NABATI
PANGAN SEMI BASAH : PEMBUATAN JELI BUAH
Asisten Praktikum : Ade Siti Rahmawati
Oleh :
Berliana Mustika Sari
B.2110186
1.2. Tujuan
Alat :
- Nanas
- Jambu Biji
- Gula Pasir
- Pektin
- Asam Sitrat
Pengamatan
Manis
Khas Asam Padat
0 Kuning Jernih Kekuningan 4
Nanas Khas (Kenyal)
Nanas
Agak
Sedikit Keruh
3 (Suhu Ruang) Kuning Sedikit - Padat 4
(Kuning)
Asam
Manis
3 (Suhu Khas Asam
Kuning Padat Jernih Kekuningan 4
Refrigerator) Nanas Khas
Nanas
Asam
5 (Suhu Ruang) Kuning - Padat Keruh (Kekuningan) 4
Busuk
Manis
5 (Suhu Khas Asam
Kuning Padat Keruh (Kekuningan) 4
Refrigerator) Nanas Khas
Nanas
3.2. Pembahasan
Jeli merupakan produk makanan bersifat semi padat yang terbuat dari sari buah-
buahan yang dimasak dalam gula. Pada prinsipnya pembuatan jeli adalah hasil ekstraksi
dari buah untuk mendapatkan pektin dengan pemanasan sehingga di peroleh sari buah.
Dengan kombinasi pektin yang cukup, gula dan asam yang tepat akan membentuk jeli yang
baik.
Menurut Koswara (2006), jeli merupakan makanan setengah padat yang dibuat
dari buah-buahan dan gula dengan kandungan total padatan minimal 65%. Komposisi
bahan mentahnya ialah 45% bagian buah dan 55% bagian gula. Pembuatan jeli tidak
menggunakan pulp tetapi sari buah. Jeli yang baik memiliki tekstur yang kenyal,
transparan, serta memiliki aroma dan rasa buah yang asli.
Pada prinsipnya semua jenis buah dapat digunakan untuk membuat jeli, terutama
buah yang mengandung pektin. Untuk menghasilkan pektin yang banyak, buah yang
digunakan sebaiknya matang fisiologis, namun untuk mendapatkan cita rasa (aroma dan
rasa) digunakan buah yang sudah matang morfologis. Sebaiknya dalam pembuatan jeli
digunakan buah matang fisiologis dan matang morfologis dengan perbandingan yang sama
untuk menghasilkan komposisi pektin yang tepat dan cita rasa yang baik (Koswara, 2006).
Untuk dapat memperoleh jeli, maka pektin memegang peranan penting. Bila kadar
pektin yang terlalu rendah dalam buah, maka tidak dapat membektuk jeli. Kadar pektin
dari 1% cukup untuk membentuk struktur yang memuaskan. Pektin terdapat secara alamiah
dalam jaringan buah-buahan sebagai hasil degradasi protopektin selama pematangan.
Pektin pertama kali ditemukan oleh Braconnot pada tahun 1928 di Prancis.
Pektin dalam jumlah banyak dapat di peroleh dari buah-buahan yang telah matang
dan belum ada tanda-tanda kebusukan. Tetapi tidak semua buah kaya akan pektin. Bagian
buah yang akan pektin adalah bagian dekat kulit serta bagian dekat biji. Penambahan gula
dalam pembuatan jeli berfungsi sebagai bahan pengawet dan pengendap pektin. Kadar gula
optimum yang dapat ditambahkan setelah di panasakan adalah 65-68%. Jika lebih dari hasil
yang akan diperoleh terbentuk kristal sedangkan kadar gula terlalu rendah, maka konsitensi
jeli menjadi lemah. Sedangkan adanya asam berfungsi sebagai pengokoh jaringan jeli.
Kondisi pH optimum dalam pembuatan jeli adalah 3,2. Bila tingkat keasaman terlalu
rendah (diatas pH 3,5), maka jeli akan lemah atau hancur terjadi hidrolisa pektin, tetapi
bila tingkat keasaman lebih tinggi maka jeli tidak terbentuk karena pektin mengalami
dehidrasi. Struktur khusus dari produk jeli buah-buahan disebabkan karena terbentuknya
kompleks gel-pektin-gula-asam. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi hasil akhir dari
jeli, stabilitas fisik serta stabilitas terhadap mikroorganisme adalah tipe pektin, tipe asam,
mutu buah-buahan, prosedur pemasakan dan pengisian.
Tahapan pembuatan jeli ada dua yaitu pembuatan sari buah dan pembuatan jeli
atau pemasakan sari buah. Sari buah yang diperoleh sebaiknya diblansing selama 5 menit,
kemudian didiamkan selama satu jam sehingga semua kotoran mengendap dan diperoleh
sari buah yang bening. Dalam pembuatan jeli, sari buah dimasak dengan penambahan gula
hingga kental (Koswara, 2006).
Penentuan titik akhir pembuatan jeli dapat dilakukan dengan dua cara. Cara
pertama dilakukan dengan mencelupkan sebuah sendok kedalam sari buah, kemudian
diangkat. Bila masakan sari buah meleleh tidak lama, dan terpisah menjadi dua bagian,
hentikan pemasakan, artinya jeli telah terbentuk. Cara penentuan yang kedua adalah
dengan fork test atau uji menggunakan garpu, dimana sebuah garpu dicelupkan kedalam
masakan sari buah kemudian diangkat. Bila garpu diselimuti masakan sari buah yang
kemudian jatuh meninggalkan beberapa bagian jeli pada sisi garpu maka jeli telah
terbentuk.
Fungsi buah dalam pembuatan jeli adalah sebagai pemberi warna dan aroma serta
mengandung pektin yang sangat dibutuhkan untuk membuat struktur gel yang baik dan
kokoh. Jika pektin dalam buah kurang untuk membentuk gel, maka perlu dilakukan
penambahan pektin atau gelling agent lainnya. Penambahan pektin harus dilakukan
sebelum sari buah mengalami pemanasan (Wono, 2008).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan buah nanas dan
jambu biji. Buah nanas memiliki konsistensi larutan yang lebih padat dan membeku
sempurna, sedangkan pada jeli buah jambu hasil akhir pembuatan jeli mengalami
kegagalan dan masih tetap cair. Hal ini dapat disebabkan oleh formula penambahan gula,
pektin, dan kadar air bebas dalam buah serta tingkat kematangan buah jambu yang lebih
lunak dibandingkan buah nanas. Dari segi oreganoleptik, jeli buah nanas cenderung
memiliki rasa yang lebih manis dengan aroma khas nanas serta warna yang cenderung
jernih. Sedangkan jeli buah jambu memiliki rasa manis, aroma jambu , serta warna jeli
yang keruh merah jambu.
Pada hari ketiga setelah pengamatan jeli buah yang diletakan pada suhu ruang mulai
berbau asam dan muncul jamur keputihan, sedangkan jeli yang diletakan pada refrigerator
memiliki ketahanan yang lebih baik ditandai dengan organoleptik yang masih sama, serta
tidak adanya pertumbuhan khamir serta kapang didalamnya. Pada hari kelima jeli yang
diletakan pada suhu ruang sudah mulai rusak dan banyak terdapat pertumbuhan khamir
dan kapang. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kurang aseptis dan kurang
memerhatikan sanitasi pekerja dan peralatan, dimana jeli merupakan media yang cukup
baik untuk pertumbuhan bakteri dan jamur, serta pH yang cukup asam. Suhu dingin dalam
refrigerator diketahui dapat menekan pertumbuhan bakteri dan jamur serta dapat
mengawetkan makanan sehingga jeli yang disimpan dapat bertahan lebih lama.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Jeli merupakan bahan pangan setengah produk yang dibuat dengan tidak kurang
dari 45% bagian berat sari buah dan 55% berat gula. Campuran ini dikentalkan sampai
mencapai kadar zat terlarut tidak kurang dari 65%, zat warna dan cita rasa dapat
ditambahkan untuk melengkapi kekurangan yang ada dalam buah itu sendiri.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan buah nanas dan
jambu biji. Buah nanas memiliki konsistensi larutan yang lebih padat dan membeku
sempurna, sedangkan pada jeli buah jambu hasil akhir pembuatan jeli mengalami
kegagalan dan masih tetap cair. Hal ini dapat disebabkan oleh formula penambahan
gula, pektin, dan kadar air bebas dalam buah serta tingkat kematangan buah jambu yang
lebih lunak dibandingkan buah nanas. Dari segi oreganoleptik, jeli buah nanas
cenderung memiliki rasa yang lebih manis dengan aroma khas nanas serta warna yang
cenderung jernih. Sedangkan jeli buah jambu memiliki rasa manis, aroma jambu , serta
warna jeli yang keruh merah jambu. Pada hari ketiga dan kelima jeli yang diletakan
pada suhu ruang sudah mulai rusak dan banyak terdapat pertumbuhan khamir dan
kapang. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kurang aseptis dan kurang memerhatikan
sanitasi pekerja dan peralatan, dimana jeli merupakan media yang cukup baik untuk
pertumbuhan bakteri dan jamur, serta pH yang cukup asam.
4.2. Saran
.
LAMPIRAN
Hancurkan sari buah dengan waring Panaskan air dengan gula dengan
blender atau dengan parutan perbandingan 1:1 aduk hingga larut,
lalu masukan sari buah sambil terus
diaduk
Ukur padatan terlarut sampai total
Tambahkan pectin, aduk sampai padatan terlarut mencapa 45-65%
adonan mulai mengental.
Kemas kedalam jar yang telah Simpan produk selama 5 hari dan
direbus 1 jam, kemudian tutup lakukan pengamatan
dengan baik