Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN

PRAKTIK PERADILAN LAPANGAN

DI PENGADILAN NEGERI TASIKMALAYA

DI SUSUN OLEH :

HARI NUGRAHA
430200193519

SEKOLAH TINGGI HUKUM GALUNGGUNG

TASIKMALAYA

2022
LAPORAN

PRAKTIK PERADILAN LAPANGAN

DI PENGADILAN NEGERI TASIKMALAYA

DI SUSUN OLEH :

HARI NUGRAHA
430200192519

Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II

Rika Maryam,S.H.,MK.n. Zeni Zenal Mutaqin,S.H.,M.H

Mengetahui

Wakil Ketua I

Herdy Mulyana, S.H.,M.H.


NIDN 0419057202
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinnya saya dapat
menyelesaikan laporan Praktik Peradilan Lapangan (PPL) ini sesuai dengan jadwal
yang telah di tentukan.
Laporan Praktik Peradilan Lapangan (PPL) ini dibuat untuk memenuhi salah
satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan studi di Sekolah Tinggi Hukum
Galunggung Tasikmalaya.
Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan Praktik Peradilan Lapangan (PPL)
secara daring yang saya lakukan selama 2 (dua) minggu lamanya di Pengadilan
Negeri Kota Tasikmalaya.
Penyelesaian laporan ini terwujud atas bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada :
1. Asep Yuyun Zakaria,S.H.,MKn Selaku Penanggung Jawab PPL dan Ketua Sekolah
Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya
2. Herdy Mulyana,S.H.,M.H Selaku Ketua Pelaksana PPL dan Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya
3. Rika Maryam,S.H.,Mkn Selaku Dosen Pembimbing I PPL
4. Dede Permana,S.H.,M.H Selaku Dosen Pembimbing II PPL
5. Abdul Gofur Bungin,S.H Selaku pembingbing dan Pemateri
6. Orang Tua yang telah memberikan dukungan secara moril maupun materil
7. Teman-teman angkatan 2018 Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya
yang senantiasa memberi saran dalam penyusunan Laporan Praktik Peradilan
Lapangan (PPL)

1
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan maupun penyusunan
Laporan Praktik Pengadilan Lapangan (PPL) ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
Karena itu, saya mengucapkan mohon maaf apabila terjadi kesalahan dalam
penulisan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan dalam
penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga penyusunan laporan ini dapat
bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Tasikmalaya, 29 Juli 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Dasar Pemikiran...........................................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat Praktikum Peradilan....................................................................2
C. Ruang Lingkup Kegiatan Praktikum............................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
GAMBARAN UMUM PENGADILAN NEGERI...................................................................3
A. Sejarah Singkat Pengadilan Negeri..................................................................................3
B. Struktur dan Persoalia Pengadilan Negeri........................................................................5
C. Fasilitas-fasilitas Beracara di Pengadilan Negeri.............................................................6
D. Posisi Ruang Sidang.........................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................9
PELAKSANAAN PRAKTIKUM............................................................................................9
A. Praktik Proses Administrasi.........................................................................................9
1. Pendaftaran Gugatan....................................................................................................9
2. Penerimaan Perkara....................................................................................................10
3. Pembayaran Panjar Perkara........................................................................................10
4. Pemerikasaan Perkara................................................................................................11
5. Penyelesaian Perkara..................................................................................................11
6. Pemutusan Perkara.....................................................................................................13
B. Praktik Proses Persidangan........................................................................................14
1. Proses Pembacaan Gugatan....................................................................................14
2. Proses Eksepsi........................................................................................................15

1
3. Proses Replik..........................................................................................................17
4. Proses Duplik.........................................................................................................18
5. Proses Pembuktian.................................................................................................18
6. Proses Kesimpulan para pihak................................................................................18
7. Musyawarah Majelis Hakim...................................................................................18
8. Proses Putusan........................................................................................................19
BAB IV..................................................................................................................................20
PENUTUP.............................................................................................................................20
A. Kesimpulan...................................................................................................................20
B. SARAN.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Pada umumnya Indonesia mengenal pembagian peradilan menjadi peradilan


umum dan peradilan khusus. peradilan umum adalah peradilan bagi rakyat pada
umumnya, baik yang menyangkut perkara pidana ataupun perdata. Sedangkan
peradilan khusus mengadili perkara atau golongan tertentu.1
Pengadilan Negeri merupakan salah satu lembaga peradilan yang berada dalam
lingkup kota/kabupaten. Dalam Undang-Undang No 2 Tahun 1986 tentang Peradilan
umum, pengadilan dibagi menjadi dua jenis.

1. Pengadilan Negeri Tingkat Pertama


2. Pengadilan Tinggi Tingkat Banding.

1 PROF. DR. SUDIKNO MERTOKUSUMO,S.H., HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA


(YOGYAKARTA: LIBERTY, 1988) HAL 18

1
Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama Pengadilan Negeri memiliki sejumlah
tugas, fungsi, dan wewenang yang harus dijalani. Tugas dan wewenang Pengadilan
Negeri tercantum dalam Undang-Undang No 2 Tahun 1986 pasal 50 yang berbunyi
“Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.”
Banyaknya perkara pidana atau perdata yang terjadi di Kota Tasikmalaya,
Pengadilan Negeri memiliki fungsi sebagai judicial power atau mengadili yaitu
menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan perkara yang menjadi
kewenangannya. Serta memiliki fungsi Pembinaan, Pengawasan, Nasihat, dan
Administratif guna mempermudah para pihak untuk menyelesaikan perkaranya.
Praktik Peradilan Lapangan ini merupakan peluang terbaik bagi mahasiswa untuk
dapat menerapkan ilmu khususnya mengenai cara atau praktik berperkara dilapangan.
Meskipun dilakuakan secara online, setidaknya kami sebagai mahasiswa dapat
menggali potensi diri, pengalaman, pengetahuan, dan wawasan mengenai proses
berperkara di Pengadilan Negeri Tasikmalaya.

B. Tujuan dan Manfaat Praktikum Peradilan

Adanya praktik pengadilan lapangan tentunya memiliki beberapa maksud dan


tujuan, diantaranya sebagai berikut :

2
1. Memberikan pengalaman praktis pada mahasiswa tentang proses
penyelesaian perkara mulai dari penerimaan berkas sampai keputusa perkara
di Pengadilan Negeri.
2. Memberi bekal keterampilan bagi mahasiswa mengenai tugas Pengadilan
Negeri melalui perantara Hakim yakni menerima, memeriksa, meyelesaikan
dan memutus perkara.
3. Memberikan bekal pemahaman pada mahasiaswa memiliki ketermpilan
dalan pendalaman penguasaan baik hukum positif khususnya Hukum Acara
yang berlaku di Pengadilan Negeri serta kemampuan memvisualisasikan
proses peradilan.

C. Ruang Lingkup Kegiatan Praktikum

Ruang lingkup dalam kegaitan PPL ini terdiri dari :

1. Pembekalan PPL (Coaching)


2. Pelaksanaan PPL

3
a. melakukan observasi lapangan yang di pandu langsung oleh
pembingbing dari PN
b. Penerimaan Materi menegenai Prosedur Persidangan Pidana di
Pengadilan Negeri Tasikamalaya
c. Penerimaan Materi menegenai E-Court dan Litigasi di Pengadilan
Negeri Tasikamalaya
d. Penerimaan materi tentang pembuktian oleh ketua pengadilan kelas 1A
tasikmalaya
e. Mengikuti proses sidang dan melaksanakan simulasi sidang semu di
Pengadilan Negeri

4
BAB II
GAMBARAN UMUM PENGADILAN NEGERI

A. Sejarah Singkat Pengadilan Negeri

Pengadilan pada masa sebelum dan awal kemerdekaan mengalami beberapa kali
perubahan nama. Hal ini disebabkan adanya perpindahan kekuasaan dari negara
penjajah dalam hal ini Belanda dan Jepang yang menggunakan istilahnya masing-
masing untuk lembaga pengadilan di Indonesia. Belanda menggunakan istilah
“LANDRAAD” dan sesaat setelah kemerdekaan dimana mereka sempat menduduki
kembali wilayah Indonesia, mereka menggunakan istilah “LANDGERECHT”. Dalam
kurun waktu tiga tahun Jepang menjajah Indonesia, untuk lembaga pengadilan
dipakai istilah “TIHOOHOON”. Kemudian setelah Indonesia melepaskan dari negara
penjajah, digunakan istilah “PENGADILAN NEGERI”.2
Pengadilan Negeri Tasikmalaya berdiri sejak indonesia merdeka pada tahun 1945.
Terletak di Jalan Pemuda No. 3, Kel. Empang Sari, Kec. Tawang, Kab.Tasikmalaya.
Pada tahun 1982 berpindah tempat ke Jalan Siliwangi No.18, Kel. Tugu Jaya, Kec.
Cihideung, Kota Tasikmalaya. Pada Tahun 2001 Pengadilan Negeri Tasikmalaya
Klas-nya dinaikan dari Klas IIA menjadi IB, sejak bulan Februari tahun 2017 ,

2 Pengadilan Negeri Pangkal Pinang , Sejarah Pengadilan, diakses dari


http://pn-pangkalpinang.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=72&Itemid=114&lang=en pada tanggal 16/07/2021, pukul
12:04

5
Pengadilan Negeri Tasikmalaya menjadi Klas 1A. Tahun 2001 Pemerintah
Kabupaten Tasikmalaya dimekarkan dengan adanya Pemerintah Kota Tasikmalaya,
sehingga Pengadilan Negeri Tasikmalaya sekarang ini mempunyai 2 (dua) Wilayah
Hukum :

1. Wilayah Hukum Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya.


2. Wilayah Hukum Pemerintah Kota Tasikmalaya.

Pada Tahun 2003 Pengadilan Umum disatu atapkan ke Mahkamah Agung


Republik Indonesia bersama dengan Pengadilan Agama, Tata Usaha Negara dan
Militer. Sejak berdirinya Kantor Pengadilan Negeri Tasikmalaya dari tahun 1945
sampai dengan sekarang dalam perjalanannya telah terjadi beberapa kali mengalami
pergantian Ketua Pengadilan Negeri Tasikmalaya dengan uraian sebagai berikut :

1. Mr. SUPARAN(periode tahun 1945 s/d 1948)


2. R. IDIH PRAWIRADIPUTRA (periode tahun 1948 s/d 1951)
3. TARYA WIRADINATA (periode tahun 1951 s/d 1956)
4. R. SOELAEMAN (periode tahun 1956 s/d 1958)
5. R. HUSEN TANU KUSUMAH (periode tahun 1958 s/d 1963)
6. UDIN SYAMSUDIN, SH (periode tahun 1963 s/d 1970)
7. SUPANDI, SH (periode tahun 1970 s/d 1976)

6
8. ATENG AFFANDI, SH (periode tahun 1976 s/d 1977)
9. Ny. ELIANA, SH (PJS) (periode tahun 1977 s/d 1978)
10. SARIFUDDIN K. SASMITA, SH (periode tahun 1978 s/d 1981)
11. SOEROTO, SH (periode tahun 1981 s/d 1986)
12. HARYONO, SH (periode tahun 1986 s/d 1989)
13. H. SARIFUDDIN, SH (periode tahun 1989 s/d 1992)
14. SOEKRISNO, SH (periode tahun 1992 s/d 1994)
15. E. SUPRIATNA, SH (periode tahun 1994 s/d 1996)
16. KARSENO ASMOTIJOSO, SH (periode tahun 1996 s/d 1997)
17. Ny. H. TITIEN KANTIFAH, SH (periode tahun 1997 s/d 1998)
18. ZAENAL ABIDIN, SH (periode tahun 1998 s/d 2000)
19. H. SUMANTRI, SH (periode tahun 2000 s/d 2003)
20. H. M. NOER TOHIR, SH (periode tahun 2003 s/d 2006)
21. H. ZAENAL ABIDIN, SH., MH. (periode tahun 2006 s/d 2008)
22. HANUNG ISKANDAR, SH (periode tahun 2008 s/d 2009)
23. I. NYOMAN SOMANADA, SH., MH. (periode tahun 2009 s/d 2012)
24. ABSORO, SH (periode tahun 2013 s/d 2014)
25. SITI SURYATI, SH, MH, MM (periode tahun 2014 s/d 2015)
26. PURWONO EDI SANTOSA, SH. MH. (periode tahun 2015
27. MAHFUDIN, SH. MH. (periode 2015 s/d 2016)
28. RIZA FAUZI, SH. CN. (periode 2016 s/d 2016)
29. ABDUL AZIS, SH. MH. (periode 2016 s/d 2018)
30. H. WINARNO, SH, MH. (periode 2018 s/d 2021)

7
31. Dr. GUTIARSO, SH., MH. (periode 2021 s/d Sekarang 3

B. Struktur dan Persoalia Pengadilan Negeri

Dalam setiap instansi struktur organisasi sangatlah penting untuk memperjelas


fungsi dan kedudukan setiap posisi pekerjaan secara jelas termasuk hak dan
kewajiabanya. Struktur organisasi juga bertujuan agar setiap kompenen instansi dapat
bekerja secara optimal. Hal serupa di jalankan oleh Pengadilan Negeri Kota
Tasikmalaya.
Pengadilan Negeri Tasikmalaya Kelas IA dipimpin oleh seorang Ketua dan
dibantu oleh seorang Wakil Ketua serta Hakim-hakim yang melakukan pengawasan
dan bertugas serta bertanggung jawab atas terselenggaranya Peradilan dengan baik
dan menjaga terpeliharanya citra dan wibawa Pengadilan yang didukung oleh
keamanan dan kehendak baik dari Pimpinan Struktural dan Pejabat Peradilan lainnya.
Tugas pokok dan fungsi Pengadilan Negeri tersebut tentu tidak dapat dipisahkan
dengan tugas pokok dan fungsi Kepaniteraan maupun Kesekretariatan, karena
rangkaian keseluruhan tugas pokok tersebut dapat berjalan dengan efektif bila
memfungsikan tugas-tugas Kepaniteraan mulai proses pendaftaran, persidangan,
memutus perkara sampai dengan pelaksanaan eksekusi serta dengan memfungsikan
tugas-tugas Kesekretariatan yang menyangkut sarana prasarana dan perlengkapan.4
Berikut merupakan Struktur organisasi Pengadilan Negeri Tasikmalaya.

3 Pengadilan Negeri Tasikmalaya, Sejarah Pengadilan, diakses pada


https://pn-tasikmalaya.go.id/index.php/tentang-pengadilan/profil-pengadilan/sejarah-pengadilan ,
Tanggal 16/07/2021, Pukul 12:12

8
Diakses pada https://pn-tasikmalaya.go.id/tentang-pengadilan/profil-pengadilan/struktur-organisasi

C. Fasilitas-fasilitas Beracara di Pengadilan Negeri


Berikut merupakan fasilitas publik yang terdapat di Pengdilan Negeri Kota
Tasikmalaya :

4 Pengadilan Negeri Tasikmalaya, Struktur Organisasi, diakses pada


https://pn-tasikmalaya.go.id/tentang-pengadilan/profil-pengadilan/struktur-organisasi, Tanggal
24/07/2021, Pukul 13:53

9
1. Musholla
2. Area Parkir Pihak.
3. Area Merokok
4. Toilet Umum
5. Akses Disabilitas
6. Wastafel Gerakan 3M
7. Area Bermain Anak Balita
8. Charger Box.

Tak hanya fasilitas publik, dalam ruang sidang pun setiap Pengadilan memiliki
standarisasi masing-masing. Berikut merupakan standarisasi ruang Sidang Pengadilan
Agama Tasikmalaya :

1. Meja dan kursi Hakim,


2. Meja dan kursi Panitera,
3. Meja dan kursi para pihak dan/atau kuasa hukum,
4. Sekat pembatas berada diantara para pihak dan pengunjung,
5. Bangku untuk pengunjung sidang,
6. Satu set palu sidang,
7. Seperangkat bendera merah putih terpasang di sebelah kanan belakang dan
seperangkat bendera Mahkamah Agung terpasang di sebelah kiri belakang
Majelis Hakim,

10
8. Lambing burung garuda terpadang di dinding bagian tengah atas belakang
Majelis Hakim,
9. Kalender,
10. Jam dinding,
11. Seperangkat sound system (amplifier, mikrofon, loud speaker),
12. Tersedia mushaf al-qur’an untuk keperluan penyumpahan,
13. Computer/laptop tersedia di meja masing-masing hakim dan panitera yang
terkoneksi SIPP,
14. Daftar mediator,
15. Alat pendingin ruangan,
16. Seperangkat CCTV,
17. Alat pemadam api ringan (APAR),
18. Alarm keamanan,
19. Alat perdeteksi logam (Metal detector).

D. Posisi Ruang Sidang

Pada posisi depan merupakan posisi majelis hakim, di sebelah kanan majelis
hakim merupakan posisi panitera, kemudian di posisi kiri depan majelis hakim
merupakan meja kursi dari penasihat hukum kemudian posisi meja kursi jaksa
penuntut umum berada didepan sebelah kanan majelis hakim. Pada posisi tengah

11
diantara jaksa penuntut umum dan penasihat hukum itu merupakan posisi atau tempat
untuk penggugat dan tergugat.
Kemudian di belakang (penggugat dan tergugat, jaksa penuntut umum, penasihat
hukum) ada pembatas pengunjung siding. Letak pembatas kayu ini tak jauh dari letak
kursi atau tempat duduk saksi atau ahli yang telah di dengar keterangannya di
persidangan. Pada bagian tengah pembatas, lazimnya dibuat semacam pintu dengan
engsel yang bisa dibuka sebagai akses masuk bagi saksi atau ahli serta rohaniawan
ketika mengambil sumpah.5 Dan kursi dibelakang pembatas kayu merupakan kursi
pengunjung sidang.

5 PA Siak Sri Indrapuri, Artikel edukasi, di akses pada https://www.pa-siak.go.id/berita/artikel-


edukasi/336-inilah-17-perangkat-persidangan-di-pengadilan-yang-wajib-diketahui.html, tanggal
25/07/2021, pukul 19.29

12
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Praktik Proses Administrasi

1. Pendaftaran Gugatan

1. Petugas pada meja pertama I loket pertama bertanggung jawab untuk


penerimaan berkas perkara, menerima permohonan, gugatan, permohonan
eksekusi, permohonan somasi, juga perkara-perkara khusus seperti arbitrase,
KPPU, HaKI, Perlindungan Konsumen, Kepailitan, Hubungan Industrial, dll.
2. Dokumen yang perlu disertakan dalam pendaftaran perkara sekurang-
kurangnya adalah:
a) Surat permohonan yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat
(untuk permohonan, permohonan eksekusi, maupun permohonan somasi) atau
surat gugatan (untuk gugatan).
b) Surat kuasa khusus dari pemohon I Penggugat kepada kuasa hukumnya
(bila pemohon menguasakan kepada kuasa hukum).
c) Fotokopi kartu advokat kuasa hukum yang bersangkutan.
d) Salinan putusan (untuk permohonan eksekusi).
3. Salinan dokurnen-dokumen surat-surat yang dibuat di luar negeri harus
disahkan oleh Kedutaan/Perwakilan Indonesia di negara tersebut dan seperti
halnya salinan/dokumen atau surat-surat yang dibuat dalam bahasa asing,
maka dokumen-dokumen tersebut harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh penerjemah yang disumpah;

13
4) Surat permohonan/surat gugatan serta dokumen dokumen terkait
diserahkan (oleh pemohon/penggugat atau kuasanya) kepada petugas
penerima berkas sebanyak jumlah pihak, ditambah 4 (empat) salinan berkas
untuk Majelis Hakim dan arsip.6

2. Penerimaan Perkara

1. Petugas penerima berkas memeriksa kelengkapan dengan menggunakan daftar


periksa (check list), dan meneruskan berkas yang telah selesai diperiksa
kelengkapannya kepada Panitera Muda Perdata untuk menyatakan berkas telah
lengkap/tidak lengkap.-7

3. Pembayaran Panjar Perkara


1. Panjar biaya perkara yang telah ditetapkandituangkan dalam SKUM dengan
ketentuan:

6 Pengadilan Negeri Karanganyar II, Tata Urutan Persidangan Perkara Perdata, diakses pada
https://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/tentang-pengadilan/kepaniteraan/kepaniteraan-perdata/
813-tata-urutan-persidangan-perkara-perdata , Tanggal 06/08/2021, Pukul 21.42

7 ibid

14
a) Dalam menentukan besamya panjar biaya perkara mempertimbangkan
jarak dan kondisi
daerah tempat tinggal para pihak, agar proses persidangan yang berhubungan
dengan panggilan dan pemberitahuan dapat terselenggara dengan lancar.
b) Dalam memperhitungkan panjar biaya perkara bagi pengadilan tingkat
pertama agar mempertimbangkan pula biaya administrasi yang
dipertangungjawabkan dalam putusan sebagai biaya administrasi.
2. Biaya panjar perkara wajib ditambah dalam hal panjar biaya perkara sudah
tidak mencukupi ;
3. Penambahan biaya perkara harus dibayarkanselambat-lambatnya 1 (satu)
bulan setelah diberitahukan kepada yang bersangkutan, apabila hat ini tidak
dilaksanakan maka perkara yang bersangkutan akan dicoret dari buku register
perkara (pembatalan pendaftaran) dan dibuat Penetapan Pencoretan Perkara
yang di tandatangani oleh Ketua Majelis Hakim yang tembusannya diberikan
kepada para pihak.
4. Pada Berkas perkara yang telah lengkap dibuatkan SKUM (Surat Kuasa
Untuk Membayar) dalam nangkap tiga :
a) lembar pertama untuk pemohon;
b) lembar kedua untuk kasir;
c) lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas permohonan8

8 ibid

15
4. Pemerikasaan Perkara

1. Petugas penerima berkas memeriksa kelengkapan dengan menggunakan


daftar periksa (check list), dan meneruskan berkas yang telah selesai diperiksa
kelengkapannya kepada Panitera Muda Perdata untuk menyatakan berkas
telah lengkap/tidak lengkap.
2. Panitera Muda Perdata mengembalikan berkas yang belum lengkap dengan
melampirkan daftar periksa supaya pemohon/penggugat atau kuasanya dapat
melengkapi surat-surat sesuai dengan kekurangannya.
3. Dokumen (surat-surat) yang berupa foto copy harus diberi meterai dan
dicocokkan dengan aslinya oleh Hakim di persidangan;9

5. Penyelesaian Perkara
Alur Penyelesaian Perkara Pidana :

1. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari


dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang. (Pasal 1 Ayat 5 KUHAP
(Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana) )

9 ibid

16
2. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
3. Pra Penuntutan & Penuntutan

Pra penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk memberi


petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan oleh penyidik.
(KUHAP Pasal 14 huruf B)
Sedangkan Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk
melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan. (KUHAP Pasal 1 Ayat 7)

4. Pembacaan Dakwaan

Surat dakwaan merupakan suatu surat atau akte yang memuat suatu
perumusan dari tindak pidana yang didakwakan. Surat dakwaan,

17
dibuat oleh penuntut umum setelah ia menerima berkas perkara dan
hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik. Dalam hal ia
berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan,
maka penuntut umum dalam waktu secepatnya membuat surat
dakwaan (pasal 140 jo pasal 139 KUHAP).

5. Eksepsi adalah salah satu istilah yang digunakan dalam proses hukum
dan peradilan yang berarti penolakan/keberatan yang disampaikan oleh
seorang terdakwa, disertai dengan alasan-alasannya bahwa dakwaan
yang diberikan kepadanya dibuat tidak dengan cara yang benar dan
tidak menyangkut hal tentang benar atau tidak benarnya sebuah tindak
pidana yang didakwakan. (Referensi Dari Wikipedia.org)
6. Pembuktian adalah tahap yang memiliki peranan penting bagi hakim
untuk menjatuhkan putusan. Proses pembuktian dalam proses
persidangan dapat dikatakan sebagai sentral dari proses pemeriksaan
di pengadilan. Pembuktian menjadi sentral karena dalil-dalil para
pihak diuji melalui tahap pembuktian guna menemukan hukum yang
akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan (rechtvinding)
dalam suatu perkara tertentu. (Riawan Tjandra W., dan H. Chandera.,
2001, Pengantar Praktis Penanganan Perkara Perdata)
7. Pembacaan Surat Tuntutan

18
Surat Tuntutan (, diajukan pleh penuntut umum setelah pemeriksaan di
sidang pengadilan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan
tuntutan pidana. (Kamus Hukum:Sudarsono)

8. Pledoi (Pembelaan) yaitu terdakwa dan atau penasihat hukum


mengajukan pembelaannya yang dapat dijawab oleh penuntut umum,
dengan ketentuan bahwa terdakwa atau penasihat hukum selalu
mendapat giliran terakhir. (Pasal 182 Ayat 1 KUHAP)
9. Putusan Hakim

Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam


sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas
atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara
yang diatur dalam undang-undang. (Pasal 1 Ayat 11 KUHAP).10

6. Pemutusan Perkara
Isi putusan ada 6 yaitu tidak dapat diterima, gugur, ditolak, dikabulkan, dibatalkan
dan dicabut.

10 Yuridis.id sumber informasi hukum, alur penyelesaian perkara pidana, diakses pada
https://yuridis.id/wajib-tahu-alur-penyelesaian-perkara-pidana/ tanggal 10/08/2021 pukul 20.59

19
a. Sebab-sebab putusan itu tidak dapat diterima :

1. Gugatan tidak berdasar hukum


2. Penggugat/pemohon tidak memilki kedudukan hukum (legal standing)
3. Gugatan/permohonan prematur
4. Gugatan/permohonan kadaluwarsa
5. Gugatan/permohonan kabur (obscur libel)
6. Gugatan/permohonan nebis in idem
7. Gugatan/permohonan eror in persona
8. Pengadilan tidak berwenang.

b. Sebab putusan gugur yaitu :

Apabila penggugat tidak hadir menghadap pengadilan pada hari yang telah
ditentukan dan tidak menyuruh oranglain sebagai wakilnya, padahal ia telah dipanggil
secara patut, sedangkan tergugat hadir, maka untuk kepentingan tergugat yabg sudah
mengorbankan waktu dan mungkun juga biaya putusan haruslah diucapkan.

c. Sebab putusan ditolak yaitu :

20
Apabila suatu gugatan/permohonan tidak dapat dibuktikan tentang kebenaran
dalil-dalilnya

d. Sebab putusan dikabulkan yaitu :

Apabila suatu gugatan/permohonan yang diajukan dapat dibuktikan kebenaran


dalil gugatannya maka gugatan tersebut dikabulkan seluruhnya. Akan tetapi jika
sebagian saja yang terbukti maka dikabulkan sebagian.

e. Sebab putusan dibatalkan yaitu :

Jika panjar biaya perkara sudah habis, pihak berperkara ditegur untuk membayar
tambahan panjar biaya perkara dalam tenggat waktu 30 hari (tiga puluh) hari setelah
surat teguran itu disampaikan dan tidak membayar tambahan panjar biaya perkara .

f. Sebab putusan dicabut yaitu :

Pencabutan yang dilakukan sebelum pihak lawan memberikan jawaban tidak perlu
minta persetujuan lawan, sebaliknya jika dilakukan setelah pihak lawan memberikan
jawaban, harus dengan persetujuan lawan.

21
B. Praktik Proses Persidangan

1. Proses Pembacaan Gugatan


Dalam proses persidangan perkara pidana terdapat pembacaan surat dakwaan,
berikut langkahnya:

a. Hakim ketua sidang meminta pada terdakwa untuk mendengarkan


dengan seksama pembacaan surat dakwaan dan selanjutnya
mempersilahkan jaksa penuntut umum untuk membacakan surat
dakwaan.
b. Jaksa membacakan surat dakwaan berdiri/duduk boleh bergantian
dengan rekan jaksa penuntut umum
c. Selanjutnya hakim ketua menanyakan kepada terdakwa apakah ia
sudah paham tentang apa yang didakwakan padanya. Apabila terdakwa
ternyata tidak mengerti maka penuntut umum atas permintaan hakim
ketua, wajib memberikan penjelasan seperlunya.

Dalam proses persidangan perkara perdata, terdapat pembacaan surat gugatan :

a. Hakim membuka sidang I


b. Para pihak memasuki ruang sidang
c. Hakim menanyakan apakah para pihak (penggugat dan tergugat) sudah
lewat mediasi atau belum

22
d. Jika sudah dan disepakati oleh kedua belah pihak maka akan ada akta
perdamaian/pencabutan gugatan, jika tidak disepakati maka pembacaan
gugatan oleh penggugat.
e. Selanjutnya pembacaan jawaban oleh tergugat.

2. Proses Eksepsi
a. Proses eksepsi terhadap sidang perkara pidana:

1. Hakim ketua menanyakan pada terdakwa atau penasehat hukumnya, apakah


mengajukan keberatan(eksepsi) terhadap dakwaan jaksa penuntut umum

Eksepsi (keberatan) terdakwa/penasehat hukum meliputi:

a. Pengadilan tidak berwenang mengadili (berkitan dengan kompetensi


absolute/relative)

23
b. Dakwaan tidak dapat diterima ( dakwaan dinilai kabur/obscuar libelli)
c. Dakwaan harus di batalkan (karena keliru,kadaluwars/nebis in idem.
d. Pertama hakim bertanya kepada terdakwa dan memberi kesempatan
untuk menanggapi, selanjutnya kesempatan kedua diberikan kepada
penasehat hukum.
e. Apabila terdakwa/penasehat hukumnya tidak memberi tanggapan atau
tidak mengajukan eksepsi, maka persidangan dilanjutkan ke tahap
pembuktian.
f. Apabila tardakwa/penasehat hukumnya mengajukan eksepsi, maka
hakim bertanya apakah telah siap unuk mengajukan eksepsi.
g. Apabila terdakwa/penasehat hukum belum siap, maka hakim ketua
menyatakan sidang ditunda untuk memberi kesempatan pada
terdakwa/penasehat hukum untuk mengajukan eksepsi pada sidang
berikutnya.
h. Apabila terdakwa /penasehat hukum telah siap mengajukan eksepsi
maka hakim ketua mempersilahkan untuk mengajukan eksepsi.

2. Pengajuan eksepsi bisa di ajukan secara lisan maupun tertulis.

24
Apabila eksepsi di ajukan secara tertulis, maka setelah dibacakan eksepsi
tersebut diserahkan pada hakim dan salinannya di serahkan pada penuntut
umum.

3. Tata cara pennuntut umum membacakan surat dakwaan berlaku pula bagi
terdakwa/penasehat hukum dalam mengajukan eksepsi.

a. Eksepsi dapat di ajukan oleh penasehat hukum saja atau di ajukan oleh
terdakwa sendiri , atau kedua-duanya mengajukan eksepsinya menurut
versinya masing-masing.
b. Apabila terdakwa dan penasehat hukum masing – masing akan
mengajukan eksepsi maka kesempatan pertama akan di berikan kepada
terdakwa terlebih dahulu untuk mengjukan eksepsinya setelah itu baru
penasehat hukumnya.
c. Setelah pengajuan eksepsi dari terdakwa/penasehat hukum, hakim ketua
memberikan kesempatan pada penuntut umum untuk mengjukan
tanggapan atas eksepsi (replik)tersebut.
d. Atas tanggapan tersebut hakim ketua memberikan kesempatan kepada
terdakwa/penasehat hukum untuk mengajukan tanggapan sekali
lagi(duplik)

25
e. Atas eksepsi dan tanggapan-tanggapan tersebut ,selanjutnya hakim ketua
meminta waktu untuk mepertimbangkan dan menyusun putusan sela
f. Apabila hakim/majelis hakim berpendapat bahwa pertimbangan untuk
memutuskan permohonan eksepsi tersebut mudah /sederhana,maka sidang
dapat di skors selama beberapa waktu(menit)untuk menentukan putusan
sela.

4. Tata cara skorsing sidang ada dua macam :

a. Majelis hakim meninggalkan ruang sidang untuk


membahas/mempertimbangkan putusan sela di ruang
hakim,sedangkan penuntut umum,terdakwa/penasehat hukum sera
pengunjung sidang tetap tinggal di tempat.
b. Hakim ketua memppersilahkan semua yang hadir di persidangan
tersebut supaya keluar dari ruang sidang,selanjutny petugas menutup
pintu ruang sidang dan majelis hakim merundingkan itusanseladalam
ruangan sidang(cara ini yang paling sering di pakai)

26
5. Apabila hakim /majelis hakim berpendapat bahwa memerlukan waktu yang
lebih lama dalam mempertimbangan putusan sela tersebut,maka sidang dapat
di tunda untuk mempersiapkan putusa sela yang akan di bacakan pada
harisidang berikutnya.

b. Proses persidangan perdata, pada proses eksepsi:


Setelah gugatan dibacakan, kemudian Tergugat diberi kesempatan mengajukan
jawabannya, baik ketika sidang hari itu juga atau sidang berikutnya. Jawaban tergugat
dapat dilakukan secara tertulis atau lisan (Pasal 158 ayat (1) R.Bg). Pada tahap
jawaban ini, tergugat dapat pula mengajukan eksepsi (tangkisan) atau rekonpensi
(gugatan balik). Dan pihak tergugat tidak perlu membayar panjar biaya perkara.

3. Proses Replik

Setelah Tergugat/Terdakwa menyampaikan jawabannya, kemudian


penggugat/penuntut diberi kesempatan untuk menanggapinya sesuai dengan pendapat
penggugat/penuntut. Pada tahap ini mungkin penggugat/penuntut tetap
mempertahankan gugatannya atau bisa pula merubah sikap dengan membenarkan
jawaban/bantahan tergugat.

27
4. Proses Duplik

Setelah penggugat/penuntut menyampaikan repliknya, kemudian


tergugat/terdakwa diberi kesempatan untuk menanggapinya/menyampaikan
dupliknya. Dalam tahap ini dapat diulang-ulangi sampai ada titik temu antara
penggugat/penuntut dengan tergugat/terdakwa. Apabila acara jawab menjawab
dianggap cukup oleh hakim, dan masih ada hal-hal yang tidak disepakati oleh kedua
belah pihak, maka hal ini dilanjutkan dengan acara pembuktian.

5. Proses Pembuktian

Pada tahap ini, proses persidangan perkara pidana maupun perdata


penggugat/penutut dan tergugat/terdakwa diberi kesempatan yang sama untuk
mengajukan bukti-bukti, baik berupa bukti surat maupun saksi-saksi secara
bergantian yang diatur oleh hakim.
Pada proses persidangan pidana alat bukti yang sah terdapat pada (ps 184
KUHAP) berupa Keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan
terdakwa.

6. Proses Kesimpulan para pihak

Pada tahap ini, proses persidangan perkara pidana maupun perdata


penggugat/penutut dan tergugat/terdakwa diberi kesempatan yang sama untuk
mengajukan pendapat akhir yang merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan selama

28
sidang berlangsung menurut pandangan masing-masing. Kesimpulan yang
disampaikan ini dapat berupa lisan dan dapat pula secara tertulis.

7. Musyawarah Majelis Hakim

Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasia (Pasal 19 ayat (3) UU


No.4 Tahun 2004). Dalam rapat permusyawaratan majelis hakim, semua hakim
menyampaikan pertimbangannya atau pendapatnya baik secara lisan maupun tertulis.
Jika terdapat perbedaan pendapat, maka diambil suara terbanyak, dan pendapat yang
berbeda tersebut dapat dimuat.

8. Proses Putusan

Setelah selesai musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang, pada
tahap ini dibacakan putusan majelis hakim. Setelah dibacakan putusan tersebut,
penggugat/penuntut dan tergugat/terdakwa berhak mengajukan upaya hukum banding
dalam tenggang waktu 14 hari untuk kasus perdata dan 7 hari untuk kasus pidana
setelah putusan diucapkan. Apabila penggugat/penuntut dan terdakwa/tergugat tidak
hadir saat dibacakan putusan, maka Juru Sita Pengadilan Negeri Kota Tasikmalaya
akan menyampaikan isi/amar putusan itu kepada pihak yang tidak hadir, dan putusan

29
baru berkekuatan hukum tetap setelah 14 hari untuk perkara perdata dan 7 hari untuk
perkara pidana amar putusan diterima oleh pihak yang tidak hadir itu.11

11Pengadilan Agama Pagar Alam, Alur Penyelesaian Perkara, diakses pada https://pa-
pagaralam.go.id/index.php/layanan-huk/alur-penyelesaian-perkara Tanggal 10/08/2021, Pukul 09.44

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktik pengadilan lapangan (PPL) adalah mata kuliah wajib bagi semua
mahasiswa pada program studi ilmu hukum sekolah tinggi hukum galunggung,
adanya praktik pengadilan lapangan tentunya memiliki beberapa maksud dan tujuan,
diantaranya sebagai berikut :

1. Memberikan pengalaman praktis pada mahasiswa tentang proses penyelesaian


perkara mulai dari penerimaan berkas sampai keputusa perkara di Pengadilan
Agama.
2. Memberi bekal keterampilan bagi mahasiswa mengenai tugas Pengadilan
Agama melalui perantara Hakim yakni menerima, memeriksa, meyelesaikan
dan memutus perkara.
3. Memberikan bekal pemahaman pada mahasiaswa memiliki ketermpilan dalan
pendalaman penguasaan baik hukum positif khususnya Hukum Acara yang
berlaku di Pengadilan Agama serta kemampuan memvisualisasikan proses
peradilan.

Dengan diberikannya kesempatan untuk berkunjung ke Pengadilan Negri Kota


Tasikmalaya, kami mahasiswa semakin memahami prosedur dalam persidangan di
pengadilan agama.

31
B. SARAN
a. Bagi mahaiswa :
1. Perbanyaklah ilmu yang dapat diakses dan diterima diperkuliahan kemudian
bandingkan dengan seksama ketika proses praktek pengadilan lapangan,
kemudian kolerasikan dengan apa yang telah dipelajari dikelas dengan
penerapannya secara langsung di lapangan seperti apa, terlebih lagi mengenai
hukum acara pidan adan hukum accara perdata.
2. Mengobservasi lapangan dengan seskasa dan serius mengikuti arahan-arahan
yang diberikan oleh pembingbing dari pengadilan negri sehingga ketika ada
yang kurang dopahami bisa langsung menyanyakanya.
3. Mencari data apapun itu guna kepentingan untuk skriksi kedepannya.
b. Bagi kampus :
1. Dengan adanya MOU antara lembaga Sekolah Tinggi Hukum Galunggung
dengan pengadilan negri tasikmalaya sangat membantu mahasiswa dalam
pengimplementasianya terhadap apa yang telah di pelajari diperkuliahan
terkhusus mata kuliah hukum acara pidana dan hukum acara perdata, sehingga
untuk kedepannya program MOU yang melahirkan program PPL ini selalu
ada.
2. Megingat anggaran yang cukup lumayan besar untuk kedepannya simbolisasi
perpisahan PPL berupa tumpeng di hari penutupan bisa dihandel oleh lembaga
sehingga mahasiswa tidak perlu lagi mengeluarkan anggaran untuk penutupan
yang mana seharusnya itu sudah menjadi hak mahasiswa atas fasilitas PPL
yang telah dibayarkan pada lembaga untuk kegiatan PPL

32
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Penjelasan Pasal 1 Ayat (3)

PROF. DR. SUDIKNO MERTOKUSUMO,S.H., HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA


(YOGYAKARTA: LIBERTY, 1988) HAL 18

Pengadilan Negeri Pangkal Pinang , Sejarah Pengadilan, diakses dari http://pn-


pangkalpinang.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=72&Itemid=114&lang=en

Pengadilan Negeri Tasikmalaya, Sejarah Pengadilan, diakses pada https://pn-


tasikmalaya.go.id/index.php/tentang-pengadilan/profil-pengadilan/sejarah-pengadilan

Pengadilan Negeri Tasikmalaya, Struktur Organisasi, diakses pada https://pn-


tasikmalaya.go.id/tentang-pengadilan/profil-pengadilan/struktur-organisasi,

PA Siak Sri Indrapuri, Artikel edukasi, di akses pada https://www.pa-siak.go.id/berita/artikel-


edukasi/336-inilah-17-perangkat-persidangan-di-pengadilan-yang-wajib-diketahui.html,

Pengadilan Negeri Karanganyar II, Tata Urutan Persidangan Perkara Perdata, diakses pada
https://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/tentang-pengadilan/kepaniteraan/kepaniteraan-
perdata/813-tata-urutan-persidangan-perkara-perdata ,

Yuridis.id sumber informasi hukum, alur penyelesaian perkara pidana, diakses pada
https://yuridis.id/wajib-tahu-alur-penyelesaian-perkara-pidana/

Pengadilan Agama Pagar Alam, Alur Penyelesaian Perkara, diakses pada https://pa-
pagaralam.go.id/index.php/layanan-huk/alur-penyelesaian-perkara

33

Anda mungkin juga menyukai