Oleh:
SISKA RAHMAWATI
NIM 1114190644
Disusun Oleh :
SISKA RAHMAWATI
NIM 1114190644
Mengetahui,
( ) ( )
A. DEFINISI
Sepsis adalah kondisi dimana bakteri menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah dengan kondisi infeksi yang sangat berat, bisa menyebabkan organ-organ tubuh
gagal berfungsi dan berujung pada kematian (Purnama, 2018).
Sepsis adalah kumpulan gejala sebagai manifestasi respons sistemik terhadap
infeksi. Respon inflamasi sistemik adalah keadaan yang melatarbelakangi sindrom
sepsis. Respon ini tidak hanya disebabkan oleh adanya bakterimia, tetapi juga oleh
sebab-sebab lain. Oleh karena itu kerusakan dan disfungsi organ bukanlah disebabkan
oleh infeksinya, tetapi juga respon tubuh terhadap infeksi dan beberapa kondisi lain yang
mengakibatkan kerusakan-kerudasakan pada sindrom sepsis tersebut. Pada keadaan
normal, respon ini dapat diadaptasi, tapi pada sepsis respon tersebut menjadi berbahaya
(Bakta & Suastika, 2019).
B. ETIOLOGI
Mayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri gram
negatif (-) dengan persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan oleh infeksi-infeksi
jamur, dan sangat jarang disebabkan oleh penyebab- penyebab lain dari infeksi atau
agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS.Agen-agen infeksius, biasanya bakteri-
bakteri, mulai menginfeksi hampir segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam
(contohnya, kulit, paru, saluran pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.).
Agen-agen yang menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya) kemudian
menyebar secara langsung atau tidak langsung kedalam aliran darah. Ini mengizinkan
mereka untuk menyebar ke hampir segala sistim organ lain. Kriteria SIRS berakibat
ketika tubuh mencoba untuk melawan kerusakan yang dilakukan oleh agen-agen yang
dilahirkan darah ini (Riza, 2022)
Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi
bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus. Bakteri gram
negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp. Pseudomonas
Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp. Bakteri gram negative mengandung liposakarida
pada dinding selnya yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam
aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia yang
merugikandan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang
timbulnya shock sepsis. Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah
staphilococus, streptococcus dan pneumococcus. Organime gram positif melepaskan
eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator imun dengan cara yang sama
dengan endotoksin (Riza, 2022)
C. PATOFISIOLOGI
Sepsis sebagian besar disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada bakteri gram negatif,
LPS juga dikenal sebagai endotoksin memiliki peranan penting. Lipopolisakarida (LPS)
tertanam pada membran luar, dan bagian molekul yang disebut sebagai lipid A terkait
pada dinding sel bakteri. Bakteri gram positif tidak memiliki endotoksin, namun bakteri
golongan tersebut memiliki kemampuan untuk memproduksi eksotosin poten. Eksotosin
gram positif menunjukkan sifat sebagai superantigen, yang dapat berikatan secara aktif
terhadap kompleks hisokompatibilitas mayor kelas 2 dan juga domain-domain Vb
reseptor limfosit T. Sifat-sifat tersebut membuat bakteri gram positif dapat mengaktivasi
sel T secara masif dan melepaskan limfokin-limfokin pro-inflamasi. Peptidoglikan dan
asam lipoteikoat dari dinding sel bakteri gram positif dapat berikatan dengan permukaan
sel dan bersifat pro-inflamatorik (Sumantri, 2017).
Setelah agen infeksi memasuki tubuh, terjadi aktivasi respon imun alami yang
mengkoordinasikan respon pertahanan, baik komponen humoral maupun seluler. Sel-sel
mononuklear akan melepaskan sitokin-sitokin proinflamasi klasik seperti (IL-1), (IL-6),
dan (TNFα), namun juga melepaskan sitokin-sitokin proinflamasi lain seperti (IL-12),
(IL-15), dan (IL-18). Sitokin proinflamasi seperti TNFα dan IL-1 merupakan sitokin
inflamasi yang memerantarai banyak fitur imunopatologis dari renjatan karena LPS.
Sitokin proinflamasi TNFα dan IL-1 dilepaskan pada 30-90 menit setelah paparan
terhadap LPS, mengaktifkan kaskade inflamasi derajat dua termasuk sitokin, mediator
lipid, dan spesies oksigen reaktif, serta juga meningkatkan produksi molekul-molekul
adhesi sel, yang kemudian menginisiasi migrasi sel inflamatorik kedalam jaringan
(Sumantri, 2017).
Dalam kondisi sepsis, neutrofil mempunyai peran ganda. Di satu sisi, selsel ini
berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri. Pada sisi lain, neutrofil
berperan dalam aktivasi endotel dan menimbulkan kegagalan organ. Kegagalan organ
mulitipel merupakan penyebab kematian pada pasien yang mengalami sepsis.
Mekanisme kegagalan organ ini melibatkan deposisi fibrin yang luas yang menyebabkan
oklusi mikrovaskular, eksudat jaringan yang terbentuk, kemudian mengganggu
oksigenasi adekuat dan gangguan hemostasis mikrovaskular yang muncul dari elaborasi
zat-zat vasoaktif, seperti (PAF), histamin, dan prostanoid. Infiltrat seluler terutama
neutrofil, merusak jaringan secara langsung dengan melepaskan enzim lisozomal dan
radikal-radikal bebas turunan superoksida. Sitokin proinflamasi seperti, TNFα dan
sitokin-sitokin lain meningkatkan ekspresi sintase oksida nitrat terinduksi dan
peningkatan produksi nitrat lebih lanjut, akan menyebabkan instabilitas vaskular dan
juga berkontribusi terhadap depresi miokardial yang timbul pada sepsis (Sumantri,
2017).
Skor SOFA
Variabel
0 1 2 3 4
PaO2/ PaO2/
PaO2/FiO2 PaO2/FiO2
Respirasi FiO2 > PaO2/FiO2 200-299 FiO2 <
300-399 100-199
400 100
SpO2/ SpO2/
SpO2/FiO2 SpO2/FiO2 220- SpO2/FiO2
FiO2 FiO2 <
221-301 142 68-141
>302 67
FiO2, fraksi oksigen yang diinspirasi; TAR, tekanan arteri rata-rata; PaO2, tekanan oksigen arteri;
SpO2, saturasi oksigen.
D. PATHWAY
J. a. Terapi suportif
K. —
L. jalan napas, pernapasan,
sirkulasi (A-B-C: airway,
breathing,
M. circulation). Periksa gula
darah.
N. b. Obati dengan
antibiotik segera bila ada
dugaan sepsis, segera
setelah mengambil
O. kultur tetapi sambil
menunggu hasil kultur.
P. c. Pilihan antibiotik
bergantung kepada kejadian
dan praktik setempat.
Q. a. Sepsis awitan dini
(Early-onset sepsis).
Mencakup organisme gram
positif dan
R. gram negatif, contoh :
penicillin / amoxcillin +
aminoglikosida (misalnya
:
a. Terapi suportif-jalan napas, pernapasan, sirkulasi (A-B-C: airway, breathing,
circulation). Periksa gula darah.
b. Obati dengan antibiotik segera bila ada dugaan sepsis, segera setelah mengambil
kultur tetapi sambil menunggu hasil kultur.
c. Pilihan antibiotik bergantung kepada kejadian dan praktik setempat.
1) Sepsis awitan dini (Early-onset sepsis). Mencakup organisme gram positif dan
gram negatif, contoh: penicillin/amoxcillin + aminoglikosida (misalnya:
gentamisin/tobramisin).
2) Sepsis awitan lambat (Late-onset sepsis). Perlu juga mencakupstafilokokus dan
enterokokkus koagulase negatif, contoh: methicillin/flucloxacillin + gentamisin
atau sefalosporin / gentamisin + vancomysin.
J. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut (Meito, 2013) fokus pengkajian sepsis adalah sebagai berikut:
Menggunakan pendekatan ABCDE.
1. Airway: yakinkan kepatenan jalan napas, berikan alat bantu napas jika perlu (guedel
atau nasopharyngeal), jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU.
2. Breathing: kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakangejala yang
signifikan, kaji saturasi oksigen, periksa gas darah arteri untukmengkaji status
oksigenasi dan kemungkinan asidosis, berikan 100%oksigen melalui non re-breath
mask, auskulasi dada, untuk mengetahuiadanya infeksi di dada, periksa foto thorak.
3. Circulation: kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tandasignifikan,
monitoring tekanan darah, tekanan darah, periksa waktu pengisian kapiler, pasang
infuse dengan menggunakan canul yang besar, berikan cairan koloid-gelofusin atau
haemaccel, pasang kateter, lakukan pemeriksaan darah lengkap, siapkan untuk
pemeriksaan kultur, catattemperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature
kurang dari36Oc, siapkan pemeriksaan urin dan sputum, berikan antibiotic
spectrumluas sesuai kebijakan setempat.
4. Disability: Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkatkesadaran dengan
menggunakan AVPU.
5. Exposure: Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dantempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya
Menurut (Azizah, 2017), pemeriksaan fisik dari sepsis adalah sebagai berikut:
Keadaan umum : lemah
Kesadaran :GCS (E:V:M)
TTV, BB/TB :
Pengukuran TD dilakukan 2x, dengan sela antara 1-5 menit, pengukuran tambahan
dilakukan jika hasil ke-2 pengukuran sebelumnya sangat berbeda
Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi (30 detik) dilakukan saat
duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah.
a. Kepala : Normal, distibusi rambut merata, beruban, kulit kepala
dalam keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun
kutu rambut, wajah simetris, nyeri tekan negatif.
b. Mata : pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
c. Telinga : pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan
pendengaran.
d. Hidung dan sinus : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
e. Mulut dan tenggorokan : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
f. Leher : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
g. Payudara : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
h. Pernafasan : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
i. Kardiovaskular : nadi teraba cukup kuat, lansia biasanya mengeluh
dadanya berdebar-debar. Terkadang terasa nyeri dada.
j. Gastrointestinal : Mual dan muntah
k. Perkemihan : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan
l. Urinaria : Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
m. Muskuloskeletal : merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca
dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang,
tulang dada, pipi, klavikula tampak menonjol, terjadi
sarkopenia, ekstremitas atas atau bawah hangat.
n. Sistem endokrin : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut (Elyana, 2022) diagnosa keperawatan sepsis adalah sebagai berikut:
1. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (imununosupresi)
2. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
4. Resiko syok b.d sepsis
L. INTERVENSI
Berdasarkan SDKI (2016), SIKI dan SLKI (2018) sebagai berikut:
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
L: 14137 Edukasi:
infeksi
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
imunisasi
I. 14539
pakaian
Lakukan pendinginan
eksternal
Edukasi:
Kolaborasi:
I. 15506
L: 03032 Edukasi:
Jelaskan penyebab/faktor
risiko syok
syok
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian IV
Kolaborasi pemberian
antiinflamasi
I. 02068
M. EVALUASI
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara yang
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan tindakan yang
disesuaikan pada kriteria hasil dalam tahap perencanaan (Setiadi, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I.M., & Suastika, I.K. (2019). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.
PPNI. (2016). Strandar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Strandar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Strandar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Purnama. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Pernapasan: Salemba