Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum, saya Aliha Rozim Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Kelas 232 Kabupaten

Lumajang. Pada kesempatan ini saya akan menulis mengenai Jurnal Refleksi Dwi Mingguan
pada modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai
Pemimpin. Jurnal ini sebagai refleksi diri setelah selama dua minggu ke-2 mengikuti kegiatan
Pendidikan CGP yang kedepannya akan ditulis secara rutin selama dua mingguan sebagai
tugas yang harus dikerjakan oleh calon guru penggerak.

Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F (Fact, Feeling,
Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan
menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.

1. Fact (Peristiwa)
Saya memiliki pengalaman yang sangat positif dalam mengikuti pembelajaran di modul 3.1 ini.
Saya mengikuti tahapan pembelajaran yang diatur dengan urutan MERDEKA seperti pada
modul-modul sebelumnya. Kata MERDEKA sendiri adalah singkatan dari langkah-langkah
belajar yang harus dilalui, yaitu Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi,
Demonstrasi kontekstual, Elaborasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual,
Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata.

Pada tahap “Mulai dari diri”, saya melakukan kegiatan untuk membangkitkan pengetahuan
awal saya dan mengamati keterampilan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
yang harus mempertimbangkan berbagai pihak yang terlibat, seperti murid, orang tua/wali
murid, guru, pengawas, dan pihak komunitas sekolah.

Tahap eksplorasi konsep adalah saat saya melakukan eksplorasi mandiri untuk memahami
konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin di
sekolah, yang bertujuan untuk menjadikan institusi sekolah sebagai institusi moral. Saya juga
menjelaskan pentingnya pemimpin dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada tiga
unsur, yaitu berpihak pada murid, bertanggung jawab, serta didasarkan pada nilai-nilai
kebajikan universal. Selain itu, saya juga menganalisis nilai-nilai kebajikan yang terkandung
dalam sebuah pengambilan keputusan yang menghadapi dilema etika.
Pada tahap ruang kolaborasi, saya berpartisipasi dalam kolaborasi di ruang virtual dengan
rekan-rekan CGP lainnya, dengan tujuan untuk saling berbagi, berkolaborasi, dan menerapkan
keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan.

Setelah melakukan tahap demonstrasi kontekstual, saya melakukan analisis tentang


bagaimana proses pengambilan keputusan diterapkan berdasarkan pengetahuan yang saya
pelajari tentang paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal
saya dan di sekolah/lingkungan lain. Saya melakukan wawancara dengan dua kepala sekolah
yang berbeda untuk mengetahui praktik pengambilan keputusan yang biasa dilakukan oleh
mereka. Kepala sekolah yang saya wawancara adalah Bapak Adi Putra, S.Pd dari SMK Musik
Perguruan Cikini dan Bapak Sarma Wijaya, S.Pd dari SMA Perguruan Cikini.

Saya mengalami sedikit tantangan saat melaksanakan tugas wawancara dengan dua kepala
sekolah yang berbeda sebagai bagian dari tujuh tahapan pengalaman belajar. Namun, saya
berhasil mengatasi tantangan tersebut dengan membuat pertanyaan yang bermakna dan
relevan dengan tujuan saya. Saya merasa berhasil melakukan tugas tersebut sesuai dengan
rencana dan sampai saat ini segala sesuatu berjalan dengan baik.

2.Perasaan (Feeling)
Saya merasa bersyukur selama proses belajar karena saya mempelajari ilmu pengetahuan
baru yang sangat penting bagi seorang pemimpin pembelajaran. Sebagai seorang guru
penggerak, saya harus memimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, melatih
guru lain, mempromosikan kolaborasi antara guru, dan memajukan kepemimpinan siswa.
Untuk melakukan tugas tersebut dengan baik, saya harus memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Seperti yang saya pelajari,
seorang guru penggerak harus memiliki nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan
mendukung murid. Ketika mengambil keputusan, seorang pemimpin harus
mempertimbangkan tiga unsur penting, yaitu mendukung murid, bertanggung jawab, dan
didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Selama mempelajari konsep materi dari awal
hingga modul ini, saya menemukan banyak keterkaitan yang membantu saya memahami
konsep tersebut dengan lebih baik dan membentuk pemahaman baru bagi saya.

3.Pembelajaran (Findings)
Saya belajar dari modul 3.1 bahwa sebagai seorang pemimpin, pengambilan keputusan
berdasarkan nilai-nilai kebajikan adalah suatu keterampilan yang sangat penting. Dalam
pengambilan keputusan, terkadang terdapat banyak kepentingan yang saling bersinggungan
dan dapat menyebabkan beberapa pihak merasa dirugikan atau tidak puas dengan
keputusan yang diambil. Namun, semakin sering kita melakukan pengambilan keputusan,
semakin terlatih dan fokus dalam mengambil keputusan yang tepat. Meskipun sulit untuk
memilih antara beberapa pilihan yang benar, sebagai pemimpin, kita harus
mempertimbangkan tiga unsur penting dalam pengambilan keputusan, yaitu mendukung
murid, didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab atas semua
konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Ketika kita berada dalam situasi dilema etika, terdapat nilai-nilai kebajikan mendasar yang
saling bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan,
persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan akan hidup. Dalam paradigma situasi
dilema etika, terdapat kategori seperti individu vs kelompok, keadilan vs kasih sayang,
kebenaran vs kesetiaan, serta jangka pendek vs jangka panjang. Terdapat tiga prinsip
pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam menghadapi dilema etika, yaitu
berpikir berdasarkan hasil akhir, berpikir berdasarkan peraturan, dan berpikir berdasarkan
rasa peduli.

Dalam menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan, terdapat 9
langkah yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengambil keputusan dan menguji
keputusan yang akan diambil. Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan dalam
situasi tersebut. Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut. Ketiga,
mengumpulkan fakta-fakta relevan yang berkaitan dengan situasi tersebut. Keempat,
melakukan pengujian benar atau salah dengan menguji legalitas, regulasi/standar
profesional, intuisi, publikasi, dan panutan/idola. Kelima, melakukan pengujian paradigma
benar lawan benar. Keenam, melakukan prinsip resolusi. Ketujuh, melakukan investigasi opsi
trilemma. Kedelapan, membuat keputusan. Dan terakhir, kesembilan, melihat kembali
keputusan dan merenungkannya kembali. Perlu diperhatikan bahwa sembilan langkah
pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dan harus
diadaptasi dengan situasi yang sedang dihadapi.

4. Penerapan (Future)
Saya akan mengaplikasikan konsep pengambilan keputusan yang telah dipelajari, termasuk
empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah, untuk meningkatkan keterampilan saya
dalam membuat keputusan. Selain itu, saya akan berbagi pengetahuan tentang materi baru
yang telah dipelajari melalui berbagai media, baik secara langsung maupun melalui platform
digital agar dapat diakses dengan mudah oleh rekan-rekan guru lainnya.

ini adalah hasil refleksi dari pengalaman dan pemahaman saya selama dua minggu belajar di
modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai seorang
pemimpin. Saya berharap tulisan ini dapat memberikan pencerahan dan manfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi saya sendiri.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai