Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK

“RUKUN ISLAM TENTANG SYAHADAT”

Dosen Pembimbing: Pdt. Dr. Petrus Naek Bresman Pardede

Nama Anggota Kelompok:


1. Talenta Raja Julu Hasugian (21.3754)
2. Tenni Mei Tumanggor (21.3755)
3. Tiodora Maranatha Siahaan (21.3756)
4. Tunas Irwandi Siahaan (21.3757)
5. Vita Inara Tambunan (21.3758)
6. Yehezkiel Fredrick Pandapotan Pasaribu (21.3759)
7. Yolanda Sri Rezeki Pasaribu (21.3760)

Tahun Ajaran 2022/2023

STT HKBP PEMATANG SIANTAR


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Penulisan 1

D. Metode Penelitian 1

E.SistematikaPenulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

1. Pengertian Rukun Islam 3

2. Etimologi dan Terminologi Syahadat 3

3. Asal Mula Munculnya Kalimat Syahadat 7

4. Kandungan Kalimat Syahadat 9

5. Syarat-Syarat Syahadat 10

6. Makna Syahadat bagi Orang Muslim 12

7.Fungsi Syahadat 13

BAB III PENUTUP 16

a. Kesimpulan 16

b. Saran 16

Daftar Pustaka 17

i
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ajaran Islam terdapat pokok-pokok ibadah yang menjadi landasan umat
agama Islam. Umat beragama islam haruslah berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran
yang ditetapkan dan berlaku bagi kaum muslimin. Karena itu adalah ajaran yang dari
Allah SWT dalam rukun islam. Rukun islam mencakup kelima bagian yang menjadi
sumber utama dalam ajaran Islam, yaitu syahadat, shalat, membayar zakat, menjalankan
puasa dibulan Ramadhan, menunaikan Haji (ibadah umroh). Kelima pokok rukun islam
tersebut dan pelaksanaan pokok-pokok ibadah yang terkandung didalamnya menjadi
kewajiban yang harus dilaksanakan bagi kaum muslim. Melalui pokok-pokok
pelaksanaan ibadah tersebut kami hanya memaparkan satu bagian saja yaitu tentang
Syahadat karena itu, pembahasan kami berjudul “Rukun Islam Tentang Syahadat”.
Sehingga berdasarkan pemaparan kami tidak hanya berdasar pada observasi sendiri dan
kami juga masih meningkatkan pemahaman kami terhadap kualitas isi dan kajian yang
kami uraikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok kami juga merumuskan masalah
yang akan menjadi bahan kajian dalam makalah ini.

1. Apa itu Syahadat?


2. Bagaimana sejarah Syahadat?
3. Apa saja yang terkandung dalam kalimat syahadat?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu syahadat.
2. Mengetahui bagaimana sejarah syahadat.
3. Mengetahui apa yang terkandung dalam kalimat syahadat.

D. Metode Penelitian
Kelompok melakukan metode penelitian secara literatur dan kelompok mengkaji
perihal-perihal pembahasan serta pengertian ini diambil dari berbagai sumber buku, dan
artikel yang diakses dari internet.

1
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Berisikan Pendahuluan yang terdiri dari:Latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : BAB ini memaparkan tentang rukun islam, etimologi dan terminologi syahadat,
asal mula munculnya kalimat syahadat, kandungan kalimat syahadat, syarat-
syarat syahadat, makna syahadat bagi orang muslim, dan fungsi syahadat.
BAB III : Penutup berupa kesimpulan dan saran.

2
BAB II

PEMBAHASAN
1. Rukun dalam Islam
Terdapat dua rukun yang ada pada agama Islam, yakni rukun Islam dan rukun Iman.
Mengenai rukun Islam, pada umumnya penganut muslim didoktrin untuk memegang
lima rukun Islam yang menjadi pilar untuk menyatukan mereka sebagai sebuah
komunitas agama. Yang berisi: mengucapkan dua kalimat Syahadat yang menyatakan
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan-Nya, mendirikan shalat
wajib lima kali sehari, berpuasa pada bulan Ramadhan, membayar zakat, dan
melaksanakan ibadah haji bagi orang-orang yang mampu.1 Yang menjadi fokus utama
dalam tulisan ini adalah terkait dengan Syahadat.

Dalam kalimat Syahadat mereka berpegang pada kesaksian yang menyatakan bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah. Manusia mengucapkan
kesaksian itu dengan lidahnya setelah diimani olehnya dan menjalankan tuntutan dan
konsekuensi dalam agama itu dengan sepenuh hati. Mengucapkan dua Syahadat itu
menyertai keimanan terhadap tanggungjawab bersifat gaib yang disampaikan oleh Allah
SWT melalui perantaraan Rasul-Nya.2 Oleh karena itu, ada yang dinamakan dengan
rukun Iman. Rukun-rukun itu yaitu beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab suci-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan qadar. Keenam ini disebut
rukun Iman yang semuanya itu sudah termasuk ke dalam dua syahadat.

Oleh karena itu, jika seorang muslimin telah menjalankan dua syahadat maka dia
telah menjalankan semua rukun iman. Jika seseorang ingin menjadi Islam, cukup
mengucapkan, “saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah.” Namun jika terdapat Tindakan yang melanggar salah satu rukun iman
berarti membatalkan dua syahadat dari pangkalnya. Ini karena pemahaman terhadap
keberadaan rukun-rukun ini membantu untuk memahami dengan baik dua syahadat itu.

2. Etimologi dan Terminologi Syahadat


Pengertian Syahadat berdasarkan etimologinya berasal dari kata Syahada –
Yasyhadu yang artinya bersaksi-menyaksikan. Atau I’lan (pernyataan), qassam

1
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern, (Yogyakarta: DIVA
Press (Anggota IKAPI, 2021),hal 27.
2
Said Hawwa, Al-Islam, (Jakarta: Daarus Salaam, 1414 H-1993 M, 2017),hal 11.
3
(sumpah), dan wa’dun (janji). Kata Asyhadu berarti saya bersaksi atau saya
menyaksikan. Pengertian secara utuh adalah saya memberikan kesaksian.
Arti secara terminologis adalah memberikan kesaksian yang tidak hanya dalam
bentuk ucapan melainkan menjadi keyakinan tanpa ada keraguan dan direalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari untuk mencerminkan sebagai seorang muslim.3
Syahadat atau syahadatain merupakan pernyataan resmi bahwa ia telah
memproklamasikan diri sebagai pemeluk islam dan siap menerima segala macam
peraturan atau hukum yang berlaku pada dirinya secara sukarela atau ridha. Kalimat
Syahadat sering ditemukan dalam Alquran dan hadis. Misalnya, pada Umar bin Khatab
r.a. dikatakan bahwa, “suatu hari ketika kami duduk di dekat Rasulullah Saw., tiba-
pada tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat
hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun
di antara kami yang mengenalnya. Kemudian, ia duduk di hadapan Rasulullah, lalu
mendempetkan kedua lututnya ke lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas
kedua pahanya, kemudian berkata, “Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang
Islam.”

Kemudian Rasulullah menjawab, “Islam adalah hendaklah engkau bersaksi tiada


sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah
utusan Allah. Hendaklah engkau mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa pada
bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke rumah Allah jika mampu melakukannya.”
(H. R. Muslim). Kalimat Syahadat bertujuan untuk meneguhkan orang yang beriman
yang diberikan oleh Allah. Dasar kitabnya adalah “Allah meneguhkan (iman) orang-
orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki” (Q. S. Ibrahim: 27).

Makna ‘ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat’ dalam ayat
ini adalah dua kalimat Syahadat yang ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah Saw. dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Dari Baro’ bin r.a. bahwasanya
Rasullulah Saw. bersabda, “seorang muslim ketika ditanya di dalam kuburnya oleh
malaikat Munkar dan Nakir maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali
Allah dan Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah”, itulah makna bahwa Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat.

3
Syarif Hidayatullah,Ensiklopedia Rukun Islam: Syahadat( Jakarta Selatan: Al-Kautsar Prima, 2008) hal 2-3.
4
Rukun Syahadat

Rukun Syahadat Tauhid Laa Ilaaha Illallah.

Ada dua rukun dalan Syahadat pertama ini, yaitu:


a) “Laa ilaaha” yang bermakna an-Nafyu (peniadaan), menghilangkan segala bentuk
sikap, perbuatan, perkataan yang mengandung unsur syirik.
b) “Illalaah” yang bermakna al-Itsbat (penetapan), menetapkan hanya Allah swt
satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.

Syahadat pertama adalah ucapan Laa Ilaaha illallahu (tidak ada Tuhan selain
Allah). Artinya, dia hanya menyembah Allah dan tidak menyembah yang lain sebagai
sekutu Allah. Kalimat ini disebut kalimat tauhid yakni yang menjadi inti ajaran semua
nabi. Hal ini didukung oleh: Katakanlah, “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia..” (Q.S. 7:59). Kalimat Tauhid inilah
yang menyebut para nabi mengajak kaumnya untuk menyembah Allah dan kalimat
inilah yang utama didakwahkan oleh umat Islam kepada seluruh manusia sehingga
mereka mengucapkan dua kalimat Syahadat dan meyakininya sepenuh hati.

Syahadat kedua adalah ucapan Muhammadurasululah (Muhammad adalah


utusan Allah. Ajaran rasul yang wajib diyakini oleh sebab ajaran rasul lain seperti
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan lainnya telah dipengaruhi oleh pengikutnya yang
justru bertentangan dengan ajaran aslinya. Ajarannya terletak pada Alquran, selain
diyakini juga wajib diamalkan dengan menaati perintah dan menjauhi larangan serta
beribadah kepada Allah SWT seperti melaksanakan sunat Rasulullah.

Rukun Syahadat Muhammadan Rasulullah.


Pada syahadat kedua ini juga terdapat dua rukun didalamnya, yaitu pada kalimat
abduhu wa Rasuluhu yang berarti hamba dan utusanNya. Dalam kalimat ini terdapat
kalimat yang meniadakan ifrath (Melebihkan) dan taftith (merendahkan) diri Rasulullah
saw. Yang dimaksud melebihkan adalah terlalu ber;ebihan memandang dan memuja
Rasullullah saw dan hampir menyamakan kedudukan dengan TuhanNya, sedangkan yang
dimaksud merendahkan adalah merendahkan keberadaan Rasulullah dan enggan
mendengar atau menerima beliau sebagai manusia yang dianugerahi kelebihan dan
kesempurnaan budi pekerti.4

4
Abbdullah Al Fauzan, Kitab Tauhid, (Jakarta: Akafa Press 1998, Cet 1), hal 89.
5
Wajib meyakini bahwa nabi Muhammad Saw. adalah nabi dan rasul terakhir
yang harus dicontoh dan diikuti. Hal ini didasarkan pada Q. S. Al Ahzab:40, “bukanlah
Muhammad itu bapak salah seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah
dan penutup para nabi.” Wajib juga diyakini bahwa kebenaran yang dibawa oleh nabi
Muhammad Saw. karena beliau mendapat wahyu dan bimbingan langsung dari Allah.5
Dapat dikatakan bahwa syarat utama seseorang masuk islam itu adalah dengan
bersyahadat. Juga bahwa kaum muslimin sangat berpengaruh terhadap syahadat itu
karena sesuatu hal yang mengikat pikiran dan tindakan mereka untuk mengimani
persaksian itu. Syahadat dibagi kedalam dua bagian yaitu: Syahadat Tauhid dan
Syahadat Rasul. Syahadat Tauhid yang mengambil arti, persaksian bahwa Allah itu Esa
dan Tuhan. Yang kedua, Syahadat Rasul yang memberi pengertian bahwa persaksian
Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Kalimat Syahadat merupakan kalimat yang utama dan pertama yang harus
diucapkan dan dipahami apabila seseorang masuk Islam dan bagi seluruh umat Islam
pada umumnya. Syahadat ini mengandung dua pengertian yang sangat mendasar yaitu
bahwa tiada Ilah selain Allah dan Muhammad SAW adalah Rasulullah. Dua kalimat
syahadat merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, hal ini
mengindikasikan bahwa ketika seseorang telah bersyahadat dan bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selaian Allah Swt.6 Dalam kamus al-Munawwir memiliki beberapa makna yang
berarti bukti, sumpah, kesaksian/pengakuan.7 Kata “saksi” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki beberapa makna: 1. Orang yang melihat atau mengetahui sendiri
suatu peristiwa (kejadian), 2. Orang yang memberikan keterangan di muka hakim untuk
kepentingan terdakwa, 3. Keterangan (bukti pernyataan) yang diberikan oleh orang yang
melihat atau mengetahui, 4. bukti kebenaran. “Bersaksi” menyatakan (mengakui) dengan
sesungguhnya.8

Beberapa tokoh memberikan defenisi menurut istilah diantaranya, Syekh Abd al-
Rahman menjelaskan dalam kitab Durus al- Fiqhiyyah bahwa syahadat adalah ber-
iqtiqod (memantapkan hati) sesungguhnya Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan
sesungguhnya Muhammad Saw adalah utusan Allah. 9 Sedangkan menuurt Syekh
Muhammad Nawawi Al-Jawy menerangkan bahwa syahadat adalah tiang Islam yang
5
Fazar M. N., Mengenal Kalimat Syahadat, (Bandung: CV Titian Ilmu, 2021), hal 2-4.
6
Rina Ulfatul Hasanah, Buku Pintar Muslim dan Muslimah (Panduan Memahami Islam Dengan Mudah). (Jakarta .
Medpress. 2009), hal 35.
7
Ahmad Warsono Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, Cet; IV, 1997),
hal 659.
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,( Cetatkan; IV, 2015), hal 120.
9
Abd. al-Rahman, Durus al-Fiqhiyyah ( Maktabah Syekh Salim), hal 3.
6
berarti juga fondasi agama Islam sedangkan rukun-rukun islam setelahnya adalah
pelengkap dari bangunan Islam. Syahadat adalah syarat sah amal muslim dapat diterima,
sehingga jika syahadat seseorang tidak sah, maka rukun-rukun islam setelahnya itu akan
sia-sia (tidak terhitung pahala).10

Syahadatain sebagai salah satu pilar dari lima rukun Islam dan menempati urutan
pertama menunjukkan syadat adalah titik sentral dan bersifat fundamental dari rangkaian
rukun islam yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa syahadat sesuatu yang sangat
mendasar dan harus dibangun dengan kokoh dan kuat tertancap dalam hati sanubari
seorang muslim.

Terdapat seperangkat ajaran Islam yang tersimpul pada 5 rukun sebagai pokok-
pokok ajaran Islam, yaitu: 1. Syahadataian sebagai penetapan visi dan misi kehidupan
(statement mission)
2. Salat membangun karakter (character building)
3. Zakat membangun ketangguhan/ketahanan sosial (social strength)
4. Puasa sarana pengendalian diri (self contolling)
5. Haji sebagai aplikasi total dari rangkaian ajaran Islam (total action)
Berdasarkan judul makalah ini maka pembahasan kelompok terfokus pada rukun
Islam pertama yaitu syahadat.

3. Asal Mula Munculnya Kalimat Syahadat


Kalimat Syahadat merupakan urutan pertama dalam rukun Islam. Di dalam
Alquran surat Ali Imran ayat 18 menyatakan bahwa sebab turunnya ayat (astabul
nuzul), yakni adanya dua orang ahli kitab yang akhirnya beriman kepada Allah Swt.
setelah bertemu dengan Rasulullah Saw. yang mengajarkan mereka kalimat Syahadat.
Pada saat Rasulullah Saw. sudah berhijrah ke Madinah, perkembangan Islam sangat
pesat. Banyak orang jahiliyah yang kemudian masuk Islam setelah tersentuh dengan
dakwah Islam Rasulullah Saw.

Di Madinah, dua orang ahli kitab yang berasal dari negeri Syam sengaja
mendatangi Rasulullah Saw. karena penasaran dan ingin membuktikan terhadap isi
kitab yang mereka pelajari, menyebutkan bahwa di kota itu telah datang seorang nabi
akhir zaman. Mereka tidak segan untuk menanyakan keberadaan nabi Muhammad Saw.
dan memperhatikan setiap orang yang berpapasan dengan mereka, akhirnya mereka
bertemu dengan Rasulullah. Kedua ahli kitab itu menanyakan hal yang ingin mereka

10
Muhammad Nawawi al-Jawy, Riyad al-Badi’ah, (Semarang: Pustaka al-‘Alawiyah), hal 3.
7
ketahui. Mereka mengatakan, “Wahai Muhammad, kami ingin mengetahui sesuatu
tentang kalimat Syahadat, apakah engkau bisa menjelaskannya dengan baik dan hati
kami tergugah karenanya, kami akan beriman dan mengikuti semua perintah dan ajakan
engkau.

Kedua ahli itu merupakan orang yang sudah mempelajari banyak kitab suci yang
diturunkan sebelum Alquran seperti kitab Zabur, Taurat, dan Injil. Pada saat itulah
Allah SWT. menyatakan ayat Alquran pada Q.S. Ali Amran: 18

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu
(juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Melalui ayat itulah mereka merasakan keagungan dan kebesaran Allah Swt. dan
akhirnya mereka mengucapkan kalimat Syahadat sebagai pengakuan atas keesaan Allah
Swt. dan meyakini bahwa nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah. Ini juga alasan
mengapa Syahadat menjadi urutan pertama dalam rukun Islam dilanjutkan dengan salat,
puasa, zakat, dan ibadah haji bagi yang mampu ke Baitullah.11

Mun’im Sirry dalam bukunya Kontroversi Islam Awal, mengatakan bahwa dua
kalimat syahadat baru pertama ditemukan dalam uang koin yang dikeluarkan oleh
Abdulmalik bin Marwan, khalifah kelima dari Bani Umayyah. Penelitian tentang data-
data numismatik (hal-hal berhubungan dengan koin) telah banyak dilakukan, salah
satunya oleh sarjana Inggris Chase F Robinson.12

Sejak menjabat sebagai khalifah, Abdulmalik mengeluarkan sejumlah koin yang


berbeda. Menarik dicatat, koin-koin yang dikeluarkannya merefleksikan kristalisasi
Islam sebagai agama secara bertahap. Di awal masa pemerintahannya, Abdulmalik
mengeluarkan koin yang menyerupai mata uang Persia dengan gambar seseorang seperti
Raja Khasru di bagian tengah koin.

Dalam koin lain terdapat gambar menyerupai salib. Hal itu bisa ditafsirkan bahwa
Abdulmalik masih bereksperimen dengan desain koin. Berdasar data historis ini
sebagian sejarawan mencoba merekonstruksi narasi kemunculan Islam. Tidak
mengagetkan jika mereka berkesimpulan bahwa sebelum masa Abdulmalik Islam belum

11
Fazar M. N. Mengenal Kalimat Syahadat, hal 6-8.
12
Mun’im Sirry. Kontroversi Islam Awal, (Bandung: Mizan, 2015), hal 77-130.
8
menjadi agama yang distingtif dari agama-agama lain. Dan baru pada masa- masa akhir
pemerintahannya, Khalifah Abdulmalik mengeluarkan koin dengan dua kalimat
syahadat ditulis di bagian pinggirnya. Itulah dokumen paling awal yang kita punya yang
mencakup dua kalimat syahadat.

Dari hal tersebut di atas kelompok berpendapat, hal itu tidak berarti kalimat “la
ilaha illa allah” atau “Muhammad rasulullah” tidak pernah ada sebelum ditemukan
koin yang terdapat dua kalimat syahadat tersebut. Oleh sebab itu, meskipun dua kalimat
syhadat baru ditemukan dalam koin pada masa Abdulmalik, namun kalimat dua
syahadat telah ada sebelumnya.

4. Kandungan Kalimat Syahadat


a. Madlul Syahadah (Ikrar/ Iqrar, sumpah (gasm), dan perjanjian yang teguh)

Dua kalimat syahadat merupakan pondasi utama ibadah dimana semua ibadah
dibangun diatasnya. Tidaklah diterima suatu ibadah, kecuali jika diniatkan ikhlas karena
Allah (kandungan syahadat Qaa ilaaha illallah) dan mengikuti syariat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam (kandungan syahadat Muhammad Rasulullah). 13 Kalimat
syahadat yang diucapkan oleh seorang muslim merupakan suatu pernyataan dari
keyakinannya, melalui hasil ikrar inilah maka sudah menjadi kewajiban bagi
pengikrarnya untuk menjalankan kewajibannya dan menegakkan serta memperjuangkan
apa yang telah ia ikrarkan.

b. Iman

Mengucapkan dua kalimat syahadat dengan penuh keyakinan dan kepastian


merupakan bagian dari iman seorang muslim.14 Syahadat yang dinyatakan oleh seorang
muslim dengan penuh kesadaran dan tanpa ada keterpaksaan dari pihak lain merupakan
ruh iman, yaitu:

i. Ucapan (qoul) yang senantiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci, artinya kalimat
syahadat yang diucapkan dengan penuh kebanggaan iman (isti’la-ul iman) berangkat
dari semangat isyhadu biannaa muslimin.
ii. Membenarkan (tashidiq) dengan hati tanpa keraguan, ini merupakan sikap dari
keyakinan seorang muslim yang menerima apa yang datang dari Allah tanpa adanya
unsur keterpaksaan.
13
Taufiqurrohman, Panduan syahadat, (Penerbit Pusat Ilmu, 2015), hal 3-8.
14
Ahmad Hamid, Sekelumit kandungan isi Al Qur’an,(Aceh: Syiah Kuala University Press, 2015), hal 136.
9
iii. Perbuatan (amal), amal yang memang berasal dari hati yang ikhlas dan paham atas
maksud atauran Allah maka akan menciptakan amal yang suci dimana kesucian ini
berasal dari kesucian hati dan mencari ridha ilahi, dan amal yang seperti inilah yang
dapat meunjukkan sikap mental dan moral Islam yang sesungguhnya (teladan Islam).

Karena seorang muslim yang sudah mengucapkan kalimat syahadat secara lisan namun
tidak melakukan amal (tanggungjawabnya) dengan baik merupakan muslim yang
berdusta dan sudah menyalahi janji.

c. Istiqomah

Keimanan seorang muslim yang sudah mencakup tiga hal diatas maka harus
dijaga dengan sikap istiqomah (konsisten, tetap dan teguh). Ini berarti seorang Islam
harus memiliki sikap yang konsisten terhadap apa yang ia imani, harus sabar dan tahan
uji. Sikap istiqomah ini akan melahirkan ciri-ciri seorang beriman yang sempurna,
yakni:

i. Syaja’ah (keberanian) sikap ini akan otomatis muncul dari keyakinan sebagai hamba
Allah, tidak akan ada satu hal pun didunia ini yang dapat membuatnya takut selain
Allah sendiri.
ii. Ithmi’nan (ketenangan) seorang muslim yang sudah menaruh rasa khawatirnya kepada
Allahnya maka tidak akan memiliki rasa takut lagi didalam hidupnya karena dia merasa
perlingungannya adalah Allah sendiri.
iii. Tafa’ul (optimis), meyakini bahwa masa depan adalah milik-milik orang yang beriman
saja.

d. Assa’adah

Dari ketiga hasil istiqomah tersebut maka akan membuahkan kebahagian bagi
orang yang memilikinya. Karena hanya seorang syahdah sejati yang dapat menimbulkan
sa’adah dan hanya Islam yang dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia di dunia
maupun akhirat.

5. Syarat-Syarat Syahadat
Syarat sahnya syahadat itu ada tujuh:

a. Mengetahui makna syahadat dengan kedua dimensinya, penafian dan penetapan.

10
b. Keyakinan, yaitu mengetahui dengan sempurna makna syahadat tanpa sedikit pun
keraguan terhadap makna tersebut.

c. Keikhlasan, kata ini diambil dari kata susu murni (al Laban al Khalish) yang tidak
lagi dicampuri kotoran yang merusak kemurnian dan kejernihannya. Maka ikhlas berarti
membersihkan hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat.

d. Kejujuran, yaitu lahirnya tidak menyalahi batinnya, dan harus saling sesuai dan
sejalan yaitu antara lahir dan batinnya, antara ilmu dan amalnya, antara apa yang ada
dalam hatinya dengan apa yang dikerjakan oleh raganya.

e. Cinta, yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan segala apa yang dari keduanya
berupa ilmu dan amal serta mencintai orang-orang beriman.

f. Ketundukan, yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya secara
lahir dengan mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-
Nya.

g. Penerimaan, yaitu kerendahan dan ketundukan serta penerimaan hati terhadap segala
sesuatu yang datang dari Allah SWT dengan menyakini bahwa tidak ada yang dapat
menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datangnya dari syari’at Islam.

Pembatalan-pembatalan syahadat

Pernyataan syahadat harus disertai dengan usaha melakukan proteksi agar tetap
terjaga kemurniannya dari hal-hal yang dapat mengurangi nilai syahadat bahkan dapat
membatalkannya. Mengapa harus menjaga syahadat? Karena syahadat adalah menjadi
tolok ukur diterima tidaknya amalan seorang hamba, sementara banyak prilaku,
pandangan yang merusak syahadat. Ketika seorang hamba melakukan perbuatan nifaq,
syirik atau hal-hal yang dapat mengkafirkan maka saat itu syahadat menjadi batal atau
rusak.

Hal ini penting untuk diketahui oleh setiap muslim, boleh jadi seseorang mengaku
seorang muslim tapi menurut pandangan agama sudah masuk dalam rana munafik atau
musyrik dan bahkan kafir. Oleh karena itu setiap tindakan dan ucapan seorang muslim
harus bermuara pada nilai-nilai syahadat tauhid dan syahadat rasul, bahwa apa yang
dilakukan semata-mata untuk meraih ridoi Allah sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw.

11
Berikut hal-hal yang dapat membatalkan syahadat:

1. Ketidaktahuan akan makna mengucapkan syahadat tanpa mengetahui maknanya sama


sekali tidak bermanfaat baginya.

2. Keraguan akan sebagian atau seluruh makna syahadat.

3. Mempersekutukan Allah dengan sesuatu selain Allah.

4. Kedustaan aqidah (nifaq) yaitu bahwa ia menampakkan iman dan menyembunyikan


kekufuran.

5. Benci terhadap syahadat dengan segala maknanya, memusuhi orang-orang yang


meyakini kebenarannya dan para penyerunya.

6. Meninggalkan makna dan lafadz syahadat serta tidak melaksanakan


kewajiban-kewajiban yang menjadi konsekuensi mengucapkan syahadat.

7. Menolak makna dan lafadz syahadat serta keyakinan akan


kebenarannya15.

Kalimat Laa Ilaa Ha Illa Allah menurut bahasa Arab dalam kalimat tersebut
terkandung penafian Illa Allah (selain Allah), dan penetapan Illah yang hanya kepada
Allah. Laa Ilaa Ha Illa Allah adalah asas tauhid dan keislaman. Konsep hidup yang
sempurna terwujud dengan mengarahkan segala bentuk peribadatan kepada Allah,
berdo’a kepada-Nya dan berhukum hanya dengan hukum-Nya tanpa selain-Nya. Dan
kalimat tersebut dapat memberikan manfaat kepada orang yang mengucapkannya, jika
ia mempraktekkan makna yang sebenarnya dalam kehidupan dan tidak membatalkannya
dengan kesyirikan, seperti berdoa kepada orang yang mati atau orang hidup yang tidak
berada di tempat, amalan tersebut menyerupai wudhu yang dapat batal jika seseorang
berhadats kepada Allah sesuai dengan yang disyari’atkan16

6. Makna Syahadat bagi Orang Muslim


Pada seorang bayi, untuk menyatakan bahwa ia Islam ialah dengan dibacakan adzan
ke telinganya oleh sang ayah. Akan tetapi, belum tentu itu kehendak sang bayi, jika
seseorang yang akalnya sudah siap dan memilih Islam sebagai agamanya, maka untuk
menandai dirinya muslim ialah dengan mengucap dua kalimat syahadat. Dari Mu’az

15
Ibrahim bin Muhammad dkk., Pengantar Studi Aqidah Islam,( Penerbit: Robbani Press, Jakarta, 1998), hal 184-194.
16
Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Kajian Lengkap Rukun Islam dan Iman , (Media alBayyinah, Surakarta, 2004), hal
22-23.
12
berkata, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang akhir katanya ‘laa
ilaaha illallaah, maka dia pasti masuk surga.”

Syahadat pertama menegaskan eksistensi Allah sebagai satu-satunya Tuhan. Allah


berasal dari kata “Ilah” yang berarti “ma’bud” atau “yang disembah.” Pengakuan
terhadap Allah sebagai satu-satunya Tuhan mengandung kesempurnaan kepercayaan
kepada-Nya dari dua sisi. Pertama, Rububiyah yakni sifat Tuhan yang menciptakan
alam, memelihara dan mendidiknya. Kedua, Uluhiyah yang berarti hanya zat yang
bernama Allah saja sebagai Tuhan satu-satunya yang wajib disembah dan tempat
meminta pertolongan. Syahadat yang kedua memiliki arti kepada yang
mengucapkannya bahawa ia tunduk dan percaya serta menjadi pengikut Muhamad Saw
yang telah membawa agama Islam ke dunia ini.

Dalam Syahadat kedua ini ada tiga pengetahuan mengenai nabi Muhammad.
Muhammad adalah nabi/rasul Allah yang diutus untuk seluruh manusia hingga hari
akhir. Selanjutnya, Nabi Muhammad adalah nabi terakhir.

7. Fungsi Syahadat

Syahadat bagi seorang muslim bukan hanya dinyatakan dan diikrarkan di hadapan
Allah saat dalam rahim tapi kalimat harus senantiasa diulang-ulang dan diperbaharui baik
dengan ucapan maupun perbuatan sebagai implementasi syahadat itu sendiri. Sejak awal
pengakuan tersebut harus dipertanggungjawabkan dan dibawa sampai mati dalam
keadaan suci sepert halnya pada pertama kali dinyatakan dan diikrarkan dengan cara
menjadikan syahadat sebagai landasan dasar dalam segala aktifitas.

Fungsi syahadat dapat diperoleh setiap muslim apabila dinyatakan dengan


sungguh-sungguh, dipahami, diyakini serta rukun dan syarat-syaratnya terpenuhi dan bisa
menjadi sosok yang tangguh atau personal strength (ketangguhan pribadi). Inilah fungsi
syahadat yang paling puncak.

Seperti apa fungsi syahadat bagi seorang muslim dapat kita lihat dalam uraian berikut:

1. Langkah awal memasuki Islam


Langkah awal sosialisasi akidah Kalimat syahadat merupakan pintu gerbang
memasuki wilayah islam, oleh karena siapapun yang hendak memeluk islam maka
hal pertama yang diperkenalkan adalah masalah akidah yaitu syahadat itu sendiri.
Syahadat mensosialisasikan kepada manusia seperti apa akidah yang dianut dalam

13
Islam yaitu akidah tauhid menyembah satu tuhan itulah Allah swt. dengan mengikuti
petunjuk nabi Muhammad saw. sebagai utusannya. Mengikrarkan syahadat dengan
sendiri menghapus dan membatalkan keyakinan sebelumnya. Seorang muslim hanya
berkewajiban menyembah satu tuhan dengan keyakinan bahwa tiada tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusanNya.
2. Syahadat membangun visi kehidupan
Syahadat membangun visi kehidupan setiap manusia mempunya tujuan yang
hendak dicapai dalam hidup itulah cita-cita yang menajdi motivasi kuat untuk
mencapai cita-cita tersebut. Sebagai seorang muslim syahadat itulah menjadi visi
sekaligus misi dalam hidupnya. Syahadat menggambarkan bahwa visi (tujuan ahir)
yang paling pertama dan utama seorang muslim adalah meraih rido Allah swt. yang
terkandung dalam syahadat tauhid. Segala tindakannya besumber dari suara hati yaitu
suara tuhan yang telah terekam dalam diri. Apapun yang menjadi cita-cita manusia
yang banyak dan beragam tidak boleh keluar dari koridor meraih rido Allah sehingga
tidak terperdaya oleh dunia yang dapat melalaikan dari komitmen dengan Allah swt.
untuk senantiasa menunjukkan ketaatan kepadaNya dalam segala hal kapan dan di
mana saja berada.
Syahadat bukan hanya berisi visi hidup tapi di dalamnya trerbangun sekaligus
misi dalam rangkai mewujudkan cita-cita luhur seorang muslim. Misi tersebut
terdapat pada syahadat rasul yaitu persaksian bahwa nabi Muhammad adalah utusan
Allah. Berdasarkan syahadat tersebut maka seorang muslim menjadikan Rasulullah
saw. sebagai contoh kongkrit dalam menjalankan segala aktifitas dunia ahirat, yaitu
dalam menjalin relasi dengan tuhannya sesama manusia maupun lingkungan.
3. Membulatkan tekad
Fungsi yang paling puncak dari syahadat adalah terbentuknya tekad bulat yang
tertanam dalam jiwa setiap muslim. Salat bagi seorang muslim adalah sarana untuk
mengasah komitmen kepada Allah dalam seluruh rangkaian bacaan dan gerakan salat
termasuk tahiyat dimana di dalamnya terdapat syahadat. Dengan demikian lewat
syahadat yang diulang-ulang dengan penuh pemaknaan akan mengasah dan
merangsang keimanan kepada Allah swt. sehingga membentuk jiwa istiqamah.
Istiqamah disebut juga konsitensi, yaitu keteguhan hati dalam menjalankan misi
hidup untuk mencapai visi ahir yaitu rido Allah swt.17

17
Rina Ulfatul Hasanah, Buku Pintar Muslim dan Muslimah, hal 40-42.

14
Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa Prinsip syahadat tertancap dalam jiwa
yang terpelihara dari segala pengaruh yang datang dari berbagai arah dan bentuk. Prinsip
tersebut membuahkan kenikmatan tersendiri dalam diri seorang muslim. Istiqamah tidak
bisa dipisahkan dari ketulusan dan keihlasan, segala sesuatu dijalani dengan hati lapang,
optimis, sabar, tidak pernah takut menghadapi gelombang dunia yang sangat dahsyat.
Aktivitas yang dilakukan bersumber dari keimanan yang tertancap kokoh dalam hati,
tidak ada rasa takut dan tidak pernah bersedih akan kehilangan sesuatu.

Refleki Teologi

Pengakuan Iman atau kredo merupakan suatu hal yang krusial bagi sebuah
kepercayaan. Sebuah kredo seharusnya menjadi landasan seseorang memercayai sesuatu,
dalam hal ini tentang Tuhan sebagai Pencipta. Dalam agama Islam dan Kristen, masing-
masing memiliki kredo iman dengan pemahamannya masing-masing. Kredo iman agama
Islam ialah Kalimat Syahadat, sedangkan agama Kristen ialah Pengakuan Iman Rasuli.
Yang seringkali luput dari perhatian kita sebagai orang percaya ialah, makna dan
pemahaman yang sebenarnya dari sebuah pengakuan iman, Pengakuan Iman Rasuli.
Pengakuan Iman Rasuli seringkali hanya dianggap sebagai pelengkap dalam sebuah
liturgi ibadah, tanpa perlu dipahami makna yang sebenarnya terkandung dalam setiap
Pengakuan iman tersebut.

Didalam Kristen secara khusus gereja HKBP pengakuan iman mempunyai kuasa
melahirkan meneguhkan iman gereja dan juga mempunyai kekuatan melawan dan
menolak segala ajaran yang menyimpang yang lahir atas kehendak manusia. Seluruh
warga jemaat harus dengan sungguh-sungguh tunduk terhadap seluruh yang diajarkan
oleh Pengakuan Iman hendaklah dipelajari dalam kerendahan hati dan kasih, karena
semua ajaran itu berasal dari yang maha tinggi. Penagkuan iman ini adalah kesimpulan
dari berita dan ajaran kitab susi, itulah menjadi isi iman yang kita hayati dan dasar dari
pengharapan kita dalam hidup sekarang dan yang akan datang. 18

Pengakuan Iman yang diucapkan oleh orang Kristen yaitu terdiri dari tiga pasal
“Aku Percaya kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa Khalik langit dan bumi, Aku
percaya kepada Yesus Kristus, Aku percaya kepada Roh Kudus, dst. Inilah yang
diucapkan oleh orang Kristen ketika didalam ibadah gereja yang menyatakan bahwa yang
diimani adalah Ketritunggalan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Allah yang
menciptakan segala sesuatu pencipta dari yang tidak ada menjadi ada (creatio ex nihilo),

18
Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung, Pengakuan Iman HKBP, Percetakan HKBP Pematang Siantar, Hal 114.
15
Yesus Kristus yang menyelamatkan dari dosa, dan Roh Kudus yang membimbing sampai
kepada hari kedatangan Yesus kedua kali. Inilah syahadat bagi orang Kristen ketika
seseorang/Kristen mengucapkannya berarti dia telah menyaksikan Imannya.

Dengan demikian pengakuan iman membedakan dan memisahkan kita orang


Kristen dari semua umat lain di dunia ini. Semua orang yang berada di luar persekutuan
Kristus, baik orang-orang yang bukan Kristen. Sebab dalam ketiga pasal pengakuan iman
itu Allah telah memperlihatkan diriNya dan menyingkapkan kedalaman hatiNya sebagai
bapa serta kasihNya yang sungguh luar biasa bagi orang Kristen. Ia menjadikan kita
untuk membebaskan dan menguduskan kita.

Pengakuan iman yang didasarkan pada kitab suci untuk dihayati oleh segenap
warganya untuk diwartakan kepada dunia ini, dan yang menjadi pegangan menghadapi
ajaran yang tidak benar yang lahir di dalam gereja itu sendiri serta ajaran yang ada
disekitarnya. 19

19
Pengakuan Iman HKBP, Hal 115.
16
BAB III

PENUTUP
a. Kesimpulan
Terdapat beberapa aspek yang menjadi landasan iman dan menjadi suatu
kewajiban, itulah yang disebut sebagai Rukun Islam serta pokok-pokok pengajarannya
bagi umat Islam. Dari sini dapat diketahui bahwa pemaknaan Syahadat yang memiliki
arti persaksian menjadikan makna bahwa tiada ilah yang berhak disembah melainkan
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Oleh sebab itu, Syahadat merupakan hal
yang sangat penting bagi orang Islam.

b. Saran
Setelah mengkaji berbagai hal ini dalam rukun Islam tentang Syahadat. Adalah
sangat penting bagi pemeluk agama Islam untuk mengerti arti syahadat itu sendiri,
karena syahadat merupakan salah satu hal yang penting dalam Islam.

17
Daftar Pustaka
Ahmad Hamid, Sekelumit kandungan isi Al Qur’an,Aceh: Syiah Kuala University Press,
2015.
Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan, dan
Modern. Yogyakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI), 2021.
Al Fauzan, Abbdullah. Kitab Tauhid. Jakarta: Akafa Press 1998, Cet 1.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet; IV, 2015.

Fazar M. N., Mengenal Kalimat Syahadat. Bandung: CV Titian Ilmu, 2021.


Hasanah, Rina Ulfatul. Buku Pintar Muslim dan Muslimah (Panduan Memahami Islam
Dengan Mudah). Jakarta: Medpress. 2009.
Hawwa, Said. Al-Islam. Jakarta: Daarus Salaam 1414 H-1993 M, 2017.

Hidayatullah, Syarif. Ensiklopedia Rukun Islam: Syahadat. Jakarta Selatan: Al-Kautsar


Prima, 2018.
Ibrahim bin Muhammad dkk., Pengantar Studi Aqidah Islam. Jakarta: Robbani Press,
1998.
Muhammad Nawawi al-Jawy, Riyad al-Badi’ah, Semarang: Pustaka al-‘Alawiyah.

Munawwir, Ahmad Warsono. Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka


Progressif, Cet; IV. 1997.

Mun’im Sirry. Kontroversi Islam Awal. Bandung: Mizan, 2015.


Taufiqurrohman, Panduan syahadat, Penerbit Pusat Ilmu, 2015.
Zainu, Syaikh Muhammad Jamil Zainu. Kajian Lengkap Rukun Islam dan Iman.
Surakarta: Media alBayyinah, 2004.

18
19

Anda mungkin juga menyukai