlett Publishers.
Nursalam & Ferry Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Reilly, D.E. & Oermann, M.H. (2002). Pengajaran Klinis dalam Pendidikan
Keperawatan. Edisi 2. Alih bahasa: Enie Novieastari. Jakarta: EGC
27

BAB 4
METODE PRECEPTORSHIP

Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan konsep model bimbingan preceptorship
2. Menjelaskan peran dan tanggung jawab preceptor dan preceptee
3. Menjelaskan pelaksanaan implementasi program preceptorship
4. Menjelaskan proses evaluasi dalam program preceptorship

Ringkasan
Metode preceptorship membantu mahasiswa dalam mengembangkan
kompetensi klinis dan meningkatkan kepercayaan diri dalam proses transisi menuju
perawat profesional. Peran seorang preceptor adalah sebagai model peran, sosialisator,
dan pendidik. Peran, fungsi dan tanggung jawab preseptor adalah melalui kelebihannya
dan sebagai model peran, membantu menciptakan tenaga perawat baru yang memiliki
sikap caring, competent, conscience, committed, compassion, melalui penumbuhan
kemampuan dalam coordination, dan communication.

4.1 Model Bimbingan Program Profesi Ners: Preceptorship


Preceptorship merupakan pendekatan eksprensial secara luas pada pendidikan
keperawatan klinis, dalam hubungan mendidik-mengajar secara resiprokal yang terdiri
dari mahasiswa keperawatan senior yang belum lulus, perawat klinis (sebagai preceptor)
dan fakultas keperawatan. Metode ini membantu mahasiswa dalam mengembangkan
kompetensi klinis dan meningkatkan kepercayaan diri dalam proses transisi menuju
perawat profesional. (Bott et al., 2011).
28

Gambar 3. Kerangka Kerja Preceptorship

Model bimbingan klinik meliputi bimbingan tahap akademik dan tahap profesi.
1. Tahap bimbingan praktik klinik tahap akademik
1) Pra-interaksi
Mahasiswa menyusun laporan pendahuluan untuk dilakukan pre conference,
membaca informasi tentang pasien dan persiapan fase introduksi. Pembimbing
memberikan informasi tentang pasien serta melakukan evaluasi pemahaman
mahasiswa.
2) Fase Introduksi
Mahasiswa memperkenalkan diri ke pasien dan membuat kontrak dengan pasien.
Pembimbing mengobservasi mahasiswa serta memberikan umpan balik.
3) Fase kerja
Mahasiswa melakukan validasi /pengkajian berdasarkan diagnosa, melakukan
justifikasi klinik, melakukan intervensi, ronde keperawatan, dan Bed Side
teaching. Pembimbing memberikan bimbingan untuk
29

menumbuhkan kemanmpuan intelektual, teknikal dan interpersonal,


mendampingi ronde keperawatan dan bed side teaching, serta memberikan
Post conference.
4) Fase terminasi
Mahasiswa enyimpulkan apa yang telah dicapai dan apa yang harus dilanjutkan
oleh pasien. Pembimbing membimbing dan observasi tentang kemampuan
interpersonal mahasiswa melalui laporan dan evaluasi serta umpan balik yang
diberikan.
2. Model bimbingan tahap profesi/Preceptorship
Suatu model pembelajaran di lahan praktik/klinik yang memasangkan peserta didik
atau perawat baru dengan praktisi yang berpengalaman. Merupakan pembelajaran
individual dimana setiap peserta didik ditugaskan dengan perseptor tertentu sehingga dia
mengalami praktik sehari-hari (“day-to- day” practice) dengan role model dan
resource person yang secara langsung tersedia di setting klinik.
Pelatihan induksi dilakukan pada hari-hari pertama bertujuan agar peserta didik
merasa seperti di rumah sendiri, membekali dengan peraturan, kebijakan, prosedur yang
berlaku. Penyesuaian tugas dapat dilakukan melalui kegiatan Preceptorship untuk
mahasiswa dan internship untuk staf baru.
Internship digunakan untuk staf yang baru lulus sebagai perawat, direkruit oleh
RS. Bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri sebagai perawat baru melalui
perubahan fokus yang tadinya kepada diri (bagaimana belajar yang terbaik) menjadi
kepada klien dan lingkungan (bagaimana memberikan yang terbaik).Memagangkan pada
tempat tertentu sesuai tujuan, pesertanya disebut “INTERN” - Seorang perawat senior
(biasanya dari akademisi yg mengenali lahan praktik atau perawat PRAKTISI yang
ditunjuk) bertindak sebagai pembimbing / pendamping beberapa intern (1 – 4 orang).
Internship menekankan prinsip pembelajaran dewasa.
Kegiatan bertahap pada Internship/Preceptorship melalui pendelegasian kewenangan
bertahap:
1) Merawat klien tanpa komplikasi (masalah kesehatan simpel).
2) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien, keluarga, dan perawat.
3) Menerapkan kemampuan kepemimpinan dasar dalam prioritas tatanan,
menyelesaikan masalah, dan berperan sebagai ketua tim.
30

4) Mengembangkan kemampuan kepemimpinan dasar yang digunakan dalam prioritas


tatanan, menyelesaikan masalah, dan memimpin kelompok/tim.

Metode preceptorship diperlukan dalam pembelajaran klinik karena beberapa


alasan, diantaranya : 1) ada ketidaksesuaian tentang kinerja yang diharapkan antara
manajer dan staff pelaksana. 2) Sistem penilaian kinerja tidak efektif. 3) Kesulitan
komunikasi antar staff yunior dan senior. 4) Tidak ada data dasar dan kriteria yang
konsisten untuk mengukur kinerja staff baru. 5) Kurangnya dukungan emosi untuk staff
pada saat krisis atau pindah ke lingkungan baru. 6) Staff baru / yunior sering
memperlihatkan syok realitas.
Ada beberapa kekuatan preceptorship yaitu mampu menyiapkan para praktisi
untuk menjadi lebih professional dalam praktik professional, dan melindungi masyarakat
dari pelayanan para praktisi pemula yang tidak berpengalaman.
Preceptorship merupakan pendekatan bimbingan belajar yang dilakukan selama
masa induksi dan orientasi staf baru yang enggunakan landasan teori pendidikan dewasa
(adult learning). Sistem yang memungkinkan staf baru belajar untuk bekerja melalui
model peran orang lain (preseptor) melalui proses pembimbingan terstruktur. Bertujuan
untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk menjadi orang yang
bermanfaat bagi orang lain melalui proses adaptasi yang lebih mudah dan kondusif.
Sistem preceptorship di Australia disebut sistem buddy (“Buddy system”) yaitu
sistem teman akrab. Seorang perawat senior membimbing satu peserta didik dan
menganggap peserta didik sebagai tanggung jawabnya dari a sp z. Jika perawat libur
maka teman kecilnya akan libur. Proses pembelajaran bertahap: dari prosedural
(ketrampilan), afektif & kognitif, sampai kepada asuhan keperawatan lanjut (klien dengan
komplikasi).
Pendidikan merupakan pengalaman yang direncanakan dan menimbulkan
perubahan perilaku sesuai dengan arah yang diinginkan. Perilaku individu dipengaruhi
oleh kebiasaan sehingga perubahan perilaku sulit untuk berdampak pada pengalaman lalu
dan menyakitkan untuk menjadi pengalaman baru. Pembelajaran merupakan proses aktif
bukan pasif, yang terjadi hanya melalui kegiatan peserta didik. Individu dewasa akan
memiliki motivasi tinggi untuk
31

belajar atau mengubah perilaku jika mereka berpersepsi bahwa ada manfaat segera yang
akan diterima dari proses pembelajaran mereka.
Individu dewasa belajar dengan sangat baik jika berada dalam situasi
disekuilibrium. Pembelajaran dapat difasilitasi dengan menciptakan ketidakpuasan
dengan perilaku saat ini atau dengan membuat pandangan tentang diri yang lebih atraktif
daripada saat ini.Individu dewasa belajar dengan sangat baik jika memegang kendali
terhadap isi dari pembelajaran dan metoda dimana pembelajaran terjadi. Pendidik hanya
tinggal membantu menetapkan tujuan belajar dan standar kinerja.
Peserta didik distimulasi untuk menguji cobakan perilaku baru oleh pendidik
dengan cara memberi kepercayaan, meningkatkan keterbukaan, dan mengurangi ancaman
akan tidak lulus. Pendidik sebagai model peran memberikan tanda positif atau negatif
yang dapat membentuk perilaku peserta didik ke satu arah atau arah lain. Sistem
preseptor digunakan untuk memberi orientasi pada staf baru tentang tugas dan tanggung
jawabnya.
Strategi yang dilakukan preceptor adalah menguatkan / enabling: terbuka dan
konstruktif, dapat dihubungi / terlihat, tanggap terhadap kebutuhan orang lain, mudah
dipercaya, merasa nyaman dengan diri dan kemampuannya, bersikap saling menghormati
serta mengelola emosi dan perasaan secara terkendali.

Keuntungan Preceptorship
Canadian Nurse Association (CNA) menyebutkan ada tiga pihak yang
mendapatkan keuntungan dari program preceptorship ini yaitu preceptee (partisipan),
institutuion (institusi pendidikan), dan profession (profesi).
1. Bagi peceptee (partsipan)
1) Adanya peningkatan kepuasan kerja.
2) Penurunan tingkat stress bagi mahasiswa.
3) Perkembangan diri yang signifikan.
4) Meningkatkan kepercayaan diri.
5) Penciptaan sikap, pengetahuan, dan kemampuan yang lebih baik.
2. Bagi institusi
1) Penghematan biaya perawatan.
2) Meningkatkan perekrutan perawat baru.
32

3) Peningkatkan upaya penyembuhan terhadap pasien.


4) Meningkatkan loyalitas intsitusi.
5) Meningkatkan produktivitas.
3. Terhadap profesi keperawatan
1) Meningkatkan dukungan terhadap lulusan baru.
2) Meningkatkan kualitas kerja bagi perawat yang sudah bekerja,
3) Mengurangi angka perekrutan perawat.
4) Meningkatkan jumlah perawat yang mempunyai nilai kepemimpinan dan
pengajaran yang baik.

Proses dalam sistem preseptor meliputi:


1) Identifikasi latar belakang peserta didik / staf baru.
2) Identifikasi karakteristik personal, pengalaman masa lalu, dan kemampuan
bekerjanya.
3) Tetapkan seorang perawat senior / berpengalaman di ruangan yang sama untuk
menjadi pasangan bekerja.
4) Pasangan tsb bekerja dalam satu shift yang sama memberikan pelayanan kepada
sekelompok pasien yang sama.
5) Susun kontrak belajar, tujuan preseptor dan preseptee
6) Susun program kegiatan utk peserta didik meliputi peningkatan pengetahuan,
ketrampilan, dan perubahan sikap (mulai dari yang sederhana sampai kompleks).
7) Susun daftar / checklist tentang tingkat pencapaian dari ketiga aspek, catatan
kegiatan harian, formulir laporan kejadian luar biasa.
8) Selalu mengutamakan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan.
9) Tetapkan waktu untuk berdiskusi tentang harapan, pencapaian, kendala,
persepsinya melalui proses refleksi.
10) Tetapkan pertemuan kelompok pendukung secara teratur. Berikut
adalah contoh rancangan diskusi dalam model preceptorship
1) Identifikasi kelemahan peserta didik / staf baru.
2) Mintalah peserta didik / staf baru untuk melakukan refleksi.
3) Diskusikan hal-hal yang kurang patut, tidak benar, atau sesuatu yang dilupakan
ketika melakukan kegiatan.
33

4) Motivasi peserta didik / staf baru untuk melakukan yang baik dan benar.
5) Berikan pujian dan penghargaan kepada peserta didik / staf jika melakukan sesuatu
dengan berhasil.
6) Buat perjanjian untuk memberlakukan sistem hukuman jika tidak berhasil.
7) Buat kesepakatan untuk menguji cobakan sesuatu kemampuan.
Sistem preseptor atau nama lain bertujuan untuk memandirikan peserta didik
melalui proses pengenalan tugas dan tanggung jawab yang terstruktur dan bertahap.
Diperlukan pemahaman tentang konsep dasar pembelajaran dewasa dan rasa pengorbanan
dari preseptor untuk memberikan waktu dan tenaganya untuk kepentingan “calon
yuniornya”.
Peran, fungsi dan tanggung jawab preseptor adalah melalui kelebihannya dan
sebagai model peran, membantu menciptakan tenaga perawat baru yang memiliki sikap
caring, competent, conscience, committed, compassion, melalui penumbuhan
kemampuan dalam coordination, dan communication.
Preceptee merupakan mahasiswa profesi ners dari institusi keperawatan yang
telah menyelesaikan program akademik sarjana keperawatan, mahasiswa tahap profesi
yang telah lulus uji masuk klinik, telah menyiapkan diri secara fisik dan mental, memiliki
seluruh perangkat praktik (alat, pedoman, dll), memahami proses dan mekanisme
preseptorship, memahami preseptornya dengan baik, serta memiliki semangat dan
antusiasme untuk melakukan praktik sebagai calon profesional. Preseptee memiliki
tanggung jawab, diantaranya:
a. Menjaga sikap profesional dan mengenakan seragam dinas sesuai dengan institusi
masing-masing, termasuk mengenakan nametag
b. Berpartisipasi dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar dan
merencanakan serta mengimplementasikannya pada pengalaman belajar
c. Berpartisipasi aktif dalam mencari pengalaman belajar dan mempersiapkan diri
dalam menyelesaikan tujuan belajar
d. Menyelesaikan tugas dan semua jam praktik klinik dalam waktu yang ditentukan
e. Melayani pasien sebagai advokator dan menjaga confidentiality
f. Melengkapi evaluasi preseptor dan menyerahkannya sebelum
menyelesaikan praktik klinik
34

4.2 Preceptor
Preseptor adalah ners yang setuju untuk mendedikasikan dirinya menjadi role
model dan pembimbing kepada mahasiswa profesi ners pada lingkup klinis. Peran
preceptor adalah sebagai role model di area klinik, pendidik, advokat dan konsultan
(McMAster Mohawk Conestoga, 2012).
Peran preceptor meliputi:
1. Model peran
Mendemonstrasikan bagaimanastaf yang kompeten melaksanakan kerjanyalebih
familiar dan lebih menyenangkan.Perawat memberikan role model memperlihatkan
kualitas seperti: caring, Interaksi positif, empati, dihargai sejawat, komunikator handal,
dan fungsi advokasi yang kuat. Kualitas diri model peran meliputi: praktisi ahli, nara
sumber semangat, membagi pengetahuan pada yang lain, menghargai martabat pada
semua orang, pemikir kritis, jujur, dan akuntabel.
Model peran preseptor yang baik meliputi :
1) Dapat didekati dan dihubungi
2) Kalem dan terkendali; memiliki sikap humoris
3) Ramah pada pasien
4) Memiliki standar asuhan yang tinggi yaitu ampu memberikan asuhan aman dan
selalu diperbaharui
5) Bermotivasi baik dan dapat dipercaya
6) Penuh pengertian dan memiliki empati
7) Mudah menyesuaikan diri, mampu bersahabat
8) Penampilan cerdas dan assertif
9) Berkomunikasi baik ketrampilan kepemimpinan
10) Preseptee ingin menjadi seperti preseptor (idola)
11) Berpengetahuan dan trampil (clinical skills)
12) Tegas dan adil
13) Menimbulkan rasa hormat
14) Kemampuan untuk mengakui kesalahan
15) Taat aturan / pedoman
16) Berorientasi pada riset
17) Mampu menjadi contoh
18) Mampu bekerja efisien
35

2. Sosialisator
Membantu preseptee merasawelcome & terintegrasi kedalam budaya
unit/ruangan yang asing, dan kurang nyaman. Pada saat orientasi, lingkungan baru bisa
menimbulkan syok realitas yang terdiri dari 4 fase, yaitu : fase honeymoon/bulan madu,
shock/syok, recovery/pemulihan, dan resolution/resolusi.
3. Pendidik
Membantu preseptee mengkajikebutuhan belajar orientasi,
merencanakanpengalaman belajar, mengimplementasikanrencana,
mengevaluasi kinerja; least familiar, least comfortable. Tantangan dalam peran
pendidik adalah menyeimbangkan duaperan pemberi asuhan dan preseptor.
Fungsi Preseptor:
a. Preseptor menyiapkan mahasiswa, atau preseptee, untuk beradaptasi terhadap
suatu peran baru dalam layanan kesehatan pasien.
b. Para preseptor membina peserta didik dan menolong mereka melihat berbagai
peran yang akan mereka jalankan pada tatanan klinik.
c. Mengarahkan perawat baru pada masa transisi dari ketika menjadi mahasiswa
sampai pada bekerja secara professional atau dari satu kekhususan keperawatan
kepada kekhususan keperawatan lainnya.
Manfaat Preseptor
a. Mahasiswa mendapat manfaat dari dukungan dan semangat yang diberikan oleh
preseptor perawat praktisi profesional,
b. Pembelajaran individualistik,
c. Meningkatnya rasa percaya diri dalam ketrampilan keperawatan.
d. Preseptor keperawatan mendapat manfaat dari pengakuan sebagai model peran
dan kepuasan berbagi pengetahuan serta pengalaman dan kesempatan untuk
mempengaruhi perubahan dalam bidang kerjanya.
e. Fasilitas medik menikmati retensi lebih baik tentang perawat mahirnya dan
merekrut perawat baru dengan ketrampilan yang dikenal.
Pelatihan Preseptor:
a. Perawat senior yang berlisensi memiliki pengalaman bekerja di area kekhususan
keperawatan harus mengikuti pelatihan untuk menjadi preseptor dengan
menghadiri serangkaian kegiatan pelatihan yang diberikan ole institusi
pendidikan / pelayanan.
36

b. Di luar negeri dapat melalui pelatihan materi yang tersedia secara online dan
dapat dibeli atau berpartisipasi dalam program pelatihan berbasis internet untuk
individual.
c. Kebutuhan kualifikasi untuk calon peserta pelatihan preseptor keperawatan yaitu
beberapa tahun berpengalaman kerja di area kekhususan keperawatan, memiliki
tugas mendidik.
Kriteria Preceptor:
a. Staff kompeten / qualified.
b. Pengalaman minimal dua tahun di tempatsama.
c. Memiliki minat untuk menjadi preseptor.
d. Pernah mengikuti pelatihan mengajar danmengkaji /menilai ditatanan praktik.
Tanggung jawab preceptor:
a. Merencanakan lebih dulu dengan menjelaskan pada staf tanggal preseptee datang
ke unit, daftar rencana harian.
b. Hari pertama: menanyakan pembelajar untuk membagi kebutuhan/ tujuan,
membagi tujuan / harapan.
c. Memperkenalkan pada staf—integrasikan, welcome, melibatkan dalam waktu-
waktu istirahat.
d. Menjelaskan spesifikasi tentang apa yang diharapkan (sesuai kontrak belajar).
e. Mendapatkan/memberi umpan balik sesering mungkin selama hari kerja.
f. Refleksi tentang kegiatan, memenuhi ketrampilan.
g. Mengidentifikasi kebutuhan belajar preseptee – menanyakan daftar ketrampilan
kritikal, tujuan klinikal (lihat kontrak belajar).
h. Memberi kesempatan preseptee untuk mengobservasi apa yang dilakukan
preseptor, mungkin hanya satu pasien untuk asuhan preseptee.
i. Mencari peluang untuk preseptee dalam melaksanakan prosedur yang
menimbulkan kecemasan tinggi pertama kali – menurunkan kecemasan, stress.
j. Melaksanakan konferensi singkat dengan preseptee untuk mencek prioritas
kajian, perubahan obat / terapi
k. Meminta preseptee merefleksikan kegiatan sehari tersebut dan mendiskusikan
situasi – mengajukan pertanyaan.
37

l. Mempraktikkan pengelolaan waktu yang baik.


m. Melatih preseptee tentang praktik terbaik.
n. Mengikuti pedoman praktik keperawatan.
o. Mewujudkan perluang untuk belajar
p. Memotivasi preseptee untuk memilikii rasa humor, menikmati kerjanya.
q. Menggerakkan fungsi dari preseptor ke mentor – membimbing staf baru,
sejawat, untuk belajar.
Teknik Preseptoring
1. Mengambil tanggung jawab
2. Setuju untuk tidak setuju
3. Mendefinisikan masalah
4. Membiarkan preseptee berventilasi
5. Menetapkan aturan dasar, setiap orang akan didengar, semua
mendengarkan, mendukung perasaan dengan fakta-fakta.
6. Bertanya dengan pertanyaan terbuka
7. Mendengar secara obyektif
8. Menyebutkan kembali masalah, menetapkan tujuan, menetapkan rencana
kegiatan
9. Tindak lanjut
10. Menumbuhkan situasi selalu ingin tahu/bertanya
11. Bertanya dengan pertanyaan terbuka vs tertutup ( mampu menjawab seluruhnya
dengan benar, sebagian benar, tidak benar)
12. Menyiapkan untuk hal-hal yang tidak diharapkan --“Bagaimana jika…”
13. Berpikir keras--Verbalisasi proses berpikir ini
14. Bandingkan temuan pengkajian dalam laporan
15. Merefleksikan kegiatan-kegiatan / temuantemuan dalam setiap hari
16. Menantang asumsi
17. Mencari makna, koneksi, mengkelompokkan data
18. Mempertahankan kebanggaan professional—siap mengakui kesimpulan yang
salah, selalu mencari kebenaran.
Perangkat Preceptorship
1) Program Preseptor
2) Informasi Orientasi dari Preseptor
3) Format Kesepakatan Preseptor, manfaat
38

4) Pedoman praktik klinik


5) Alat / Format evaluasi
6) Format Laporan Kejadian pemberian medikasi preseptee
7) Tujuan / Daftar Ketrampilan preseptee

4.3 Implementasi Program Preceptorship


Dalam implementasi program preceptorship terdapat beberapa unsur yang harus
ada, yaitu:
1) Preseptor
2) Dukungan administrasi
Adanya kesepakatan antara institusi pendidikan dan pelayanan (MOU), dukungan
dari manajemen keperawatan di tatanan layanan, surat2 berjalan lancar,
melaksanakan pertemuan rutin dengan pihak pendidikan khususnya para preseptor
terkait kegiatan mahasiswa dan relevansinya dengan pelayanan, menetapkan biaya
berbasis kesepahaman: tanggung jawab institusi pendidikan dalam pelayanan dan
tanggung jawan institusi pelayanan terhadap kegiatan mahasiswa.
3) Dukungan pendidikan
Menjalankan MOU sesuai dengan kesepakatan, menetapkan pendidik akademik
sebagai preseptor, menetapkan staf pelayanan sebagai pendidik klinik,
menyediakan dana sesuai dengan kebutuhan praktik klinik mahasiswa,
menyediakan dana untuk biaya bimbingan mahasiswa, melaksanakan pertemuan
secara regular dengan pihak pelayanan untuk membahas hal2 yang telah dan belum
dapat dilaksanakan.
4) Insentif
Kedua pihak menetapkan materi insentif bagi kedua pihak dengan melibatkan para
mahasiswa dalam upaya peningkatan kualitas layanan serta melibatkan wakil-wakil
dari kedua pihak dalam berbagai kegiatan khusus masing-masing; misalnya: saat
seminar oleh pendidkan atau acara ulang tahun tatanan layanan, mendukung
pengembangan networking dari masing-masing pihak.
5) Preseptee
39

Mekanisme Implementasi Program Preceptorship


1. Persiapan
a. Bidang akademik melakukan pertemuan dengan para preseptor akademik maupun
klinik untuk menyepakati jadwal, rotasi kegiatan, peran dan tanggung jawab
masing2 preseptor.
b. Preseptor akademik memberikan penjelasan pada preseptee tentang tujuan,
program kegiatan, penggunaan alat praktik dan berbagai pedoman yang akan
diberlakukan.
c. Preseptor akademik memperkenalkan masing2 preseptor yang akan bertanggung
jawab terhadap preseptee.
d. Memberi kesempatan pada preseptor dan preseptee untuk saling mengemukakan
harapannya.
2. Pelaksanaan
a. Preseptee bersama preseptor akademik menuju ke wahana praktik untuk
mengikuti orientasi tentang wahana praktik dan jenis-jenis ruangan/area yang
akan dilewati preseptee serta aturan/kebijakan/pedoman yang berlaku, kegiatan
keselamatan pasien, diri, dan lingkungan kerja, sikap perilaku yang sesuai kode
etik profesi.
b. Preseptee dan preseptor klinik melakukan negosiasi tentang kontrak belajar
sesuai kompetensi yang harus dicapai di tempat dimana preseptor berdinas.
Kesepakatan di tanda tangani masing-masing. Seorang preseptor bertanggung
jawab terhadap maksimal 4 orang preseptee.
c. Preseptor klinik memperoleh sejumlah pasien untuk dikelolanya bersama para
preseptee yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Setiap awal dinas mengikuti operan dinas, demikian juga ketika operan akhir
dinas setelah preseptee ikut berkontribusi menulis laporannya. Akhiri dengan
refleksi tentang kegiatan yangtelah dijalaninya hari tersebut.
e. Minggu ke 1 (awal) fokus kegiatan para preseptee pada pendelegasian
kewenangan kegiatan prosedural keperawatan.
f. Mengidentifikasi semua tindakan prosedural keperawatan dari pasien yang
menjadi tanggung jawab preseptor. Membagikan jadwal pelaksanaan tindakan
prosedural kepada masing-masing preseptee.
40

g. Tindakan prosedural dilaksanakan dibawah supervisi penuh preseptor. Dimulai


dengan yang sederhana kemudian ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan
tingkat kesiapan dan kompetensi yang telah dimiliki preseptee sebelumnya.
h. Jika preseptee dianggap belum kompeten tentang suatu tindakan, tidak diberi
kegiatan yang lebih sulit sampai dianggap kompeten.
i. Minggu selanjutnya maka fokus kegiatan pada pendelegasian kewenangan
sebagai calon perawat profesional untuk memberi asuhan kepada pasien secara
utuh bersama-sama dan kemudian mandiri.
j. Satu kasus yang sederhana dikelola oleh 2 orang preseptee, sesuai dengan catatan
keperawatan/mediknya.
k. Berikutnya satu kasus sederhana dikelola oleh hanya 1 orang preseptee.
l. Selanjutnya alokasi kasus disesuaikan dengan tingkat penguasaan kompetensi
dari masing-masing preseptee (tidak sama).
Preseptor harus menjamin bahwa semua tindakan yang diberikan oleh preseptee
untuk pasiennya memenuhi persyaratan kualitas (sesuai SOP dan pedoman
praktik/asuhan) dan menjaga keselamatan pasien serta memuaskan pasien. Preseptor
juga harus menjamin bahwa semua kewenangan yang telah didelegasikan sesuai
dengan kompetensi yang harus dimilikinya.Setiap kesalahan atau kekurangan
preseptee menjadi tanggung jawab preseptor dan preseptor harus segera
memperbaikinya. Preseptor harus menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan
preseptee terkait kinerjanya.
Kegiatan lainnya yang harus diatur dan dilaksanakan oleh preseptor untuk para
presepteenya adalah: diskusi kasus, presentasi kasus, seminar kecil di ruangan,
penugasan tertulis tidak diutamakan, kecuali untuk laporan yang diperlukan wahan
praktik, diskusi kasus, atau presentasi kasus. Preseptor selalu memantau tulisan
preseptee dalam laporan ruangan, kardex, atau dokumentasi lainnya.
3. Evaluasi Kegiatan Preseptorship
Dilakukan secara teratur oleh preseptor klinik secara lisan kepada preseptee.
Kedua pihak saling mengemukakan pandangan tentang diri dan pihak lain secara
konstruktif. Preseptor akademik memastikan semua kompetensi sudah dikuasai dan
preseptee siap untuk uji kompetensi pada akhir setiap stase. Semua format yang diisi
oleh preseptee selama magang
41

diperiksa oleh preseptor klinik dan akademik untuk menjamin tidak ada kekeliruan
atau kekurangan peluang menjalankan kompetensi yang dimiliki.
Evaluasi yang digunakan berupa lembaran evaluasi berupa poin-poin penting
yang ditujukan pada masing-masing preceptor dan preceptee yang dilakukan pada
minggu terakhir praktik profesi departemen medikal bedah. Lembar evaluasi ada di
halaman lampiran.
Format kegiatan
1) Kontrak kerja dengan institusi pendidikan
Tujuannya untuk mengikat preseptor agar menjalankan peran dan tanggung
jawabnya hanya untuk kepentingan institusi tertentu saja, menjelaskan tentang hak dan
kewajiban dari preseptor dan institusi pendidikan yang telah menunjuknya, serta
menetapkan jangka waktu kontrak, kecuali ikatan kontrak kerja tersebut bersifat menetap
(dosen klinik tetap).
2) Kesediaan menjadi preseptor
Tujuan: untuk menjamin penetapan sebagai pendidik klinik dari institusi
pendidikan dapat dijalankan secara bertanggung jawab. Digunakan sebagai bukti
akuntabilitas. Setiap preseptor hanya mengisi format kesediaan untuk satu institusi saja,
agar peran dan fungsi sebagai preseptor dapat dijalankan dengan baik. Format ini untuk
menjamin bahwa para preseptee memiliki seseorang yang akan ditujunya di wahana
praktik.
3) Kontrak belajar
Tujuan: memberikan pemahaman kepada preseptor dan preseptee bahwa selama
berinteraksi ada capaian yang harus diupayakan oleh keduanya. Dikembangkan saat
preseptee menemui preseptor pertama kali, diakhiri dengan kesepakatan dari
keduanya.Isinya: tujuan/sasaran pemeblajaran, daftar kompetensi, kegiatan yang akan
dilaksanakan, metoda atau pendekatan untuk mencapai kompetensi, jadwal/target,
penilaian dari preseptor.
4) Daftar kompetensi di ruangan / di RS
Kompetensi Utama, pendukung dan lainnya yang dapat dicapai di setiap wahana
praktik. Mengacu pada kompetensi yang terdapat dalam kurikulum. Disertai tanggal
pencapaian dan tanda tangan dari preseptor akademik dan klinik. Ada yang dilengkapi
dengan kolom tingkat pencapaian (disupervisi ketat, supervisi minimal, mandiri).
5) Kegiatan harian, dan mingguan
42

Log harian merupakan rencana tujuan dan kegiatan harian yang dirancang setiap
hari sebelum melakukan tindakan selama magang. Tujuannya agar preseptee fokus pada
tujuan kegiatan belajarnya. Log mingguan merupakan rencana kegiatan yang akan
dilakukan dalam minggu tertentu. Contoh: minggu ke 1 diskusi kasus pada hari Rabu tgl
15 Maret; minggu ke 2 seminar kecil ruangan pada hari Jumat tgl 18 Maret, dst.
6) Log book preseptee
Berbentuk buku saku agar mudah dibawa, mencantumkan kompetensi yang akan
dicapai. Merupakan log kegiatan harian yang dicatat setiap selesai melakukan kegiatan,
dilengkapi jam dan kehadiran preseptor (yang menyaksikan). Pada saat preseptee
melakukan operan dinas, preseptor mencermati kegiatan yang sudah dilakukan preseptee.
7) Portofolio
Merupakan hikayat kegiatan preseptee selama magang. Bisa dilanjutkan sampai
ketika ia sudah menjadi perawat profesional.Isi: data personal; informasi tentang
pengelolaan kinerja profesi; Keterlibatan dalam kegiatan keperawatan selama
magangbaik internal (misal: tgl……menjadi panitia ultah RS), atau eksternal (misal:
mengikuti seminar keperawatan yang dilaksanakan OP); rekaman kegiatan
pengembangan diri; Refleksi selama magang; catatan prestasi diri; catatan pembinaan diri
dari preseptor/orang lain; evaluasi dir terhadap kinerja, dll.

4.4 Latihan Diskusi Kelompok


Persiapan untuk praktik
1. Pembagian kelompok bagi peserta pelatihan menjadi...............kelompok
2. Setiap kelompok 6 orang untuk diskusi kelompok dan role play praktikum
3. Bahan yang diperlukan : rancangan pengajaran profesi institusi dan materi
pelatihan
Pembagian kelompok
1. Keperawatan medikal bedah
2. Keperawatan kritis
3. Keperawatan anak
4. Keperawatan maternitas
5. Keperawatan jiwa
43

6. Manajemen keperawatan
7. Keperawatan komunitas
8. Keperawatan keluarga
9. Keperawatan gerontik
Proses Diskusi
1. Diskusikan dalam kelompok pemeran dari preseptor akademik, preseptor klinik, dan
preseptee.
Aspek yang perlu dipertimbangkan:
a. Kontrak belajar yang telah disepakati oleh preseptor mendasari kegiatan yang
dirancang oleh preseptor.
b. Tingkat kemampuan preseptee berbeda dan sangat individualistik
c. Pendelegasian harus diberikan ketika pembelajar (preseptee) sudah merasa siap
untuk menerima dan pindah dari satu pendelegasian ke pendelegasian lain.
d. Penilaian kompetensi dilakukan preceptor klinik bersama dengan preceptor
akademik.
2. Tentukan lama praktik klinik sesuai dengan beban studi MA/stase praktik
Acuan 1 sks praktik klinik/smt= 1 sks x 4-5 jam x 16 minggu = 64-80 jam
3. Tentukan lama stase di ruangan preseptor
4. Tetapkan jadwal dinas saudara dan kaitannya dengan posisi preseptee
5. Bahas kompetensi kritikal yang harus Bahas kompetensi kritikal yang harus dicapai
preseptee di ruangan Saudara.

Proses Bimbingan oleh Preceptor


1. Susun Jadwal Bimbingan Model/Pola Preceptorship selama ......hari di ruangan
Saudara (Preceptor)
2. Tetapkan program orientasi untuk ... hari.
3. Susun pendelegasian tindakan prosedural yang telah diidentifikasi dari kasus yang Sdr
kelola untuk masing-masing preseptee. Kasus mempertimbangkan kondisi pasien yang
ada di RS selama hari
4. Rancang pendelegasian kasus sederhana bersama-sama untuk ke 4
preseptee selama..........hari.
5. Rancang pendelegasian kasus sederhana mandiri untuk ke 4 preseptee selama hari
44

6. Rancang pendelegasian kasus agak kompleks secara bersama-sama untuk ke 4


preseptee selama.................hari
7. Rancang pendelegasian kasus agak komplek mandiri untuk ke 4 preseptee selama
..................hari
8. Tetapkan jadwal penilaian kompetensi dari preseptee.
9. Buat daftar jadwal kegiatan harian untuk orientasi sd pendelegasian kasus agak
komplek mandiri yang diakhiri dengan evaluasi kompetensi (buat tabel/Gannt Chart)

Simulasi Bimbingan
1. Setiap pemeran melaksanakan perannya dengan sebaik-baiknya.
2. Preceptor menyusun program preceptorship
3. Preseptee menyusun kontrak belajar
4. Karena praktik pada pelatihan ini hanya satu hari, maka pilih jadwal hari yang akan
dilaksanakan dari daftar jadwal kegiatan harian yang telah disusun.

Persiapan untuk Role Play


1. Setiap kelompok mendapat tugas untuk menampilkan salah satu kegiatan yang
dirancang untuk program preceptorship dalam bentuk simulasi (role play)
2. Jenis kegiatan harus berbeda utk setiap kelompok
3. Penentuan kegiatan dimusyawarahkan/diundi
4. Kelompok berdiskusi untuk mempersiapkan role play
Jenis Kegiatan yang akan Disimulasikan
1. Kegiatan orientasi ruangan
2. Pre-conference
3. Post-conference
4. Bed side teaching (procedural)
5. Supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan preceptee
6. Penyuluhan/edukasi kesehatan pada pasien
7. Ronde keperawatan (laporan kasus)
45

Role Play
1. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menampilkan kegiatan simulasinya setelah
istirahat siang
2. Kelompok dapat mempersiapkan peralatan sesuai kebutuhan
3. Waktu yang dialokasikan utk seluruh kelompok + 2 jam
4. Refleksi dilakukan oleh kelompok yang melakukan role play
5. Umpan balik hasil role play dilakukan oleh nara sumber, dan peserta lain.
Pelaksanaan Role Play
1. Pre conference (1 jam)
1) Pengenalan tentang informasi umum (tata tertib, prosedur pelayanan,
dokumentasi / RM)
2) Informasi tentang mutu pelayanan keperawatan (PPI, Patient safety, indikator
mutu keperawatan setiap unit)
3) Penjelasan SPO dan penerapannya
4) Penjelasan alur pasien masuk rumah sakit sampai keluar rumah sakit
5) Penjelasan standar kompetensi yang harus dicapai oleh perceptee
2. Conference (1,5 jam)
1) Perceptee mempelajari kondisi pasien melalui rekam medik
2) Perceptor memperkenalkan perceptee ke pasien dan kontrak dengan pasien
untuk dilakukan proses belajar
3) Perceptee melakukan pengkajian sampai dengan masalah keperawatan
kemudian dikonsultasikan ke perceptor
4) Perceptor memvalidasi hasil pengumpulan data
5) Perceptee menyusun rencana intervensi keperawatan (NIC NOC)
6) Penerapan metode bimbingan klinik (Bed side teaching, Ronde,
Supervisi, Penugasan, Discharge Planning)
7) Perceptee menyusun laporan asuhan keperawatan
3. Post Conference (1 jam)  3F (Fair, Feedback, Follow-up)
1) Perceptor mengevaluasi pencapaian kompetensi perceptee
2) Perceptee melakukan self evaluation dan memberikan evaluasi pada perceptor
3) Perceptor dan perceptee menyusun tindak lanjut proses pembelajaran
46

Contoh Situasi KMB (Bedah)


1. Sebagai perawat pelaksana di ruang medikal bedah dewasa, Saudara mengelola 6
pasien dengan tingkat ketergantungan yang bervariasi dari yang mandiri sampai
tingkat ketergantungan total.
2. Sekelompok mahasiswa (4 orang) akan melakukan praktik magang (internship) di
ruangan dimana Saudara menjadi preseptornya. Lama magang di ruangan Saudara
adalah 6 minggu (6 hari kerja sesuai shift). Total 36 hari
3. Kegiatan telah Sdr rancang mulai dari minggu pertama sampai minggu terakhir
meliputi: program orientasi 3 hr, pendelegasian tindakan procedural 8 hari,
pendelegasian kasus sederhana bersama-sama 5 hari, pendelegasian kasus sederhana
mandiri 5 hari, pendelegasian kasus agak komplek secara bersama-sama 5 hari,
pendelegasian kasus agak komplek mandiri 10 hari.
4. Masa perkenalan dengan ruangan dilakukan ketika orientasi dan masa pamitan
dilakukan pada hari terakhir jadwal dinas.
5. Kegiatan harian dan mingguan telah Saudara rancang pula termasuk ronde pasien
yang dikelola, supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan preseptee, diskusi
kasus, pembinaan rutin, presentasi kasus, penilaian kompetensi, operan dinas, dan
refleksi kegiatan harian.

Pertanyaan
1. Jelaskan konsep metode preceptorship dalam pembelajaran klinik!
2. Jelaskan pentingnya preceptorship dalam pembelajaran klinik!
3. Sebutkan peran dan tanggung jawab preceptor!
4. Sebutkan tanggung jawab seorang preceptee!
5. Jelaskan proses implementasi metode preceptorship!
6. Jelaskan proses evaluasi dalam program preceptorship!

Daftar Pustaka
Bastable, S.B. (2008). Nurse as Educator. 3rd Ed. Philippine Edition. Jones and
Bartlett Publishers.
Myrick, F. & Yonge, O. (2005). Nursing Preceptorship: Connecting practice and
Education. Philadelphia, USA; Lippincott, Williams & Wilkins.
Panduan Preceptorship RSUA 2015.
Reilly, D.E. & Oermann, M.H. (2002). Pengajaran Klinis dalam Pendidikan
Keperawatan. Edisi 2. Alih bahasa: Enie Novieastari. Jakarta: EGC
47

BAB 5
EVALUASI

Tujuan:
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan proses evaluasi dalam pembelajaran klinik
2. Menyebutkan dan menjelaskan metode evaluasi dalam pembelajaran klinik

Ringkasan
Evaluasi pembelajaran klinik meliputi: sasaran belajar klinik, asesmen peserta
didik, kegiatan pembelajaran, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif. Evaluasi praktik
klinik dilakukan dengan berbagai metode, yaitu: observation, komunikasi tertulis,
komunikasi lisan/verbal, simulasi, dan self-evaluation.

5.1 Evaluasi Pembelajaran Klinik


Mahasiswa yang akan masuk klinik telah lulus uji masuk klinik yang diadakan
oleh RS terkait bekerjasama dengan institusi pendidikan.
Minimal ketrampilan klinik yang harus lulus adalah:
1. Pemeriksaan fisik.
2. Prosedur berkaitan dengan safety.
3. Prosedur pemasangan infus.
4. Prosedur pemasangan selang naso gastrik (NGT).
5. Resusitasi Jantung Paru (Basic Life Support= BLS).
6. Perawatan luka
7. Pemberian transfusi darah dan produknya
8. Prosedur pencegahan infeksi nosokomial- Pendokumentasian dan pelaporan
9. Ketrampilan tambahan lain yang diujikan berdasarkan kebutuhan RS atau
ruangan setempat yang spesifik.
10. Prosedur oksigenasi
11. Prosedur pemberian obat
12. Prosedur pemasangan kateter urin.
48

Evaluasi pembelajaran klinik meliputi:


1. Sasaran belajar klinik
2. Asesmen peserta didik
3. Kegiatan pembelajaran
4. Evaluasi formatif
5. Evaluasi sumatif
Evaluasi pembelajaran klinik adalah proses memperoleh informasi untuk menilai
performance peserta didik pada tatanan klinik. Tipe evaluasi bersifat: formative dan
summative. Formative evaluation diperlukan untuk feedback kepada mahasiswa
tentang kekuatan dan kelemahan kinerja/penampilan kliniknya saat ini, planning untuk
aktivitas pembelajaran yang akan datang, dan menyusun pembelajaran individual yang
cocok dengan kemampuan, minat, gaya dan tingkat pencapaian mahasiswa. Sedangkan
summative evaluations diperlukan untuk menilai seluruh kemampuan peserta didik
sesuai tujuan akhir pembelajaran dari mata ajar, mengambil keputusan kemampuan
essensial dari mahasiswa (keamanan, keefektifan, kemandirian), dan
pertanggungjawaban akhir program, menilai efektifitas, efisiensi dan relevansi
pembelajaran klinik.
Tahap proses evaluasi
1. Choosing a focus --- memutuskan fokus apa yang ingin di evaluasi
2. Planning a method of measurement --- memutuskan alat ukur apa yg
digunakan untuk menilai performance peserta didik dan bagaimana informasi
dikumpulkan.
3. Setting a standard--- mensepesifikasikan tingkatan peserta didik yang akan
diukur
4. Collecting data
5. Making a judgement --- untuk memutuskan antara karaktersitik yg riil dg
standard yg establish digunakan
6. Communicating --- menyampaikan hasil evaluasi pd peserta didik dan pihak yg
berkepentingan lainnya
Clinical Evaluation Domain
1. Cognitive domain
2. Affective domain
3. Psychomotor domain
4. Multidomain performance, digunakan untuk evaluasi klinik
49

Alasan perlunya diversitas dalam strategi evaluasi diantaranya adalah kompleksitas


perilaku manusia, perbedaan individual dalam merespons pembelajaran, kesesuaian dari
pendekatan evaluasi yg spesifik terhadap jenis perilaku pembelajaran yang spesifik,
faktor motivasi dari evaluasi, dan dimensi kreatif dari evaluasi.

5.2 Metode Evaluasi Praktik Klinik


1. Observation
Metode evaluasi yang tersering digunakan karena dapat mengukur
pengetahuan, ketrampilan dan afektif.
Ilustrasi:
Behavioral objective : mendemontrasikan kemampuan melakukan.
Evaluation : observasi pada penampilan mahasiswa.
Evaluation criteria
a. persiapan diri
b. persiapan alat
c. persiapan pasien
d. melakukan prosedur dengan tahapan
e. selama prosedur melakukan komunikasi
f. memperhatikan respon pasien
g. sikap
h. dst
2. Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis meliputi nursing care plan, case study, teaching plan,
process recording, log book, dan nursing notes.
Illustrasi
Behavioral objective:
a. Menjelaskan tujuan perawatan dari identifikasi self care deficits
b. Bersama pasien dan keluarga mengembangkan perencanaan tentang
self care deficit
c. Memilih nursing intervention yang tepat
d. Mencatat rencana asuhan keperawatan secara tepat dan komprehensif
Evaluation: rencana asuhan
50

Evaluation criteria
a. Mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang
b. Mengembangkan tujuan dan rencana berbasis identifikasi self care
defisit sebagaimana persepsi klien
c. Memilih intervensi keperawatan yang sesuai dengan self care defisits dan
meningkatkan kemampuan self care client
d. Menyusun perencanaan yang komprehensif
e. Menyampaiakn informasi secara tepat, konsisten dan terminlogi yang benar
3. Komunikasi lisan/verbal
Komunikasi lisan berupa clinical conference, issue conference, nursing
dan multidiciplinary conference
Illustrasi:
Behavioral objectives :Menganalisis dampak health insurance dalam kualitas
perawatan
Evaluation : Membahas satu issu yg didiskusikan; health insurance dan dampaknya
pada kualitas pelayanan
Evaluation criteria:
a. Menjelaskan pengaruh health insurance dalam pelayanan
b. Presentasi berbasis literatur dan hasil riset
c. Mengidentifikasi dampak health insurance
d. Memimpin kelompok dalam membahas issue health insurance
e. Menyampaikan ide dengan baik dan logis
4. Simulasi
5. Self-evaluation

Alat Evaluasi Pencapaian LO (EHP)


1. Log book
2. Laporan Kasus lengkap/kasus singkat
3. Formulir Observasi (Direct observational procedure skills test)
4. SOCA – Student Oral Case Analysis
5. Critical incidence report
51

Aspek yang Dievaluasikan


1. Merupakan perpaduan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam pelayanan
asuhan keperawatan
2. Merupakan kemampuan level tinggi
3. Kemampuan klinik terkait mata kuliah klinik
4. Sikap dan perilaku profesional
5. Perlu di evaluasi secara profesional dengan mempertimbangkan kepentingan
kerumitan dan kemungkinan pencapaiannya
Pengelolaan evaluasi direncangkan oleh koordinator mata kuliah dan team.
Disusun suatu program evaluasi minimal mencakupi : tujuan PBK, aspek yang dievaluasi,
metode evaluasi, dan kriteria kelulusan.

Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan


1. Metoda harus dapat menggambarkan sejauh mana kompetensi yang telah dicapai
2. Gunakan berbagai ragam metoda evaluasi untuk dapat memberikan gambaran
yang lebih luas
3. Pilih metoda yang realistikuntuk situasi seperti ketersediaan SDM,
pengalaman klinik, dan keterbatasan
4. Bedakan metoda yang digunakan untuk evaluasi formatif atau sumatif
5. Hindari evaluasi yang sifatnya pengulangan
6. Pertimbangkan waktu yang dimiliki D/P, untuk umpan balik dan memberi nilai

Program Evaluasi
1. Cakupan aspek yang dievaluasi dan Bobot setiap aspek
2. Bentuk dan metode evaluasi
3. Waktu evaluasi
4. Ketentuan kelulusan - Setiap aspek - Keseluruhan (mata kuliah)

Cakupan Aspek yang Dievaluasi Dan Kelulusan


1. Penampilan Klinik (Bobot 60%)
a. Perilaku dan penampilan profesional (etik, penampilan, kedisiplinan,
tanggung jawab): 20 % (karena penting dan harus dimiliki)
52

b. Persiapan PBK: 10% (perlu analisis dan kecermatan) meliputi Pre- conference
dan penyusunan laporan pendahuluan
c. Kinerja klinik : 40 % (inti dari kemampuan perfesional) yaitu penetapan
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan
keperawatan dan evaluasi, dan dokumentasi keperawatan
d. Pengetahuan mahasiswa terkait klinik: 15% (landasan)
e. Keterampilan Klinik: 15 % (penugasan)
2. Ujian Klinik ( Bobot 40%)
Penyusunan instrumen evaluasi meliputi penampilan dan perilaku, persiapan
PBK, kinerja klinik, pengetahuan mahasiswa terkait klinik, ketrampilan klinik, dan
format ujian klinik.

5.3 Penugasan
a. Laporan pendahuluan
Setiap minggu mahasiswa menyelesaikan satu laporan pendahuluan sesuai dengan
kasus kelolaan. Susunan laporan pendahuluan menyesuaikan institusi asal.
Pengumpulan laporan pendahuluan pada akhir minggu praktik profesi keperawatan
medikal bedah.
b. Laporan asuhan keperawatan
Setiap minggu mahasiswa menyelesaikan satu laporan asuhan keperawatan sesuai
dengan kasus kelolaan. Susunan laporan asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
penegakkan diagnosa, rencana intervensi, implementasi dan evaluasi. Minimal
mahasiswa merawat pasien kelolaan selama 3 hari. Pengumpulan laporan asuhan
keperawatan pada akhir minggu praktik profesi keperawatan medikal bedah.
Mahasiswa tidak diperbolehkan menulis di rekam medis (terutama di integrated note)
kecuali lembar observasi harian.
c. Case report
Mahasiswa mempresentasikan kasus kelolaannya dan dihadiri oleh rekan mahasiswa,
preceptor akademik (faculty tutor) dan preceptor klinik. Case report dilaksanakan satu
minggu sekali. Pemilihan kasus yang akan dipresentasikan berdasarkan kebijakan
preceptor dan PJ unit.
d. Resume keperawatan
Resume keperawatan dikerjakan setiap hari satu pasien. Format resume disesuaikan
dengan format dari instansi asal.
53

e. Critical appraisal
Critical appraisal atau telaah jurnal adalah suatu proses yang secara teliti dan
sistematis mengevaluasi suatu hasil penelitian. Selama satu periode profesi
keperawatan medikal bedah, mahasiswa wajib mempresentasikan hasil critical
appraisalnya di minggu akhir profesi.

Pertanyaan
1. Jelaskan proses evaluasi dalam pembelajaran klinik!
2. Sebutkan aspek yang dievaluasi dan faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam proses evaluasi!
3. Sebutkan dan jelaskan metode dalam evaluasi praktik klinik!

Daftar Pustaka
AIPNI (2010). Buku Kurikulum Pendidikan Ners. Jakarta
Myrick & Yonge (2004), Nursing Preceptorship, Connecting Practice and Nursing
Education. USA: Lippincot Willims & Wilkins.
Nancy T.Watts (1990). Handbook of Clinical Teaching. UK: Longmand Group.
Nursalam & Ferry Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba medika
Reilly & Oerrman (1999), Clinical Teaching in Nursing Education, second
edition,. Canada: Jones and Bartlett publisher.
54

Lampiran

Lampiran 1 Kurikulum Program Pendidikan Ners –AIPNI

AIPNI (DRAFT)
A. Metoda Pembelajaran dan Evaluasi pada program Profesi Keperawatan
Metoda pembelajaran pada tahap profesi berfokus pada pelaksanaan
pendelegasian kewenangan dari preseptor kepada peserta didiknya. Sedangkan kegiatan
evaluasi pada tahap profesi ini lebih terfokus pada pembuktian bahwa peserta didik telah
memiliki kompetensi yang ditetapkan dan disertai dengan kemandirian dalam
menjalankan kompetensinya sebagai cerminan kewenangan telah dimiliki.

Metoda Pembelajaran pada pendidikan program profesi

Metoda belajar peserta didik pada tahap profesi ini meliputi:


- Diskusi kasus
- Presentasi Kasus
- Seminar ilmiah kecil
- Kegiatan prosedural keperawatan
- Asuhan keperawatan klien (bertahap)
- Rotasi tugas sesuai preseptor

Evaluasi Pendidikan Program Profesi

- Log book
- Direct Observasional of Prosedure skill
- Case test/uji kasus (SOCA – Student Oral Case Analysis)
- Critical insidence report.
- OSCE
- Problem solving skill
- Kasus lengkap, kasus singkat
- Portfolio

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada program profesi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari KBK pada program akademik. Penerapan KBK profesi menjadi
berkesinambungan dengan KBK akademik. Oleh karena itu, penerapan KBK profesi
merupakan proses memantapkan semua kompetensi yang telah dimiliki pada program
akademik dan memverifikasinya dengan memberikan kewenangan untuk melaksanakan
kompetensi tersebut.
55

Program profesi dengan KBK 2010 ini berbeda dengan pelaksanaan program profesi
pada kurikulum konvensional lalu. Pada kurikulum konvensional (1998) saat tahap profesi
peserta didik diberi kesempatan untuk belajar melakukan berbagai prosedur
keperawatan dan belajar memberikan asuhan. Sebaliknya, pada KBK program profesi
ners ini para peserta didik menerapkan ilmu pengetahuan teori, konsep dan ketrampilan
teknis yang telah dikuasai pada program akademik pada klien langsung melalui program
internship dimana peserta didik dicangkokkan pada seorang perawat senior yang
berfungsi sebagai PRESEPTOR / MENTOR.

Keberadaan preseptor / mentor sangat diperlukan oleh peserta didik terutama


dalam menjamin keterlaksanaan layanan pasien yang berkualitas serta menjamin
keberadaan peserta didik bukan merupakan pihak yang didaya-gunakan karena ketidak-
cukupan tenaga atau dianggap sebagai tenaga gratisan. Disamping itu, preseptor juga
diperlukan untuk mengurangi stress yang mungkin dialami oleh peserta didik sebagai
lulusan sarjana keperawatan baru yang belum mengenal dunia kerja sebenarnya serta
untuk menjamin bahwa tanggung jawab tidak sepenuhnya berada pada peserta didik,
tidak diberikan secara lebih dini atau tidak seharusnya diberikan secara kurang tepat.
Yang terakhir, tentu saja untuk mengurangi resiko pekerjaan terjadi pada peserta didik
dan pasien terutama pada lingkungan layanan kesehatan yang lebih kompleks. Beban
studi pada program profesi ini adalah 36 sks (dari yang sebelumnya hanya 25 sks
(kurikulum 1998).

Dalam menerapkan KBK profesi, seluruh komponen profesi (staf akademik dan staf
dari wahana praktik) harus terlibat secara aktif dan melakukan berbagai kegiatan mulai
dari tahap persiapan, pelaksanaan, sampai dengan mengevaluasi dan membuat
keputusan tentang kompetensi dan kewenangan yang dijalankan peserta didik. Dengan
penetapan keputusan tersebut peserta didik dinyatakan layak atau tidak layak
mengemban peran dan fungsi dengan sebutan profesi ners. Selanjutnya, setelah
dinyatakan selesai dan memenuhi syarat sebagai ners, maka dilakukan uji kompetensin
(exit exam) sebelum peserta didik di proses dalam yudisium kelulusan sebagai ners.

Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan kegiatan program profesi, mulai dari
tahap persiapan, implementasi dan proses bimbingan yang sesuai dalam KBK profesi
sampai pada kegiatan mengevaluasi kompetensi. Disamping itu, karena pendekatan
proses bimbingan masih merupakan metoda atau model yang baru dalam pendidikan
keperawatan, maka bahasan tentang model bimbingan diberikan secara rinci. Tujuannya
agar terdapat pemahaman yang sama dari seluruh pengelola dan pelaksana program
profesi tentang bagaimana model bimbingan harus diberikan agar tujuan pelaksanaan
kompetensi yang disertai dengan kewenangan dari peserta didik dapat dicapai.
56

A. FASE PERSIAPAN
Tahap ini merupakan periode dimana pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan
program profesi harus tumbuh sebelum tahap implementasi program profesi dijalankan.
Tahap persiapan terdiri dari ketentuan pelaksanaan praktik; persyaratan pelaksanaan
praktik; profil yang harus dimiliki oleh lulusan program profesi; kompetensi yang harus
dicapai selama program profesi; mata kuliah yang harus dilaksanakan pada program
profesi; penerapan hubungan kompetensi dengan mata kuliah dan beban studi; wahana
praktik dan pencapaian kompetensi.

A. 1 Ketentuan pelaksanaan praktik

- Fokus implementasi pada pencapaian kompetensi peserta didik.


- Beban studi : 36 sks (PP no 14 / 2010 tentang pendidikan kedinasan, pasal
1 ayat 1 & 2 tentang pendidikan profesi serta pasal 5 ayat 2 & 3).
- Beban studi yang dirancang secara nasional adalah 60% dari 36 sks = 22
sks untuk kompetensi utama dan 20% kompetensi global serta 20% untuk
kompetensi pendukung (penciri institusi).
- Kompetensi global meliputi kemampuan memberikan asuhan keperawatan
pada pasien HIV/AIDS, trauma, Flu babi (H1N1), Flu Burung (H1N5), asuhan
keperawatan pada kondisi emergensi dan darurat masal. Selain itu, kemampuan
menggunakan teknologi informasi terkini, berbahasa Inggris dengan lancar, serta
memiliki kemampuan enterpreuner. Materi ini dapat dimasukkan pada MK
tertenu seperti KMB, ANAK, KOMUNITAS, GAWAT DARURAT/ EMERGENSI dengan
menambahkan beban studi. Demikian juga kompetensi penciri institusi
seandainya dapat terakomodasi kedalam MK yang sudah ada.
- Terbagi menjadi 2 semester (ditambah 1 semester yang terintegrasi pada
semester 8 program akademik).
- Penerapan KBK profesi disesuaikan dengan upaya pencapaian Visi dan misi
institusi yang mencirikan kekhasan dari institusi tersebut.
- Mahasiswa yang akan masuk klinik telah lulus uji masuk klinik yang
diadakan oleh institusi pendidikan bekerjasama denganRS terkait.
- Minimal ketrampilan klinik yang harus lulus adalah:
i. Pemeriksaan fisik.
ii. Prosedur pemberian obat secara 12 benar.
iii. Pemberian oksigen, suksion, nebulisasi, fisioterapi dada dan
postural drainage.
iv. Prosedur pemasangan infus dan enteral.
v. Prosedur pemasangan kateter urin.
vi. Prosedur pemasangan selang naso gastrik (NGT).
57

vii. Prosedur pencegahan cedera.


viii. Resusitasi Jantung Paru (basic life support = BLS).
ix. Perawatan luka
x. Pemberian transfusi darah dan produknya.
xi. Prosedur pencegahan infeksi nosokomial.
xii. Pendokumentasian dan pelaporan.
- Ketrampilan tambahan lain yang diujikan berdasarkan kebutuhan RS atau
ruangan setempat yang spesifik. Sebagai contoh: jika akan menempatkan peserta
didik di RS Bersalin, maka kompetensi pemasangan kateter urin untuk memicu
kontraksi uterus dan pemeriksaan Leopold harus lulus dan dimiliki oleh peserta
didik, sedangkan jika akan menempatkan peserta didik di RS jiwa, maka beberapa
kompetensi seperti berkomunikasi terapeutik dan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
harus dimiliki terlebih dahulu sebelum masuk ke wahana praktik tersebut.
- Kompetensi utama dapat dicapai di RS tipe A. B, dan B pendidikan sedangkan
kompetensi pendukung dan lainnya dapat dilaksanakan di RS tipe C atau tatanan
layanan kesehatan lain yang sesuai.
- Selama periode program profesi, semua penugasan yang sifatnya tertulis
diminimalisasi sehingga penugasan tertulis hanya ditujukan untuk kepentingan
langsung kegiatan klien seperti pendokumentasian dan laporan, serta presentasi
kasus.

A. 2 Persyaratan pelaksanaan praktik

- Wahana praktik memiliki kasus yang diperlukan untuk pencapaian kompetensi


- Pembimbing klinik yang berfungsi sebagai preseptor / mentor sudah memiliki
sertifikat pelatihan Clinical Instructur (CI) dan preseptor.
- Setiap ruangan tempat mahasiswa praktik tersedia pembimbing klinik atau
perawat senior untuk menjadi PRESEPTOR / MENTOR .
- Tersedia uraian tugas dan kewenangan Preseptor /Mentor.
- Tersedia pedoman praktik di setiap stase.
- Tersedia buku prosedur tindakan keperawatan.
- Tersedia buku log untuk mahasiswa.
- Setiap mahasiswa memiliki ”nursing kit” .

A. 3 Profil yang harus dimiliki lulusan program profesi


a. Care Provider (Pemberi asuhan keperawatan)
b. Communicator
c. Educator (Pendidik kesehatan kepada sistem klien)
d. Manager (Pengelola asuhan)
e. Researcher (Peneliti Pemula)
f. Profil lain yang mendukung visi / penciri institusi.
58

A. 4 Kompetensi yang harus dicapai selama program profesi

a. Melakukan berkomunikasi efektif.


b. Membantu melaksanakan pendidikan kesehatan.
c. Mengelola administrasi keperawatan.
d. Berpartisipasi aktif sebagai anggota tim.
e. Mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam praktek keperawatan.
f. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan professional di klinik dan
di komunitas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
g. Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai
sumber- sumber etnik, agama atau faktor lain dari setiap pasien yang
unik.
h. Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
i. Mampu menjalin hubungan interpersonal
j. Mampu melakukan penelitian sederhana sebagai peneliti pemula
k. Mampu mengembangkan profesionalisme secara terus menerus
atau belajar sepanjang hayat.

Sub-kompetensi / unit kompetensi

1. Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam memberi asuhan


2. Mampu menerapkan pengetahuan, kerangka etik dan legal dalam sistem
kesehatan yang berhubungan dengan keperawatan
3. Mampu membuat keputusan etik
4. Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai sumber-
sumber etnik, agama atau faktor lain dari setiap pasien yang unik *)
5. Mampu menjamin kualitas asuhan holistik secara kontinyu dan konsisten *)
6. Mampu menggunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif
7. Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah
klien *)
8. Mampu menjalankan fungsi advokasi untuk mempertahankan hak klien agar
dapat mengambil keputusan untuk dirinya *)
9. Mampu menggunakan prinsip-prinsip peningkatan kualitas
berkesinambungan dalam praktik
10. Mampu mendemonstrasikan keterampilan teknis keperawatan yang sesuai
dengan SOP *)
11. Mampu berkolaborasi dalam berbagai aspek untuk pemenuhan kebutuhan
59

kesehatan klien *)
12. Mampu melaksanakan terapi modalitas sesuai dengan kebutuhan *)
13. Mampu mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui
penggunaan strategi menjamin kualitas dan manajemen resiko
14. Mampu melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang
berlaku dalam bidang kesehatan *)
15. Mampu berkolaborasi dalam kegiatan pelayanan keperawatan *)
16. Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan
mempertahankan akontabilitas asuhan keperawatan yang diberikan *)
17. Mampu menggunakan prinsip-prinsip peningkatan kualitas
berkesinambungan dalam praktik *)
18. Mampu mewujudkan lingkungan bekerja yang aman
19. Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja
tim dan pemberian asuhan keperawatan dengan mempertahankan
hubungan kolaboratif *)
20. Mampu merancang, melaksanakan proses penelitian sederhana serta
memanfaatkan hasil penelitian dalam upaya peningkatan kualitas asuhan
keperawatan.
21. Mampu mengembangkan pola pikir kritis, logis dan etis dalam
mengembangkan asuhan keperawatan.
22. Mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi di bidang
keperawatan dan kesehatan.
23. Mampu mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan
professional
24. Mampu berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan.
25. Mampu mengembangkan potensi diri untuk mempertahankan kompetensi
(deskriptif)
Keterangan:
*) menerapkan kewenangan melakukan, diperoleh secara bertahap sesuai
dengan program mentoring dan preseptoring.

KURIKULUM AIPNI

(A. 5 Kegiatan fokus mata kuliah yang diberikan untuk mencapai unit kompetensi)

UNIT KOMPETENSI FOKUS MATERI PEMBELAJARAN PRAKTIK

1. Mampu melakukan 1. Konsep komunikasi secara umum


komunikasi yang 2. Perspektif, Trend dan isu komunikasidalam
60

UNIT KOMPETENSI FOKUS MATERI PEMBELAJARAN PRAKTIK

efektif dalam pelayanan kesehatan


memberi asuhan 3. Faktor - faktor yang mempengaruhi
komunikasi
4. Pengaruh faktor budaya dalam
komunikasi (klinik dan komunitas)
5. Komunikasi dalam pelayanan kesehatan
6. Khususnya komunikasi multidisiplin
7. Konsep komunikasi terapeutik
8. Menghadirkan diri secara terapeutik
9. Tahap – tahap komter
10. Tehnik – tehnik komter
11. Hambatan dalam komter
12. Komunikasi terapeutik pada kondisi khusus
dan berbagai rentang usia
2. Mampu menerapkan
pengetahuan,
kerangka etik dan legal
dalam sistem
kesehatan yang
berhubungan dengan
keperawatan.
3. Mampu membuat
keputusan etik
4. Mampu memberikan i. Mempertimbangkan latar
asuhan peka budaya belakang pasien dan menyesuaikan
dengan menghargai dalam asuhan yang diberikan.
sumber-sumber etnik, ii. Menerapkan holistic care
agama atau faktor lain pada klien
dari setiap pasien yang iii. Menerapkan transcultural
unik. *) nursing
iv. Menggunakan pendekatan
agama, kepercayaan,dan spiritual dalam
praktik keperawatan
v. Menghargai keinginan
pasien dalam terapi alternatif atau
pelengkap (complementary nursing)
1. Mampu menjamin 1. Menerapkan proses keperawatan
61

UNIT KOMPETENSI FOKUS MATERI PEMBELAJARAN PRAKTIK

kualitas asuhan 2. Menerapkan konsep Caring, Holism dan


holistik secara Humanism
kontinyu dan 3. Mempertimbangkan keperawatan
konsisten *) lintas budaya
4. Mempertahankan spiritualitas/Religiositas
5. Menerapkan ilmu Keperawatan Klinik &
Komunitas
6. Menggunakan Teknologi Informasi
dalam keperawatan
7. Mempertahankan kualitas
8. Melakukan pendidikan kesehatan
9. Mempertahankan Hak dan Kewajiban Pasien
10. Melakukan Prosedur Keperawatan dengan
handal
11. Menerapkan komunikasi Terapeutik
12. Mempertahankan Patient Safety
13. Mempertahankan Infection Control.

2. Mampu menggunakan 1. Menggunakan perangkat komputer dan jaringan


teknologi dan informasi dalam mengakses teknologi terkini dalam
kesehatan secara keperawatan dan kesehatan.
efektif 2. Menerapkan klasifikasi intervensi dan outcome
keperawatan (NIC-NOC atau lainnya)

3. Mampu menggunakan 1. Penerapan Keperawatan Maternitas


proses keperawatan dalam Konteks Keluarga.
dalam menyelesaikan 2. Penerapan Keperawatan Medikal Bedah
masalah klien *) 3. Penerapan Keperawatan Anak dalam Konteks
Keluarga
4. Penerapan Keperawatan pada lansia
5. Penerapan Keperawatan Kritis dan
Gawat Darurat
6. Askep klien dg Gawat Darurat pada Sistem
Kardiovaskuler
7. Askep klien dg Gawat Darurat pada Shock dan
Trauma Multisistem
8. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
62

UNIT KOMPETENSI FOKUS MATERI PEMBELAJARAN PRAKTIK

Terpadu dan Bencana


9. Penerapan keperawatan Kesehatan Jiwa
10. Penerapan keperawatan Keluarga
11. Penerapan keperawatan Home Care
12. Penerapan keperawatan Komunitas
13. Asuhan Keperawatan pada Kelompok
Khusus (Kesehatan kerja, UKS)
14. Mengelola mutu dan resiko
asuhan keperawatan
15. Menerapkan terapi modalitas
keperawatan pada berbagai kondisi
termasuk terapi komplementer.
16. Mengelola asuhan menggunakan
pendekatan holistik, preventif, promotif,
kuratif, restorative, rehabilitatif, consolation
of the
dying.
4. Mampu menjalankan a. Menggunakan hak moral dalam
fungsi advokasi untuk pengambilan keputusan
mempertahankan hak b. Menerapkan pendekatan etik
klien agar dapat dalam pengambilan keputusan
mengambil keputusan
c. Mempertimbangkan hak pasien dan
untuk dirinya *)
keluarga dalam pelayanan kesehatan

5. Mampu menggunakan Self management of learning


prinsip-prinsip
a. Terlibat aktif dalam diskusi kasus klien
peningkatan kualitas
b. Aktif dalam kegiatan ilmiah
berkesinambungan
c. Membaca artikel ilmiah keperawatan.
dalam praktik
d. Mengikuti kursus, pelatihan tentang
asuhan keperawatan.
10. Mampu Menerapkan keterampilan-keterampilan teknis
mendemonstrasikan keperawatan (keterampilan dasar dan keterampilan
keterampilan teknis khusus) sesuai dengan tingkat usia di setiap tatanan
keperawatan yang pelayanan kesehatan.
sesuai dengan SOP *)
11.Mampu 1. Membahas secara ilmiah tentang kondisi klien
mengkolaborasikan dengan profesi lain.
63

UNIT KOMPETENSI FOKUS MATERI PEMBELAJARAN PRAKTIK

berbagai aspek dalam 2. Memberikan asupan dan saran kepada profesi


pemenuhan kebutuhan lain terkait kondisi pasien.
kesehatan klien *)
12.Mampu melaksanakan 1. Menerapkan terapi komplementer seperti
terapi modalitas sesuai massage, terapi sentuhan, pernapasan
dengan kebutuhan *) efektif, herbal.
2. Menerapkan terapi keperawatan holistik
seperti yoga pranayama, meditasi
3. Menerapkan terapi modalitas seperti terapi
kelompok, terapi keluarga, terapi perilaku
13.Mampu 1. Mengkaji situasi pelayanan / asuhan
mempertahankan keperawatan.
lingkungan yang aman 2. Mengikuti alur penanganan pasien
secara konsisten 3. Mengorganisasikan kegiatan layanan
melalui penggunaan 4. Menerapkan pengelolaan kasus.
strategi menjamin 5. Mengendalikan kualitas asuhan keperawatan
kualitas dan
manajemen resiko
14.Mampu melaksanakan 1. Mempertahankan Keselamatan dan
pelayanan kesehatan kesehatan kerja (K3)
sesuai dengan 2. Melaksanakan kegiatan berdasarkan SOP
kebijakan yang berlaku 3. Menerapkan prinsip bekerja dengan
benar dalam asuhan keperawatan.
dalam bidang
4. Memberikan tindakan keperawatan yang
kesehatan *)
diperlukan dalam mempertahankan K3
15.Mampu 1. Membahas tentang terapi klien dengan tim
berkolaborasikan medik.
pelayanan 2. Mempertahankan kepentingan klien jika
keperawatan *) terdapat dilema tentang terapi.
3. Membahas tentang diet dan nilai2 lab yang
relevan.
4. Mempertimbangkan kebutuhan gizi untuk
anak, klien dewasa, ibu hamil, dan
masyarakat.
16.Mampu memberikan 1. Menerapkan dinamika kelompok (team
dukungan kepada tim building)
asuhan dengan 2. Memberikan pengarahan pada bawahan atau
64

UNIT KOMPETENSI FOKUS MATERI PEMBELAJARAN PRAKTIK

mempertahankan anggota tim.


akontabilitas asuhan 3. Menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai
keperawatan yang untuk klien, keluarga, sejawat, dan
diberikan *) masyarakat.
4. Menggunakan pendekatan sistematis
dalam mengelola konflik, memperkenalkan
perubahan.
17.Mampu mewujudkan 1. Berkomunikasi Profesional dan kaitannya
lingkungan bekerja dengan Pelayanan Kesehatan /
yang aman Keperawatan
2. Berkomunikasi dalam konteks sosial dan
keaneka ragaman Budaya serta
Keyakinan
3. Mempertahankan K3.
4. Berkolaborasi dengan sejawat, senior,
atau profesi lain.
18.Mampu menggunakan 1. Menerapkan pola komunikasi efektif
keterampilan untuk kepentingan kepuasan pelanggan,
interpersonal yang dalam berkolaborasi dan kerja tim.
efektif dalam kerja tim 2. Membina hubungan kerja secara baik
dengan pihak lain yang terkait.
dan pemberian asuhan
keperawatan dengan
mempertahankan
hubungan kolaboratif
*)
19.Mampu merancang, 1. Mengidentifikasi fenomena klien
melaksanakan proses dan lingkungan
penelitian sederhana 2. Menyusun rumsan masalah dan
serta memanfaatkan tujuan penelitian.
hasil penelitian dalam 3. Mengembangkan instrumen
upaya peningkatan penelitian 4.Melakukan pengumpulan
kualitas asuhan data 5.Menganalisis data
keperawatan. 6.Mendesiminasi dan publikasi hasil penelitian.

20.Mampu 1. Menyelesaikan masalah klien secara


mengembangkan pola efektif dan efisien serta sistematis.
pikir kritis, logis dan 2. Menindak lanjuti hasil dari
etis dalam penyelesaian masalah klien.
mengembangkan
65

UNIT KOMPETENSI FOKUS MATERI PEMBELAJARAN PRAKTIK

asuhan keperawatan
21.Mampu mengikuti 1. Menggunakan perangkat komputer dan
perkembangan ilmu
jaringan dalam mengakses teknologi
dan teknologi di bidang
keperawatan dan terkini dalam keperawatan dan
kesehatan.
kesehatan

2. Menerapkan klasifikasi intervensi dan outcome


keperawatan (NIC NOC atau lainnya)
22.Mampu 1. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan
mengembangkan ilmiah keperawatan.
potensi diri untuk 2. Terlibat dalam diskusi tentang
meningkatkan layanan kesehatan dan keperawatan.
kemampuan
professional
23.Mampu berkontribusi
dalam
mengembangkan
profesi keperawatan
24.Mampu 1. Melakukan proses pembelajaran
mengembangkan sepanjang hayat
potensi diri untuk 2. Mewujdkan perubahan yang positif untuk
mempertahankan kepentingan klien, layanan, dan profesi.
kompetensi (deskriptif)

PENETAPAN RINCIAN, KELUASAN DAN KEDALAMAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS


DIKUASAI UNTUK MEMENUHI CAPAIAN PEMBELAJARAN

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

TEORI 1. Definisi teori secara umum Aplikasi teori


KEPERAWATAN 2. Komponen suatu teori
3. Hubungan paradigma dan
teori keperawatan
4. Jenis atau tingkatan teori
5. Teori keperawatan terpilih
(Environmental Theory dari
Florence
66

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

Nightingale, 14 Basic Human Needs dari


Virginia Henderson, Interpersonal
Relationship dari Peplau, Caring dari
Watson, Self Care Theory dari Orem,
Adaptation Model dari Roy, Human
System Theory dari Betty Neuman,
System Theory dari Imogene King,
Unitary Human Being dari Martha Roger)
6. Teori middle range (Caring Theory dari
Swanson, Theory of Comfort dari Kolcaba,
Maternal Role Attainment dari
Mercer,Peaceful End of Life dari Ruland
and More, Chronic Sorrow dari Eakes,
Burkes, Hainsworth), teori antar disiplin
(teori sistem, human needs, stress
adaptasi, teori pertumbuhan dan
perkembangan, teori psikososial)
BIOMEDIK 1. Biologi, kimia, fisika Prinsip-
2. Biokimia: metabolisme dalam prinsip,
tubuh manusia
konsep teoritis
3. Gizi: zat gizi makro dan mikro, angka
secara umum
kecukupan gizi yang dianjurkan,
kebutuhan gizi individu, penilaian status
gizi individu, dasar-dasar diet klinik
4. Anatomi fisiologi manusia dari tingkat
sel sampai organisme
5. Mekanisme fisiologi tubuh untuk
mencapai homeostasis:Biolistrik,
lengkung refleks, keseimbangan
asam basa
6. Parasitologi dan mikrobiologi: agen-
agen infeksius: virus, bakteri, jamur,
parasit, riketsia, dan clamidia, faktor-
faktor yang mempengaruhi transmisi
agen-agen infeksius, perbedaan proses
infeksi berbagai agen infeksius, kondisi
yang
melemahkan pertahanan pejamu
67

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

melawan mikroorganisme, infeksi


oportunistik, pengontrolan pertumbuhan
mikroorganisme, menurunkan jumlah
mikroorganisme kontaminan, &
mencegah transmisi
7. Patologi: konsep dasar patologi,
adaptasi, jejas, dan penuaan sel, kelainan
kongenital, pertumbuhan sel dan
diferensiasi, respon radang.
8. Patologi klinik: peran perawat
dalam pemeriksaan untuk data
penunjang pasien (pemeriksaan
laboratorium, rontgen, dll)
9. Farmakologi: Penggolongan obat-
obatan, farmakodinamika dan
farmakokinetik, Indikasi dan kontra
indikasi obat, efek / efek samping obat,
interaksi obat, cara pemberian dan
perhitungan dosis, obat-
obatan tradisional, toxicologi obat
HUMANIORA 1. Konsep spiritual Konsep
2. Antropologi kesehatan (kebudayaan, teoritis
masyarakat dan kebudayaan, etiologi mendalam
penyakit, persepsi sehat sakit,
masyarakat rumah sakit, respon
sakit,
3. Transkultural dalam keperawatan
(globalisasi & perspektif transkultural;
diversity dalam masyarakat; teori
culture care Leininger; Frameworks for
culture care assessment; aplikasi
transcultural nursing sepanjang daur
kehidupan manusia; transkultural
mental health
nursing)
ILMU KEP 1. Ilmu keperawatan dasar, Konsep
DASAR 2. Sistem klien, teoritis
3. Sistem pelayanan kesehatan, mendalam
4. Caring sepanjang daur kehidupan
(termasuk tumbang, pandangan
teoritis
68

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

ttg caring; ethics of care; aplikasi caring


dalam praktik keperawatan; persepsi
klien ttg caring),
5. Berpikir kritis dalam praktek
keperawatan (termasuk proses
keperawatan),
6. Standar profesional dalam praktik
keperawatan (peran keperawatan
profesional; etik & praktik
profesional; legal implications in
nursing practice; documentation),
7. Psychosocial basis for nursing practice
(self concept; sexuality; spiritual
health; stress adaptasi; loss, death &
grieving),
8. Scientific basis for nursing practice
(vital signs, health assessment and
physical examination, infection control,
administering medication),
9. Basic human needs (safety, hygiene,
activity & exercise, oxygenation, fluid
& electrolyte & acid-base balance;
sleep; comfort, nutrition; elimination;
thermoregulation; worship)
Keperawatan 1. Konsep dasar KMB: Konsep dan
Medikal Bedah a. Perspektif keperawatan medikal bedah teori secara
(KMB) b. Paradigma keperawatan medikal bedah mendalam
c. Konsep teori keperawatan medikal bedah dan
2. Patofisiologi pada: aplikasinya
- system pernafasan: pneumonia, dalam asuhan
asma, PPOK, TB, Ca Paru keperawatan
- kardiovaskuler: hipertensi pada klien
- pencernaan yang
- persarafan mengalami
- muskuloskeletal masalah
- endokrin gangguan
- integument system tubuh
- perkemihan
- hematoimun
69

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

- persepsi sensori
3. Asuhan keperawatan: Pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi
serta dokumentasi secara komprehensif
meliputi bio-psiko-sosio-spiritual
- Persiapan pemeriksaan
diagnostic pasien sesuai sistem

- Prosedur klinik (SOP) terkait


dengan tata laksana kasus semua
sistem antara lain:

Sistem kardiovaskuler

a. Pemasangan infus
b. EKG
c. Terapi melalui intra vena
d. Punksi vena
e. Pengukuran CVP
Sistem pernafasan

a. Fisioterapi dada/
postural drainage
b. Terapi O2
c. Suctioning
d. Perawatan WSD
e. Nebulisasi
f. Trakheostomi
Hematologi

a. AGD/Analisa Gas Darah


b. Tourniket test
c. Transfusi
d. imunisasi
(hepatitis,meningitis,
influenza)
Sistem persepsi sensori
70

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

a. Irigasi mata
b. Tetes mata
c. Irigasi telinga
d. Tetes telinga
Sistem endokrin

a. Injeksi sub kutan


(dalam pemberian
insulin)
b. perawatan luka diabetic,
pemeriksaan gula darah
(gds, gdp, gdpp), perawatan
pre diabet(sena diabet, spa
kaki ,dll)
Sistem pencernaan

a. Pemasangan
Nasogastric Tube (NGT)
b. Menentukan jenis dan
jumlah kalori dalam diet
c. pemberian makan
minum melalui NGT
d. Bilas lambung
(gastric Lavage)
e. Wash-out / Enema
f. Colostomy care
g. pemberian supositoria
Sistem muskuloskeletal, integumen
dan persarafan

a. Body movement /
body mechanic
b. Pain management
c. Ambulasi dini
d. Fiksasi dan imobilisasi
e. Wound care
f. ROM exercise
Sistem perkemihan

a. Kateter
71

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

b. Irigasi bladder
c. hemodialisa, balance cairan,
urostomi,cystostomy,bladder
training
- Pemberian obat kemoterapi
- Terapi Modalitas Keperawatan
pada berbagai kondisi termasuk
terapi komplementer
Evaluasi dan dokumentasi

KEP ANAK 1. Konsep dasar keperawatan anak: Konsep dan


a. Perspektif keperawatan anak teori secara
b. Paradigma keperawatan anak mendalam
c. Konsep teori keperawatan anak dan
- Anticipatory guidance aplikasinya
- Prinsip atraumatic care dalam asuhan
- Perioperative care pada anak keperawatan
- Konsep hospitalisasi pada anak
- Konsep bermain pada anak dalam konteks
- Konsep family center care perawatan
- Health promotion pada keluarga
infant- remaja
- Discharge
- Follow up after care
- MTBS
2. Patofisiologi pada
- neonatal : prematuritas, BBLR,
RDS, asphyxia, Hiperbilirubinemia
- kelainan Kongenital pada sistem
cardiovasculer : PDA, VSD
- Kelainan Kongenital pada sistem
respirasi : bronkhomalasia
- peradangan pada sistem respirasi:
ISPA, Pneumoni, ashma
- Kelainan Kongenital pada sistem
digestive : Hirschprung, atresia
ani, atresia ductus hepaticus,
- peradangan pada sistem digestive :
72

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

Diare, Typhoid Fever


- gangguan nutrisi : obesitas, KKP
- peradangan pada sistem urinari :
Nefrotik Sindrome (NS),
- kelainan kongenital pada system
Urinaria: hipospadia dan
phymosis
- kelainan kongenital pada sistem
hematologi : talasemia
- keganasan pada sistem hematologi :
Leukemia
- kelainan pada sistem endokrin :
Juvenile Diabetes
- masalah pada sistem imun : DHF
dan SLE
3. Asuhan keperawatan pada anak,
meliputi pengkajian, analisa data,
diagnosis, intervensi, implementasi dan
evaluasi:
a. Pengkajian:
- pada bayi yang beresiko dan anak
- psikososial pada anak
- tumbuh kembang pada anak
dg berbagai tk usia : Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan
(KPSP), tes daya dengar, tes
daya lihat.
- anak dg berkebutuhan khusus:
Retardasi mental, Autisme,
dan Attention Deficit
Hiperactivity Disorder (ADHD)
- anak dg kekerasan (fisik,
mental, dan seksual)
b. analisa data dan
diagnose keperawatan
c. Intervensi keperawatan pada
bayi yang beresiko dan anak :
- Pemberian oksigen pada anak
- Nebulisasi
- Suctioning pada anak
73

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

- Pemasangan infus pada bayi


dan anak
- Perhitungan cairan di anak
- Transfusi darah
- Wash-out
- Pencegahan infeksi
lingkungan pada BBL
- Phototherapy
- Pemberian obat pada anak
- Terapi bermain
- Tepid sponge
- Perawatan pada bayi
dengan exchange
transfusion
KEPERAWATAN 1. Konsep dasar keperawatan maternitas: Konsep dan
MATERNITAS, a. Perspektif keperawatan maternitas teori secara
SISTEM b. Paradigma keperawatan maternitas mendalam
REPRODUKSI c. Konsep teori keperawatan maternitas dan
2. Patofisiologi pada perempuan aplikasinya
sepanjang siklus kehidupannya: dalam asuhan
a. Gangguan perdarahan pada masa keperawatan
kehamilan, persalinan, dan masa pada ibu
nifas dalam konteks
b. Masalah-masalah penyakit pada perawatan
masa kehamilan: keluarga
1) DM
2) Hyperemisis gravidarum
3) Hypertensi pada kehamilan
4) Pre eklampsia
5) Anemia
c. Persalinan berisiko
1) Distosia
2) Prematur
3) Postmatur
d. Infeksi organ reproduksi
1) Infeksi internal dan eksternal
pada organ reproduksi
2) Penyakit Menular seksual
3) Infeksi TORCH
74

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

e. Gangguan hormone dan menstruasi:


1) Amenorea
2) Dismenore
f. Keganasan:
1) Ca payudara
2) Ca servik
3) Ca ovarium
g. Infertilitas
h. Klimakterium
i. Trauma melahirkan
1) Inkontinensia urine
2) Fistula Genetalia
j. Kekerasan terhadap perempuan
3. Asuhan keperawatan pada
perempuan sepanjang siklus
kehidupannya
a. PengkajianSistem Reproduksi
b. Diagnosa keperawatan pada Sistem
Reproduksi
c. Perencanaan/implementasi/evaluasi
keperawatan pada Sistem
Reproduksi
4. Sistem layanan kesehatan untuk
pasien dengan gangguan sistem
Reproduksi (rujukan, PMO, Gakin,
Jamkesmas)
5. Penelitian keperawatan maternitas
a. Pengertian masalah penelitian
b. Hasil-hasil penelitian terkait Sistem
Reproduksi
6. Prosedur Keperawatan
a. Manuver Leopold dan
penghitungan denyut jantung janin
b. Membantu melakukan pemeriksaan
pap smear
c. Menolong partus normal, meliputi :
1) Melakukan observasi
kemajuan persalinan (partograf)
2) Manajemen nyeri persalinan
3) Melakukan amniotomi
75

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

4) Melakukan episiotomi
5) Menolong kelahiran bayi
6) Membersihkan jalan nafas bayi
segera setelah lahir
7) Menghitung nilai Apgar bayi
8) Inisiasi Menyusu Dini
9) Melahirkan plasenta dan
memeriksa kelengkapannya
10) Mencegah perdarahan pada kala IV
11) Melanjutkan bonding &
attachment
d. Memasang CTG (cardiotocography)
e. Melakukan pemeriksaan pada ibu
masa nifas
f. Teknik menyusu
g. Melakukan perawatan perineal
h. Manajemen laktasi
i. Memandikan bayi baru lahir
dan merawat tali pusat
j. Memberikan edukasi kesehatan
k. Memberikan penyuluhan
alat kontrasepsi:
1) Memasang alat
kontrasepsi dalam rahim
2) Memberikan injeksi kontrasepsi
l. Melakukan konseling keluarga.

KEP JIWA 1. Konsep dasar keperawatan jiwa: Konsep dan


a. Sejarah keperawatan jiwa dan teori secara
Trend serta isu dalam keperawatan mendalam
jiwa global dan
b. Konseptual model dalam aplikasinya
keperawatan jiwa dalam asuhan
c. Konsep recovery dan supportive keperawatan
environment dalam pelayanan pada klien
kesehatan jiwa. yang
76

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

d. Peran perawat jiwa dankolaborasi mengalami


interdisiplin dalam kesehatan dan masalah
keperawatan jiwa psikososial
e. Proses keperawatan jiwa dan spiritual
f. Pelayanan keperawatan jiwa serta
pada situasi bencana gangguan jiwa
g. Legal and ethical context of
psychiatric nursing care
h. Manajemen pelayanan keperawatan
jiwa profesional klinik dan
komunitas
2. Proses terjadinya gangguan jiwa
dalam perspektif keperawatan jiwa :
a. Konsep sehat sakit jiwa dan rentang
sehat sakit jiwa
b. Penyebab gangguan jiwa
c. Konsep stress dan koping
d. Faktor predisposisi
e. Faktor presipitasi
3. Asuhan keperawatan sehat jiwa
sepanjang rentang kehidupan: Ibu
hamil, bayi, toddler, prasekolah, usia
sekolah, remaja, dewasa dan lansia.
4. Asuhan keperawatan pada klien dgn
masalah psikososial dan gangguan
jiwa
a. Asuhan keperawatan pada klien dgn
masalah psikososial : Kecemasan,
konsep diri, kehilangan,
ketidakberdayaan dan keputusasaan
b. Asuhan keperawatan pada
klien penyalahgunaan NAPZ
c. Asuhan keperawatan pada klien
gangguan jiwa: halusinasi,
waham, isolasi sosial, perilaku
kekerasan, resiko bunuh diri dan
defisit perawatan diri.
d. Askep pada kelompok khusus: psikotik
gelandangan, anak dengan kebutuhan
77

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

khusus, korban perkosaan, KDRT dan


trafficking, narapidana dan anak
jalanan
5. Terapi modalitas: terapi somatik dan
psikofarmaka, terapi perilaku , TAK,
terapi keluarga, terapi okupasi dan
rehabilitasi,
dan terapi lingkungan
KEPERAWATAN 1. konsep dasar keperawatan gerontik : Konsep dan
KOMUNITAS a. Batasan lansia teori secara
b. Landasan hukum mendalam
c. Kebijakan pemerintah dan
d. Ruang lingkup pelayanan lansia
aplikasinya
2. konsep aging process & Askep
dalam asuhan
gangguan tidur pada lansia :
keperawatan
a. Teori Aging process
b. Kebutuhan tidur pd lansia klien,
c. Gangguan Tidur keluarga, dan
d. Intervensi gerontik di
3. konsep pekerja sosial pada komunitas
pelayanan lansia:
a. Landasan hukum
b. Definisi
c. Kompetensi
4. proses keperawatan pada lansia:
a. Pengkajian pada lansia
b. Reminissence & life review
c. Diagnosa keperawatan
d. Intervensi
e. Evaluasi
5. kebugaran pada lansia:
a. Proses menua dan efeknya
pada kebugaran
b. Berbagai aktifitas fisik dan
latihan pada lansia
c. Definisi kebugaran
d. Faktor yg mempengaruhi
kebugaran
6. askep lansia dengan masalah kognitif
dan psikologis:
a. Konsep Dimensia
b. Depresi
78

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

7. askep lansia dengan Mobilisasi &resiko


jatuh, inkontinensia:
a. Mobilisasi
b. Keseimbangan
c. Fisiologi perkemihan
d. Tipe inkontinensia
e. Intervensi

BAHAN KAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga:


a. Ilmu Keperawatan Keluarga
b. Model konsep keperawatan keluarga
c. Standar praktik asuhan
keperawatan keluarga
d. Trend issue keperawatan keluarga
2. Proses Keperawatan Keluarga:
a. Pengkajian
b. Diagnose Kep Keluarga
c. Rencana Tindakan
d. Evaluasi
3. Keperawatan keluarga dengan
pendekatan transkultural: Family
Violence
a. Konsep trans kultural
b. Konsep famili violence
4. Asuhan keperawatan keluarga baru
menikah : Asuhan keperawatan keluarga
dengan anak balita, remaja, lansia
a. Tugas perkembangan keluarga
b. Pengkajian
c. Intervensi
d. Evaluasi
5. Asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah kesehatan prioritas (peny
kronis
+ peny infeksi)
a. Tugas perkembangan keluarga
b. Pengkajian
c. Intervensi
d. Evaluasi
BAHAN KAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
79

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

1. Konsep Dasar Keluarga


2. Konsep keluarga, Trend dan Issue
Kesehatan keluarga
3. Teori Model Keperawatan di keluarga
4. Managemen Sumber daya Keluarga
5. Konsep Home Health of Nursing (Home Care)
6. Proses Asuhan Keperawatan pada Keluarga
7. Jenis-jenis Tindakan Keperawatan pada
Berbagai Kasus Resiko Tinggi di
Keluarga
8. Konsep Keperawatan Komunitas
9. Masalah Kesehatan komunitas di Indonesia
10. Aspek Keterkinian dalam
Praktek Keperawatan Komunitas
11. Puskesmas
12. Strategi PHBS
13. Strategi MTBS
14. Strategi Pemecahan Masalah
Kesehatan Komunitas
15. Proses Keperawatan Komunitas
16. Asuhan Keperawatan pada Kelompok
Khusus (Kesja, UKS) dan berkebutuhan
khusus.
17. Transisi pola penyakit
18. Epidemiologi dan Kependudukan
19. Manajemen mutu dan manajemen
resiko dalam asuhan keperawatan klien
20. Aplikasi Teori Model dalam Berbagai
Situasi Pelayanan
21. Terapi Modalitas Keperawatan pada
berbagai kondisi termasuk terapi
komplementer
22. Manajemen asuhan : Pendekatan
holistik, preventif, promotif, karatif,
restoratif, rehabilitatif, consolation of the
dying
23. Issue dan kecenderungan
masalah kesehatan kelompok
lansia
24. Upaya preventif dan promotif untuk
pemenuhan kebutuhan dasar fisik
dan
80
psikososial lansia
81

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

25. Sumber dan pendekatan


pendidikan kesehatan pada lansia
26. Pengelolaan kesejahteraan lansia
di masyarakat
27. Masalah kesehatan di fasilitas
pelayanan keperawatan (home care,
nursing home/residental health care),
fasilitas pelayanan kesehatan bergerak
28. Pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan
PROSES 1. Langkah-langkah proses Konsep dan
DIAGNOSIS KEP keperawatan: pengkajian sampai teori secara
dengan evaluasi mendalam
2. Proses perumusan diagnosis keperawatan, dan
berpikir kritis dan pembuatan keputusan, aplikasinya
proses pengkajian: pemeriksaan fisik dan dalam
pengumpulan data, analisis data, pemberian
perumusan masalah dan pengambilan asuhan
keputusan, keperawatan
3. Komponen diagnosis keperawatan, pada klien,
4. Klasifikasi Diagnosis keperawatan, keluarga, dan
NANDA, NOC, NIC masyarakat

KOMUNIKASI 1. Konsep komunikasi secara umum Konsep dan


2. Perspektif, Trend dan isu teori secara
komunikasidalam pelayanan mendalam
kesehatan dan
3. Faktor - faktor yang aplikasinya
mempengaruhi komunikasi dalam
4. Pengaruh faktor budaya dalam berkomunikasi
komunikasi (klinik dan dengan
komunitas) pasien,
5. Komunikasi dalam pelayanan keluarga,
kesehatan Khususnya komunikasi sejawat dan
multidisiplin organisasi
6. Konsep komunikasi terapeutik
7. Menghadirkan diri secara terapeutik
8. Tahap – tahap komunikasi terapeutik
9. Teknik – teknik komunikasi terapeutik
10. Hambatan dalam komunikasi terapeutik
82

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

11. Komunikasi terapeutik pada kondisi


khusus dan berbagai rentang usia
Health 1. Konsep promosi kesehatan Konsep dan
education and 2 2. Konsep dan teori belajar mengajar teori secara
promotion 3.Domain belajar mendalam
(pendidikan 4. Klien sebagai peserta didik dan
dan promosi 5. Komunikasi dalam pendidikan aplikasinya
kesehatan) dan promosi kesehatan dalam
6. Kebutuhan pendidikan kesehatan klien berkomunikasi
7.Tujuan pendidikan dan promosi kesehatan dengan
klien pasien,
8. Prinsip, metode, teknik dan strategi keluarga,
pendidikan dan promosi kesehatan sejawat dan
9. Media pembelajaran organisasi
10. Implementasi pendidikan dan
promosi kesehatan klien
11. Evaluasi pendidikan dan promosi
kesehatan
KEPERAWATAN 1. Konsep & Proses Keperawatan Pengetahuan
KRITIS DAN Gawat Darurat teori dan
GAWAT 2. Sistem Penanggulangan Gawat aplikatif
DARURAT Darurat Terpadu
3. Primary Survey dan pengelolaan ABC
4. Keseimbangan cairan dan elektrolit
dan asam-basa
5. Kegawatdaruratan Trauma:
kepala, thoraks, abdomen,
ekstremitas
6. Kegawatdaruratan Jantung
7. Kegawatdaruratan kebidanan
8. Kegawatdaruratan Pernapasan
Non Trauma
9. Kegawatdaruratan endokrin
10. Kegawatdaruratan Psikiatri
11. Kegawatdaruratan intoksikasi
12. Multiple organ dysfunction failure
13. Bantuan Hidup Dasar Dewasa-Anak-Bayi
14. Megacode Henti Jantung
15. Code Blue Ventrikular Fibrillation
83

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

16. Stabilisasi & Transportasi, Balut-Bidai


HIV dan 1. Trend issue dan perilaku yang Konsep dan
Keperawatan berisiko tertular/menularkan HIV teori secara
Paliatif AIDS mendalam
2. Pengkajian bio, psiko, sosial spiritual dan dan
kultural; pemeriksaan fisik dan aplikasinya
diagnostik; tanda dan gejala;, dan dalam asuhan
penatalaksanaan pasien dengan HIV keperawatan
AIDS HIV dan
3. Prinsip hidup dengan ODHA, family Paliatif
centerd pada ODHA dan stigma
pada ODHA
4. Prinsip komunikasi konseling pada
klien dengan HIV/AIDS.
5. Konseling pada klien dengan HIV/AIDS
6. Prinsip perawatan pada bayi dan anak
penderita HIV AIDS atau dengan
orang tua HIV AIDS
7. Asuhan keperawatan pada
pasien terminal illnes (palliative
care)
8. Pengkajian spiritual dan kultural
pada klien dengan HIV/AIDS dan long
term care.
9. Berbagai macam terapi komplementer
10. Tinjuan agama tentang penyakit kronis
11. Mahasiswa mampu memahami
tinjauan agama tentang kematian
MANAJEMEN 1. Pengambilan Keputusan Pengetahuan
KEPERAWATAN 2. Penyelesaian masalah faktual
3. Manajemen konflik
4. Manajemen waktu
5. Perubahan Berencana
6. Pengembangan SDM
7. Pengawasan
8. Pendelegasian
9. Motivasi
10. Kemitraan
SIST EM 1. Teknologi informasi dalam keperawatan ; Pengetahuan
INFORMASI Batasan teknologi informasi umum faktual
dengan
8

BIDANG IPTEKS RINCIAN BAHAN KAJIAN YANG HARUS DIKUASAI


YANG
TINGKAT KELUASAN MATERI TINGKAT
DIPELAJARI
KEDALAMAN

layanan keperawatan, Peran teknologi


informasi bagi layanan pemberian asuhan
keperawatan, Dampak teknologi informasi
pada pengguna asuhan keperawatan
2. Sistem teknologi pelayanan
kesehatan: Sistem informasi,
Manajemen sistem informasi, Manfaat
dan hambatan menggunakan system
informasi,
3. Aplikasi system informasi dalam pelayanan
pasien
KESELAMATAN 1. Pengertian dan ruang lingkup K3 Prinsip -
DAN 2. Undang-undang K3 di Indonesia prinsip
KESEHATAN 3. Bahaya lingkungan kerja dan evaluasinya
KERJA (K3) 4. Bahaya kimia di lingkungan kerja
dan dampaknya terhadap kesehatan
5. Bahaya fisik di lingkungan kerja
dan dampaknya terhadap kesehata
6. Ergonomi dan faal tubuh
7. Konsep dasar kesehatan lingkungan
8. Konsep dasar pencegahan
kecelakaan kerja
9. Penyebab langsung dan tidak
langsung pada kecelakaan kerja
10. Pencegahan kecelakaan kerja
METODOLOGI 1. Filsafat ilmu Konsep dan
PENELITIAN 2. Konsep Dasar Penelitian teori penelitian
3. Evidence Based Nursing (EBN) dan mendalam dan
Evidence Based Nursing Practice (EBNP) pelaksanaan
4. Literatur review penelitian
5. Metode penelitian dalam
6. Manajemen analisis data keperawatan
7. Pembuatan proposal penelitian
8. Pelaksanaan penelitian
9. Penulisan artikel ilmiah
8

Lampiran 2 Kompetensi

A. General Information

PROGRAM PERCEPTORSHIP NERS


NAMA PRECEPTEE :
TANGGAL MASUK/ MULAI :

N PARAF
Informasi TANGGAL Preceptor Preceptee
o
PENDAHULUAN

1 Struktur Organisasi RS. Unair

2 Struktur Organisasi Keperawatan RS. Unair


Penjelasan Jenis Pelayanan Kesehatan di
3
RS. Unair

a. Pelayanan Medis

a) Instalasi Gawat Darurat

b) Instalasi Rawat Jalan

c) Instalasi Rawat Inap

d) Intensive Care Unit

e) Kamar Operasi

b. Pelayanan Penunjang Medis

a) Instalasi Farmasi

b) Instalasi Radiologi

c) Instalasi Gizi

d) Instalasi Laboratorium

e) Instalasi Pemeliharaan Sarana

f) Rekam Medik
84

g) Layanan Kerjasama (BPJS, Jamkesmas)

4 Morning Report

5 SK Rektor tentang tarif


KEMAHASISWAAN

1 Jadwal dinas

2 Prosedur ijin

3 Prosedur tukar dinas

4 Pakaian dinas dan aksesorisnya

5 Penilaian kinerja mahasiswa

LETAK FISIK RUANGAN

1 Fasilitas Umum

a. Letak lift

b. Pintu darurat

c. APAR

d. Sekretariat bersama

e. Musholla

f. Toilet umum

g. Pneumatic

2 Fasilitas Khusus
85

IRNA

a. Nurse station

b. Ruang Ners

c. Musholla

d. Loker Ners

e. Alokasi Kamar

f. Ruang Mahasiswa

g. Ruang Isolasi

h. Trolley emergency

i. Trolley rawat luka

j. Ruang Linen

k. Spoelhock

l. Gudang alat

m. Lemari consumable dan obat

n. Kulkas obat dan darah

3 Fasilitas Kamar Pasien

a. Jenis kelas perawatan

b. Tempat tidur pasien

c. Bed side cabinet

d. Overbed table
86

e. Bed head (Lampu, Oksigen, Suction)

f. Televisi

g. Kamar mandi (air panas/dingin)

h. Air Conditioner (AC)

PROSEDUR UMUM

1 Prosedur Penerimaan Pasien Baru

2 Prosedur Discharge/Keluar RS

3 Prosedur Pasien Meninggal

4 Prosedur Pulang Paksa

5 Prosedur Administrasi Pasien

a. Pasien Umum

b. Pasien BPJS

c. Pasien Jamkesmas Non Kuota

6 Prosedur Pindah Ruangan

7 Prosedur Persetujuan Tindakan Medik

8 Prosedur Penolakan Tindakan Medik

10 Prosedur Persetujuan Tindakan Operasi

11 Prosedur Persetujuan Pembiusan

12 Prosedur Pemesanan Diit ke Gizi

13 Prosedur Pendaftaran Operasi


87

14 Prosedur Pemeriksaan Radiologi

15 Prosedur Pemeriksaan Laboratorium

16 Prosedur Sterilisasi Alat

17 Prosedur Pengiriman dan Penerimaan Laundry

18 Prosedur Permintaan Darah

19 Prosedur Menerima Telepon

PATIENT SAFETY

1 Identifikasi Pasien

a. Gelang Identitas

b. Gelang Alergi

c. Gelang Resiko Jatuh

d. Gelang Do Not Resusitate

2 Komunikasi Efektif

a. Read back

b. singkatan

c. Hasil Tes Kritis

a) Hasil Laboratorium

b) Hasil Radiologi

d. hands off ( SBAR)

3 Kewaspadaan Obat
88

a. Obat High Alert

b. Obat kategori Loook Alik Sound Alike (LASA)

Tepat Lokasi,Tepat Prosedur, Tepat


4
Pasien Operasi

Marker

a. Sign In

b. Time Out

c. Sign Out

5 Pengurangan Risiko Infeksi

a. Hand Hygiene

b. 5 Saat Hand Hygiene

6 Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

a. Morse Falls Scale

b. Humpty Dumpty Scale

C, Geriatri

PENGENDALIAN INFEKSI

1 Kewaspadaan Standar

a. Hand Hygiene

b. Alat Pelindung Diri (APD)

c. Injeksi yang Aman (No Recap)

2 Kewaspadaan Transmisi

a. Kontak
89

b. Droplet

c. Airbone, blood borne, water borne

3 Survailance

MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

1 KPI Instalasi Rawat Inap

2 KPI Instalasi Gawat Darurat

3 KPI Instalasi Rawat Jalan

4 KPI ICU

5 KPI Kamar Operasi


90

B. Daftar Target Kompetensi

DAFTAR TARGET KOMPETENSI


NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST
IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee I II III IV
MEDICAL AND SURGICAL INPATIENT UNIT
INECTION CONTROL
1 Infection control precautions:
a. standard universal precaution
b. reverse isolation
c. TB/ airborne precautions
d. MRSA/ VRE precautions
DRUG ADMINISTRATION
1 Syarat pemberian obat (contoh: TDS minimal)
d. ISDN
e. Amiodaron
f. Valsartan/ Micardis
2 Prisnip pemberian obat: 6 benar
3 Insulin administration
a. Jenis insulin: short acting, intermediate
acting, long acting
b. Cara: RCI, subcutan, syringe pump
c. Metode konvensional
4 Heparin administration
a. Jenis
b. Sesuai tujuan
5 Intramuscular therapy
a. Lokasi insersi
b. Cara injeksi
c. Contoh obat IM
6 Subcutaneous therapy
a. Lokasi insersi
b. Cara injeksi
c. Contoh obat SC
7 Topical medication
a. Lokasi pemberian
b. Cara pemberian
c. Contoh obat
8 Eye medication
a. Lokasi pemberian
b. Cara pemberian
c. Contoh obat
9 Ear medication
a. Lokasi pemberian
b. Cara pemberian
91

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
c. Contoh obat
10 Nebulizer/ aerosol medication
11 Unit dose medication administration
a. Dopamin
b. NE
c. Dobutamin
d. Nicardipine
e. ISDN
f. Herbesser
g. Furosemide
PRINCIPLES OF NUTRITIONAL CARE
1 Nutritional screening and assessment – mini
nutritional assessment
2 Calculating nutritional requirements
3 Nutritional support
a. Insertion of NG feeding tube
b. Pemberian diet per NGT
PRINCIPLES OF PRE and POST-OPERATIVE NURSING
1 Preoperative preparation
d. Persiapan IV line dan cairan
e. Obat-obatan profilaksis
f. Puasa
g. Levement
h. Site mark
i. Konsultasi anestesi
j. Informed consent
2 Postoperative management
a. Laporan pagi anestesi
b. Instruksi post op dokter bedah
c. Instruksi post op dokter anestesi
d. Pemeriksaan laboratorium post operasi
e. Pemeriksaan patologi spesimen
f. Pemeriksaan radiologi post operasi
MANAGEMENT CODE BLUE
CARE OF PATIENTS WITH INTEGUMENTARY DISORDERS
1 Skin assessment: patient’s history, physical
examination
2 Wound Care
3 Pressure ulcers care
4 Treatments: emollients, topical steroids
5 Rashes: eczema, psoriasis,
6 Wound assessment
7 Wound management
92

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
8 Surgical wounds
9 Staple / Suture Removal
10 Pressure ulcers
11 Burns
12 Dermatitis
13 Skin cancers
14 Cellulitis
15 Herpes zooster
16 Candidiasis oris
CARE OF PATIENTS WITH RESPIRATORY DISORDERS
1 Pola nafas: dispnea, takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, see saw,
Cheyne-
Stokes
2 Otot bantu nafas
3 Produksi sputum
4 Batuk
5 Pergerakan dada
- Simetris
- Asimetris
6 Alat bantu nafas
7 General respiratory assessment
a. Respiratory
b. Colour
c. Chest
8 Breath sound
a. Wheezing
b. Stridor
c. Crakles
d. Ronkhi
e. Pleural friction
9 Respiratory function testing
a. Peak expiratory flow
b. Pulse oximetry
c. Spirometry
d. Sputum
e. Radiological investigations
f. Bronchoscopy
g. ABG reading
10 Specimen collection
a. Sputum
b. Pleura fluid
11 Suctioning
a. ETT
93

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
b. Oral
c. Oral-pharyng
d. Nasal-pharyng
e. Tracheostomy
12 Respiratory intervention
a. Positioning
b. Oxygen administration and nebulizer use
c. Breathing exercise
d. Mobilisation and exercise
e. Chest physiotherapy/ postural drainage
13 Tracheostomy care
14 Thoracenthesis / Paracenthesis
15 Insertion of Chest Tubes
16 Pleurodesis
17 Management of spesicif conditions
a. Pneumonia (CAP, HCAP, VAP)
b. Tuberculosis
c. Asthma
d. Atelectasis
e. Asbestosis
f. COPD
g. Respiratory acidosis
h. Cor pulmonal
i. Emphysema
j. Emphyema
k. Bronchiectasis
l. Bronchitis
m. Cystic Fibrosis
n. Respiratory failure
o. Lung cancer
p. Pleural effusion
q. ARDS
r. Pulmonary edema
CARE OF PATIENTS WITH CARDIOVASCULAR DISORDERS
1 Irama jantung
- Reguler
- Ireguler
2 S1/S2 tunggal
3 Suara jantung
- Gallop
- Murmur
4 CRT
5 Akral
94

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
6 Distensi vena jugular
7 Cyanosis
8 Diagnostic investigations
a. Blood tests
b. ECG – interpretation
 Rhythm sinus
 Bradycardia sinus
 Tacchycardia sinus
 Sinus arrest
 Blok sinoatrial (SA)
 Aritmia sinus
 Sick sinus syndrome
 Kompleks atrial premature
 Atrial fibrilasi
 Atrial flutter
 Supraventrikular takikardia
 Supraventrikel ekstrasistole
 Paroksimal
supraventrikular takikardia
 Ventrikel Takikardia
 Ventrikel fibrilasi
 Torsade de pointes
 Asistole
 AV Blok
c. Exercise tolerance test
d. Echocardiography
e. Diagnostic Coronary Angiography (DCA)
9 Procedurs:
10 Intravenous therapy
a. Overview of vascular access device
b. Administration of IV therapy
 Preparation of IV therapy
 Methods of administering IV drugs-
continuous infusion, intermittent infu-
sion, direct intermitten injec-tion
 Principles of administration
 Infusion device – calculation of in-fusion
rate, volumetric pumps, syringe pumps
c. Principles of infection prevention –
cleaning the site (inspection of the
site,securement and dressings)
d. Jenis cairan
 NaCl 0.9%
 NaCl 3%
95

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
 Ringer Laktat
 Ringer Asetat
 RD5
 Asering
 Asering 5
 Tutofusin
 Triofusin
 Aminofluid
 Aminoleban
 Manitol
 Kaen Mg 3
 Dextrose 5
 Dextrose 10
e. Maintaining a closed IV system
f. Maintaining patency
g. Managing complications – phlebitis,
infiltration and extravasation, thrbosis,
sepsis, circulatory overload and
dehydration, speed shock
h. Sterile dressing changes
11 Phlebotomy
12 Measuring and monitoring CVP
13 AV shunt care
14 Arrhythmias
a. Tachyarrhythmias
b. Bradyarrhythmias
c. Cardiac arrest rhythm
15 Valvular heart disease : Mitral disorder,
Insuficiency aortic, tricuspid
16 Heart failure
17 Vascular disorders
18 Hypertension: crisis, emergency
19 Cardiac catheterization
20 Angina pectoris
21 Miocardial infarction (MI)
22 Coronary artery disease (CAD)
23 Pheripheral arterial disease (PAD)
24 Cardiogenic shock
25 Cardiomyopathy
26 Hypovolemic shock
27 Pericarditis
28 Rheumatic heart disease
29 Thrombophlebitis
96

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
30 HHD (hypertention heart disease)
CARE OF PATIENTS WITH NERVOUS DISORDERS
1 Reflek fisiologis
- Patella
- Triceps
- Biceps
2 Reflek patologis
- Babinsky
- Budzinsky
- Kernig
3 Pupil
- Isokor
- Anisokor
4 Reflek cahaya
5 Diameter pupil
6 Sclera/konjungtiva
- Anemis
- Ikterus
7 Penglihatan
- Normal
- Kacamata
- Kabur
8 Pendengaran
- Bersih
- Kotor
- Tinnitus
- Otitis media
9 Traumatic brain injury
10 CVA/ TIA
11 Epilepsy
12 Pasrkinson’s disease
13 Spinal cord injury
14 Paraplegia
15 Quadriplegia
16 Cranial hemorrhage
17 Encephalitis
18 Meningitis
19 Guillain-Barre Syndrome
20 Seizure disorder
CARE OF PATIENTS WITH GENITOURINARY DISORDERS
1 Gangguan
- Normal
- Anuria
97

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
- Hematuria
- Poliuria
- Oligouria
- Retensi
- Nokturia
- Inkontinensia
2 Specimen collection: Urine
3 Irigations: foley cath
4 Fluid balance calculation
5 Removal of fecal impaction
6 Urinary tract infection
7 Acute kidney injury
8 Chronic kidney disease
9 Beingn prostatic hyperplasia
10 Urolithiasis
11 Nephrostomy
12 Bladder cancer
13 Prostat cancer
14 Pylonephritis
15 Testicular cancer
16 Kidney cancer
17 TUR-P syndrome
CARE OF PATIENTS WITH GASTROINTESTINAL DISORDERS
1 Nafsu makan
2 Porsi makan
3 Mukosa
- Lembab
- Kering
- Stomatitis
4 Tenggorokan
- Nyeri telan
- Pembesaran tonsil
- Kesulitan menelan
5 Abdomen
- Normal
- Tegang
- Kembung
- Ascites
- Nyeri tekan
6 Pembesarn hepar
7 Pembesaran lien
8 Specimen collection
a. Faeces
98

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
b. Ascites fluid
c. Pathological speciment
d. Pus
9 Diagnostic investigations
a. Radiological investigastions (BOF)
b. Abdominal ultrasound
c. CT scan
d. MRI
10 Procedures:
11 NGT:
a. Pemasangan
b. Pemberian diet
c. Pemberian obat
d. Gastric lavage
12 Jenis dan jumlah kalori dalam diet
13 Enema
14 Colostomy care
15 Suppositoria drug
16 Disorders
a. Constipations
b. Diarrhea
c. Nausea and vomiting
d. Peptic ulcer
e. Cholecystitis
f. Gastroenteritis
g. Gastritis
h. Hernia inguinalis dan scrotalis
i. 139Intestinal obstruction and
paralytic illeus
j. Peritonitis
k. Ulcerative colitis
l. Appendicitis
m. GI bleed (hematemesis melena)
n. Pancreatitis
o. Bowel obstruction
p. Paralytic ileus
q. Liver failure
r. Hepatitis
s. Cirrhosis hepatis
t. Hemoroid
u. Cholelithiasis
CARE OF PATIENTS WITH MUSCULOSCELETAL DISORDERS
1 Kemampuan gerak sendi
- Bebas
99

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
- Terbatas
2 Kekuatan otot
3 Pain management
4 Initial ambulation
5 Passive and active ROM exercises
6 Sceletal traction, gips
7 Fraktur
8 Decubitus
9 Luka bakar
10 Akral
11 Turgor
12 Oedema
13 Osteoarthritis
14 Osteomyelitis
15 Fracture injries
16 Osteoporosis
17 Amputation
18 Total joint replacement
19 Spondylitis TB
CARE OF PATIENTS WITH ENDOCRINE DISORDERS
1 Pengkajian
- Pembesaran kelenjar tiroid
- Pembesaran kelenjar getah bening
- Gangren
2 Diagnostic investigations
a. Blood test: GDP, GDS, GD2PP
3 Procedures
4 Subcutaneous injection: insulin
5 Ulkus diabeticum care
6 Foot exercise for diabetic patients
7 Diabetes mellitus
8 Hyperglicaemia crisis
9 Hypo/hyperglycaemia algoritm
10 Diabetes ketoacidosis
11 Hypo/hypertiroidism
12 Hypo/hiperituitairism
13 SIADH
14 Cushing syndrome
CARE OF PATIENTS WITH IMMUNOLOGYDISORDERS
1 Procedurs:
2 Blood gas analysis
3 Tourniquet test
4 Blood transfusion therapy
10

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
 Packed Red Cells
 Whole Blood
 Fresh Frozen Plasma
 TC
5 Immunization: hepatitis, meningitis,
6 Hypersensitivity disorders
7 Anaphylaxis
CARE OF PATIENTS WITH HAEMATOLOGY DISORDERS
1 Procedurs:
2 Phlebotomy
3 Autoimmunity: SLE
4 HIV/AIDS
5 Septic shock
6 Anaemia
7 Aplastic anemia (Pancytopenia)
8 Anemia Gravis
9 Thrombocytopenia
10 Leukemia
11 Deep vein thrombosis (DVT)
12 Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP)
FLUIDS AND ELECTROLYTES
1 Hypo/hypernatremia
2 Hypo/hypercalcemia
3 Hypo/hyperkalemia
4 Hypo/hypermagnesemia
5 Metabolic acidosis
6 Metabolic alkalosis
7 Respiratoric acidosis
8 Respiratoric alkalosis
9 Dehydration
EQUIPMENT
1 Pressure Mattress
2 Wall Suction
3 Portable O2 Suction
4 Oxygen Wall Panel / Flowmeter
5 Chest Tube Suction Device
6 Portable Vital Signs Monitor
7 Blood Glucose Meters
8 Pulse Oximetry
9 HEPA Filters
10 Vein viewer
11 Syringe pump
12 Infuse pump
10

NURSING PERCEPTORSHIP CHECKLIST


IMPLEMENTATION
No. COMPETENCIES Preceptor Preceptee
I II III IV
13 Bed pan sanitizer
14 UV
15 Water seal drainage machine
16 Ultrasonic nebulizer
17 Thermometer
18 Vacutainer
19 Jackson rees
20 Emergency trolley
A: emergency drugs (ex : ephineprine,
nor ephineprine, etc)
B: consumable
C: fluid (ex: gleofusin, D40, KCL, etc)

Keterangan:
1: pernah melakukan 1 kali, perlu bimbingan dan supervisi lebih lanjut
2: pernah melakukan lebih dari 1 kali, perlu bantuan sebagian dan supervisi
seperlunya
3: kompeten, hampir tidak membutuhkan bantuan dan perlu supervisi minimal
4: kompeten, tidak perlu bantuan dan dapat membantu mengajarkan ke yang
lain

C. Pernyataan Confidentiality Mahasiswa


Pernyataan Confidentiality ini sebagai kontrak awal preceptee saat akan
memulai praktik departemen medikal bedah. Format pernyataan confidentiality
terdapat di halaman lampiran modul.

D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada minggu terakhir mahasiswa praktik
profesi. Evaluasi dilakukan dari preceptor ke preceptee dan preceptee ke preceptor.
Terdapat form khusus yang digunakan sebagai alat evaluasi yang ada di halaman
lampiran.
10

Daftar Pustaka

Akobeng AK. Principles of evidence based medicine. Arch Dis Child


2005;90:837-40.
Bott, Gloria. Mohide, E. Ann. Lawlor, Yvonne. 2011. A Clinical Teaching Technique for
Nurse Preceptor: The Five Minute Preceptor. Journal of Professional Nursing,
Vol 27, No. 1 (January–February), 2011: pp 35–42
Burls A. What is critical appraisal? What is…? series of evidence-based medicine 2nd ed.
Hayward Group Ltd, Hayward Medical Communications Division; 2009 Feb
[cited 2012 August 12]. Supported by Sanofi Aventis. Available from:
URL: HYPERLINK
http://www.medicine.oc.ac.uk/bandolier/painres/download/whatis/what_is_ critical_appraisal.pdf
California State University Northridge. 2012. Departmen of Nursing: Preceptor
Handbook 2012-2013. [Online] http:// Diakses pada 2 Januari 2015 pukul 8:59
Dahlan MS. 2010. Membaca dan menelaah jurnal uji klinis. Jakarta: Salemba Medika
DIKTI.2010. Pedoman Program Kreativitas Mahasiswa.Jakarta : Direktur Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Depdiknas
M Makela, K Witt. 2005. How to read a paper: critical appraisal of studies for application
in healthcare. Singapore Med J 2005; 46(3) : 108
McMaster Mohawk Conestgoa. 2012. Preceptorship Handbook: Shaping the Profession
One Nurse at A Time. [Online] http:// Diakses pada 2 Januari 2015 pukul 8:59
Mt. San Jacinto College. 2014. Nursing 248: Preceptorship Course Syllabus. [Online].
Diakses pada 10 Oktober 2014 pukul 20:46
Murdani Abdullah, M. Adi Firmansyah. 2012. Critical Appraisal on Journal of Clinical
Trials. Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of
Indonesia - Cipto Mangunkusumo Hospital, 2012; Vol 44 : 4
Sugiarto. 2012. Telaah Kritis (Critical Appraisal). Surakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Dalam RS Dr Moewardi / Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret
Suryadila, Kadek. 2012. Telaah Kritis Artikel Review Sistematik Dan Meta Analisis.
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
10

Buku Pegangan Wajib

1. Brady, Anne-Marie. McCabe, Catherine. McCann, Margaret. 2014. Fundamentals


of Medical-Surgical Nursing: A Systems Approach. Dublin: Wiley Blackwell
2. DiGuilio, Mary. Jackson, Donna, Keogh, Jim. 2007. Medical-Surgical Nursing
Demystified: A Self-Teaching Guide. New York: McGraw-Hill
3. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2006. Textbook of Medical Physiology Eleventh
Edition. Phildelphia: Elsevier Saunders
4. Murray, Robert K. Granner, Daryl K. Mayes, Peter A. Rodwell, Victor W.
2003. Harper’s Illustrated Biochemistry: Twenty-sixth Edition. New York: FA
Davis Company
5. Nettina, Sandra M. Mills, Elizabeth Jacqueline. 2006. Lippincott: Manual of
Nursing Practice Eighth Edition. Philadeplphia: Lippincott Williams and Wilkins
6. Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
7. Richards, Duncan. Aronson, Jeffrey. 2005. Oxford Handbook of Practical Drug
Therapy. Oxford University Press
8. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta:EGC
9. Sommers, Marilyn Sawyer. Johnson, Susan A. Beery, Theresa A. 2007. Disease and
Disorders: A Nursing Therapeutics Manual. Philadelphia: FA Davis Company
10. Thomas, James. Monaghan, Tanya. 2006. Oxford Handbook of Clinical
Examination and Practical Skills. Nottingham: Oxford University Press
11. Williams, Linda S. Hopper, Paula D. 2007. Understanding Medical Surgical
Nursing Third Edition. Philadelphia: FA Davis Company
10

Lampiran 3 Pernyatan Memahami dan Menerima

Pernyataan Memahami dan Menerima

Nama mahasiswa Tahun Institusi

Penerimaan Konseling dan Modul Praktik Departemen Medikal Bedah

Saya telah menerima kopian dan telah diberikan konseling oleh Rumah Sakit Universitas
Airlangga terutama pada Program Preceptorship Departemen Medikal Bedah meliputi
peraturan, tata tertib dan praktik yang tercantum dalam Buku Panduan Praktik
Keperawatan Medikal Bedah, termasuk peraturan pada Acuan Mahasiswa Keperawatan.
Tanda tangan saya dan inisial menunjukkan pemahaman dan penerimaan saya tentang
seluruh peraturan, tata tertib, prosedur dan praktik klinis.

Saya memahami bahwa saya harus mencapai passing grade......% di masing-


masing bagian dan komponen klinis sebelum saya menyelesaikan
profesi periode ini
Saya telah memahami peraturan prosentase kehadiran dan apabila tidak dapat
memenuhinya maka saya dianggap tidak lulus
Saya telah membaca dan bersedia mematuhi peraturan Confidentiality
Saya setuju untuk melindungi kerahasiaan pasien dan keluarga dengan tidak
membuka informasi personal. Saya tidak akan mendiskusikan atau mem-posting
informasiapapun tentang pasien, anggota keluarga pasien
ataupun fasilitas pelayanan di semua media sosial
Saya bersedia mematuhi segala aturan yang berlaku di RSUA

Tanda tangan mahasiswa Tanggal


10

Lampiran 4 Standar Keselamatan Pasien

SKP
(SASARAN KESELAMATAN PASIEN)

1) KETEPATAN IDENTIFIKASI
PASIEN Identifikasi Pasien:
 Minimal 2 Identitas: Nama lengkap dan Tanggal Lahir, dan atau nomor rekam
medis
 Gelang identitas: Pink untuk wanita, Biru untuk Pria.
 Pemasangan gelang identitas untuk semua Pasien Rawat Inap dan Pasien
Rawat Jalan yang akan dilakukan Prosedur/Tindakan Invasif, mis.
Hemodialisa, Kemoterapi, Transfusi Darah.
 Pemasangan gelang identitas diutamakan pada ekstremitas yang tidak
terpasang infuse.
 Berikan informasi ke pasien bahwa petugas kesehatan akan selalu
menanyakan nama dan tanggl lahir sebelum melakukan tindakan/pemberian
obat.
 Nomer kamar dan tempat tidur tidak boleh digunakan sebagai identifikasi

Identifikasi pasien dilaksanakan pada saat:


 Sebelum melakukan prosedur/tindakan
 Sebelum pemberian obat
 Sebelum pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan lab
 Sebelum pemberian transfusi darah. Contoh
Penulisan Dalam Gelang Identitas :

Tn. Abdul Fathir


Identifikasi Pasien Berisiko
 Pasien Alergi : Gelang Risiko MERAH
Riwayat Alergi (Obat-obatan, makanan)/Test Antibiotik dengan hasil positif
 Risiko Jatuh : Gelang Risiko KUNING
Pasien dewasa Morse Fall Scale Pasien
anak Humpty Dumpty
 Pasien yang tidak ingin dilakukan Resusitasi (Do Not Resucitate/DNR):
Gelang Risiko UNGU
TIPS:
1. Petugas meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal lahir sebelum melak

2. Walaupun konfirmasi
pasien telah memakai gelang identitas, tetap
secara verbal sebelum melakukan
tindakan/pemberian obat.
10

Identifikasi Pasien Pada Kondisi Tertentu


 Pasien yang tidak dapat berkomunikasi: Terpasang ventilator/Usia
(Bayi)/Pasien tidak sadar/gangguan mental: Identifikasi dilakukan dengan
mencocokan identitas gelang pasien dengan identitas pada berkas rekam
medis.
 Kesadaran menurun & tidak ada keluarga: gelang identitas mencantumkan:
Tn. X/Nn. X, tanggal, jam masuk RS dan nomor rekam medis.
 Tidak punya ekstremitas atas/luka bakar:
 Pasang di kaki atau identitas dilakukan dengan menempelkan stiker
identitas di baju pasien.
 Penempelan foto pada berkas rekam medis (hubungi IPH untuk
melakukan pengambilan foto sesegera mungkin)

Identifikasi Pasien Saat Pemberian Transfusi Darah


1. Verifikasi oleh 2 orang, dengan menggunakan checklist Pemberian Transfusi
Darah
2. Dua langkah dalam pengecekan checklist Pemberian Transfusi Darah:
a. Cocokkan produk darah dengan instruksi dokter pada berkas rekam
medik, format permintaan darah, kantong darah dan kartu label, bila
langkah pertama belum ada kecocokan, maka perlu dilakukan
verifikasi kembali.
b. Cocokkan produk darah, kartu label dengan identitas pasien.

2) KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


Komunikasi efektif, merupakan komunikasi di antara para petugas pemberi
pelayanan yang dilakukan dengan tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat
dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi kesalahan dan menghasilkan
perbaikan untuk keselamatan pasien. Komunikasi efektif dapat dilakukan secara:
Verbal, Tertulis, Elektronik.

Komunikasi Verbal
Catatan: permintaan obat narkotika atau kemoterapi tidak boleh verbal tetapi
Untuk perintah verbal atau harus
melalui telepon, staf yang menerima pesan harus
tertulis
menuliskan dan membacakan kembali kepada pemberi pesan.
10

KOMUNIKASI VERBAL DENGAN SBAR


KOMUNIKASI VERBAL
(Situation – Background DENGAN –READ
– Assesment BACK
Recommendation)

Kapan
Kapan dilakukan?
dilakukan?
Saat petugas
Saat serah terima menerima
pasien instruksi verbal per
telpon/lisan
Saat dari DPJP kondisi pasien kepada DP JP (Dokter Penanggung Jawab Pasien)
petugas melaporkan
Saatinstruksi
Catat petugasdimenerima
formulir laporan tes
terintegrasi
kritis/critical test/pemeriksaan cito
Beri stempel READ BACK
DPJP memberi konfirmasi dengan paraf
saat visit keesokan/1 x 24 jam harinya

READ BACK
SBAR

Untuk istilah yang sulit atau obat-obat kategori LASA diminta mengeja kata tersebut
per huruf misalnya: C H L O R P RO M A Z I N E atau C H L O R P R O P A M I
DE

Sistem Pendokumentasian Dengan SBAR


SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera.
S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
 Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan serta
dokter yang merawat.
 Sebutkan diagnose medis dan masalah keperawatan yang belum atau
sudah teratasi / keluhan utama.
B: Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini)
 Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap
diagnosa keperawatan
 Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasifdan
obat-obatan termasuk cairan infuse yang digunakan.
 Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnose medis
A: Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
 Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti vital sign,
pain score, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh,
10
pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dll
 Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation
 Rekomendasikan intervensi keperawatan yang perlu dilanjutkan (refer ke
nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga.
10

Sebelum serah terima pasien (contoh sesuai SBAR)


1. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan.
3. Pastikan diagnose medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus
dilanjutkan.
4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
5. Siapkan medical record pasien pasien termasuk rencana perawatan hariannya.

Contoh: Serah Terima Pasien dengan SBAR


Situation:
- Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan serta
dokter yang merawat.
- Diagnosa medis: GGK
- Masalah keperawatan:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
4. Risiko infeksi
5. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Background:
Bedrest total, urine 50 cc/24jam, balance cairan 1000 cc/24 jam, mual tetap ada
selama dirawat, terpasang double lumen di scapula kanan, pasien menjalani
HD 2x/minggu, terpasang restrain, tidak ada alergi, IV stopper terpasang di
tangan kiri. Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang GGK.Diet rendah
protein 1 gr.
Assessment:
- composmentis, TD: 150/80 mmHg, N: 100x/menit, S: 37oC, RR: 20x/menit,
braden score= 23, (status restrain), (resiko jatuh), (pivas score), (status
nutrisi), (kemampuan eliminasi) dll
- Hasil lab terbaru: Hb: 8,1 mg/dL, albumin: 3,0, urea: 237 mg/dL, CK: 3,5
- Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
Recomendation:
- Rekomendasikan intervensi keperawatan yang perlu dilanjutkan(refer ke
nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga.
- Balance cairan ketat
- Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
- Jaga aseptik dan antiseptik setiap melaksanakan prosedur.
11

Contoh: Melaporkan Kondisi Pasien Dengan SBAR Kepada Dokter


Situation:
Tn. Ari Gunadi, tanggal lahir 22 April 1967, rawat inap lantai 3, kamar 321,
mengalami ketidakefektifan pola napas
Background:
Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat, pneumothorax, O2
saturasi turun dari 95% dalam 2 lpm menjadi 85% dgn non rebreathing, pada
auskultasi: suara pernapasan menurun disebelah kanan. Tracheal shift,
peningkatan distress, pasien saat ini diposisikan tidur semi fowler, dan diberikan
Oksigen 4 lpm dengan nasal canule.
Assessment:
 composmentis, TD: 130/90 mmHg, N: 80x/menit, S: 37oC, RR: 25x/menit,
braden score= 23, (status restrain), (resiko jatuh), (pivas score), (status
nutrisi), (kemampuan eliminasi) dll
 Hasil lab terbaru: Hb: 8,1 mg/dL, albumin: 3,0, urea: 237 mg/dL, CK: 3,5
 Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
Recommendation:
 Mohon segera datang, apakah diperlukan tindakan intubasi atau transfer
segera ke HCU

Sebelum menelepon dokter:


Menerima
1. Laporan Dengan
Periksa pasien Read Back
dengan benar
1. Penerima laporan:
2. Lihat nama DPTULIS pesan
JP yang sesuaiyang
untukdisampaikan
ditelepon di formulir terintegrasi,
3. Mengetahui diagnosis masuk pasien
meliputi:
 4.Tanggal
Baca catatan
& jamdokter dan diterima
pesan keperawatan terbaru
5. Pegang rekam medik pasien
 Nama lengkap pasien, tanggal dan siap untuk
lahir, melaporkan alergi, pengobatan yang diberikan,
diagnosis
cairan IV, hasil tes maupun laboratorium.
 Gunakan symbol/singkatan sesuai standar
 Dosis/nilai harus spesifik untuk menghindari salahpenafsiran
 Nama petugas pelapor/pemberi pesan
 Nama dan tanda tangan petugas penerima pesan
 Bila pesan diterima melalui telepon, pengirm pesan/dokter
menandatangani pada saat visit hari berikutnya
2. BACA, yaitu bacakan kembali isi pesan untuk
3. KONFIRMASI kembali kebenaran pesan yang ditulis, dan membubuhkan
stempel READ BACKpada formulir catatan penerima pesan.
11

Menerima laporan hasil tes kritis dan nilai kritis dengan read back
1. Tes kritis dilaporkan oleh petugas lab, radiologi, kardiologi
2. Tes kritis (critical tes)/pemeriksaan cito, contoh:
 Tes/pemeriksaan diagnostic (x-ray, ct scan, ekg)
 Tes/pemeriksaan walaupun hasilnya normal/abnormal harus
dilaporkan segera
3. Nilai/hasil kritis (critical test result)
Hasil abnormal yang harus dilaporkan segera < 1 jam ke dokter yang
meminta pemeriksaan/perawatan untuk dilaporkan ke dokter.

Tabel 1. Daftar Nilai Kritis Pemeriksaan Laboratorium


No Jenis Pemeriksaan Nilai Rendah Nilai Tinggi Satuan
HEMATOLOGI
1. Hemoglobin < 12 > 18 g/dl
2. Leukosit < 4.800 > 10.800 /ul (kasus baru)
3. Trombosit < 150.000 > 450.000 /ul (kasus baru)
HEMOSTASIS
1. Waktu Perdarahan (BT) <1 >3 menit
2. Protrombine Time (PT) <6 > 12 menit
3. INR - > 3.6 -
4. APTT - > 70 detik
5. Fibrinogen <100 - mg/dl
KIMIA KLINIK
1. Ureum - > 214 mg/dl
2. Creatinin - > 10 mg/dl
3. Bilirubin (bayi) - > 15 mg/dl
4. Glukosa darah (dewasa) < 40 > 500 mg/dl
5. Glukosa darah (bayi) < 40 >325 mg/dl
6. Calcium/Ca < 8,4 > 10,2 mmol/l
7. Natrium/Na < 133 > 155 meq/l
8. Kalium/K < 3,6 > 5,1 meq/l
9. Chlorida/Cl < 97 > 113 meq/l
10. Magnesium/Mg <1 >4 meq/l
11. Phospat/P <1 - meq/l
12. Laktat (anak) -- > 4,1 mmol/l
13. Laktat (dewasa) >3,4 mmol/l
14. Troponin T- Positif
ANALISIS GAS DARAH
1. pH < 7,35 >7,45 mmHg
2. pCO2 < 35 > 45 mmHg
3. pO2 < 80 > 100 mmHg
4. HCO3 < 21 > 28 mmol/L
5. TCO2 < 21 >27 mmol/L
6. BE < -3 > +3 mmol/L
7. SpO2 < 95% > 98%
11

Tabel 2. Daftar Nilai Kritis Radiologi Berdasarkan Klinis


Anatomi Kategori Merah Kategori Orange
Pemeriksaan (hasil 1-2 jam) (Hasil 24 jam)
Kepala Cerebral hemorrhage/hematoma Brain tumor (mass
acute stroke effect)
Depressed skull fracture
Spine Trauma spine fracture HNP, tumor
Spinal cord compression
Abdomen Trauma Abdomen Tumor abdomen
Ilius Obstruksi
Ekstremitas Fracture ekstremitas OA, Dislokasi sendi
Breast Ca mamae stadium lanjut
Thorax Trauma thorax KP, TB Paru, Massa
Pleura effuse

Tabel 3. Daftar Tes Kritis Lab/ CITO/ Emergensi


PEMERIKSAAN JENIS PEMERIKSAAN
Hematologi  Darah lengkap
 Golongan darah
Hemostasis  PT
 APTT
 Fibrinogen
 D-dimer
Kimia klinik  Jantung (CK, CKMB, LDH, Troponin T)
 Ureum, creatinin darah
 Astrup/analisa gas darah
 Glukosa, keton darah
 Laktat

3) PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI/ HIGH


ALERT
Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori obat
berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan
dalam penggunaannya.

TIPS:
1. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan
label khusus
2. Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR
3. Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang
yang berkompeten
4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA
5. Tidak menimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien
tanpa pengawasan
6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat LASA/NORUM (Look
Alike Sound Alike/Nama Obat Rupa Mirip), saat memberi/menerima
instruksi
11

Tabel 4. Daftar Obat High Alert di Rumah Sakit Universitas Airlangga


Sediaan Dalam
Bentuk
No Obat Golongan Formularium Keterangan
sediaan
RSUA
OBAT
Vial 5000
Anti
1. Heparin Na international Invicolt
Koagulan
unit/ml 5 ml
Natrium Electrolite Meylon vial 8,4%
2. Flash 25 mL
Bikarbonat balance
Antineoplasti
3. Obat Kanker Injeksi/tablet (Tersedia)
k
4. Obat LASA (campuran) Injeksi/tablet (Tersedia)
Narkotika
golongan
5. Narkotika Injeksi/tablet (Tersedia)
Morfin dan
turunannya
ELEKTROLIT PEKAT
Otsu-KCl 7,46%
Kalium Electrolite
6. Flash vial 25 mL
Klorida (KCl) balance
(Otsuka)
Natrium
Electrolite NaCl infuse 3%
7. Klorida Infus
balance 500 mL (Otsuka)
(NaCl)

Pemberian Obat High Alert Kepada Pasien


1. Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat lain
harus melakukan pemeriksaan kembali secara independen: (PRINSIP 7
BENAR)
 Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter dan
dengan kardeks
 Ketepatan perhitungan dosis obat
 Identitas pasien
2. Obat high alert infuse harus dipastikan:
 Ketepatan kecepatan infuse
 Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe
pump dan di setiap ujung jalur selang
3. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada
perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert

Catatan:
1. Obat kemoterapi hanya disiapkan (rekonstruksi/pencampuran) dilakukan di
instalasi farmasi (ruang produksi) dengan metode Aseptik Handling Cytotoxic
2. KCL 7,46% injeksi (konsentrasi sediaan yang ada adalah 1 mEq=1 mL) harus
diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1 mL KCL : 10 mL pelarut
(WFI/NaCl 0,9%). Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10 mEq/100
mL. pemberian KCL injeksi melalui perifer diberikan
11

secara perlahan-lahan dengan kecepatan infuse 10 mEq/jam (atau 10 mEq KCL


dalam 100 mL pelarut/jam). Pemberian obat KCL melalui central line (vena
sentral), konsentrasi maksimum adalah 20 mEq/100 mL, kecepatan infuse
maksimum 20 mEq/jam (atau 20 mEq KCL dalam 100 mL pelarut/jam)
3. NaCl 3% injeksi intravena diberikan melalui vena sentral dengan kecepatan
infuse tidak lebih dari 100 mL/jam
4. Natrium bicarbonate (Meylon vial 8,4%) injeksi (konsentrasi sediaan yang ada
adalah 1 mEq=1 mL) harus diencerkan sebelum digunakan. Untuk penggunaan
bolus, diencerkan dengan perbandingan 1 mL Na.Bicarbonat
: 1 mL pelarut WFI, untuk pemberian bolus dengan kecepatan maksimum
10 mEq/menit. Untuk penggunaan infuse drip, diencerkan dengan perbandingan
0,5 mL Na.Bicarbonat : 1 mL dextrose 5%, pemberian drip infuse dilakukan
dengan kecepatan maksimum 1 mEq/kg BB/jam

4) KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN


OPERASI
1. Penandaan (Mark Site)
Dilakukan oleh dokter operator menggunakan spidol permanen di daerah operasi,
jika operasi elektif dilakukan di rawat inap sedangkan cito di IGD/rawat inap
2. Proses Preverifikasi
Kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh tim bedah sebelum tindakan operasi
dilakukan
3. Proses Time Out
a. Sign In
b. Time Out
c. Sign Out

5) PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Hand hygiene
Suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan sabun/antiseptik dibawah air
mengalir atau dengan menggunakan handrub berbasis alcohol Kebersihan
tangan/Hand Hygiene
1. Hand hygiene menggunakan handrub (6 langkah) tangan dalam keadaan
bersih
2. Hand hygiene menggunakan hand wash/air dan sabun (6 langkah)
tangan kotor
TIPS: setiap langkah 4 hitungan dan semua cincin dan jam dilepas

APD (Alat Pelindung Diri)


Adalah alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari risiko pajanan darah,
cairan tubuh, ekskreta, dan selaput lender

PEMAKAIAN APD
 Menekan perpindahan mikroorganisme penyebab terjadinya infeksi
 Penggunaan disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan atau transmisi
11

5 Saat Melakukan praktik membersihkan tangan:


c. Sebelum
1) Kontak dengan pasien
2) Tindakan asepsis
a. Sesudah
1) Terkena cairan tubuh pasien
2) Kontak dengan pasien
3) Kontak degan lingkungan sekitar pasien

Komponen Kewaspadaan Standar

1. Hand hygiene
2. Pemakaian APD secara teratur
3. Penanganan benda tajam dengan tepat dan benar (pembuangan tempat sampah
benda tajam ke kotak khusus/safety box)
4. Dekontaminasi alat
5. Penanganan limbah dan lingkungan
6. Penanganan linen/laundry yang memadai
7. Penempatan pasien isolasi
8. Etika batuk
9. Praktik menyuntik aman
10. Praktik pencegahan infeksi

6) PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH

Pengkajian risiko jatuh menggunakan:


a. Skala Morse untuk pasien dewasa
b. Skala Humpty Dumpty untuk pasien anak (> 12 th)
c. Skala Untuk pasien Pediatri

KAPAN DILAKUKAN PENGKAJIAN?


1. Pada saat pengkajian awal pasien dirawat
2. Pengkajian dilengkapi dalam waktu 1 x 24 jam
3. Jika ada perubahan kondisi pasien maka dilakukan penilaian ulang pada form lanjutan
4. Dalam masa perawatan yang lama, penilaian diulang 1 kali dalam seminggu
atau sesuai kondisi pasien pada form lanjutan
11

Tabel 5. Penilaian Resiko Jatuh Pasien Dewasa Skala MORSE FALL SCALE
Skor Hari Perawatan Ke
Risiko Skor
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
o Tgl Tg Tg Tgl Tgl Tgl Tg Tg Tg Tgl
..... l l ..... ..... ..... l l l .....
.... .... .... .... ....
. . . . .
1. Mempunyai riwayat jatuh, baru atau
dalam 3 bulan terakhir
□ Tidak 0
□ Ya 25
2. Diagnosis sekunder > 1
□ Tidak 0
□ Ya 25
3. Ambulasi berjalan
□ Bedrest/dibantu perawat 0
□ Penyangga/tongkat/walker/threepot/ 15
kursi roda 30
□ Mencengkeram furniture
4. Terpasang IV line/pemberian anti
koagulan (heparin)/obat lain yang
digunakan mempunyai side
effects jatuh 0
□ Tidak 20
□ Ya
5. Cara berjalan/berpindah
□ Normal/bedrest/immobilisasi 0
□ Kelelahan dan lemah 10
□ Keterbatasan/terganggu 20
6. Status mental
□ Normal/sesuai kemampuan diri 0
□ Lupa keterbatasan diri/penurunan 15
kesadaran
TOTAL SKOR
Nama & paraf petugas yang
melakukan penilaian

Keterangan :
Tingkat risiko:
1. Skor >51 risiko tinggi, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi
2. Skor 25-50 risiko rendah, lakukan intervensi jatuh standar
3. Skor 0-24 tidak berisiko, perawatan yang baik
11

Tabel 6. Penilaian Resiko Jatuh Pasien Anak HUMPTY DUMPTY


Skor Hari Perawatan Ke-

No Parameter Skor 1 2 3 4 5 6 7 8
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... .....
1 Umur
□< 3 thn 4
□3 – 7 thn 3
□ 7 – 13 thn 2
□ 13 – 18 thn 1
2 Jenis kelamin
□ Laki-laki 2
□ Perempuan 1
3 Diagnosis
□ Kelainan neurologi 4
□ Gangguan oksigenasi (gangguan 3
pernapasan, dehidrasi, anemia,
anoreksia, sinkop, sakit kepala, dll)
□ Kelemahan fisik/kelainan psikis 2
Ada diagnosa tambahan 1
4 Gangguan kognitif
□ Tidak memahami keterbatasan 3
□ Lupa keterbatasan 2
□ Orientasi terhadap kelemahan 1
5 Faktor lingkungan
□Riwayat jatuh dari tempat tidur 4
□Pasien menggunakan alat bantu 3
□Pasien berada di tempat tidur 2
□Pasien berada di luar area ruang 1
perawatan
6 Respon terhadap operasi/
obat penenang/efek anestesi
□ Kurang dari 24 jam 3
□ Kurang dari 48 jam 2
□ Lebih dari 48 jam 1
7 Penggunaan obat
□ Penggunaan obat sedative (kecuali
pasien ICU yang menggunakan sedasi
dan paralisis). Hipnotik, barbitural, 3
phenothiazines, antidepresan,
laksatif/diuretic, narotik/metadon
□ Salah satu obat di atas 2
□ Pengobatan lain 1

TOTAL SKOR
Nama & paraf yang melakukan
penilaian
11

KETERANGAN:
Tingkat Risiko dan Tindakan
1. Skor 7-11 : Risiko Rendah Untuk Jatuh
2. Skor ≥12 : Risiko Tinggi Untuk Jatuh
3. Skor minimal : 7
4. Skor maksimal : 23

Tabel 7. Cara Penilaian Resiko Jatuh pada Pasien Geriatri


Skor Hari Perawatan Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Risiko Skor Tg Tg Tg Tgl Tgl Tgl Tg Tg Tg Tgl
l l l ..... ..... ..... l l l .....
.... .... .... .... .... ....
. . . . . .
1. Gangguan gaya berjalan (diseret, 4
menghentak, berayun)
2. Pusing/pingsan pada posisi tegak 3
3. Kebingungan setiap saat 3
4. Nokturia/Inkontinen 3
5. Kebingungan Interm itten 2
6. Kelemahan Umum 2
7. Obat-obat beresiko tinggi
(diuretik,narkotik, sedatif, anti psikotik,
laksatif, vasodilator, antiangina, 2
antihipertensi, obat hipoglikemik, anti
depresan, neuroleptik,NSAID)
8. Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan 2
sebelumnya
9. Osteoporosis 1
10. Gangguan pendengaran dan atau 1
penglihatan
11. Usia>70 tahun 1
TOTAL SKOR
Nama & paraf petugas
yang melakukan penilaian

Keterangan :
Tingkat risiko:
Risiko Rendah bila skor 1-3 lakukan intervensi Risiko Rendah
Risiko Tinggi bila skor >4 lakukan intervensi Risiko Tinggi
11

Jika ada pasien dengan resiko tinggi jatuh


1. Pasangkan kancing risiko jatuh pada gelang ID
2. Pasang sign risiko jatuh
3. Intervensi:
 Observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi
 Hindari ruangan yg kacau balau, dekatkan bel dan telepon, biarkan
pintu terbuka, gunakan lampu malam hari
 Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh lebih detail
 Dekatkan pasien dengan nurse station
 Hand rail mudah dijangkau dan kokoh
 Siapkan di jalan keluar dari tempat tidur: alat bantu jalan, komod
 Lantai kamar mandi tidak boelh licin/gunakan karpet anti slip
4. Edukasi pencegahan jatuh selama dirawat kepada pasien/keluarga dan berikan
bacaan pencegahan jatuh (dorong partisipasi keluarga dalam keselamatan pasien,
jangan tinggalkan pasien sendiri, gunakan tempat duduk di kamr mandi saat
pasien mandi)
5. Pasien dikaji kembali sesuai kondisinya minimal setiap satu jam
12

Lampiran 5 Evaluasi Klinis untuk Preceptee: Sikap Umum

EVALUASI KLINIS UNTUK PRECEPTEE


Sikap Umum

Preceptee :
Preceptor :
Tanggal praktik :
Tanggal evaluasi : Unit
:

NO. SIKAP 1 2 3 4 5 NA
1. Mengidentifikasi dan menentukan tujuan belajar
2. Mengidentifikasi kebutuhan untuk panduan dan
mencari dari sumber yang terpercaya
3. Mengikuti rekomendasi dari kritik yang konstruktif
4. Mencari kesempatan untuk memenuhi tujuan
belajar
5 Bekerja secara efektif dengan individu dan tim
6. Berpikir kritis tentang banyaknya variabel ketika
praktik klinis
7. Mengevaluasi dan memperbaiki kemampuan
komunikasi baik secara verbal dan nonverbal
maupun tertulis
8. Menganalisa situasi klinis menggunakan teori
keperawatan
9. Menjadi advokat untuk pasien maupun kolega
10. Mengaplikasikan pengetahuan ke dalam praktik
klinik
11. Mengaplikasikan strategi administratif ke dalam:
a. Merencakan perawatan pasien yang berkualitas
b. Mengorganisir perawatan pasien yang
berkualitas
c. Memberikan secara langsung perawatan pasien
yang berkualitas
12. Memberikan kontribusi yang signifikan
13. Mengevaluasi manajemen perawatan pasien baik
dari segi struktural, proses dan keluaran
14. Mendemonstrasikan pendekatan profesional saat
penyelesaian konflik
15. Mengaplikasikan temuan penelitian dari literatur
16. Mengidentifikasi masalah untuk penelitian
keperawatan selanjutnya
17. Memenuhi waktu target (deadlines)
12

Komentar:

*keterangan
NA = no opportunity atau not observed 1
= tidak pernah
2 = jarang
3 = kadang-kadang
4 = sering
5 = selalu
Preceptor Preceptee

( ) ( )
12

Lampiran 6 Evaluasi Program Preceptorship oleh Preceptee

EVALUASI PROGRAM PRECEPTORSHIP OLEH PRECEPTEE


Tanggal :
Unit :
Institusi :

1. Identifikasi dua aspek positif yang anda rasakan selama menjadi preceptee

2. Jika ada merasakan ada aspek yang berubah, hal apa saja yang berubah, dan
bagaimana?

3. Deskripsikan bagaimana perasaan anda selama mengikuti program


preceptorship pada profesi keperawatan medikal bedah di RSUA
12

Lampiran 7 Alamat jurnal online

ALAMAT JURNAL ONLINE

1. http://journal.unair.ac.id/
2. http://www.nejm.org/
3. http://ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
4. http://www.bmj.com/
5. http://www.sciencedirect.com/
6. http://www.elsevier.com/
7. http://www.researchgate/net/
8. http://adsabs.harvard.edu/article_service.html
9. http://www.slac.stanford.edu/pubs/beamline/
10. http://www.bbsonline.org/
11. http://www.bioline.org.br/
12. http://www.biomedcentral.com/
13. http://brain.oxfordjournals.org/
14. http://www.curj.caltech.edu/
15. http://cercor.oxfordjournals.org/
16. http://www.cerncourier.com/
17. http://www.columbia.edu/cu/csr/
18. http://place.dawsoncollege.qc.ca/%7Edrjes
19. http://www.doaj.org/
20. http://www.ejhs.org/
21. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/
22. http://www.fda.gov/fdac/default.htm
23. http://www.firstmonday.org/
24. http://www.freemedicaljournals.com/
25. http://www.hhmi.org/bulletin/
26. http://igeographer.lib.indstate.edu/
27. http://journalserver.org/
28. http://www.sciencepub.net/
29. http://www.akamaiuniversity.us/PJST.htm
30. http://www.plosone.org/
31. http://www.pnas.org/
32. http://www.plos.org/
33. http://www.scielo.org/
34. http://www.llnl.gov/str/
12

Anda mungkin juga menyukai