Anda di halaman 1dari 7

Modul 3.

1
Jurnal Refleksi
Dwi Mingguan

ANDI NUR HIKMAH, S.PD


CGP ANGKATAN 9
UPT SPF SDN 99 SALASSAE
KAB. BULUKUMBA
JURNAL DWI MINGGUAN (4F)

Assalamualaikum,
saya Andi Nur Hikmah Calon Guru
Penggerak Angkatan 9 Asal Kab.
Bulukumba. Pada kesempatan ini
saya akan menulis mengenai Jurnal
Refleksi Dwi Mingguan pada modul
3.1 tentang Pengambilan keputusan
berbasis nilai-nilai kebijakan
sebagai pemimpin. Jurnal ini sebagai
refleksi diri setelah selama dua
minggu mengikuti kegiatan
Pendidikan CGP yang kedepannya
akan ditulis secara rutin selama dua
mingguan sebagai tugas yang harus
dikerjakan oleh calon guru
penggerak. Dalam menulis jurnal
refleksi ini saya menggunakan
model 1 yaitu model 4F
FACT ( PERISTIWA )
FEELING ( PERASAAN )
FINDINGS ( PEMBELAJARAN )
FUTURE ( PENERAPAN )
FACTS ( PERISTIWA )
Kegiatan Modul 3.1 diawali dengan berselancar di
LMS yaitu Tahap pertama, yaitu "Mulai dari diri",
dimulai dengan menjawab beberapa pertanyaan
yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang
pemimpin. Kami juga melakukan survei dengan
sebuah kasus yang dihadirkan, dan kami
menganalisisnya secara mandiri seolah menjadi
seorang kepala sekolah.
Tahap kedua adalah "Eksplorasi Konsep", di mana
kami, sebagai peserta, secara mandiri belajar dan
mendalami semua materi yang ada dalam modul 3.1
di platform pembelajaran kami (LMS). Di sini, kami
mempelajari kasus dilema etika dan bujukan moral.
Pada akhir eksplorasi, terdapat forum diskusi di
mana kami, para peserta, melakukan analisis
terhadap kasus-kasus yang ada di LMS.Tahap
ketiga, yaitu "Ruang Kolaborasi", kami dibagi
menjadi beberapa kelompok. Pembelajaran
dilakukan secara online melalui Gmeet dengan
bimbingan fasilitator kami, Ismail, S.Pd., M.Pd Kami
menganalisis sebuah kasus permasalahan yang
diambil dari sekolah yang biasa terjadi atau
(Kejadian Fakta yang Terjadi disekolah). Kemudian,
kami melakukan presentasi tentang hasil diskusi
kami keesokan harinya.
FACTS ( PERISTIWA )

Tahap keempat adalah "Demonstrasi Kontekstual".


Kami diberi tugas untuk mewawancarai 2-3 kepala
sekolah mengenai praktik pengambilan keputusan
dalam kasus dilema etika yang terjadi di sekolah
mereka. Kami, sebagai peserta, melakukan
wawancara dan merekamnya.

Tahap kelima, "Elaborasi Pemahaman", dimulai


dengan pembuatan pertanyaan. Pada tanggal 12
Februati 2-24, kami mengikuti Vcon Elaborasi
Pemahaman dengan Ibu instruktur Yuni Widiastuti
untuk lebih memahami pengambilan keputusan
berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang
pemimpin.
Tahap keenam adalah "Koneksi antar materi", di
mana kami mengaitkan materi pengambilan
keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai
pemimpin dengan materi-materi pada modul-modul
sebelumnya.
Terakhir, "Aksi nyata" mengharuskan kami, peserta,
untuk mempraktikkan proses pengambilan
keputusan, paradigma, prinsip, dan pengujian
keputusan di sekolah kami.
FEELING (PERASAAN)

Perasaan yang muncul setelah menyelesaikan


modul 3.1 adalah perasaan penuh syukur. Saya
merasa sangat beruntung karena modul ini
telah membuka cakrawala baru dalam
pemahaman saya tentang pengambilan
keputusan. Saya merasa tertantang untuk
benar-benar mengaplikasikan konsep 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
penting dalam pengambilan keputusan, dan 9
langkah yang mendalam dalam mengambil dan
menguji keputusan, terutama ketika saya
dihadapkan pada dilema etika dalam kehidupan
sehari-hari. Saya menyadari bahwa kemampuan
mengambil keputusan yang tepat bukan hanya
sekadar keterampilan, tetapi juga merupakan
pondasi utama dalam menciptakan lingkungan
sekolah yang positif, kondusif, aman, dan
nyaman bagi semua pihak yang terlibat dalam
dunia pendidikan.
FUTURE (PENERAPAN)

Dari modul 3.1, saya mendapatkan pemahaman


penting tentang bagaimana pengambilan keputusan
harus didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Saya
belajar bahwa sebagai pemimpin, sangat penting
untuk selalu berpihak pada kebaikan murid dan
memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil
dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, saya juga
memahami bahwa tahap awal dalam menghadapi
permasalahan adalah mengidentifikasi apakah ini
merupakan dilema etika atau bujukan moral. Dilema
etika adalah situasi di mana dua pilihan dapat
dianggap benar, sedangkan bujukan moral adalah
situasi di mana satu tindakan dianggap benar dan
yang lainnya salah.
Pentingnya memahami perbedaan antara dilema
etika dan bujukan moral sangatlah relevan dalam
pengambilan keputusan. Apabila sebuah kasus dapat
dipahami sebagai pelanggaran hukum, maka langkah-
langkah pengambilan keputusan bisa berhenti karena
sudah melalui uji legalitas. Ini adalah pengetahuan
berharga yang saya peroleh dari modul ini, yang akan
saya terapkan dalam pengambilan keputusan di masa
depan, terutama ketika berhadapan dengan situasi
yang kompleks dan memerlukan pertimbangan etika
yang mendalam.
FINDINGS
(PEMBELAJARAN)
Dengan pengetahuan yang saya peroleh dari modul
3.1 ini tentang pengambilan keputusan berdasarkan
nilai-nilai kebajikan, saya merasa lebih siap untuk
menghadapi situasi dilema etika di masa depan. Saya
berniat menerapkan 4 paradigma pengambilan
keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan
dalam setiap keputusan yang saya ambil. Selain itu,
saya juga berkomitmen untuk berbagi pengalaman
dan pengetahuan ini dengan rekan sejawat saya,
sehingga kami semua dapat mengambil keputusan
yang lebih baik dan lebih etis yang selaras dengan
nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung
jawab terhadap kesejahteraan murid.
Dengan demikian, saya percaya bahwa penerapan
prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang saya
pelajari dalam modul ini akan memberikan
kontribusi positif pada lingkungan sekolah saya dan
akan menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
kondusif, aman, dan nyaman bagi semua pihak yang
terlibat dalam dunia pendidikan. Dengan berfokus
pada nilai-nilai kebajikan, kita dapat memastikan
bahwa setiap keputusan yang diambil akan
memprioritaskan kesejahteraan dan perkembangan
murid, yang pada akhirnya akan meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah kita.

Anda mungkin juga menyukai