i
1
BAB I. PENDAHULUAN
Daerah Barru tepatnya di Desa Anabanua ada tradisi yang sampai saat ini
masih melaksanakan tradisi Maddoja Bine saat ini. Akan tetapi seiring
berkembangnya zaman masyarakat tidak lagi melaksanakan tradisi tersebut
sehingga dapat dilihat bahwa yang masih melaksanakan tradisi Maddoja Bine
adalah orang-orang yang masih menghargai warisan nenek moyang walaupun
hanya satu atau dua keluarga yang melaksanakan tradisi tersebut.
Dapat diketahui bahwa ada nilai yang terkandung di dalam tradisi Maddoja
Bine yaitu; nilai akidah, nilai ibadah dan ahlak. Tradisi Maddoja Bine bukan
hanya sebuah tradisi yang terus menerus dilakukan masyarakat tanpa mengetahui
nilai yang ada di dalamnya. Bukan hanya nilai yang ada dalam tradisi tersebut
akan tetapi ada juga manfaat yang terdapat didalamnya, seperti mengajarkan kita
menjadi orang yang sopan dalam bertutur kata, memiliki sifat penyabar dan
penyayang , serta saling menghormati.
Maka dari itu, dari pemaparan diatas diketahui bahwa sangatlah penting bagi
peserta didik untuk mengenal nilai yang ada pada tradisi Maddoja Bine dan nilai
tradisi tersebut dapat dileastarikan untuk tetap menjaga silaturahmi dan semangat
gotong royong yang dimiliki sejak dahulu,
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini yaitu :
Temuan yang di targetkan dalam penelitian ini adalah untuk memahi sejarah
dan nilai yang terkandung dalam tradisi Maddoja Bine sehingga budaya yang
hampir tidak dilakukan lagi oleh masyarakat dapat memaknai nilai yang
terkandung
Luaran penelitian yang di targetkan dari hasil ini adalah sebagai berikut :
1. Laporan kemajuan
2. Laporan akhir penelitian
3. Artikel ilmiah berupa Critical Review dengan judul Tradisi Maddoja
Bine'Masyarakat Bugis Dusun Allejjang, Desa Anabanua Kec. Barru dalam
Menjaga Silaturahmi dan Gotong Royong
4
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang banyak suku seperti
suku Bugis, Mandar, Makassar, dan masih banyak lagi. Selain suku, ada juga
berbagai tradisi yang ada dalam masyarakat salah satunya tradisi Maddoja Bine
yang dilakukan oleh masyarakat suku Bugis.
Versi lain mengatakan bahwa setelah Putri We Oddang Riu meninggal dunia
dan dikuburkan di bumi maka di atas kuburannya tumbuh dua jenis tumbuhan
yang berbeda. Yang satu berdaun lebat dengan tangkai dan bulir-bulir buah yang
kuning dan indah bergoyang-goyang diterpa angin yang kelak dinamai padi,
sedangkan yang satunya tumbuh subur dengan daun yang lebaat menari-nari
diterpa angin tetapi tidak memiliki buah yang kelak dikenal sebagai rumput
ilalang.10 Ada yang mengatakan bahwa Putri tersebut dikenal dengan nama
Sangiang Serri yang juga dikenal sebagai Dewi Pangan atau Dewi Kesuburan.11
5
Fungsi utama pelaksanaan Maddoja Bine adalah sebagai ritual. Ritual pada
umumnya merupakan kegiatan kolektif, ditujukan kepada yang gaib, dengan
tujuan untuk mendapatkan suatu kemujaraban dan pertolongan. Ritual biasanya
menggunakan bahasa atau tanda simbolik, sesajen, dengan pelaku dan
penontonnya yang hadir sebagai partisipan.53 Selain berfungsi sebagai ritual,
Maddoja Bine juga mengembang beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut.
a. Fungsi Sosial
Hal ini dapat terlihat saat pelaksanaan Maddoja Bine yang secara
komunal/kolektif melibatkan berbagai lapisan masyarakat karena sebelum
melaksanakan Maddoja Bine, beberapa ritual pertanian dilakukan seperti
Tudang Sipulung (duduk bersama bermusyawarah). Dengan melakukan
tradisi Maddoja Bine, masyarakat di ingatkan agar senantiasa menjaga
keharmonisan relasi sosial di antara mereka sebagaimana yang disyaratkan
Sangiang Serri.
b. Fungsi Edukatif
Maddoja Bine dapat menjadi media pendidikan melalui transformasi
nilai-nilai budaya yang ada di dalamnya. Di samping itu, dalam tahap
pelaksanaan Maddoja Bine biasanya diawali dengan Mattangak Esso (mencari
hari baik) yang didasarkan pada pengetahuan perbintangan (astronomi),
keadaan cuaca, peredaran musim. Pengetahuan semacam ini dapat ditemukan
dalam Lontaraq Pananrang, yang mengungkapkan tentang tanda-tanda hujan
dan panas sekaligus serta sebab musabab timbulnya gangguan musim.
c. Sebagai Sarana Komunikasi
6
2.3 Menjaga Nilai Gotong royong dan Silaturahmi Tradisi Maddoja Bine
a. Perencanaan (Planning)
1) Menentukan lokasi penelitian dan pengurusan surat administrasi
pelaksanaan penelitian
2) Membuat instrument penelitian
3) Menentukan narasumber atau informasi terkait objek yang akan diteliti
b. Pelaksaanaan (Action)
Dalam pelaksanaan, peneliti mengamati dan mengikuti proses
pertunjukan tradisi Maddoja Bine, melakukan wawancara, analisis data,
menyusun bahan penelitian, menyusun hasil penelitian, menulis artikel, dan
mengirim artikel.
c. Refleksi
Mengevaluasi sejarah, fungsi dan cara menjaga nilai gotong royong serta
silaturahmi pada tradisi maddoja bine di kabupaten Barru. Dalam hal ini,
nilai gotong royong dan nilai silaturahmi dari tradisi maddojang bine
diharapkan memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam proses
manifestasi tradisi yang di lakukanya. Adapun yang menjadi objek atau
sasaran dalam penelitian ini adalah tradisi maddoja bine.
Prosedur penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data bersifat
primer dan sekunder. Data primer di peroleh langsung oleh peneliti melalui
wawancara dengan seseorang yang melakukan tradisi maddoja bine. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung mengenai
tradisi maddoja bine. Setelah itu, bagaimana menjaga nilai gotong royong dan
8
3.5.1 Wawancara
3.5.2 Dokumentasi
Dokumentasi berupa data informasi dalam bentuk foto dan video tentang
tradisi masyarakat Maddojang Bine
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini yang tergolong dalam penelitian
nonempirik yang dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan,
dan setelah selesai di lapangan. Menurut Sumeke, dkk. (2022) mengemukakan
bahwa analisis data merupakan proses penyusunan data secara sistematis yang
diperoleh dari hasil pengamatan atau hasil observasi di lapangan, wawancara,
maupun dokumentasi. Setelah melakukan wawancara dan dokumentasi hingga
observasi di lapangan mengenai makna dan nilai bahwa aktivitas dalam analisis
data non empirik dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-
menerus dan tuntas.
3.7 Penafsiran Data
Penelitian ini ditafsirkan bahwa apakah hasil dari data yang telah
dikumpulkan menunjukkan bahwa makna dan nilaidari tradisi Maddoja Bine
dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
Barru terhadap tradisi yang dilakukannya selama turun-temurun sebagai aset
budaya lokal suku Bugis.
Belmawa 6.227.000
Rekap Sumber Dana Perguruan Tinggi 1.500.000
Instansi Lain (jika ada) -
Jumlah 7.727.000
11
DAFTAR PUSTAKA