Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... i


BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Khusus Penelitian ........................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
1.5 keutamaan Penelitian ............................................................................... 2
1.6 Temuan yang Ditargetkan ........................................................................ 2
1.7 Konstribusi Ilmu Pengetahuan ................................................................. 2
1.8 Luaran Penelitian ..................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Asal Usul Maddoja Bine .......................................................................... 4
2.2 Fungsi Maddoja Bine ............................................................................... 5
2.3 Menjaga Nilai Gotong royong dan Silaturahmi Tradisi Maddoja Bine ... 6
BAB 3. METODE PENELLITIAN ...................................................................... 7
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................................. 7
3.2 Tahapan Penelitian ................................................................................... 7
3.3 Prosedur Penelitian .................................................................................. 7
3.4 Luaran dan Indikator Capaian .................................................................. 8
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 9
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................ 9
3.7 Penafsiran Data ........................................................................................ 9
3.8 Penyimpulan Hasil Penelitian .................................................................. 9
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .................................................10
4.1 Anggaran Biaya .............................................................................................10
4.2 Jadwal Kegiatan .....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................12

i
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upacara adat tradisional merupakan perwujudan dari sistem kepercayaan


masyarakat yang mempunya nilai-nilai universal yang dapat menunjang
kebudayaan nasional. Upacara tradisional ini bersifat kepercayaan dan dianggap
sakral dan suci. Dimana setiap aktifitas manusia selalu mempunyai maksud dan
tujuan yang ingin dicapai, termasuk kegiatan-kegiatan yang bersifat religious.

Daerah Barru tepatnya di Desa Anabanua ada tradisi yang sampai saat ini
masih melaksanakan tradisi Maddoja Bine saat ini. Akan tetapi seiring
berkembangnya zaman masyarakat tidak lagi melaksanakan tradisi tersebut
sehingga dapat dilihat bahwa yang masih melaksanakan tradisi Maddoja Bine
adalah orang-orang yang masih menghargai warisan nenek moyang walaupun
hanya satu atau dua keluarga yang melaksanakan tradisi tersebut.

Maddoja Bine merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat bugis hingga


saat ini. Dalam bahasa bugis kata Maddoja berarti “begadang atau terjaga atau
tidak tidur” sedangkan kata Bine berarti “benih”. Ritual Maddoja Bine adalah
berjaga di malam hari menunggu benih padi yang di peram, sebelum ditabur di
persemaian keesokan petani bugi sebagai penghormatan kepada Sangiang Serri
(Dewi Padi menurut orang bugis). Sangiang Serri adalah nama anak Batara guru
yang meninggal setelah tujuh hari kelahiranya yang dipercaya menjelma sebagai
tanaman yang berbentuk padi sehingga diberi nama Sangiang Serri oleh
masyarakat bugis.

Dapat diketahui bahwa ada nilai yang terkandung di dalam tradisi Maddoja
Bine yaitu; nilai akidah, nilai ibadah dan ahlak. Tradisi Maddoja Bine bukan
hanya sebuah tradisi yang terus menerus dilakukan masyarakat tanpa mengetahui
nilai yang ada di dalamnya. Bukan hanya nilai yang ada dalam tradisi tersebut
akan tetapi ada juga manfaat yang terdapat didalamnya, seperti mengajarkan kita
menjadi orang yang sopan dalam bertutur kata, memiliki sifat penyabar dan
penyayang , serta saling menghormati.

Maka dari itu, dari pemaparan diatas diketahui bahwa sangatlah penting bagi
peserta didik untuk mengenal nilai yang ada pada tradisi Maddoja Bine dan nilai
tradisi tersebut dapat dileastarikan untuk tetap menjaga silaturahmi dan semangat
gotong royong yang dimiliki sejak dahulu,

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan


masalah dalam penelitian yaitu:
2

1. Bagaimana sejarah Tradisi Maddoja Bine dalam kalangan masyarakat bugis?


2. Bagaimana fungsi pelaksanaan maddoja bine?
3. Bagaimana menjaga nilai gotong royong dan silaturahmi dalam tradisi
Maddoja Bine?

1.3 Tujuan Khusus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini yaitu :

1. Memahami sejarah Maddoja Bine yang ada dalam kalangan masyarakat


bugis
2. Mengetahui fungsi pelaksanaan Maddoja Bine
3. Mengetahui bagainana cara menjaga nilai gotong royong dan silaturahmi
dalam tradisi Maddoja Bine

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan


tentang Maddoja Bine dan dapat dijadikan bahan perbandingan dan bahan
pustaka untuk peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian
2. Bagi masyarakat, sebagai referensi dalam memahami nilai yang terkandung
dalam tradisi Maddoja Bine

1.5 Keutamaan Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan dalam melestarikan budaya dan memaknai


nilai-nilai yang ada di Indonesia khusus nya tentang tradisi Maddoja Bine yang
dilakukan oleh masyarakat bugis sehingga masyarakat tidak melupakan tradisi
yang sudah ada sebelumnya

1.6 Temuan yang Ditargetkan

Temuan yang di targetkan dalam penelitian ini adalah untuk memahi sejarah
dan nilai yang terkandung dalam tradisi Maddoja Bine sehingga budaya yang
hampir tidak dilakukan lagi oleh masyarakat dapat memaknai nilai yang
terkandung

1.7 Kontribusi Ilmu Pengetahuan

Kontribusi dalam penelitian ini yakni menyampaikan tentang sejarah dan


nilai yang terkandung dalam tradisi Maddoja Bine yang ada di masyarakat bugis
sehingga hal ini dapat menjadi tambahan wawasan untuk lebih mengenal dan
tidak melupakan tradisi yang sudah ada
3

1.8 Luaran Penelitian

Luaran penelitian yang di targetkan dari hasil ini adalah sebagai berikut :

1. Laporan kemajuan
2. Laporan akhir penelitian
3. Artikel ilmiah berupa Critical Review dengan judul Tradisi Maddoja
Bine'Masyarakat Bugis Dusun Allejjang, Desa Anabanua Kec. Barru dalam
Menjaga Silaturahmi dan Gotong Royong
4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal Usul Maddoja Bine

Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang banyak suku seperti
suku Bugis, Mandar, Makassar, dan masih banyak lagi. Selain suku, ada juga
berbagai tradisi yang ada dalam masyarakat salah satunya tradisi Maddoja Bine
yang dilakukan oleh masyarakat suku Bugis.

Tradisi Maddoja Bine bermula dari munculnya tanaman di makam anak


Batara Guru yang bernama We Oddang Riuq yang merupakan hasil
perkawinannya dengan We Saung Riuq. Putri Batara Guru meninggal dunia
berusia tujuh hari setelah kelahirannya, dan tiga hari setelah meninggal putrinya
Batara Guru merindukan anaknya dan kemudian berkunjung kemakamnya.
Beliau melihat tanaman tumbuh di makam anaknya untuk pertama kalinya
sehingga menganggap bahwa putrinya belum meninggal hanya saja menjelma
sebagai tanaman yang berbentuk padi sehingga diberi nama Sangiang Serri atau
Dewi Padi.

Belakangan Datu Patoto’ memberitahu bahwa putrinya telah diserahkan


kepada umat manusia dalam wujud Sangiang Serri demi kelangsungan hidup
mereka. Batara Guru sendiri tidak perlu menikmati tanaman baru itu cukup
dengan menikmati sagu, sekoi (betteng) dan jelai (batta).9 Dari sinilah
masyarakat menghormati Sangiang Serri dengan cara melakukan tradisi Maddoja
Bine.

Maddoja Bine merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Bugis hingga


saat ini. Dalam bahasa Bugis Kata Maddoja berarti “begadang atau terjaga atau
tidak tidur” sedangkan kata Bine berarti “benih”. Ritual Maddoja Bine adalah
berjaga di malam hari menunggui benih padi yang diperam, sebelum ditabur di
persemaian keesokan petani Bugis sebagai penghormatan kepada Sangiang Serri
(Dewi Padi menurut orang Bugis). Sangiang Serri adalah nama anak Batara Guru
yang meninggal setelah tujuh hari kelahirannya yang dipercaya menjelma
sebagai tanaman yang berbentuk padi sehingga diberi nama Sangiang Serri oleh
masyarakat Bugis.

Versi lain mengatakan bahwa setelah Putri We Oddang Riu meninggal dunia
dan dikuburkan di bumi maka di atas kuburannya tumbuh dua jenis tumbuhan
yang berbeda. Yang satu berdaun lebat dengan tangkai dan bulir-bulir buah yang
kuning dan indah bergoyang-goyang diterpa angin yang kelak dinamai padi,
sedangkan yang satunya tumbuh subur dengan daun yang lebaat menari-nari
diterpa angin tetapi tidak memiliki buah yang kelak dikenal sebagai rumput
ilalang.10 Ada yang mengatakan bahwa Putri tersebut dikenal dengan nama
Sangiang Serri yang juga dikenal sebagai Dewi Pangan atau Dewi Kesuburan.11
5

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa We Oddang Riuq telah


menjelma sebagai tanaman padi yang hingga saat ini dikenal dengan nama
Sangiang Serri (dikalangan masyarakat Bugis) atau Dewi Pangan atau Dewi
Kesuburan (masyarakat Sunda, Jawa, dan Flores).

Christian Perlas mengatakan dalam tulisannya yang berjudul “Pendahuluan


Siklus I La Galigo Yang Tak Dikenal”, Sangiang Serri itu sudah dikenal
namanya oleh penghuni langit, tetapi belum pernah dinikmati rasanya karena
sampai waktu itu satu-satunya makanan mereka ialah sagu. Jadi Datu Patotoq
dan istrinya berunding dengan To Palanro-e serta dewata lain. Diberitahukan
bahwa hiasan kuku We Oddang Riuq akan menjadi ikan besar yang beraneka
macam, sedangkan rambutnya yang terjalin panjang akan menjadi pohon kelapa
yang akan menghasilkan buah enak dimakan serta tuak yang sedap diminum
sebagai iringan nasi.

2.2 Fungsi Maddoja Bine

Fungsi utama pelaksanaan Maddoja Bine adalah sebagai ritual. Ritual pada
umumnya merupakan kegiatan kolektif, ditujukan kepada yang gaib, dengan
tujuan untuk mendapatkan suatu kemujaraban dan pertolongan. Ritual biasanya
menggunakan bahasa atau tanda simbolik, sesajen, dengan pelaku dan
penontonnya yang hadir sebagai partisipan.53 Selain berfungsi sebagai ritual,
Maddoja Bine juga mengembang beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut.

a. Fungsi Sosial

Hal ini dapat terlihat saat pelaksanaan Maddoja Bine yang secara
komunal/kolektif melibatkan berbagai lapisan masyarakat karena sebelum
melaksanakan Maddoja Bine, beberapa ritual pertanian dilakukan seperti
Tudang Sipulung (duduk bersama bermusyawarah). Dengan melakukan
tradisi Maddoja Bine, masyarakat di ingatkan agar senantiasa menjaga
keharmonisan relasi sosial di antara mereka sebagaimana yang disyaratkan
Sangiang Serri.

b. Fungsi Edukatif
Maddoja Bine dapat menjadi media pendidikan melalui transformasi
nilai-nilai budaya yang ada di dalamnya. Di samping itu, dalam tahap
pelaksanaan Maddoja Bine biasanya diawali dengan Mattangak Esso (mencari
hari baik) yang didasarkan pada pengetahuan perbintangan (astronomi),
keadaan cuaca, peredaran musim. Pengetahuan semacam ini dapat ditemukan
dalam Lontaraq Pananrang, yang mengungkapkan tentang tanda-tanda hujan
dan panas sekaligus serta sebab musabab timbulnya gangguan musim.
c. Sebagai Sarana Komunikasi
6

Maddoja Bine menjadi sarana komunikasi ritual, menempatkan


Patotoe (Dewata Seuwae, Tuhan Yang Esa) sebagai pusat pengaturan
kosmos.54 Dalam konteks ini, Maddoja Bine mempunyai tujuan utama
agar manusia dapat menjalin hubungan dengan Patotoe (Tuhan Yang
Esa), sang penentu nasib. Hubungan yang terjadi, yakni antara manusia
(petani) dengan Patotoe merupakan hubungan yang bersifat vertikal, yaitu
yang berkuasa dan yang dikuasai. Hubungan yang terjalin dengan baik
akan menimbulkan dampak yang baik bagi petani. Begitu pula dengan
hubungan baik yang tercipta antara petani dengan entitas gaib lainnya,
akan menghindarkan petani dari “gangguan” makhluk gaib/halus tersebut.

2.3 Menjaga Nilai Gotong royong dan Silaturahmi Tradisi Maddoja Bine

Upaya mempertahankan nilai gotong royong dan silaturahmi dalam maddoja


Bine dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar dengan cara
memanggil warga dusun untuk pergi meramaikam tradisi maddoja Bine si tuan
rumah dimana biasanya yang laki-laki duduk bercengkrama dengan warga
sekitar sedangkan yang perempuan saling bantu membantu membuat makanan
atau kue yang akan dimakan pada saat tradisi maddoja Bine berlangsung.
7

BAB 3 METODE RISET

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan


pendekatan riset non-empirik yakni ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi
berkaitan dengan masyarakat dan budaya manusia dimana riset ini menggunakan
pendekatan etnografi yakni bidang penelitian yang sering digunakan dalam ilmu
sosial, terutama daalam bidang antropologi dan beberapa cabang sosiologi.
Adapun yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah : Tradisi Maddoja
Bine'Masyarakat Bugis Dusun Allejjang, Desa Anabanua Kec. Barru dalam
Menjaga Silaturahmi dan Gotong Royong.

3.2 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini memfokuskan pada sejarah, fungsi dan bagaimana


menjaga nilai gotong royong serta silaturahmi pada tradisi maddoja bine
sehingga masyarakat barru dapat memahami tradisi tersebut melalui tahapan
berikut :

a. Perencanaan (Planning)
1) Menentukan lokasi penelitian dan pengurusan surat administrasi
pelaksanaan penelitian
2) Membuat instrument penelitian
3) Menentukan narasumber atau informasi terkait objek yang akan diteliti
b. Pelaksaanaan (Action)
Dalam pelaksanaan, peneliti mengamati dan mengikuti proses
pertunjukan tradisi Maddoja Bine, melakukan wawancara, analisis data,
menyusun bahan penelitian, menyusun hasil penelitian, menulis artikel, dan
mengirim artikel.
c. Refleksi
Mengevaluasi sejarah, fungsi dan cara menjaga nilai gotong royong serta
silaturahmi pada tradisi maddoja bine di kabupaten Barru. Dalam hal ini,
nilai gotong royong dan nilai silaturahmi dari tradisi maddojang bine
diharapkan memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam proses
manifestasi tradisi yang di lakukanya. Adapun yang menjadi objek atau
sasaran dalam penelitian ini adalah tradisi maddoja bine.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data bersifat
primer dan sekunder. Data primer di peroleh langsung oleh peneliti melalui
wawancara dengan seseorang yang melakukan tradisi maddoja bine. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung mengenai
tradisi maddoja bine. Setelah itu, bagaimana menjaga nilai gotong royong dan
8

silaturahmi sebagai bentuk pemecahan dalam manifestasi tradisi masyarakat


barru

4.4 Luaran dan Indikator capaian

Tahapan Indikator Capaian Luaran


Menentukan lokasi Lokasi penelitian di Lokasi penelitian dan
penelitian dan kabupaten barru yang mendapatkan izin
pengurusan surat melakukan tradisi maddoja
administrasi bine dan mendapatkan
pelaksanaan penelitian perizinan dari pihak
setempat sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan
harus memenuhi protocol
kesehatan covid-19
Membuat instrument Intrumen penelitian terdiri Instrument Penelitian
penelitian dari wawancara dan
dokumentasi untuk
mendapatkan informasi dan
data mengenai nilai-nilai
tradisi maddoja bine
Menentukan Informan atau narasumber Narasumber atau
narasumber atau merupakan seseorang yang informan terkait objek
informasn terkait paham dengan tradisi
objek yang akan di Maddoja Bine
teliti
Mengamati dan Proses pengamatan harus Data Hasil
mengikuti tradisi dari awal pemberian Pengamatan tradisi
Maddoja Bine Maddoja Bine Maddoja Bine
Melakukan Pertanyaan harus terjawab Data Hasil
wawancara terhadap secara rinci Wawancara
narasumber
Menganalisis data Proses pemilahan hasil data Hasil Analisis Data
yang didapatkan
Menyusun hasil Penyusunan data dari proses Data deskriptif hasil
penelitian wawancara dan dokumentasi observasi dan
disusun secara sistematis. wawancara
Mengeksplorasi hasil Penyusunan makna dan nilai Penemuan makna dan
penelitian ke tradisi Maddoja bine nilai tradisi Maddoja
dalammakna dan nilai sebagaireferensi bagi Bine.
tradisi Maddoja Bine masyarakat.
9

Menyusun kesimpulan Kesimpulan harus sesuai Kesimpulan Hasil


penelitian. dengan tujuan penelitian. Pengamatan.
Menulis artikel dan Membuat dan mengirimkan Artikel
mengirim artike artikel
3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Wawancara

Wawancara pada penelitian akan dilakukan kepada budayawan atau ahli


yang mengetahui tradisi masyarakat Maddojang Bine. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan informasi atau data mengenai makna dari tradisi
Maddoja Bine yang berasal dari suku bugis

3.5.2 Dokumentasi
Dokumentasi berupa data informasi dalam bentuk foto dan video tentang
tradisi masyarakat Maddojang Bine
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini yang tergolong dalam penelitian
nonempirik yang dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan,
dan setelah selesai di lapangan. Menurut Sumeke, dkk. (2022) mengemukakan
bahwa analisis data merupakan proses penyusunan data secara sistematis yang
diperoleh dari hasil pengamatan atau hasil observasi di lapangan, wawancara,
maupun dokumentasi. Setelah melakukan wawancara dan dokumentasi hingga
observasi di lapangan mengenai makna dan nilai bahwa aktivitas dalam analisis
data non empirik dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-
menerus dan tuntas.
3.7 Penafsiran Data

Penelitian ini ditafsirkan bahwa apakah hasil dari data yang telah
dikumpulkan menunjukkan bahwa makna dan nilaidari tradisi Maddoja Bine
dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
Barru terhadap tradisi yang dilakukannya selama turun-temurun sebagai aset
budaya lokal suku Bugis.

3.8 Penyimpulan hasil Penelitian

Penarikan kesimpulan yaitu kegiatan penggambaran dari objek yang diteliti


atau konfigurasi yang utuh dari objek penelitian. Prosedur penarikan didasarkan
pada gambaran informasi yang tersusun dalam bentuk yang ada pada penyajian
data transformasi tersebut, peneliti dapat melihat apa yang ditelitinya dan
menentukan kesimpulan yang benar mengenai objek peneliti.
10

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Berikut adalah biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program Kreativita


Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) ini, yakni sebagai berikut:

Table 4.1 Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

No Jenis Pengheluaran Sumber Data Besaran Dana


(Rp)
1 Bahan habis pakai Belmawa 3.377.000
Perguruan Tinggi 700.000
Instansi Lain (jika ada) -
2 Sewa dan jasa Belmawa 1.000.000
Perguruan Tinggi 100.000
Instansi Lain (jika ada) -
3 Transportasi local Belmawa 800.000
Perguruan Tinggi 100.000
Instansi Lain (jika ada) -
4 Lain-lain Belmawa 1.050.000
Perguruan Tinggi 600.000
Instansi Lain (jika ada) -
Jumlah 7.727.000

Belmawa 6.227.000
Rekap Sumber Dana Perguruan Tinggi 1.500.000
Instansi Lain (jika ada) -
Jumlah 7.727.000
11

4.2 Jadwal Kegiatan

Table 4.2 Jawal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Bulan Penanggung


1 2 3 4 Jawab
1 Menentukan lokasi Mahaputri
penelitian dan √ Amanda
pengurusab surat Faizal
2 Membuat instrument Mifta Hul
penelitian. √ Jannah
3 Mementukan Mahaputri
narasumber atau √ √ Amanda
informasi terkait objek Faizal
yang akan diteliti
4 Mengamati kehidupan Amanda Putri
sosial, tradisi, dan √ Dhamayanti
budaya masyaraakat
Barru
5 Melakukan wawancara Mifta Hul
terhadap narasumber √ √ Jannah
atau informan.
6 Menganalisis data Lili Adriani
√ Firdaus R
7 Menyusun hasil Amanda Putri
penelitian √ Damayanti
8 Mengeksplorasi hasil
peneitian ke dalam √ Lili Adriani
nilai gotong royong Firdausia R
dan silaturahmi dalam
tradisi maddoja bine
9 Penyusunan simpulan Nur Afifah
penelitian √
10 Penulisan artikel dan √ Nur Afifah
pengiriman artikel
12

DAFTAR PUSTAKA

Rahmaniah, R. (2020). Ritual Maddoja Bine Pada Tradisi Masyarakat Bugis Di


Desa Cabbue Ompo Kecamatan Lalabata Kabupaten Soppeng (Doctoral
dissertation, Fakultas Seni dan Desain).
Satriah, S. (2022). Akulturasi Tradisi Maddoja Bine terhadap Masyarakat Bugis
Desa Lipukasi Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru (Doctoral
dissertation, IAIN Parepare).
Suhra, S., & Rosita, R. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ritual
Maddoja Bine Pada Komunitas Masyarakat Bugis Di Sulawesi Selatan. Al-
Qalam, 26(2), 387-400.
Syamsurya, E. (2021). Tradisi Maddoja Bine Masyarakat Desa Anabanua Di
Kabupaten Barru. Action Research Literate, 5(2), 59-66.

Anda mungkin juga menyukai