Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS DI RUANG ICU (INTENSIVE CARE UNIT)


RSUD DR. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR TANAH BUMBU

6-11 Februari 2023

Oleh:

SISKA RAHMAWATI
NIM 1114190644

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Tanah Bumbu, Februari 2023

Disusun Oleh :

SISKA RAHMAWATI
NIM 1114190644

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )
A. DEFINISI
Sepsis adalah kondisi dimana bakteri menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah dengan kondisi infeksi yang sangat berat, bisa menyebabkan organ-organ tubuh
gagal berfungsi dan berujung pada kematian (Purnama, 2018).
Sepsis adalah kumpulan gejala sebagai manifestasi respons sistemik terhadap
infeksi. Respon inflamasi sistemik adalah keadaan yang melatarbelakangi sindrom
sepsis. Respon ini tidak hanya disebabkan oleh adanya bakterimia, tetapi juga oleh
sebab-sebab lain. Oleh karena itu kerusakan dan disfungsi organ bukanlah disebabkan
oleh infeksinya, tetapi juga respon tubuh terhadap infeksi dan beberapa kondisi lain yang
mengakibatkan kerusakan-kerudasakan pada sindrom sepsis tersebut. Pada keadaan
normal, respon ini dapat diadaptasi, tapi pada sepsis respon tersebut menjadi berbahaya
(Bakta & Suastika, 2019).
B. ETIOLOGI
Mayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri gram
negatif (-) dengan persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan oleh infeksi-infeksi
jamur, dan sangat jarang disebabkan oleh penyebab- penyebab lain dari infeksi atau
agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS.Agen-agen infeksius, biasanya bakteri-
bakteri, mulai menginfeksi hampir segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam
(contohnya, kulit, paru, saluran pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.).
Agen-agen yang menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya) kemudian
menyebar secara langsung atau tidak langsung kedalam aliran darah. Ini mengizinkan
mereka untuk menyebar ke hampir segala sistim organ lain. Kriteria SIRS berakibat
ketika tubuh mencoba untuk melawan kerusakan yang dilakukan oleh agen-agen yang
dilahirkan darah ini (Riza, 2022)
Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi
bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus. Bakteri gram
negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp. Pseudomonas
Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp. Bakteri gram negative mengandung liposakarida
pada dinding selnya yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam
aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia yang
merugikandan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang
timbulnya shock sepsis. Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah
staphilococus, streptococcus dan pneumococcus. Organime gram positif melepaskan
eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator imun dengan cara yang sama
dengan endotoksin (Riza, 2022)
C. PATOFISIOLOGI
Sepsis sebagian besar disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada bakteri gram negatif,
LPS juga dikenal sebagai endotoksin memiliki peranan penting. Lipopolisakarida (LPS)
tertanam pada membran luar, dan bagian molekul yang disebut sebagai lipid A terkait
pada dinding sel bakteri. Bakteri gram positif tidak memiliki endotoksin, namun bakteri
golongan tersebut memiliki kemampuan untuk memproduksi eksotosin poten. Eksotosin
gram positif menunjukkan sifat sebagai superantigen, yang dapat berikatan secara aktif
terhadap kompleks hisokompatibilitas mayor kelas 2 dan juga domain-domain Vb
reseptor limfosit T. Sifat-sifat tersebut membuat bakteri gram positif dapat mengaktivasi
sel T secara masif dan melepaskan limfokin-limfokin pro-inflamasi. Peptidoglikan dan
asam lipoteikoat dari dinding sel bakteri gram positif dapat berikatan dengan permukaan
sel dan bersifat pro-inflamatorik (Sumantri, 2017).
Setelah agen infeksi memasuki tubuh, terjadi aktivasi respon imun alami yang
mengkoordinasikan respon pertahanan, baik komponen humoral maupun seluler. Sel-sel
mononuklear akan melepaskan sitokin-sitokin proinflamasi klasik seperti (IL-1), (IL-6),
dan (TNFα), namun juga melepaskan sitokin-sitokin proinflamasi lain seperti (IL-12),
(IL-15), dan (IL-18). Sitokin proinflamasi seperti TNFα dan IL-1 merupakan sitokin
inflamasi yang memerantarai banyak fitur imunopatologis dari renjatan karena LPS.
Sitokin proinflamasi TNFα dan IL-1 dilepaskan pada 30-90 menit setelah paparan
terhadap LPS, mengaktifkan kaskade inflamasi derajat dua termasuk sitokin, mediator
lipid, dan spesies oksigen reaktif, serta juga meningkatkan produksi molekul-molekul
adhesi sel, yang kemudian menginisiasi migrasi sel inflamatorik kedalam jaringan
(Sumantri, 2017).
Dalam kondisi sepsis, neutrofil mempunyai peran ganda. Di satu sisi, selsel ini
berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri. Pada sisi lain, neutrofil
berperan dalam aktivasi endotel dan menimbulkan kegagalan organ. Kegagalan organ
mulitipel merupakan penyebab kematian pada pasien yang mengalami sepsis.
Mekanisme kegagalan organ ini melibatkan deposisi fibrin yang luas yang menyebabkan
oklusi mikrovaskular, eksudat jaringan yang terbentuk, kemudian mengganggu
oksigenasi adekuat dan gangguan hemostasis mikrovaskular yang muncul dari elaborasi
zat-zat vasoaktif, seperti (PAF), histamin, dan prostanoid. Infiltrat seluler terutama
neutrofil, merusak jaringan secara langsung dengan melepaskan enzim lisozomal dan
radikal-radikal bebas turunan superoksida. Sitokin proinflamasi seperti, TNFα dan
sitokin-sitokin lain meningkatkan ekspresi sintase oksida nitrat terinduksi dan
peningkatan produksi nitrat lebih lanjut, akan menyebabkan instabilitas vaskular dan
juga berkontribusi terhadap depresi miokardial yang timbul pada sepsis (Sumantri,
2017).

Skor Penilaian Kegagalan Organ Sekuens

Skor SOFA

Variabel

0 1 2 3 4

PaO2/ PaO2/
PaO2/FiO2 PaO2/FiO2
Respirasi FiO2 > PaO2/FiO2 200-299 FiO2 <
300-399 100-199
400 100

SpO2/ SpO2/
SpO2/FiO2 SpO2/FiO2 220- SpO2/FiO2
FiO2 FiO2 <
221-301 142 68-141
>302 67

Dopamin > Dopamin


5 > 15 atau
TAR ≥ Dopamin ≤ 5
Kardiovaskular (dosis dalam TAR ≥ 70 Norepine
70 atau dobutamin ber Norepinefri frin > 0,1
mcg/kg/menit) mmHg
mmHg apapun dosisnya n ≤ 0,1
Fenilefrin
Fenilefrina a > 0,8
≤ 0,8

Fungsi hati (kadar bilirubin da


< 1,2 1,2-1,9 2,0-5,9 6,0-11,9 > 12
lam mg/dl)

Fungsi ginjal (kadar kreatinin


< 1,2 1,2-1,9 2,0-3,4 3,5-4,9 >5
a dalam mg/dl)

Koagulasi (jumlah trombosit


> 150 101-150 51-100 20-50 < 20
x103/mm3)

Neurologis (skor Skala Koma


15 13-14 10-12 6-9 <6
Glasgow)

FiO2, fraksi oksigen yang diinspirasi; TAR, tekanan arteri rata-rata; PaO2, tekanan oksigen arteri;
SpO2, saturasi oksigen.
D. PATHWAY

Sumber: Ellyana (2019)


E. TANDA DAN GEJALA
Menurut (Ellyana, 2019) tanda dan gejala sepsis adalah sebagai berikut:
Tanda dan gejala umum dari sepsis adalah:
a. Demam atau hypothermia
b. Berkeringat
c. Sakit kepala
d. Nyeri otot
Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:
a. Perubahan sirkulasi
b. Penurunan perfusi perifer
c. Tachycardia
d. Tachypnea
e. Pyresia atau temperature <36°C
f. Hypotensi
F. KLASIFIKASI
Keadaan spesifik fisiologis dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi pasien
sepsis yaitu bakterimia, infeksi, Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),
sepsis, sepsis berat, syok sepsis, atau Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS).
 Bakterimia (fungimia): Keberadaan bakteri (jamur) dalam pembuluh darah.
 Infeksi: Respon inflamasi untuk mengembalikan jaringan tubuh dalam bentuk normal
dari gangguan mikroorganisme.
 Systkemic Inflammatory Response Syndrome: Inflamasi sistemik sebagai respon pada
etiologi infeksi atau noninfeksi.
 Sepsis: Respon sekunder dari SIRS.
 Sepsis berat: Sepsis yang berhubungan dengan kerusakan organ, hipoperfusi, atau
hipotensi.
 Syok sepsis: Sepsis dengan hipotensi yang membutuhkan cairan resusitasi Bersama
abnormalitas perfusi.
 Multiple-Organ Dysfunction Syndrome: Perubahan fungsi organ yang dibutuhkan
untuk mengatur homeostatis. (Birken, 2014)
G. KOMPLIKASI
Menurut (Ellyana, 2019) komplikasi sepsis adalah sebagai berikut:
1. Meningitis
2. Hipoglikemi
3. Aasidosis
4. Gagal ginjal
5. Disfungsi miokard
6. Perdarahan intra cranial
7. Icterus
8. Gagal hati
9. Disfungsi system saraf pusat
10. Kematian
11. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (Ellyana, 2019) pemeriksaan penunjang sepsis adalah sebagai berikut:
a. Kultur (luka, sputum, urine, darah) untuk mengindentifikasi organisme penyebab
sepsis. Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling efektif. Ujung jalur
kateter intravaskuler mungkin diperlukan untuk memindahkan dan memelihara jika
tidak diketahui cara memasukannya.
b. SDP : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi.
Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, dikuti oleh pengulangan
leukositosis (15.000 – 30.000) dengan peningkatan pita (berpiondah ke kiri) yang
mempublikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
c. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
d. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan (trombositopenia) dapat
terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang mengindentifikasikan
koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati atau sirkulasi toksin atau status
syok.
e. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
f. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan selulaer dalam
metabolisme.
g. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan / gagalan hati.
h. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya dalam
tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi karena
kegagalan mekanisme kompensasi.
i. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein dan
SDM.
j. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindentifikasikan udara
bebas didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ
pelvis.
k. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.
I. PENATALAKSANAAN
Menurut (Riza, 2022) penatalaksanaan sepsis adalah sebagai berikut:

J. a. Terapi suportif
K. —
L. jalan napas, pernapasan,
sirkulasi (A-B-C: airway,
breathing,
M. circulation). Periksa gula
darah.
N. b. Obati dengan
antibiotik segera bila ada
dugaan sepsis, segera
setelah mengambil
O. kultur tetapi sambil
menunggu hasil kultur.
P. c. Pilihan antibiotik
bergantung kepada kejadian
dan praktik setempat.
Q. a. Sepsis awitan dini
(Early-onset sepsis).
Mencakup organisme gram
positif dan
R. gram negatif, contoh :
penicillin / amoxcillin +
aminoglikosida (misalnya
:
a. Terapi suportif-jalan napas, pernapasan, sirkulasi (A-B-C: airway, breathing,
circulation). Periksa gula darah.
b. Obati dengan antibiotik segera bila ada dugaan sepsis, segera setelah mengambil
kultur tetapi sambil menunggu hasil kultur.
c. Pilihan antibiotik bergantung kepada kejadian dan praktik setempat.
1) Sepsis awitan dini (Early-onset sepsis). Mencakup organisme gram positif dan
gram negatif, contoh: penicillin/amoxcillin + aminoglikosida (misalnya:
gentamisin/tobramisin).
2) Sepsis awitan lambat (Late-onset sepsis). Perlu juga mencakupstafilokokus dan
enterokokkus koagulase negatif, contoh: methicillin/flucloxacillin + gentamisin
atau sefalosporin / gentamisin + vancomysin.
J. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut (Meito, 2013) fokus pengkajian sepsis adalah sebagai berikut:
Menggunakan pendekatan ABCDE.
1. Airway: yakinkan kepatenan jalan napas, berikan alat bantu napas jika perlu (guedel
atau nasopharyngeal), jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU.
2. Breathing: kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakangejala yang
signifikan, kaji saturasi oksigen, periksa gas darah arteri untukmengkaji status
oksigenasi dan kemungkinan asidosis, berikan 100%oksigen melalui non re-breath
mask, auskulasi dada, untuk mengetahuiadanya infeksi di dada, periksa foto thorak.
3. Circulation: kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tandasignifikan,
monitoring tekanan darah, tekanan darah, periksa waktu pengisian kapiler, pasang
infuse dengan menggunakan canul yang besar, berikan cairan koloid-gelofusin atau
haemaccel, pasang kateter, lakukan pemeriksaan darah lengkap, siapkan untuk
pemeriksaan kultur, catattemperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature
kurang dari36Oc, siapkan pemeriksaan urin dan sputum, berikan antibiotic
spectrumluas sesuai kebijakan setempat.
4. Disability: Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkatkesadaran dengan
menggunakan AVPU.
5. Exposure: Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dantempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya
Menurut (Azizah, 2017), pemeriksaan fisik dari sepsis adalah sebagai berikut:
Keadaan umum : lemah
Kesadaran :GCS (E:V:M)
TTV, BB/TB :
 Pengukuran TD dilakukan 2x, dengan sela antara 1-5 menit, pengukuran tambahan
dilakukan jika hasil ke-2 pengukuran sebelumnya sangat berbeda
 Pengukuran denyut jantung dengan menghitung nadi (30 detik) dilakukan saat
duduk segera sesudah pengukuran tekanan darah.
a. Kepala : Normal, distibusi rambut merata, beruban, kulit kepala
dalam keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun
kutu rambut, wajah simetris, nyeri tekan negatif.
b. Mata : pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
c. Telinga : pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan
pendengaran.
d. Hidung dan sinus : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
e. Mulut dan tenggorokan : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
f. Leher : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
g. Payudara : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
h. Pernafasan : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
i. Kardiovaskular : nadi teraba cukup kuat, lansia biasanya mengeluh
dadanya berdebar-debar. Terkadang terasa nyeri dada.
j. Gastrointestinal : Mual dan muntah
k. Perkemihan : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan
l. Urinaria : Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
m. Muskuloskeletal : merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca
dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang,
tulang dada, pipi, klavikula tampak menonjol, terjadi
sarkopenia, ekstremitas atas atau bawah hangat.
n. Sistem endokrin : pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut (Elyana, 2022) diagnosa keperawatan sepsis adalah sebagai berikut:
1. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (imununosupresi)
2. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
4. Resiko syok b.d sepsis
L. INTERVENSI
Berdasarkan SDKI (2016), SIKI dan SLKI (2018) sebagai berikut:
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Resiko infeksi b.d Tingkat infeksi Pencegahan infeksi


ketidakadekuatan
Tujuan: setelah Observasi:
pertahanan tubuh
dilakukan askep 3x24  Monitor tanda dan gejala
sekunder
(imununosupresi) jam tingkat infeksi infeksi

menurun, dengan kriteria Terapeutik:


D.0142
hasil:  Berikan perawatan kulit pada

 Kemerahan menurun area edema

 Nyeri menurun  Pertahankan teknik aseptik

 Bengkak menurun pada pasien berisiko tingi

L: 14137 Edukasi:

 Jelaskan tanda dan gejala

infeksi

 Anjurkan meningkatkan

asupan nutrisi

Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian

imunisasi

I. 14539

2. Hipertermia b.d proses Termuregulasi Manajemen Hipertermia


penyakit (infeksi)
Tujuan: setelah Observasi:

dilakukan askep 3x24  Identifikasi penyebab


D.0130
jam termuregulasi hipertermia

membaik, dengan kriteria  Monitor suhu tubuh

hasil:  Monitor kadar elektrolit


 Suhu tubuh Terapeutik:

membaik  Sediakan lingkungan yang

 Kejang menurun dingin

L.14134  Longgarkan atau lepaskan

pakaian

 Lakukan pendinginan

eksternal

Edukasi:

 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian cairan

dan elektrolit intravena

I. 15506

3. Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas Terapi oksigen


b.d ketidakseimbangan Tujuan: Setelah Observasi:
ventilasi-perfusi dilakukan askep 3x24  Monitor kecepatan aliran
jam diharapkan oksigen.
pertukaran gas pasien  Monitor posisi alat terapi
D.0003
meningkat dengan oksigen.
Kriteria hasil:  Monitor aliran oksigen secara
 Tingkat kesadaran periodik dan pastikan fraksi
meningkat yang diberikan cukup.
 Dyspnea / nafas Terapeutik:
pendek mengalami  Pertahankan kepatenan jalan
penurunan nafas ( Teknik batuk efektif,
 Bunyi napas suction, insersi jalan nafas
tambahan menurun buatan).
L: 01003  Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen ( Nasal
kanul , rebreathing mask, &
non rebreathing mask),
oksigen, regulator.
 Berikan oksigen tambahan,
jika perlu ( naikan kecepatan
aliran sesuai kebutuhan).
Edukasi:
 Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen di
rumah.
Kolaborasi:
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas atau
saat tidur
I: 01026

4. Resiko syok b.d sepsis Tingkat syok Pencegahan syok

Tujuan: setelah Observasi:


D.0039
dilakukan askep 3x24  Monitor status oksigenasi

jam tingkat syok  Monitor status cairan

menurun, dengan kriteria  Monitor tingkat kesadaran


hasil: dan respon pupil
 Kekuatan nadi Terapeutik:

meningkat  Berikan oksigen untuk

 Tingkat kesadaran mempertahankan saturasi

meningkat oksigen >94%

L: 03032 Edukasi:

 Jelaskan penyebab/faktor
risiko syok

 Jelaskan tanda dan gejala

syok

Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian IV

 Kolaborasi pemberian

antiinflamasi

I. 02068

M. EVALUASI
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara yang
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan tindakan yang
disesuaikan pada kriteria hasil dalam tahap perencanaan (Setiadi, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I.M., & Suastika, I.K. (2019). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.

Ellyana. (2019). LAPORAN PENDAHULUAN SEPSIS. DIV KEPERAWATAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA. https://scholar.goggle.com

Meito. (2013). LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN SEPSISDI INSENTIVE CARE


UNIT (ICU)RSUD R.A KARTINI JEPARA.
https://www.academia.edu/9216334/143347168_lp_sepsis_ICU_docx

PPNI. (2016). Strandar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Strandar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Strandar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Purnama. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Pernapasan: Salemba

Riza. (2022). LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEPASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA PASIEN“SEPSIS”. PROGRAM PROFESI NERSSEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MAJAPAHITMOJOKERTO.
https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-mitra-keluarga/
keperawatan-kritis/lp-sepsis-di-nicu-2022-1/38672980

Setiadi. (2018). Evaluasi Pemberian Asuhan Keperawatan.


http://eprints.umm.ac.id/40038/3/Evaluasi keperawatanf

Sumantri. (2017). Patofisiologi Sepsis. https://scholar.goggle.com

Anda mungkin juga menyukai