Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

Tuugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Farmakologi

DI SUSUN OLEH:

Fitriyani

Mifthahul Jannah

Suhada

Semester: 2

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


TAHUN 2023/2024

Tugas 2
Tugask kelompok: buatkan satu kasus pemberian obat kepada ibu hamil dengan menjelaskan
secara farmakokinetk dan farmakodinamik obat tersebut

Pembahasan:

Kasus: Seorang wanita hamil 7 bulan mengeluh sering merasa nyeri lambung dan mual
setelah makan. Dokter meresepkan antasida untuk mengatasi keluhan tersebut.

Farmakokinetik dan Farmakodinamik Antasida pada Ibu Hamil:

Farmakokinetik:
Absorpsi: Antasida biasanya tidak diserap secara signifikan oleh tubuh dan cenderung
bertindak secara lokal di saluran pencernaan. Dalam kasus ibu hamil, penyerapan dapat lebih
lambat karena perubahan fisiologis seperti perubahan laju aliran darah dan pH lambung.
Distribusi: Antasida cenderung tidak tersebar luas ke seluruh tubuh dan cenderung tetap di
saluran pencernaan.
Metabolisme: Kebanyakan antasida tidak mengalami metabolisme yang signifikan sehingga
kemungkinan interaksi obat kurang.
Ekskresi: Sebagian besar antasida diekskresikan melalui urin, namun prosesnya bisa
dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang berubah selama kehamilan.

Farmakodinamik:
Mekanisme Aksi: Antasida bertindak dengan menetralkan asam lambung, menghasilkan
garam dan air. Ini membantu mengurangi iritasi pada dinding lambung dan meredakan gejala
seperti nyeri dan mual.
Efek pada Ibu Hamil: Penggunaan antasida pada ibu hamil bertujuan untuk mengurangi
gejala gangguan pencernaan yang umum selama kehamilan, seperti nyeri lambung dan
refluks asam. Hal ini memberikan kenyamanan bagi ibu hamil dan juga dapat meningkatkan
asupan nutrisi dengan mengurangi mual dan muntah setelah makan.
Dalam kasus ibu hamil, pemilihan antasida harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk
memastikan kemanjuran dan keamanan bagi ibu dan janinnya. Konsultasi dengan dokter
adalah langkah yang tepat sebelum menggunakan obat apa pun selama kehamilan

Aspek farmakologi antasida, yaitu farmakokinetik dan farmakodinamiknya, berpusat pada


kemampuan obat ini menetralkan asam lambung.

Absorpsi obat akan ditingkatkan oleh makanan kemudian onset kerja obat tergantung pada
lamanya pengosongan lambung. Obat Antasida yang dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke
urin, sedangkan obat Antasida yang tidak dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke feses.

Farmakodinamik
Farmakodinamik antasida yang absorbable sedikit berbeda dengan yang non-absorbable.
Antasida absorbable diserap secara sistemik sedangkan antasida non absorbable tidak diserap
secara sistemik.

Antasida Absorbable
Antasida absorbable dinetralkan secara langsung oleh asam lambung. Ciri khasnya adalah
onset kerja obat yang cepat guna memberikan efek terapeutik yang diharapkan. Namun, masa
kerja obat ini pendek.
Tingkat keasaman lambung, atau pH akan meningkat hingga 7 atau lebih dalam waktu sekitar
15─20 menit. Keadaan tersebut dapat menstimulasi hipersekresi asam lambung secara
sekunder, yang disebut sebagai sindrom rebound.
Hal ini biasanya terjadi pada jenis obat Antasida yang mengandung natrium hidrogen
karbonat. Namun, jarang sekali terjadi pada jenis obat Antasida yang mengandung kalsium
karbonat.

Antasida Non-absorbable
Jenis antasida non-absorbable memiliki keunggulan dibandingkan dengan antasida yang
dapat diabsorpsi, yaitu lebih sedikit efek samping sistemik. Kapasitas buffer untuk
menetralkan asam lambung juga lebih tinggi. Contoh kandungan antasida ini meliputi
aluminium, magnesium, dan kalsium.
Jenis ini mampu mengabsorpsi pepsin, sehingga aktivitas enzim proteolitik asam lambung
akan berkurang. Selain daripada itu, jenis ini juga menggabungkan lisolesitin dan asam
empedu, yang mana memiliki efek merusak pada mukosa gaster.
Jenis antasida non-absorbable memiliki fungsi sitoprotektif melalui aktivasi sintesis
prostaglandin, dimana obat ini menstimulasi sekresi musin dan bikarbonat, dan memperbaiki
mikrosirkulasi.
Jenis antasida ini memiliki fungsi ambient yang membentuk suatu lapisan protektif pada
permukaan mukosa gaster, memiliki kemampuan untuk mengikat faktor pertumbuhan
epitelial dan menempatkannya
pada daerah defek ulseratif, serta secara efektif menstimulasi proliferasi sel dan angiogenesis.
Mekanisme utama obat antasida non-absorbable adalah berhubungan dengan absorpsi asam
hidroklorida yang dihasilkan oleh lambung. Onset kerja obat dimulai sekitar 10─30 menit
setelah menelan pil. Selanjutnya, obat ini tidak lagi memberikan efek terapeutik. Aktivitas
obat dalam menetralkan asam lambung berakhir ketika pH normal tercapai, yaitu sekitar
3,0─4,0.

Kapasitas Menetralkan Asam Lambung


Efisiensi obat antasida dievaluasi oleh kapasitas menetralkan asam lambung, atau yang
disebut sebagai acid neutralizing capacity (ANC). ANC diukur dalam mEq kadar asam
hidroklorida yang dapat dinetralkan oleh dosis standar Antasida. Untuk menaikkan pH sekitar
3,5 biasanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit.
ANC sangat bervariasi, dan tidak sama pada berbagai jenis obat-obat Antasida. Pada dosis
harian Antasida secara rata-rata, biasanya akan memberikan efek menetralkan asam lambung
sekitar 200 hingga 400 mEq.
ANC dianggap rendah apabila kadarnya <200 mEq/hari, dan dianggap tinggi apabila
kadarnya lebih daripada 400 mEq/hari. Farmakodinamik obat-obat Antasida juga tergantung
dari komposisi kationnya, yaitu:

Kation Aluminium
Kation Aluminium adalah kandungan jenis Antasida yang terbaik menetralkan asam
hidroklorida, karena jenis Antasida ini memiliki fungsi sitoproteksi yang tinggi dan mampu
mengikat asam empedu secara efektif. Namun, obat ini menjadikan motilitas usus menurun,
sehingga menyebabkan konstipasi

Kation garam Magnesium


Kation garam Magnesium memiliki kerja yang berlawanan dengan kation Aluminium dalam
soal motilitas usus. Obat jenis ini memiliki efek laksatif yang ringan.

Kombinasi Aluminium dan Magnesium hidroksida


Kombinasi Aluminium dan Magnesium hidroksida memberikan onset kerja obat yang lebih
cepat dalam memberikan efek terapeutik terhadap gangguan lambung. Hal ini terjadi karena
terdapatnya komponen Magnesium hidroksida. [1]

Farmakokinetik
Farmakokinetik antasida bergantung pada kandungan obatnya. Absorpsi antasida dapat
ditingkatkan oleh makanan. Antasida diekskresi baik melalui urin maupun melalui feses.

Absorpsi
Tiap kandungan obat Antasida berbeda daya absorpsi. Untuk kandungan Magnesium
hitungannya adalah secara inversi proporsional terhadap dosis, yaitu 50% dengan diet yang
terkontrol, dibandingkan dengan 15─30% pada pemberian dosis tinggi.

Untuk kandungan Kalsium bioavailabilitas adalah 25─35%. Makanan akan meningkatkan


absorpsi obat 10─30%. Onset kerja obat tergantung pada lamanya pengosongan lambung.
Waktu puncak obat dalam plasma adalah 20─60 menit dalam keadaan puasa. Apabila obat
dikonsumsi satu jam setelah makan, maka kadar puncak dicapai hingga 3 jam kemudian.

Distribusi
Tiap kandungan obat Antasida berbeda distribusi obat. Untuk kandungan Magnesium dapat
ditemukan sekitar 50─60% pada tulang. Sekitar 1─2% didistribusikan ke dalam cairan
ekstraseluler. Obat berikatan dengan protein, 30% dengan albumin. Untuk kandungan
Kalsium, obat berikatan dengan protein sebanyak 45%.

Eliminasi
Renal clearance pada obat Antasida yang mengandung kalsium adalah 50─300 mg
per hari. Obat Antasida yang dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke urine.
Sedangkan obat Antasida yang tidak dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke feses.
[1,2,19]

Referensi:
1. Tomina, O. E., Yabluchansky, M. I., Bychkova, O. Y., & Ivleva, O. O. (2015).
ANTACIDS CLINICAL PHARMACOLOGY. The Journal of V. N. Karazin Kharkiv
National University, Series “Medicine”, (28), 52-57. Retrieved from
https://periodicals.karazin.ua/medicine/article/view/2875
2. Salisbury BH, Terrell JM. Antacids. 2022 Apr 7. In: StatPearls. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 30252305.
19. Pegu KD. Southern African Journal of Anaesthesia and Analgesia. 2020.
Pharmacology of Antacids. DOI:10.36303/SAJAA.2020.26.6.S3.2558

Anda mungkin juga menyukai