PANDUAN PRECEPTORSHIP
Di Susun Oleh:
Dr. M. Hadi
Kusman Ibrahim, PhD
Dr. Hajjul Kamil
Dr. Ernie ...
Emilia T, M.Kep
Setyawan, PhD
Dr. Sariono
Editor
Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)
2015
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan program profesi departemen medikal bedah, diharapkan
mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan medikal bedah yang profesional
dan komprehensif.
Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan
2. Menentukan diagnosa keperawatan
3. Merencakan intervensi keperawatan yang akan dilakukan
4. Mengimplementasikan intervensi
5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
6. Melaksanakan program critical appraisal pada jurnal yang telah disetujui oleh
preceptor dan PJ unit maksimal di minggu ketiga dari seluruh periode praktik
departemen medikal bedah
7. Melaksanakan seminar akhir di minggu terakhir periode praktik departemen
medikal bedah
3
1.3 Peserta
Peserta praktik departemen medikal bedah adalah mahasiwa program profesi
Ners sebanyak maksimal 24 orang dibagi menjadi dua kelompok besar untuk setiap
periode.
1.5 Pelaksanaan
Pelaksanaan program praktik keperawatan medikal bedahminimal selama 4
minggu sampai dengan 5 minggu (menyesuaikan dengan jadwal dari institusi asal).
Tahapan program pendidikan sebagai berikut:
a) Pembukaan Praktik Manajemen
4
BAB 2
PENGELOLAAN PRECEPTORSHIP
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan program pendidikan keperawatan
2. Menjelaskan learning outcome pembelajaran klinik
3. Menjelaskan jenjang kualifikasi pendidikan keperawatan berdasarkan KKNI
4. Menjelaskan capaian pembelajaran minimum lulusan program pendidikan profesi
Ringkasan
jawab penuh atas tindakan keperawatan dibawah tanggung jawabnya. Pendidikan vokasi
sebagaimana dimaksud: merupakan program diploma Keperawatan. Pendidikan vokasi
paling rendah adalah program Diploma Tiga Keperawatan.
Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas:
program sarjana Keperawatan, program magister Keperawatan dan program doktor
Keperawatan. Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri
atas: program profesi Keperawatan dan program spesialis Keperawatan.
Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Perguruan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik,
atau akademi.
Ada kunci sukses Program pendidikan Ners, yaitu; pembelajaran tahap akademik
yang berkualitas, pembelajaran tahap profesi yang berkualitas yang dilaksanakan dengan
keterlibatan para perawat praktisi yang berpengalaman sebagai preceptor yang memiliki
kompetensi dan kemampuan menjadi preceptor yang kompeten dan handal serta
memiliki fasilitas pembelajaran yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan termasuk
fasilitas lahan praktik.
Pentingnya Pelatihan preceptorship untuk program pendidikan Ners diantaranya
mempersiapkan para preceptor yang kompeten sehingga pengalaman klinik mahasiswa
selama tahap profesi efektif mencapai kompetensi yang diharapkan dari calon Ners.
Disamping itu para peserta akan menjadi role model preceptor bagi para perawat
praktisi lainnya di lingkungan institusi kerjanya. Program pelatihan ini merupakan salah
satu upaya strategis untuk meningkatkan kualitas lulusan program pendidikan Ners.
Program studi ilmu keperawatan meyakini bahwa keperawatan merupakan
pelayanan profesional yang bersifat humanism, holism, dan care. Keyakinan tersebut
yang merupakan landasan, kerangka kerja, dan kerangka berfikir dalam mengembangkan
body of knowledge ilmu keperawatan (Nursalam & Efendi, 2008).
8
2. Ranah afektif
a. Receiving
b. Responding
c. Valuing
d. Organizing
e. Characterizing
3. Ranah psikomotor
a. Imitation
b. Manipulation
c. Precision
d. Articulation
e. Naturalization
Komponen tujuan belajar
A= Audience (Peserta didik),
B= Behavior (Perilaku yang dirumuskan dalam sebuah kata kerja dan sebuah objek
atau materi yang jelas mendeskripsikan sebuah tindakan yang dilakukan oleh peserta
didik)
C= Condition (kondisi saat perilaku dilakukan, pembatasan atau restriksi yang
dikenakan pada peserta didik)
D= Degree of competence (Tingkat kompetensi atau tingkat keberhasilan yang
dapat diterima untuk membuktikan bahwa seorang mahasiswa telah mencapai tujuan
belajarnya)
Sasaran Belajar Klinik
Tujuan/sasaran pembelajaran kliniknya yaitu:
Bila dihadapkan pada klien tirah baring, mahasiswa mampu:
a. menentukan daerah tubuh klien yang tertekan
b. mengubah posisi klien secara berkala
c. menggunakan alat bantu untuk pencegahan daerah tubuh yang tertekan
d. mendeteksi adanya luka tekan secara dini
e. mengevaluasi tindakan yang dilakukan
f. mencatat tindakan yang dilakukan dan hasilnya pada dokumen yang tepat
g. melaporkan tindakan dan hasil evaluasi kepada pembimbing
11
Kontrak belajar adalah kesepakatan tertulis atau lisan antara peserta didik dan
pengajar/pembimbing yang menunjukkan aktivitas belajar mengajar yg spesifik yang
akan berlangsung dalam suatu periode tertentu.
Manfaat Kontrak Belajar
a. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
b. Mengembangkan komunikasi pengajar-peserta didik
c. Meningkatkan “expressiveness” dan kreativitas peserta didik
d. Dapat digunakan untuk memfasilitasi perkembangan personal peserta didik
Komponen Kontrak Belajar
a. Sasaran Belajar (behavioral objectives) yang spesifik yang akan dicapai, yang
memuat konten, level, dan sekuens sesuai dg karakteristik peserta
b. Performance expectations: spesifikasi kondisi dimana aktivitas pembelajaran
akan difasilitasi, seperti strategi dan sumber yang akan diperlukan
c. Evaluasi: spesifikasi kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi pencapaian
sasaran belajar, seperti checklist keterampilan, SOP/protokol
d. Time frame: spesifikasi lama waktu yang diperlukan untuk penyelesaian sasaran
belajar
Langkah-langkah implementasi kontrak belajar
a. Tentukan sasaran belajar yang spesifik
b. Review proses kontrak
c. Identifikasi sumber belajar
d. Ases tingkat kompetensi dan kebutuhan belajar peserta didik
e. Tetapkan rules
f. Rencanakan pengalaman belajar
g. Negosiasikan batasan waktu
h. Implementasikan pengalaman belajar
i. Renegosiasi (if needed)
j. Evaluasi
12
Pertanyaan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 3
METODE PEMBELAJARAN KLINIK
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pentingnya caring dalam pembelajaran klinik
2. Menjelaskan komponen-komponen dalam pembelajaran klinik
3. Menyebutkan dan menjelaskan metode-metode dalam pembelajaran klinik
Ringkasan
Pembimbing klinik berperan sebagai role model pada peserta didik, sehingga
kualitasnya perlu ditingkatkan. Lingkungan belajar yang supportif sangat penting untuk
mencapai tujuan belajar mahasiswa, mahasiswa bebas mengekplorasi lingkungan, dan
memahami konsep caring. Beberapa metode klinik yang biasa digunakan adalah metode
experiental, pemecahan masalah, konferensi, observasi, multimedia, self directed,
preceptorship, demonstrasi, bed side teaching, dan nursing clinic
meningkatkan kepeduliannya kepada klien Oleh karena itu sangat diperlukan suatu
lingkungan yang sarat dengan “Role Model”.
Sebagai pendidikan profesi, pendidikan keperawatan memiliki landasan profesi
yang kokoh, ynag selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan dan ilmu penunjang serta menumbuhkembangkan keterampilan dasar dan
kemmapuan sebagai tenaga keperawatan. Masa pertumbuhna dan membina landasan
profesi keperawatan ini disebut sebagai sosialisasi profesional (professional
socialization) atau adaptasi profesional (professional adaptation), yaitu masa ketika
seorang peserta didik menjadi perawat profesional. Pada pendidikan tinggi keperawatan,
pelaksanaan sosialisasi profesional dilaksanakan secara stimultan dan/atau terpisah serta
terintegrasi dengan pembinaan kemampuan akademik. Adaptasi profesional bagi peserta
didik yang dilaksanakan dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan
keperawatan dilakukan dalam tatanan nyata pelayanan/asuhan keperawatan, dimana juga
terdapat komunitas profesional keperawatan yang sarat dengan tokoh panutan (role
model) dengan suasana dan lingkungan yang kondusif untuk perubahan perilaku peserta
didik (Nursalam & Efendi, 2012).
Kondisi saat ini mahasiswa sulit menumbuh kembangkan kemampuan
profesional karena berbagai faktor : kurang model peran, hubungan kolaborasi lahan
dengan pendidikan, fasilitas, metode pengajaran klinik, dll. Lahan praktik merupakan
tempat esensial untuk melatih dan menumbuhkan cara berfikir kritis serta berprilaku
sesuai etika pada mahasiswa.Mahasiswa harus mampu mengintegrasikan pengetahuan
dan ketrampilan menjadi satu kemampuan yg digunakan untuk menyelesaikan masalah
(MC Ghlothin dlm infante, 1985). Agar lahan praktik dapat berperan maksimal maka
lingkungan lahan harus kondusif.
Kompenen yang harus dikembangkan di lahan praktik, meliputi:
1) Kesempatan kontrak dengan klien. Penekanan praktik adalah bukan bagainama
merawat tapi pada bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dalam merawat.
2) Tujuan praktik harus jelas setiap tempat dan bagaimana cara mahasiswa untuk
mencapainya
3) Bimbingan yang kompeten, harus pakar, punya kemampuan membimbing,
mampu memfasilitasi proses belajar, menciptakan akademik atmosfir
19
1. Metode Experiential
Metode ini menyediakan interaksi di antara mahasiswa dengan lingkungan yang
menjadi tempat pembelajaaran (Reilly dan Obermann, 2002). Metode ini meliputi
penugasan klinik, penugasan tertulis, simulasi dan permainan. Contoh penugasan
tertulis: menulis rencana keperawatan, studi kasus, perencanaan pendidikan kesehatan,
proses pencatatan, membuat laporan kunjungan, pembuatan makalah dan catatan kerja
peserta didik tentang hasil observasi di lapangan serta pengalaman prakteknya. Contoh
simulasi dan permainan yaitu menggunakan model boneka dalam melakukan
keterampilan misalnya pemeriksaan payudara, kateterisasi urine, pemberian injeksi
(Hidayat, 2002). Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan
metode experiential adalah sebagai berikut (Nursalam, 2009).
a. Perawat terampil dalam tugas
b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
c. Model praktik profesional yang dapat diterapkan
Beberapa kelemahan metode experiential adalah sebagai berikut;
a. Mahasiswa hanya melihat tugas asuhan keperawatan sebegai
keterampilan semata saja
b. Mahasiswa yang belum terampil memerlukan waktu yang banyak untuk
pembelajaran
c. Apabila pekerjaan selesai, mahasiswa akan meninggalkan klien dan melakukan
tugas yang lain.
22
3. Metode Konferensi
Metode konferensi merupakan bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa
aspek praktis klinis. Mahasiswa dapat berbicara saat proses pemecahan masalah dan
menerima umpan balik langsung dari rekannya dan dosennya. Metode konferensi terdiri
dari praklkinik (preconference) dan pascaklinik (postconference) (Nursalam, 2009).
Metode konferensi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode
konferensi adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk langsung berinteaksi
satu sama lain
b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menunjukkan
kemampuan merumuskan idenya, meningkatkan keyakinan diri mahasiswa
c. Penilaian kepada mahasiswa yang lain memberikan kesempatan dan pengalaman
mengevaluasi praktik orang lain
23
4. Metode Observasi
Metode observasi merupakan bentuk pembelajaran yang memberikan penugasan
berupa observasi yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman nyata dengan
mengembangkan prilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Metode ini meliputi:
a. Observasi lapangan: dilakukan untuk memperoleh pengalaman masa mendatang
dan persfektif tentang asuhan keperawatan, melihat perilaku orang lain serta
observasi situasi klinik.
b. Field trip (karya wisata): dilakukan diluar tekanan praktek dengan mengkaji
pengalaman yang tidak terdapat dilahan utama.
c. Ronde keperawatan: merupakan metode observasi secara langsung dengan
mengkaji asuhan keperawatan dan informasi dari klien dan berdiskusi dengan
klien, hasil diskusi observasi terhadap klien dilakukan diluar lingkungan klien
(Hidayat, 2002).
Metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode
observasi adalah sebagai berikut (Reilly dan Obermann, 2002).
a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang apa yang masalah yang
sebenarnya di klinik
b. Memberikan perhatian kepada mahasiswa untuk lebih fokus kepada objek
observasinya
c. Mengobservasi klien secara langsung dengan interaksi yang optimal akan
memberikan hasil observasi yang memuaskan mahasiswa
Beberapa kelemahan metode observasi adalah sebagai berikut.
a. Klien dan keluarga merasa kurang nyaman jika privasinya terganggu
b. Komunikasi yang tidak efektif akan mempengaruhi informasi yang didapatkan.
24
5. Metode Multimedia
Metode pembelajaran visual memberikan peningkatan pemahaman secara visual
mahasiswa dalam pemecahan masalah, metode secara auditori mengoptimalkan
pendengaran mahasiswa untuk memusatkan perhatian, metode psikomotor meningkatkan
keterampilan peragaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Metode multimedia mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan metode multimedia adalah sebagai berikut
(Reilly dan Obermann, 2002).
a. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pemecahan masalah, mengambil
keputusan dan berpikir kritis
b. Mendorong mahasiswa untuk mengevaluasi tindakan sendiri
c. Membantu mahasiswa untuk menerapkan konsep keperawatan yang nyata di klinik
Beberapa kelemahan metode multimedia adalah sebagai berikut.
a. Fasilitas yang tidak lengkap akan menghambat pengajaran
b. Dosen/pembimbing klinik yang kurang menggunakan variasi media akan
membuat mahasiswa kurang memahami pengajaran yang diberikan
c. Keterbatasan media akan menghambat mahasiswa untuk memaksimalkan
pelaksanaan konsep keperawatan.
7. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara
memperagakan sesuatu prosedur dan mempergunakan alat disertai suatu penjelasan,
metode ini sering digunakan pada pendidikan keperawatan dalam materi prosedur
keperawatan. Dalam prakteknya, metode ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
tidak langsung yang dilakukan oleh tenaga perawat yang disaksikan oleh peserta didik
dalam tugas sehari-hari. Dan secara langsung adalah apa yang dipersiapkan secara teliti
dan disajikan oleh peserta dengan keahliannya dibantu pembimbing tentang bagaimana
melakukan suatu prosedur kesehatan (Hidayat, 2002).
Pertanyaan
1. Sebutkan komponen-komponen yang perlu dikembangkan di lahan praktik?
2. Jelaskan kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pembimbing kilinik?
3. Sebutkan dan jelaskan metode-metode dalam pembelajaran klinik?
Daftar Pustaka
AIPNI (2010). Kurikulum Pendidikan Ners: Implementasi Kurikulum KBK. Untuk
kalangan sendiri.
Bastable, S.B. (2008). Nurse as Educator. 3rd Ed. Philippine Edition. Jones and
Bartlett Publishers.
Nursalam & Ferry Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Reilly, D.E. & Oermann, M.H. (2002). Pengajaran Klinis dalam Pendidikan
Keperawatan. Edisi 2. Alih bahasa: Enie Novieastari. Jakarta: EGC
27
BAB 4
METODE PRECEPTORSHIP
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan konsep model bimbingan preceptorship
2. Menjelaskan peran dan tanggung jawab preceptor dan preceptee
3. Menjelaskan pelaksanaan implementasi program preceptorship
4. Menjelaskan proses evaluasi dalam program preceptorship
Ringkasan
Metode preceptorship membantu mahasiswa dalam mengembangkan
kompetensi klinis dan meningkatkan kepercayaan diri dalam proses transisi menuju
perawat profesional. Peran seorang preceptor adalah sebagai model peran, sosialisator,
dan pendidik. Peran, fungsi dan tanggung jawab preseptor adalah melalui kelebihannya
dan sebagai model peran, membantu menciptakan tenaga perawat baru yang memiliki
sikap caring, competent, conscience, committed, compassion, melalui penumbuhan
kemampuan dalam coordination, dan communication.
Model bimbingan klinik meliputi bimbingan tahap akademik dan tahap profesi.
1. Tahap bimbingan praktik klinik tahap akademik
1) Pra-interaksi
Mahasiswa menyusun laporan pendahuluan untuk dilakukan pre conference,
membaca informasi tentang pasien dan persiapan fase introduksi. Pembimbing
memberikan informasi tentang pasien serta melakukan evaluasi pemahaman
mahasiswa.
2) Fase Introduksi
Mahasiswa memperkenalkan diri ke pasien dan membuat kontrak dengan pasien.
Pembimbing mengobservasi mahasiswa serta memberikan umpan balik.
3) Fase kerja
Mahasiswa melakukan validasi /pengkajian berdasarkan diagnosa, melakukan
justifikasi klinik, melakukan intervensi, ronde keperawatan, dan Bed Side
teaching. Pembimbing memberikan bimbingan untuk
29
belajar atau mengubah perilaku jika mereka berpersepsi bahwa ada manfaat segera yang
akan diterima dari proses pembelajaran mereka.
Individu dewasa belajar dengan sangat baik jika berada dalam situasi
disekuilibrium. Pembelajaran dapat difasilitasi dengan menciptakan ketidakpuasan
dengan perilaku saat ini atau dengan membuat pandangan tentang diri yang lebih atraktif
daripada saat ini.Individu dewasa belajar dengan sangat baik jika memegang kendali
terhadap isi dari pembelajaran dan metoda dimana pembelajaran terjadi. Pendidik hanya
tinggal membantu menetapkan tujuan belajar dan standar kinerja.
Peserta didik distimulasi untuk menguji cobakan perilaku baru oleh pendidik
dengan cara memberi kepercayaan, meningkatkan keterbukaan, dan mengurangi ancaman
akan tidak lulus. Pendidik sebagai model peran memberikan tanda positif atau negatif
yang dapat membentuk perilaku peserta didik ke satu arah atau arah lain. Sistem
preseptor digunakan untuk memberi orientasi pada staf baru tentang tugas dan tanggung
jawabnya.
Strategi yang dilakukan preceptor adalah menguatkan / enabling: terbuka dan
konstruktif, dapat dihubungi / terlihat, tanggap terhadap kebutuhan orang lain, mudah
dipercaya, merasa nyaman dengan diri dan kemampuannya, bersikap saling menghormati
serta mengelola emosi dan perasaan secara terkendali.
Keuntungan Preceptorship
Canadian Nurse Association (CNA) menyebutkan ada tiga pihak yang
mendapatkan keuntungan dari program preceptorship ini yaitu preceptee (partisipan),
institutuion (institusi pendidikan), dan profession (profesi).
1. Bagi peceptee (partsipan)
1) Adanya peningkatan kepuasan kerja.
2) Penurunan tingkat stress bagi mahasiswa.
3) Perkembangan diri yang signifikan.
4) Meningkatkan kepercayaan diri.
5) Penciptaan sikap, pengetahuan, dan kemampuan yang lebih baik.
2. Bagi institusi
1) Penghematan biaya perawatan.
2) Meningkatkan perekrutan perawat baru.
32
4) Motivasi peserta didik / staf baru untuk melakukan yang baik dan benar.
5) Berikan pujian dan penghargaan kepada peserta didik / staf jika melakukan sesuatu
dengan berhasil.
6) Buat perjanjian untuk memberlakukan sistem hukuman jika tidak berhasil.
7) Buat kesepakatan untuk menguji cobakan sesuatu kemampuan.
Sistem preseptor atau nama lain bertujuan untuk memandirikan peserta didik
melalui proses pengenalan tugas dan tanggung jawab yang terstruktur dan bertahap.
Diperlukan pemahaman tentang konsep dasar pembelajaran dewasa dan rasa pengorbanan
dari preseptor untuk memberikan waktu dan tenaganya untuk kepentingan “calon
yuniornya”.
Peran, fungsi dan tanggung jawab preseptor adalah melalui kelebihannya dan
sebagai model peran, membantu menciptakan tenaga perawat baru yang memiliki sikap
caring, competent, conscience, committed, compassion, melalui penumbuhan
kemampuan dalam coordination, dan communication.
Preceptee merupakan mahasiswa profesi ners dari institusi keperawatan yang
telah menyelesaikan program akademik sarjana keperawatan, mahasiswa tahap profesi
yang telah lulus uji masuk klinik, telah menyiapkan diri secara fisik dan mental, memiliki
seluruh perangkat praktik (alat, pedoman, dll), memahami proses dan mekanisme
preseptorship, memahami preseptornya dengan baik, serta memiliki semangat dan
antusiasme untuk melakukan praktik sebagai calon profesional. Preseptee memiliki
tanggung jawab, diantaranya:
a. Menjaga sikap profesional dan mengenakan seragam dinas sesuai dengan institusi
masing-masing, termasuk mengenakan nametag
b. Berpartisipasi dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar dan
merencanakan serta mengimplementasikannya pada pengalaman belajar
c. Berpartisipasi aktif dalam mencari pengalaman belajar dan mempersiapkan diri
dalam menyelesaikan tujuan belajar
d. Menyelesaikan tugas dan semua jam praktik klinik dalam waktu yang ditentukan
e. Melayani pasien sebagai advokator dan menjaga confidentiality
f. Melengkapi evaluasi preseptor dan menyerahkannya sebelum
menyelesaikan praktik klinik
34
4.2 Preceptor
Preseptor adalah ners yang setuju untuk mendedikasikan dirinya menjadi role
model dan pembimbing kepada mahasiswa profesi ners pada lingkup klinis. Peran
preceptor adalah sebagai role model di area klinik, pendidik, advokat dan konsultan
(McMAster Mohawk Conestoga, 2012).
Peran preceptor meliputi:
1. Model peran
Mendemonstrasikan bagaimanastaf yang kompeten melaksanakan kerjanyalebih
familiar dan lebih menyenangkan.Perawat memberikan role model memperlihatkan
kualitas seperti: caring, Interaksi positif, empati, dihargai sejawat, komunikator handal,
dan fungsi advokasi yang kuat. Kualitas diri model peran meliputi: praktisi ahli, nara
sumber semangat, membagi pengetahuan pada yang lain, menghargai martabat pada
semua orang, pemikir kritis, jujur, dan akuntabel.
Model peran preseptor yang baik meliputi :
1) Dapat didekati dan dihubungi
2) Kalem dan terkendali; memiliki sikap humoris
3) Ramah pada pasien
4) Memiliki standar asuhan yang tinggi yaitu ampu memberikan asuhan aman dan
selalu diperbaharui
5) Bermotivasi baik dan dapat dipercaya
6) Penuh pengertian dan memiliki empati
7) Mudah menyesuaikan diri, mampu bersahabat
8) Penampilan cerdas dan assertif
9) Berkomunikasi baik ketrampilan kepemimpinan
10) Preseptee ingin menjadi seperti preseptor (idola)
11) Berpengetahuan dan trampil (clinical skills)
12) Tegas dan adil
13) Menimbulkan rasa hormat
14) Kemampuan untuk mengakui kesalahan
15) Taat aturan / pedoman
16) Berorientasi pada riset
17) Mampu menjadi contoh
18) Mampu bekerja efisien
35
2. Sosialisator
Membantu preseptee merasawelcome & terintegrasi kedalam budaya
unit/ruangan yang asing, dan kurang nyaman. Pada saat orientasi, lingkungan baru bisa
menimbulkan syok realitas yang terdiri dari 4 fase, yaitu : fase honeymoon/bulan madu,
shock/syok, recovery/pemulihan, dan resolution/resolusi.
3. Pendidik
Membantu preseptee mengkajikebutuhan belajar orientasi,
merencanakanpengalaman belajar, mengimplementasikanrencana,
mengevaluasi kinerja; least familiar, least comfortable. Tantangan dalam peran
pendidik adalah menyeimbangkan duaperan pemberi asuhan dan preseptor.
Fungsi Preseptor:
a. Preseptor menyiapkan mahasiswa, atau preseptee, untuk beradaptasi terhadap
suatu peran baru dalam layanan kesehatan pasien.
b. Para preseptor membina peserta didik dan menolong mereka melihat berbagai
peran yang akan mereka jalankan pada tatanan klinik.
c. Mengarahkan perawat baru pada masa transisi dari ketika menjadi mahasiswa
sampai pada bekerja secara professional atau dari satu kekhususan keperawatan
kepada kekhususan keperawatan lainnya.
Manfaat Preseptor
a. Mahasiswa mendapat manfaat dari dukungan dan semangat yang diberikan oleh
preseptor perawat praktisi profesional,
b. Pembelajaran individualistik,
c. Meningkatnya rasa percaya diri dalam ketrampilan keperawatan.
d. Preseptor keperawatan mendapat manfaat dari pengakuan sebagai model peran
dan kepuasan berbagi pengetahuan serta pengalaman dan kesempatan untuk
mempengaruhi perubahan dalam bidang kerjanya.
e. Fasilitas medik menikmati retensi lebih baik tentang perawat mahirnya dan
merekrut perawat baru dengan ketrampilan yang dikenal.
Pelatihan Preseptor:
a. Perawat senior yang berlisensi memiliki pengalaman bekerja di area kekhususan
keperawatan harus mengikuti pelatihan untuk menjadi preseptor dengan
menghadiri serangkaian kegiatan pelatihan yang diberikan ole institusi
pendidikan / pelayanan.
36
b. Di luar negeri dapat melalui pelatihan materi yang tersedia secara online dan
dapat dibeli atau berpartisipasi dalam program pelatihan berbasis internet untuk
individual.
c. Kebutuhan kualifikasi untuk calon peserta pelatihan preseptor keperawatan yaitu
beberapa tahun berpengalaman kerja di area kekhususan keperawatan, memiliki
tugas mendidik.
Kriteria Preceptor:
a. Staff kompeten / qualified.
b. Pengalaman minimal dua tahun di tempatsama.
c. Memiliki minat untuk menjadi preseptor.
d. Pernah mengikuti pelatihan mengajar danmengkaji /menilai ditatanan praktik.
Tanggung jawab preceptor:
a. Merencanakan lebih dulu dengan menjelaskan pada staf tanggal preseptee datang
ke unit, daftar rencana harian.
b. Hari pertama: menanyakan pembelajar untuk membagi kebutuhan/ tujuan,
membagi tujuan / harapan.
c. Memperkenalkan pada staf—integrasikan, welcome, melibatkan dalam waktu-
waktu istirahat.
d. Menjelaskan spesifikasi tentang apa yang diharapkan (sesuai kontrak belajar).
e. Mendapatkan/memberi umpan balik sesering mungkin selama hari kerja.
f. Refleksi tentang kegiatan, memenuhi ketrampilan.
g. Mengidentifikasi kebutuhan belajar preseptee – menanyakan daftar ketrampilan
kritikal, tujuan klinikal (lihat kontrak belajar).
h. Memberi kesempatan preseptee untuk mengobservasi apa yang dilakukan
preseptor, mungkin hanya satu pasien untuk asuhan preseptee.
i. Mencari peluang untuk preseptee dalam melaksanakan prosedur yang
menimbulkan kecemasan tinggi pertama kali – menurunkan kecemasan, stress.
j. Melaksanakan konferensi singkat dengan preseptee untuk mencek prioritas
kajian, perubahan obat / terapi
k. Meminta preseptee merefleksikan kegiatan sehari tersebut dan mendiskusikan
situasi – mengajukan pertanyaan.
37
diperiksa oleh preseptor klinik dan akademik untuk menjamin tidak ada kekeliruan
atau kekurangan peluang menjalankan kompetensi yang dimiliki.
Evaluasi yang digunakan berupa lembaran evaluasi berupa poin-poin penting
yang ditujukan pada masing-masing preceptor dan preceptee yang dilakukan pada
minggu terakhir praktik profesi departemen medikal bedah. Lembar evaluasi ada di
halaman lampiran.
Format kegiatan
1) Kontrak kerja dengan institusi pendidikan
Tujuannya untuk mengikat preseptor agar menjalankan peran dan tanggung
jawabnya hanya untuk kepentingan institusi tertentu saja, menjelaskan tentang hak dan
kewajiban dari preseptor dan institusi pendidikan yang telah menunjuknya, serta
menetapkan jangka waktu kontrak, kecuali ikatan kontrak kerja tersebut bersifat menetap
(dosen klinik tetap).
2) Kesediaan menjadi preseptor
Tujuan: untuk menjamin penetapan sebagai pendidik klinik dari institusi
pendidikan dapat dijalankan secara bertanggung jawab. Digunakan sebagai bukti
akuntabilitas. Setiap preseptor hanya mengisi format kesediaan untuk satu institusi saja,
agar peran dan fungsi sebagai preseptor dapat dijalankan dengan baik. Format ini untuk
menjamin bahwa para preseptee memiliki seseorang yang akan ditujunya di wahana
praktik.
3) Kontrak belajar
Tujuan: memberikan pemahaman kepada preseptor dan preseptee bahwa selama
berinteraksi ada capaian yang harus diupayakan oleh keduanya. Dikembangkan saat
preseptee menemui preseptor pertama kali, diakhiri dengan kesepakatan dari
keduanya.Isinya: tujuan/sasaran pemeblajaran, daftar kompetensi, kegiatan yang akan
dilaksanakan, metoda atau pendekatan untuk mencapai kompetensi, jadwal/target,
penilaian dari preseptor.
4) Daftar kompetensi di ruangan / di RS
Kompetensi Utama, pendukung dan lainnya yang dapat dicapai di setiap wahana
praktik. Mengacu pada kompetensi yang terdapat dalam kurikulum. Disertai tanggal
pencapaian dan tanda tangan dari preseptor akademik dan klinik. Ada yang dilengkapi
dengan kolom tingkat pencapaian (disupervisi ketat, supervisi minimal, mandiri).
5) Kegiatan harian, dan mingguan
42
Log harian merupakan rencana tujuan dan kegiatan harian yang dirancang setiap
hari sebelum melakukan tindakan selama magang. Tujuannya agar preseptee fokus pada
tujuan kegiatan belajarnya. Log mingguan merupakan rencana kegiatan yang akan
dilakukan dalam minggu tertentu. Contoh: minggu ke 1 diskusi kasus pada hari Rabu tgl
15 Maret; minggu ke 2 seminar kecil ruangan pada hari Jumat tgl 18 Maret, dst.
6) Log book preseptee
Berbentuk buku saku agar mudah dibawa, mencantumkan kompetensi yang akan
dicapai. Merupakan log kegiatan harian yang dicatat setiap selesai melakukan kegiatan,
dilengkapi jam dan kehadiran preseptor (yang menyaksikan). Pada saat preseptee
melakukan operan dinas, preseptor mencermati kegiatan yang sudah dilakukan preseptee.
7) Portofolio
Merupakan hikayat kegiatan preseptee selama magang. Bisa dilanjutkan sampai
ketika ia sudah menjadi perawat profesional.Isi: data personal; informasi tentang
pengelolaan kinerja profesi; Keterlibatan dalam kegiatan keperawatan selama
magangbaik internal (misal: tgl……menjadi panitia ultah RS), atau eksternal (misal:
mengikuti seminar keperawatan yang dilaksanakan OP); rekaman kegiatan
pengembangan diri; Refleksi selama magang; catatan prestasi diri; catatan pembinaan diri
dari preseptor/orang lain; evaluasi dir terhadap kinerja, dll.
6. Manajemen keperawatan
7. Keperawatan komunitas
8. Keperawatan keluarga
9. Keperawatan gerontik
Proses Diskusi
1. Diskusikan dalam kelompok pemeran dari preseptor akademik, preseptor klinik, dan
preseptee.
Aspek yang perlu dipertimbangkan:
a. Kontrak belajar yang telah disepakati oleh preseptor mendasari kegiatan yang
dirancang oleh preseptor.
b. Tingkat kemampuan preseptee berbeda dan sangat individualistik
c. Pendelegasian harus diberikan ketika pembelajar (preseptee) sudah merasa siap
untuk menerima dan pindah dari satu pendelegasian ke pendelegasian lain.
d. Penilaian kompetensi dilakukan preceptor klinik bersama dengan preceptor
akademik.
2. Tentukan lama praktik klinik sesuai dengan beban studi MA/stase praktik
Acuan 1 sks praktik klinik/smt= 1 sks x 4-5 jam x 16 minggu = 64-80 jam
3. Tentukan lama stase di ruangan preseptor
4. Tetapkan jadwal dinas saudara dan kaitannya dengan posisi preseptee
5. Bahas kompetensi kritikal yang harus Bahas kompetensi kritikal yang harus dicapai
preseptee di ruangan Saudara.
Simulasi Bimbingan
1. Setiap pemeran melaksanakan perannya dengan sebaik-baiknya.
2. Preceptor menyusun program preceptorship
3. Preseptee menyusun kontrak belajar
4. Karena praktik pada pelatihan ini hanya satu hari, maka pilih jadwal hari yang akan
dilaksanakan dari daftar jadwal kegiatan harian yang telah disusun.
Role Play
1. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menampilkan kegiatan simulasinya setelah
istirahat siang
2. Kelompok dapat mempersiapkan peralatan sesuai kebutuhan
3. Waktu yang dialokasikan utk seluruh kelompok + 2 jam
4. Refleksi dilakukan oleh kelompok yang melakukan role play
5. Umpan balik hasil role play dilakukan oleh nara sumber, dan peserta lain.
Pelaksanaan Role Play
1. Pre conference (1 jam)
1) Pengenalan tentang informasi umum (tata tertib, prosedur pelayanan,
dokumentasi / RM)
2) Informasi tentang mutu pelayanan keperawatan (PPI, Patient safety, indikator
mutu keperawatan setiap unit)
3) Penjelasan SPO dan penerapannya
4) Penjelasan alur pasien masuk rumah sakit sampai keluar rumah sakit
5) Penjelasan standar kompetensi yang harus dicapai oleh perceptee
2. Conference (1,5 jam)
1) Perceptee mempelajari kondisi pasien melalui rekam medik
2) Perceptor memperkenalkan perceptee ke pasien dan kontrak dengan pasien
untuk dilakukan proses belajar
3) Perceptee melakukan pengkajian sampai dengan masalah keperawatan
kemudian dikonsultasikan ke perceptor
4) Perceptor memvalidasi hasil pengumpulan data
5) Perceptee menyusun rencana intervensi keperawatan (NIC NOC)
6) Penerapan metode bimbingan klinik (Bed side teaching, Ronde,
Supervisi, Penugasan, Discharge Planning)
7) Perceptee menyusun laporan asuhan keperawatan
3. Post Conference (1 jam) 3F (Fair, Feedback, Follow-up)
1) Perceptor mengevaluasi pencapaian kompetensi perceptee
2) Perceptee melakukan self evaluation dan memberikan evaluasi pada perceptor
3) Perceptor dan perceptee menyusun tindak lanjut proses pembelajaran
46
Pertanyaan
1. Jelaskan konsep metode preceptorship dalam pembelajaran klinik!
2. Jelaskan pentingnya preceptorship dalam pembelajaran klinik!
3. Sebutkan peran dan tanggung jawab preceptor!
4. Sebutkan tanggung jawab seorang preceptee!
5. Jelaskan proses implementasi metode preceptorship!
6. Jelaskan proses evaluasi dalam program preceptorship!
Daftar Pustaka
Bastable, S.B. (2008). Nurse as Educator. 3rd Ed. Philippine Edition. Jones and
Bartlett Publishers.
Myrick, F. & Yonge, O. (2005). Nursing Preceptorship: Connecting practice and
Education. Philadelphia, USA; Lippincott, Williams & Wilkins.
Panduan Preceptorship RSUA 2015.
Reilly, D.E. & Oermann, M.H. (2002). Pengajaran Klinis dalam Pendidikan
Keperawatan. Edisi 2. Alih bahasa: Enie Novieastari. Jakarta: EGC
47
BAB 5
EVALUASI
Tujuan:
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan proses evaluasi dalam pembelajaran klinik
2. Menyebutkan dan menjelaskan metode evaluasi dalam pembelajaran klinik
Ringkasan
Evaluasi pembelajaran klinik meliputi: sasaran belajar klinik, asesmen peserta
didik, kegiatan pembelajaran, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif. Evaluasi praktik
klinik dilakukan dengan berbagai metode, yaitu: observation, komunikasi tertulis,
komunikasi lisan/verbal, simulasi, dan self-evaluation.
Evaluation criteria
a. Mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang
b. Mengembangkan tujuan dan rencana berbasis identifikasi self care
defisit sebagaimana persepsi klien
c. Memilih intervensi keperawatan yang sesuai dengan self care defisits dan
meningkatkan kemampuan self care client
d. Menyusun perencanaan yang komprehensif
e. Menyampaiakn informasi secara tepat, konsisten dan terminlogi yang benar
3. Komunikasi lisan/verbal
Komunikasi lisan berupa clinical conference, issue conference, nursing
dan multidiciplinary conference
Illustrasi:
Behavioral objectives :Menganalisis dampak health insurance dalam kualitas
perawatan
Evaluation : Membahas satu issu yg didiskusikan; health insurance dan dampaknya
pada kualitas pelayanan
Evaluation criteria:
a. Menjelaskan pengaruh health insurance dalam pelayanan
b. Presentasi berbasis literatur dan hasil riset
c. Mengidentifikasi dampak health insurance
d. Memimpin kelompok dalam membahas issue health insurance
e. Menyampaikan ide dengan baik dan logis
4. Simulasi
5. Self-evaluation
Program Evaluasi
1. Cakupan aspek yang dievaluasi dan Bobot setiap aspek
2. Bentuk dan metode evaluasi
3. Waktu evaluasi
4. Ketentuan kelulusan - Setiap aspek - Keseluruhan (mata kuliah)
b. Persiapan PBK: 10% (perlu analisis dan kecermatan) meliputi Pre- conference
dan penyusunan laporan pendahuluan
c. Kinerja klinik : 40 % (inti dari kemampuan perfesional) yaitu penetapan
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan
keperawatan dan evaluasi, dan dokumentasi keperawatan
d. Pengetahuan mahasiswa terkait klinik: 15% (landasan)
e. Keterampilan Klinik: 15 % (penugasan)
2. Ujian Klinik ( Bobot 40%)
Penyusunan instrumen evaluasi meliputi penampilan dan perilaku, persiapan
PBK, kinerja klinik, pengetahuan mahasiswa terkait klinik, ketrampilan klinik, dan
format ujian klinik.
5.3 Penugasan
a. Laporan pendahuluan
Setiap minggu mahasiswa menyelesaikan satu laporan pendahuluan sesuai dengan
kasus kelolaan. Susunan laporan pendahuluan menyesuaikan institusi asal.
Pengumpulan laporan pendahuluan pada akhir minggu praktik profesi keperawatan
medikal bedah.
b. Laporan asuhan keperawatan
Setiap minggu mahasiswa menyelesaikan satu laporan asuhan keperawatan sesuai
dengan kasus kelolaan. Susunan laporan asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
penegakkan diagnosa, rencana intervensi, implementasi dan evaluasi. Minimal
mahasiswa merawat pasien kelolaan selama 3 hari. Pengumpulan laporan asuhan
keperawatan pada akhir minggu praktik profesi keperawatan medikal bedah.
Mahasiswa tidak diperbolehkan menulis di rekam medis (terutama di integrated note)
kecuali lembar observasi harian.
c. Case report
Mahasiswa mempresentasikan kasus kelolaannya dan dihadiri oleh rekan mahasiswa,
preceptor akademik (faculty tutor) dan preceptor klinik. Case report dilaksanakan satu
minggu sekali. Pemilihan kasus yang akan dipresentasikan berdasarkan kebijakan
preceptor dan PJ unit.
d. Resume keperawatan
Resume keperawatan dikerjakan setiap hari satu pasien. Format resume disesuaikan
dengan format dari instansi asal.
53
e. Critical appraisal
Critical appraisal atau telaah jurnal adalah suatu proses yang secara teliti dan
sistematis mengevaluasi suatu hasil penelitian. Selama satu periode profesi
keperawatan medikal bedah, mahasiswa wajib mempresentasikan hasil critical
appraisalnya di minggu akhir profesi.
Pertanyaan
1. Jelaskan proses evaluasi dalam pembelajaran klinik!
2. Sebutkan aspek yang dievaluasi dan faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam proses evaluasi!
3. Sebutkan dan jelaskan metode dalam evaluasi praktik klinik!
Daftar Pustaka
AIPNI (2010). Buku Kurikulum Pendidikan Ners. Jakarta
Myrick & Yonge (2004), Nursing Preceptorship, Connecting Practice and Nursing
Education. USA: Lippincot Willims & Wilkins.
Nancy T.Watts (1990). Handbook of Clinical Teaching. UK: Longmand Group.
Nursalam & Ferry Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba medika
Reilly & Oerrman (1999), Clinical Teaching in Nursing Education, second
edition,. Canada: Jones and Bartlett publisher.
54
Lampiran
AIPNI (DRAFT)
A. Metoda Pembelajaran dan Evaluasi pada program Profesi Keperawatan
Metoda pembelajaran pada tahap profesi berfokus pada pelaksanaan
pendelegasian kewenangan dari preseptor kepada peserta didiknya. Sedangkan kegiatan
evaluasi pada tahap profesi ini lebih terfokus pada pembuktian bahwa peserta didik telah
memiliki kompetensi yang ditetapkan dan disertai dengan kemandirian dalam
menjalankan kompetensinya sebagai cerminan kewenangan telah dimiliki.
- Log book
- Direct Observasional of Prosedure skill
- Case test/uji kasus (SOCA – Student Oral Case Analysis)
- Critical insidence report.
- OSCE
- Problem solving skill
- Kasus lengkap, kasus singkat
- Portfolio
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada program profesi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari KBK pada program akademik. Penerapan KBK profesi menjadi
berkesinambungan dengan KBK akademik. Oleh karena itu, penerapan KBK profesi
merupakan proses memantapkan semua kompetensi yang telah dimiliki pada program
akademik dan memverifikasinya dengan memberikan kewenangan untuk melaksanakan
kompetensi tersebut.
55
Program profesi dengan KBK 2010 ini berbeda dengan pelaksanaan program profesi
pada kurikulum konvensional lalu. Pada kurikulum konvensional (1998) saat tahap profesi
peserta didik diberi kesempatan untuk belajar melakukan berbagai prosedur
keperawatan dan belajar memberikan asuhan. Sebaliknya, pada KBK program profesi
ners ini para peserta didik menerapkan ilmu pengetahuan teori, konsep dan ketrampilan
teknis yang telah dikuasai pada program akademik pada klien langsung melalui program
internship dimana peserta didik dicangkokkan pada seorang perawat senior yang
berfungsi sebagai PRESEPTOR / MENTOR.
Dalam menerapkan KBK profesi, seluruh komponen profesi (staf akademik dan staf
dari wahana praktik) harus terlibat secara aktif dan melakukan berbagai kegiatan mulai
dari tahap persiapan, pelaksanaan, sampai dengan mengevaluasi dan membuat
keputusan tentang kompetensi dan kewenangan yang dijalankan peserta didik. Dengan
penetapan keputusan tersebut peserta didik dinyatakan layak atau tidak layak
mengemban peran dan fungsi dengan sebutan profesi ners. Selanjutnya, setelah
dinyatakan selesai dan memenuhi syarat sebagai ners, maka dilakukan uji kompetensin
(exit exam) sebelum peserta didik di proses dalam yudisium kelulusan sebagai ners.
Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan kegiatan program profesi, mulai dari
tahap persiapan, implementasi dan proses bimbingan yang sesuai dalam KBK profesi
sampai pada kegiatan mengevaluasi kompetensi. Disamping itu, karena pendekatan
proses bimbingan masih merupakan metoda atau model yang baru dalam pendidikan
keperawatan, maka bahasan tentang model bimbingan diberikan secara rinci. Tujuannya
agar terdapat pemahaman yang sama dari seluruh pengelola dan pelaksana program
profesi tentang bagaimana model bimbingan harus diberikan agar tujuan pelaksanaan
kompetensi yang disertai dengan kewenangan dari peserta didik dapat dicapai.
56
A. FASE PERSIAPAN
Tahap ini merupakan periode dimana pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan
program profesi harus tumbuh sebelum tahap implementasi program profesi dijalankan.
Tahap persiapan terdiri dari ketentuan pelaksanaan praktik; persyaratan pelaksanaan
praktik; profil yang harus dimiliki oleh lulusan program profesi; kompetensi yang harus
dicapai selama program profesi; mata kuliah yang harus dilaksanakan pada program
profesi; penerapan hubungan kompetensi dengan mata kuliah dan beban studi; wahana
praktik dan pencapaian kompetensi.
kesehatan klien *)
12. Mampu melaksanakan terapi modalitas sesuai dengan kebutuhan *)
13. Mampu mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui
penggunaan strategi menjamin kualitas dan manajemen resiko
14. Mampu melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang
berlaku dalam bidang kesehatan *)
15. Mampu berkolaborasi dalam kegiatan pelayanan keperawatan *)
16. Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan
mempertahankan akontabilitas asuhan keperawatan yang diberikan *)
17. Mampu menggunakan prinsip-prinsip peningkatan kualitas
berkesinambungan dalam praktik *)
18. Mampu mewujudkan lingkungan bekerja yang aman
19. Mampu menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja
tim dan pemberian asuhan keperawatan dengan mempertahankan
hubungan kolaboratif *)
20. Mampu merancang, melaksanakan proses penelitian sederhana serta
memanfaatkan hasil penelitian dalam upaya peningkatan kualitas asuhan
keperawatan.
21. Mampu mengembangkan pola pikir kritis, logis dan etis dalam
mengembangkan asuhan keperawatan.
22. Mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi di bidang
keperawatan dan kesehatan.
23. Mampu mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan
professional
24. Mampu berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan.
25. Mampu mengembangkan potensi diri untuk mempertahankan kompetensi
(deskriptif)
Keterangan:
*) menerapkan kewenangan melakukan, diperoleh secara bertahap sesuai
dengan program mentoring dan preseptoring.
KURIKULUM AIPNI
(A. 5 Kegiatan fokus mata kuliah yang diberikan untuk mencapai unit kompetensi)
asuhan keperawatan
21.Mampu mengikuti 1. Menggunakan perangkat komputer dan
perkembangan ilmu
jaringan dalam mengakses teknologi
dan teknologi di bidang
keperawatan dan terkini dalam keperawatan dan
kesehatan.
kesehatan
- persepsi sensori
3. Asuhan keperawatan: Pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi
serta dokumentasi secara komprehensif
meliputi bio-psiko-sosio-spiritual
- Persiapan pemeriksaan
diagnostic pasien sesuai sistem
Sistem kardiovaskuler
a. Pemasangan infus
b. EKG
c. Terapi melalui intra vena
d. Punksi vena
e. Pengukuran CVP
Sistem pernafasan
a. Fisioterapi dada/
postural drainage
b. Terapi O2
c. Suctioning
d. Perawatan WSD
e. Nebulisasi
f. Trakheostomi
Hematologi
a. Irigasi mata
b. Tetes mata
c. Irigasi telinga
d. Tetes telinga
Sistem endokrin
a. Pemasangan
Nasogastric Tube (NGT)
b. Menentukan jenis dan
jumlah kalori dalam diet
c. pemberian makan
minum melalui NGT
d. Bilas lambung
(gastric Lavage)
e. Wash-out / Enema
f. Colostomy care
g. pemberian supositoria
Sistem muskuloskeletal, integumen
dan persarafan
a. Body movement /
body mechanic
b. Pain management
c. Ambulasi dini
d. Fiksasi dan imobilisasi
e. Wound care
f. ROM exercise
Sistem perkemihan
a. Kateter
71
b. Irigasi bladder
c. hemodialisa, balance cairan,
urostomi,cystostomy,bladder
training
- Pemberian obat kemoterapi
- Terapi Modalitas Keperawatan
pada berbagai kondisi termasuk
terapi komplementer
Evaluasi dan dokumentasi
4) Melakukan episiotomi
5) Menolong kelahiran bayi
6) Membersihkan jalan nafas bayi
segera setelah lahir
7) Menghitung nilai Apgar bayi
8) Inisiasi Menyusu Dini
9) Melahirkan plasenta dan
memeriksa kelengkapannya
10) Mencegah perdarahan pada kala IV
11) Melanjutkan bonding &
attachment
d. Memasang CTG (cardiotocography)
e. Melakukan pemeriksaan pada ibu
masa nifas
f. Teknik menyusu
g. Melakukan perawatan perineal
h. Manajemen laktasi
i. Memandikan bayi baru lahir
dan merawat tali pusat
j. Memberikan edukasi kesehatan
k. Memberikan penyuluhan
alat kontrasepsi:
1) Memasang alat
kontrasepsi dalam rahim
2) Memberikan injeksi kontrasepsi
l. Melakukan konseling keluarga.
Lampiran 2 Kompetensi
A. General Information
N PARAF
Informasi TANGGAL Preceptor Preceptee
o
PENDAHULUAN
a. Pelayanan Medis
e) Kamar Operasi
a) Instalasi Farmasi
b) Instalasi Radiologi
c) Instalasi Gizi
d) Instalasi Laboratorium
f) Rekam Medik
84
4 Morning Report
1 Jadwal dinas
2 Prosedur ijin
1 Fasilitas Umum
a. Letak lift
b. Pintu darurat
c. APAR
d. Sekretariat bersama
e. Musholla
f. Toilet umum
g. Pneumatic
2 Fasilitas Khusus
85
IRNA
a. Nurse station
b. Ruang Ners
c. Musholla
d. Loker Ners
e. Alokasi Kamar
f. Ruang Mahasiswa
g. Ruang Isolasi
h. Trolley emergency
j. Ruang Linen
k. Spoelhock
l. Gudang alat
d. Overbed table
86
f. Televisi
PROSEDUR UMUM
2 Prosedur Discharge/Keluar RS
a. Pasien Umum
b. Pasien BPJS
PATIENT SAFETY
1 Identifikasi Pasien
a. Gelang Identitas
b. Gelang Alergi
2 Komunikasi Efektif
a. Read back
b. singkatan
a) Hasil Laboratorium
b) Hasil Radiologi
3 Kewaspadaan Obat
88
Marker
a. Sign In
b. Time Out
c. Sign Out
a. Hand Hygiene
C, Geriatri
PENGENDALIAN INFEKSI
1 Kewaspadaan Standar
a. Hand Hygiene
2 Kewaspadaan Transmisi
a. Kontak
89
b. Droplet
3 Survailance
4 KPI ICU
Keterangan:
1: pernah melakukan 1 kali, perlu bimbingan dan supervisi lebih lanjut
2: pernah melakukan lebih dari 1 kali, perlu bantuan sebagian dan supervisi
seperlunya
3: kompeten, hampir tidak membutuhkan bantuan dan perlu supervisi minimal
4: kompeten, tidak perlu bantuan dan dapat membantu mengajarkan ke yang
lain
D. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada minggu terakhir mahasiswa praktik
profesi. Evaluasi dilakukan dari preceptor ke preceptee dan preceptee ke preceptor.
Terdapat form khusus yang digunakan sebagai alat evaluasi yang ada di halaman
lampiran.
10
Daftar Pustaka
Saya telah menerima kopian dan telah diberikan konseling oleh Rumah Sakit Universitas
Airlangga terutama pada Program Preceptorship Departemen Medikal Bedah meliputi
peraturan, tata tertib dan praktik yang tercantum dalam Buku Panduan Praktik
Keperawatan Medikal Bedah, termasuk peraturan pada Acuan Mahasiswa Keperawatan.
Tanda tangan saya dan inisial menunjukkan pemahaman dan penerimaan saya tentang
seluruh peraturan, tata tertib, prosedur dan praktik klinis.
SKP
(SASARAN KESELAMATAN PASIEN)
1) KETEPATAN IDENTIFIKASI
PASIEN Identifikasi Pasien:
Minimal 2 Identitas: Nama lengkap dan Tanggal Lahir, dan atau nomor rekam
medis
Gelang identitas: Pink untuk wanita, Biru untuk Pria.
Pemasangan gelang identitas untuk semua Pasien Rawat Inap dan Pasien
Rawat Jalan yang akan dilakukan Prosedur/Tindakan Invasif, mis.
Hemodialisa, Kemoterapi, Transfusi Darah.
Pemasangan gelang identitas diutamakan pada ekstremitas yang tidak
terpasang infuse.
Berikan informasi ke pasien bahwa petugas kesehatan akan selalu
menanyakan nama dan tanggl lahir sebelum melakukan tindakan/pemberian
obat.
Nomer kamar dan tempat tidur tidak boleh digunakan sebagai identifikasi
2. Walaupun konfirmasi
pasien telah memakai gelang identitas, tetap
secara verbal sebelum melakukan
tindakan/pemberian obat.
10
Komunikasi Verbal
Catatan: permintaan obat narkotika atau kemoterapi tidak boleh verbal tetapi
Untuk perintah verbal atau harus
melalui telepon, staf yang menerima pesan harus
tertulis
menuliskan dan membacakan kembali kepada pemberi pesan.
10
Kapan
Kapan dilakukan?
dilakukan?
Saat petugas
Saat serah terima menerima
pasien instruksi verbal per
telpon/lisan
Saat dari DPJP kondisi pasien kepada DP JP (Dokter Penanggung Jawab Pasien)
petugas melaporkan
Saatinstruksi
Catat petugasdimenerima
formulir laporan tes
terintegrasi
kritis/critical test/pemeriksaan cito
Beri stempel READ BACK
DPJP memberi konfirmasi dengan paraf
saat visit keesokan/1 x 24 jam harinya
READ BACK
SBAR
Untuk istilah yang sulit atau obat-obat kategori LASA diminta mengeja kata tersebut
per huruf misalnya: C H L O R P RO M A Z I N E atau C H L O R P R O P A M I
DE
Menerima laporan hasil tes kritis dan nilai kritis dengan read back
1. Tes kritis dilaporkan oleh petugas lab, radiologi, kardiologi
2. Tes kritis (critical tes)/pemeriksaan cito, contoh:
Tes/pemeriksaan diagnostic (x-ray, ct scan, ekg)
Tes/pemeriksaan walaupun hasilnya normal/abnormal harus
dilaporkan segera
3. Nilai/hasil kritis (critical test result)
Hasil abnormal yang harus dilaporkan segera < 1 jam ke dokter yang
meminta pemeriksaan/perawatan untuk dilaporkan ke dokter.
TIPS:
1. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan
label khusus
2. Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR
3. Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang
yang berkompeten
4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA
5. Tidak menimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien
tanpa pengawasan
6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat LASA/NORUM (Look
Alike Sound Alike/Nama Obat Rupa Mirip), saat memberi/menerima
instruksi
11
Catatan:
1. Obat kemoterapi hanya disiapkan (rekonstruksi/pencampuran) dilakukan di
instalasi farmasi (ruang produksi) dengan metode Aseptik Handling Cytotoxic
2. KCL 7,46% injeksi (konsentrasi sediaan yang ada adalah 1 mEq=1 mL) harus
diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1 mL KCL : 10 mL pelarut
(WFI/NaCl 0,9%). Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10 mEq/100
mL. pemberian KCL injeksi melalui perifer diberikan
11
PEMAKAIAN APD
Menekan perpindahan mikroorganisme penyebab terjadinya infeksi
Penggunaan disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan atau transmisi
11
1. Hand hygiene
2. Pemakaian APD secara teratur
3. Penanganan benda tajam dengan tepat dan benar (pembuangan tempat sampah
benda tajam ke kotak khusus/safety box)
4. Dekontaminasi alat
5. Penanganan limbah dan lingkungan
6. Penanganan linen/laundry yang memadai
7. Penempatan pasien isolasi
8. Etika batuk
9. Praktik menyuntik aman
10. Praktik pencegahan infeksi
Tabel 5. Penilaian Resiko Jatuh Pasien Dewasa Skala MORSE FALL SCALE
Skor Hari Perawatan Ke
Risiko Skor
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
o Tgl Tg Tg Tgl Tgl Tgl Tg Tg Tg Tgl
..... l l ..... ..... ..... l l l .....
.... .... .... .... ....
. . . . .
1. Mempunyai riwayat jatuh, baru atau
dalam 3 bulan terakhir
□ Tidak 0
□ Ya 25
2. Diagnosis sekunder > 1
□ Tidak 0
□ Ya 25
3. Ambulasi berjalan
□ Bedrest/dibantu perawat 0
□ Penyangga/tongkat/walker/threepot/ 15
kursi roda 30
□ Mencengkeram furniture
4. Terpasang IV line/pemberian anti
koagulan (heparin)/obat lain yang
digunakan mempunyai side
effects jatuh 0
□ Tidak 20
□ Ya
5. Cara berjalan/berpindah
□ Normal/bedrest/immobilisasi 0
□ Kelelahan dan lemah 10
□ Keterbatasan/terganggu 20
6. Status mental
□ Normal/sesuai kemampuan diri 0
□ Lupa keterbatasan diri/penurunan 15
kesadaran
TOTAL SKOR
Nama & paraf petugas yang
melakukan penilaian
Keterangan :
Tingkat risiko:
1. Skor >51 risiko tinggi, lakukan intervensi jatuh risiko tinggi
2. Skor 25-50 risiko rendah, lakukan intervensi jatuh standar
3. Skor 0-24 tidak berisiko, perawatan yang baik
11
No Parameter Skor 1 2 3 4 5 6 7 8
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... .....
1 Umur
□< 3 thn 4
□3 – 7 thn 3
□ 7 – 13 thn 2
□ 13 – 18 thn 1
2 Jenis kelamin
□ Laki-laki 2
□ Perempuan 1
3 Diagnosis
□ Kelainan neurologi 4
□ Gangguan oksigenasi (gangguan 3
pernapasan, dehidrasi, anemia,
anoreksia, sinkop, sakit kepala, dll)
□ Kelemahan fisik/kelainan psikis 2
Ada diagnosa tambahan 1
4 Gangguan kognitif
□ Tidak memahami keterbatasan 3
□ Lupa keterbatasan 2
□ Orientasi terhadap kelemahan 1
5 Faktor lingkungan
□Riwayat jatuh dari tempat tidur 4
□Pasien menggunakan alat bantu 3
□Pasien berada di tempat tidur 2
□Pasien berada di luar area ruang 1
perawatan
6 Respon terhadap operasi/
obat penenang/efek anestesi
□ Kurang dari 24 jam 3
□ Kurang dari 48 jam 2
□ Lebih dari 48 jam 1
7 Penggunaan obat
□ Penggunaan obat sedative (kecuali
pasien ICU yang menggunakan sedasi
dan paralisis). Hipnotik, barbitural, 3
phenothiazines, antidepresan,
laksatif/diuretic, narotik/metadon
□ Salah satu obat di atas 2
□ Pengobatan lain 1
TOTAL SKOR
Nama & paraf yang melakukan
penilaian
11
KETERANGAN:
Tingkat Risiko dan Tindakan
1. Skor 7-11 : Risiko Rendah Untuk Jatuh
2. Skor ≥12 : Risiko Tinggi Untuk Jatuh
3. Skor minimal : 7
4. Skor maksimal : 23
Keterangan :
Tingkat risiko:
Risiko Rendah bila skor 1-3 lakukan intervensi Risiko Rendah
Risiko Tinggi bila skor >4 lakukan intervensi Risiko Tinggi
11
Preceptee :
Preceptor :
Tanggal praktik :
Tanggal evaluasi : Unit
:
NO. SIKAP 1 2 3 4 5 NA
1. Mengidentifikasi dan menentukan tujuan belajar
2. Mengidentifikasi kebutuhan untuk panduan dan
mencari dari sumber yang terpercaya
3. Mengikuti rekomendasi dari kritik yang konstruktif
4. Mencari kesempatan untuk memenuhi tujuan
belajar
5 Bekerja secara efektif dengan individu dan tim
6. Berpikir kritis tentang banyaknya variabel ketika
praktik klinis
7. Mengevaluasi dan memperbaiki kemampuan
komunikasi baik secara verbal dan nonverbal
maupun tertulis
8. Menganalisa situasi klinis menggunakan teori
keperawatan
9. Menjadi advokat untuk pasien maupun kolega
10. Mengaplikasikan pengetahuan ke dalam praktik
klinik
11. Mengaplikasikan strategi administratif ke dalam:
a. Merencakan perawatan pasien yang berkualitas
b. Mengorganisir perawatan pasien yang
berkualitas
c. Memberikan secara langsung perawatan pasien
yang berkualitas
12. Memberikan kontribusi yang signifikan
13. Mengevaluasi manajemen perawatan pasien baik
dari segi struktural, proses dan keluaran
14. Mendemonstrasikan pendekatan profesional saat
penyelesaian konflik
15. Mengaplikasikan temuan penelitian dari literatur
16. Mengidentifikasi masalah untuk penelitian
keperawatan selanjutnya
17. Memenuhi waktu target (deadlines)
12
Komentar:
*keterangan
NA = no opportunity atau not observed 1
= tidak pernah
2 = jarang
3 = kadang-kadang
4 = sering
5 = selalu
Preceptor Preceptee
( ) ( )
12
1. Identifikasi dua aspek positif yang anda rasakan selama menjadi preceptee
2. Jika ada merasakan ada aspek yang berubah, hal apa saja yang berubah, dan
bagaimana?
1. http://journal.unair.ac.id/
2. http://www.nejm.org/
3. http://ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
4. http://www.bmj.com/
5. http://www.sciencedirect.com/
6. http://www.elsevier.com/
7. http://www.researchgate/net/
8. http://adsabs.harvard.edu/article_service.html
9. http://www.slac.stanford.edu/pubs/beamline/
10. http://www.bbsonline.org/
11. http://www.bioline.org.br/
12. http://www.biomedcentral.com/
13. http://brain.oxfordjournals.org/
14. http://www.curj.caltech.edu/
15. http://cercor.oxfordjournals.org/
16. http://www.cerncourier.com/
17. http://www.columbia.edu/cu/csr/
18. http://place.dawsoncollege.qc.ca/%7Edrjes
19. http://www.doaj.org/
20. http://www.ejhs.org/
21. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/
22. http://www.fda.gov/fdac/default.htm
23. http://www.firstmonday.org/
24. http://www.freemedicaljournals.com/
25. http://www.hhmi.org/bulletin/
26. http://igeographer.lib.indstate.edu/
27. http://journalserver.org/
28. http://www.sciencepub.net/
29. http://www.akamaiuniversity.us/PJST.htm
30. http://www.plosone.org/
31. http://www.pnas.org/
32. http://www.plos.org/
33. http://www.scielo.org/
34. http://www.llnl.gov/str/
12