Anda di halaman 1dari 6

BAB V.

ANALISA PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN

A. ANALISA PERMASALAHAN

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa dalam pengelolaannya sampai saat ini Taman Nasional Berbak Dan Sembilang masih
menghadapi berbagai permasalahan akibat tekanan masyarakat terhadap kawasan Taman Nasional Berbak Dan Sembilang. Tekanan tersebut
berupa illegal logging serta pengambilan hasil hutan lainnya, penyerobotan lahan dan ancaman kebakaran hutan. Permasalahan tersebut
disebabkan adanya ketergantungan masyarakat sekitar terhadap kawasan TN Berbak Dan Sembilang. Kondisi ini tentunya akan mengancam
kelestarian kawasan TN Berbak Dan Sembilang. Berdasarkan analisis permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Taman Nasional Berbak
Dan Sembilang, Balai TN Berbak Dan Sembilang bersama para pihak ditemukan permasalahan pokok dalam pengelolaan TN Berbak Dan
Sembilang yaitu:
1. Kemantapan Kawasan Rendah
Kemantapan kawasan berkaitan dengan aspek legal kemantapan kawasan dan pengakuan masyarakat secara aktual di lapangan.
Kemantapan kawasan rendah disebabkan lemahnya kesadaran masyarakat di lapangan terhadap keberadaan TN Berbak. Penetapan
kawasan Taman Nasional Berbak berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK.4649/Menlhk-
PKTL/KUH/2015 tanggal 26 Oktober 2015 seluas 141.261,94 ha. Selain itu dengan bergabungnya kawasan Taman Nasional Berbak dengan
kawasan Taman Nasional Sembilang dalam satu pengelolaan akan menambah luasan kawasan yang dikhawatirkan lebih sulit
mempertahankan kemantapan kawasan. Hal ini didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Lingkungan dan Kehutanan nomor :
P.07/Menlhk/Setjen/OTL.o/2016 tanggal 29 Januari 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai
Taman Nasional Berbak dan Sembilang termasuk kategori Taman Nasional Tipe A.
2. Koordinasi Para Pihak Lemah

Laporan Tahunan Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang Tahun 2016 70
Lemahnya koordinasi para pihak karena belum ada wadah dan mekanisme koordinasi yang disepakati antara TN Berbak Dan Sembilang
serta para pihak. Masing-masing lembaga masih terpaku pada tugas pokok dan fungsi masing-masing. Lemahnya koordinasi para pihak
menyebabkan penyelesaian isu-isu penting pelestarian TN Berbak dan Sembilang tidak berjalan dengan baik. Padahal isu-isu tersebut harus
diselesaikan secara kolaborasi dengan para pihak terkait.
3. Data dan Informasi Belum Lengkap Untuk Pengelolaan
Belum lengkapnya database kawasan dan data informasi untuk pengelolaan masih sangat minim menyebabkan pengelolaan kawasan TN
Berbak dan Sembilang belum dilakukan secara optimal dan mendasarkan pada kondisi data base yang ada. Beberapa data yang dimiliki
tingkat akurasinya masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya melengkapi data base kawasan TN Berbak dan Sembilang. Kondisi ini
disebabkan karena minimnya dukungan dana disebabkan adanya penghematan dari pusat dan sistem yang belum tertata dengan baik.
4. Rendahnya Ekonomi Masyarakat Sekitar TN Berbak
Desa-desa yang berbatasan langsung dengan TN yang pada umumnya masyarakat pada desa tersebut adalah masyarakat petani dan
pencari ikan yang menggantungkan hidup pada hasil pertanian, hasil hutan dan hasil ikan. Degradasi hutan terjadi pada kawasan yang
berbatasan langsung dengan desa sekitar TN Berbak dan Sembilang.
5. Penebangan Liar
Permasalahan illegal loging masih menjadi ancaman serius di Taman Nasional Berbak dan Sembilang karena dilatarbelakangi oleh
perekonomian dan tingkat sosial masyarakat yang masih rendah. Permasalah ini dipicu juga oleh tingginya tingkat permintaan kayu yang
tidak jelas sumber bahan bakunya. Kegiatan ini telah melibatkan masyarakat lokal, pendatang dan dicukongi oleh pemodal. Masyarakat lokal
yang terlibat jumlahnya relative sedikit bila dibandingkan dengan pendatang.
6. Perburuan Satwa dan Konflik Satwa
Perburuan satwa liar juga masih terjadi di Taman Nasional Berbak dan Sembilang. Pemburuan satwa lebih dipicu oleh desakan kebutuhan
masyarakat dan adanya pihak-pihak pembeli yang menawarkan harga tinggi bagi hasil buruannya.

Laporan Tahunan Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang Tahun 2016 71
7. Kebakaran Hutan
Kebakaran dalam kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang sering terjadi berulang-ulang dan sulit dikendalikan. Kebakaran hutan di
kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang merupakan akibat dari kegiatan manusia. Masyarakat sekitar dengan mata pencaharian
sebagai petani sebagian masih melakukan kegiatan penyiapan lahan pertanian dengan pembakaran yang dapat mengancam terjadinya
kebakaran hutan. Sedangkan kebakaran hutan yang berada di tengah kawasan merupakan akibat dari kegiatan illegal masyarakat di dalam
kawasan. Pada Tahun 2016 kejadian kebakaran hutan kecil terjadi disebabkan oleh faktor musim kemarau yang tidak ekstrim dan kesiagaan
dan cepat tanggap darurat dari tim manggala agni non daop TN Berbak dengan kerjasama masyarakat sekitar.
8. Pemanfaatan Hasil Hutan Non kayu
Pemanfaatan hasil hutan nonkayu dari kawasan TN Berbak berupa rotan, berbagai jenis ikan, getah jelutung dan lainnya menjadi salah satu
tambahan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan. Pemungutan hasil hutan nonkayu tersebut menjadi rutinitas
masyarakat sekitar kawasan, bahkan masyarakat pendatang juga melakukan pemungutan hasil hutan berupa kayu untuk dijadikan kayu
bakar.
9. Sumber Daya manusia
Permasalahan lain dalam pengelolaan Taman Nasional Berbak muncul dari aspek internal pengelola, dimana salah satunya adalah
keterbatasan sumber daya manusia terutama untuk petugas lapangan. Selain dipicu oleh faktor jumlah petugas yang terbatas juga dipicu
oleh faktor lokasi yang memiliki aksesibilitas sulit sehingga menyulitkan petugas dalam melakukan pengawasan kawasan.
10. Keterbatasan Sarana Prasarana
Sesuai dengan karakteristik kawasan, beberapa hal dalam bidang sarana dan prasarana pun menjadi hambatan dalam pengelolaan kawasan

Laporan Tahunan Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang Tahun 2016 72
B. UPAYA PEMECAHAN

Dengan mengacu peraturan perundang-undangan maka upaya-upaya yang dilakukan dalam mengantisipasi permasalahan-permasalahan
tersebut di atas dengan menetapkan kebijakan dalam pengelolaan Taman Nasional Berbak sebagai berikut :
1. Mewujudkan Kemantapan Kawasan dan Status Hukum TN Berbak dan Sembilang untuk Mendukung Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya yang Optimal
Dalam rangka melakukan pemantapan status kawasan telah ditetapkan perubahan zonasi kawasan dengan Surat Keputusan Direktur
Jenderal PHKA Nomor 113/IV-set/2014 Tanggal 30 Mei 2014. Selain itu dalam rangka mengokohkan sistem pengelolaan kawasan TN
Berbak berbasis resort dilakukan upaya-upaya berupa Penyusunan Rencana Kerja Resort, Pembentukan Tim Kerja Pengelolaan TN berbasis
Resort, Pembuatan Infrastruktur kantor Resort dan Pembangunan Pondok wisata.
2. Menyelenggarakan Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Taman Nasional
Penyelenggaraan perlindungan terhadap kawasan Taman Nasional Berbak dilakukan dengan penguatan kelembagaan di daerah baik seksi
pengelolaan Taman nasional Wilayah (SPTN) maupun resort-resort dilanjutkan dengan upaya pengamanan keutuhan kawasan dan
potensinya dilakukan melalui kegiatan pengamanan baik patroli rutin, fungsional maupun gabungan.
Kebakaran hutan merupakan masalah pokok yang memerlukan penanganan secara serius, hal ini dikarenakan masih terjadinya kebakaran
hutan pada saat musim kemarau. Pencegahan kebakaran melalui penyuluhan, pelatihan pemadaman kebakaran, pelatihan olah tanah tanpa
bakar bagi masyarakat merupakan pendekatan yang perlu dilakukan saat ini. Deteksi dini, pengecekan titik api di lapangan dan pemadaman
kebakaran hutan yang dilaksanakan kerjasama dengan masyarakat perlu terus ditingkatkan. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan
melakukan penyuluhan konservasi terpadu terus menerus dalam rangka peningkatan kesadaran masyarakat dan membangun penyamaan
persepsi terhadap pola pikir dan perilaku berwawasan konservasi.

Laporan Tahunan Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang Tahun 2016 73
3. Menyelenggarakan Pengawetan Flora dan Fauna serta Ekosistem Taman Nasional
Pengawetan flora dan fauna menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka menggali informasi-informasi terbaru mengenai potensi
yang terdapat dalam Taman Nasional Berbak, serta kemungkinan tindakan yang harus dilakukan dalam rangka konservasi terhadap flora dan
fauna tersebut. Untuk mendapatkan informasi, analisis dan tindak lanjut atas keberadaan flora fauna, maka langkah yang perlu diambil yaitu
dengan mengumpulkan kembali data-data yang telah ada dan melakukan tindakan selanjutnya melalui observasi, identifikasi dan
inventarisasi serta penelitian. Areal bekas kebakaran perlu dilakukan rehabilitasi dengan menggunakan jenis pohon (endemik) yang tumbuh
di kawasan Taman Nasional Berbak untuk menjaga kelestarian ekosistemnya. Pengawetan secara exsitu perlu dilakukan terhadap beberapa
jenis tumbuhan maupun satwa setelah dilakukan inventarisasi dan identifikasi sesuai dengan kepentingannya/urgenitas.
4. Mengembangkan Pemanfaatan Potensi Taman Nasional Berbak dan Sembilang
Optimalisasi fungsi pemanfaatan kawasan Taman Nasional Berbak melalui program wisata alam dan ekoturisme menjadi skala prioritas
dalam pengembangan pariwisata. Pemanfaatan sarana prasarana pengelolaan yang dimiliki oleh CIFOR berupa jalan trail penelitian
maupun ZSL berupa Camp (pondokan di lapangan) dalam rangka menunjang ekowisata di air hitam laut. Bantuan dari Green Sand berupa
rumah pohon telah dibangun di simpang gajah air hitam laut. Membangun kerjasama bersama Dinas Pemuda Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dalam rangka promosi wisata alam melalui pameran Gebyar Wisata Nusantara di Jakarta. Pembangunan
sarana prasarana wisata yaitu Pondok Wisata di wilayah Resort Sungai Rambut. Dalam rangka penyebaran informasi ke masyarakat luas
telah dibuat jaringan WEB Balai Taman Nasional Berbak(www.btnberbak.com)
5. Mengembangkan kemitraan dalam pengelolaan Taman Nasional Berbak dan Sembilang
Kemitraan dalam pengelolaan Taman Nasional Berbak dan Sembilang dilakukan dalam rangka mendapat dukungan yang positif dari
berbagai pihak baik tingkat lokal, nasional maupun internasional. Kemitraan yang telah berjalan saat ini adalah kerjasama antara
BTNB/Dephut dengan The Zoological Society of London (ZSL), CIFOR, Universitas Negeri Jambi (UNJA), Dinas Pemuda Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Pemerintah Daerah setempat serta LSM lokal. Dukungan positif saat ini yang segera dan
perlu dilakukan adalah dalam rangka menekan praktek illegal logging, perambahan, pencegahan dan penganggulangan kebakaran hutan

Laporan Tahunan Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang Tahun 2016 74
serta pasca kebakaran hutan. Selain itu kemitraan dibangun dengan koordinasi yang kuar dengan pemerintahan daerah baik provinsi
maupun kabupaten sampai dengan tingkat desa.
6. Mengembangkan institusi pengelolaan Taman Nasional Berbak dan Sembilang
Kemampuan institusi sangat ditunjang oleh peraturan perundangan yang berlaku dan kemampuan SDM dalam jabatan struktural, fungsional
maupun non struktural yang memiliki kredibilitas yang tinggi sesuai standar. Optimalisasi fungsi dari sarana dan prasarana yang ada serta
pemberdayaan Polhut, PPNS, tenaga fungsional PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) dan Penyuluh Kehutanan.
7. Mengembangkan daerah penyangga
Daerah yang berfungsi sebagai Buffer Zone / penyangga Taman Nasional Berbak dan Sembilang, pemberdayaan sumber daya alam dan
manusia yang ada perlu mendapatkan perhatian yang serius. Era otonomi daerah dan krisis ekonomi yang berkepanjangan dan tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam Taman Nasional Berbak dan Sembilang yang semakin tinggi menjadikan ancaman
yang serius dan perlu segera diupayakan jalan keluar penyelesaian masalahnya.

Laporan Tahunan Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang Tahun 2016 75

Anda mungkin juga menyukai