Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PADA

PASIEN RHEUMATHOID ARTHRITIS

1. Topik : Rheumathoid Arthritis


2. Sasaran
Lansia dengan Rheumathoid Arthritis
3. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit pasien
mampu memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit
diharapkan kelompokmampu :
1. Menyebutkan Pengertian Rheumathoid Arthritis.
2. Menyebutkan Tanda dan Gejala Rheumathoid Arthritis.
3. Menyebutkan Faktor Penyebab Rheumathoid Arthritis.
4. Menyebutkan Komplikasi Rheumathoid Arthritis.
5. Menyebutkan Cara pencegahan terhadap Rheumathoid
Arthritis.
6. Menyebutkan Cara Pengobatan Rheumathoid Arthritis.
4. MATERI
(terlampir)

5. METODE
a. Ceramah
b. Diskusi / Tanya jawab
6. MEDIA
A. Media
1. Leaflet
2. Lembar Balik
7. WAKTU
Minggu, 05 Desember 2021

NO WAKTU KEGIATAN KETERANGAN


. PENYULUHAN

1. 08.00 – Pembukaan Pemberi


08.10 1. Salam perkenalan Pendidikan
WIB 2. Doa pembukaan Kesehatan
3. Menawarkan kontrak
waktu

2. 08.10 – Penyajian Pemberi


08.50 1. Penyampaian materi Pendidikan
WIB 2. Tanya Jawab Kesehatan

3. 08.50 – Penutup Pemberi


09.00 Doa dan salam penutup Pendidikan
WIB Kesehatan

8. TEMPAT
Rumah klien
9. KRITERIA EVALUASI
a. Kriteria Struktur :
1) Peserta hadir pasien Rheumathoid Arthritis.
2) Penyelenggara penyuluhan dilakukan di rumah.
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelum dan saat penyuluhan.
b. Kriteria Proses :
1) Keluarga antusias terhadap materi pendidikan kesehatan.
2) Peserta konsentrasi mendengarkan pendidikan kesehatan.
3) Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan secara benar.
c. Kriteria Hasil :
1) Menyebutkan Pengertian Rheumathoid Arthritis.
2) Menyebutkan Tanda dan Gejala Rheumathoid Arthritis.
3) Menyebutkan Faktor Penyebab Rheumathoid Arthritis.
4) Menyebutkan Komplikasi Rheumathoid Arthritis.
5) Menyebutkan Cara pencegahan terhadap Rheumathoid
Arthritis.
6) Menyebutkan Cara Pengobatan Rheumathoid Arthritis.
Lampiran Materi SAP

A. Pengertian Rheumatoid Arthritis.

Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit yang menyebabkan nyeri


pada sendi yang biasanya disertai pembengkakan dan kadang
kadang perubahan struktur sendi. Meskipun artritis biasanya
menyerang lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan, namun
artritis juga bisa menyerang punggung dan sendi panggul sehingga
menyebabkan nyeri punggung kronik. (Febi, 2018)

Artritis reumatoid adalah atritis yang dirasa paling nyeri dan bentuk
artritis yang paling melemahkan. Teoretiks menjelaskan bahwa
mekanisme pencetus, mungkin serius menyebabkan sistem imun
menjadi terlalu aktif. Presdiposisi genetik terhadap gangguan tampak
turut berperan beberapa anggota dari satu keluarga dapat mengalami
gangguan ini. (Roshdal, 2017).

B. Tanda dan Gejala Rheumatoid Arthritis


Gejala awal rheumatoid arthritis meliputi kelelahan, nyeri sendi dan
kekauan. Gejala lainnnya yang mungkin dirasakan seperti flu,
dengan perasaaan sakit, nyeri otot, dan kehilangan nafsu makan
(Suiraoka, 2012).

Gejala – gejala rheumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung


pada tingkat peradangan jaringan. Peradangan bersifat simetris,
muncul di kedua sisi tubuh secara berkelanjutan, seperti pergelangan
tangan, lutut atau tangan, ketika peradangan jaringan surut atau
mereda, penyakitnya tidak aktif. (Akmal, dkk, 2011).

Gejala rheumatoid arthritis bervariasi pada setiap orang.


Rheumatoid arthritis umumnya ditandai dengan adanya beberapa
gejala yang berlangsung selama minimal 6 minggu, yaitu:
a. Kekauan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60
menit di pagi hari
b. Bengkak pada 3 hari atau lebih sendi pada saat yang bersamaan
c. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi - sendi tangan.
d. Sendi yang mengalami pembengkakan dan nyeri biasanya terasa
hangat dan lembek bila disentuh.
e. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris
(nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya
menyerang sendi pergelanga tangan.
f. Penumpukan cairan. Cairan dapat terakumulasi terutama di
pergelangan kaki. Pada beberapa kasus, kantung sendi belakang
lutut kaki mengakumulasi cairan dan membentuk apa yang
dikenal sebagai kista baker. (Suiraoka, 2012)

C. Faktor Penyebab

Penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui. Faktor genetik


diyakini memainkan peran dalam perkembangannya, kemungkinan
kombinasi dengan faktor lingkungan . Diperkirakan bahwa agen
infeksius, seperti mikroplasma, virus Epstein-Barr, atau virus lain
dapat memainkan peran dalam memulai respon imun abnormal yang
tampak di rheumatoid arthritis ( LeMone, dkk 2015)

Antibodi dari aliran darah bergerak ke selaput sendi sinovial,


menyebabkan sendi- sendi bengkak. Bengkak mempengaruhi
kemampuan tendon tulang, dan ikatan sendi (ligamen) yang
mengggerakan sendi, menimbulkan sakit ketika bergerak. Umumnya
terjadi radang dan nodule (bongkol kecil) di sekitar sendi, biasanya
yang sering terkena adalah pergelangan tangan, lutut dan kaki
(Digiulio, 2014). Akibat dari pembengkakan yang timbul, seseorang
akan merasakan nyeri dan kaku sendi yang membuat seseorang
malas untuk beregerak dan beraktivitas.
D. Komplikasi Rheumathoid Arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik yang dapat
mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi. Menurut (Aspiani,
2014) rheumatoid arthritis dapat menimbulkan komplikasi pada bagian
lain dari tubuh :
a. Sistem respiratori
Peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai pada
rheumatoid arthritis. Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat
berupa nyeri tenggorokan, nyeri menelan, atau disfonia yang
umumnya terasa lebih berat pada pagi hari. Pada rheumatoid arthritis
yang lanjut dapat pula dijumpai efusi pleura dan fibrosis paru yang
luas.
b. Sistem kardiovaskuler
Seperti halnya pada sistem respiratorik, pada rheumatoid arthritis
jarang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau gangguan
faal jantung. Akan tetapi pada beberapa pasien dapat juga dijumpai
gejala perikarditis yang berat. Lesi inflamatif yang menyerupai nodul
rheumatoid dapat dijumpai miokardium dan katup jantung. Lesi ini
dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolisasi, gangguan
konduksi, aortitis dan kardiomiopati.
d. Sistem gastrointestinal
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab
morbiditas dan mortalitas utama pada rheumatoid arthritis
(Aspiani, 2014).
e. Sistem persarafan
Komplikasi neurologis yang sering dijumpai rheumatoid
arthritis umumnya tidak memberikan gambaran yang jelas
sehingga sukar untuk membedakan komplikasi neurologis akibat
lesi artikular dari lesi neuropatik. Pathogenesis komplikasi
neurologis pada umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
instabilitas vertebre, servikal, neuropai jepitan atau neuropati
iskemik akibat vasculitis.
f. Sistem perkemihan : ginjal
Berbeda dengan lupus eritematosus sistemik pada rheumatoid
arthritis jarang sekali dijumpai kelainan glomelural. Jika pada
pasien rheumatoid arthritis dijumpai proteinuria, umumnya hal
tersebut lebih sering disebabkan karena efek samping
pengobatan seperi garam emas dan D-penisilamin atau erjadi
sekunder akibat amiloidosis. Walaupun kelainan ginjal
interstisial dapat dijumpai pada syndrome sjogren, umumnya
kelainan tersebut lebih banyak berhubungan dengan penggunaan
OAINS. Penggunaan OAINS yang tidak terkontrol dapat sampai
menimbulkan nekrosis papilar ginjal (Aspiani, 2014).
g. Sistem hematologis
Anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan gambaran
eritrosit normosistik-normokromik (hipokromik ringan) yang
disertai dengan kadar besi serum yang rendah serta kapasitas
pengikatan besi yang normal atau rendah merupakan gambaran
umum yang sering dijumpai pada rheumatoid arthritis. Enemia
akibat penyakit kronik ini harus dibedakan dari anemia defisiensi
besi yang juga dapat dijumpai pada rheumatoid arthritis akibat
penggunaan OAINS atau DMARD yang menyebabkan erosi
mukosa lambung

E. Cara pengobatan rheumathoid arthritis

Salah satu dengan cara minyak atsiri jahe merah, Kandungan dari
jahe merah sangat banyak dan bervariasi tergantung pada tempat
asal penanaman jahe merah, iklim saat panen, spesies jahe,
kematangan rimpang, dan tergantung rimpangnya segar atau kering
dan metode persiapan ekstrak (Ali et al. 2008; Bartels et al. 2015).
Materia medica melaporkan minyak atsiri yang terkandung adalah
sebanyak 1-3% pada tiap rimpang jahe merah.

Minyak atsiri tersebut bermanifestasi pada bau jahe yang


berkarakteristik tajam dan pedas. Pada minyak atsiri terkandung
sesquiterpenoid (seperti zingiberene, α-curcumene, β-bisabolene, α-
farnesene), monoterpenoid (seperti β-sesquiphellandrene dan
camphene), konsep fenolik dari aroma jahe merah yang tajam
(gingerol dan shogaol sebanyak 5-8 %), lechitin, protein, zat tepung
(60%), vitamin, mineral dan lain-lain (Ali Hasan 2012; Ali et al.
2008; Young et al. 2006).
Dokumentasi :
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M., Nasir, M., Podding, T., & Susaldi. (2016). Keperawatan Medikal
Bedah:

Akmal Mutaroh, dkk. (2011). Ensiklopedia Kesehatan untuk Umum. Jogjakarta:


ArRuzz Media

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC

De Guzman CC and J.S Siemonsma. (2011). PROSEA-Plant Resources of South-


East Asia No. 13. Spices. Backhuys Publisher, The Leiden

DiGiulio, Mary. (2014). Keperawatan Medical Bedah. Ed.1. Yogyakarta : Rapha


publishing

Hidayat, S. (2015). Pengaruh terapi kompres jahe terhadap tingkat nyeri


osteoartritis pada lansia di upt. puskesmas guluk-guluk. Jurnal
Kesehatan “Wirajaya Medika.”

Febriana (2015). Penatalaksanaan Pada Kasus Rheumatoid Arthritis Ankle


Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lase,Hartati. (2015). Pengaruh Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Pada


Penderita Rheumathoid Arthritis Usia 40 Tahun Keatas Di Lingkungan
Kerja Puskesmas Tiga Balata 2015. Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih


bahasa.Jakarta: EGC

Machfoedz, Ircham. 2018. Metodologi Penelitian: Kuantitatif & Kualitatif.


Yogyakarta: Fitramaya

Nugroho, W. (2015). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1, Salemba
Medika. Jakarta. Hal. 226-231, 534-535

Priyoto. (2015). Perubahan dalam perilaku kesehatan konsep dan aplikasi.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Redi Aryanta, I. W. (2019). Manfaat Jahe Untuk Kesehatan. Widya Kesehatan,


1(2), 39-43. https://doi.org/10.32795/widyakesehatan.v1i2.463
Resmi (2018). Kebutuhan Dasar Manusia aplikasi konsep dan kompetensi
keperawatan. Perdana Medika.

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (Riskesdas)(Vol. 44,


Issue 8). https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

Rosdhal, dkk, (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.

Rose, J. (2013). The aromatherapy book: applications and inhalations. North


Atlantic Books. Dudareva, N., & Pichersky, E. (Eds.). (2010). Biology of
floral scent. CRC Press.

Ruderman, E., & Tambar, S. (2012). Rheumatoid arthritis. Atlanta : American


College of Rheumatology.

Sakti, N. P. R., & Muhlisin, A. (2019). Pengaruh Terapi Komplementer Meditasi


terhadap Respon Nyeri pada Penderita Rheumathoid Arthtritis. The
9thUniversity Research Colloqium (Urecol), 9(1)

Setyawan Andy Ricky. (2013). Efektivitas Krim Ekstrak Zingiber officinale Linn.
var. rubrum sebagai Penurun Nyeri Sendi pada Lansia. Mutiara Medika

Shukla, Y., & Singh, M. (2007). Cancer preventive properties of ginger: a brief
review. Food and chemical toxicology, 45(5), 683- 690

Sinaga, Manotar. 2017. Riset Kesehatan Panduan Praktis Menyusun Tugas Akhir
Bagi Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.

Utami, P.& Tim Lentera, 2014. Khasiat dan Manfaat jahe Merah si rimpang
ajaib, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Wahyuni, N. (2016). Pengaruh Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Pada


Penderita Rheumathoid Arthritis Universitas Muhammadiyah Magelang
Di Wilayah Kerja Puskesmas Balam Medan Sunggal. Jurnal
Keperawatan Flora, IX(1).

Anda mungkin juga menyukai