Perubahan yang terjadi setelah ikan mati umumnya melibatkan proses dekomposisi, yang merupakan
pemecahan bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana oleh mikroorganisme dan
organisme pengurai. (Organisme pembusuk pada ikan diantaranya bakteri Pseudomonas aeruginosa,
Bacillus cereus, Klebsiella pneumonia, dan Escherichia coli. Ada beberapa Tahap-tahap perubahan yang
terjadi. Berikut adalah penjelasan mengenai tahapan perubahan yang terjadi setelah ikan mati:
1. Tahap Prerigor: Tahap prerigor merupakan perubahan yang pertama kali terjadi setelah ikan
mati. Pada tahap ini, lendir cair, bening, atau transparan akan dilepaskan dan menyelimuti
seluruh tubuh ikan. Proses ini disebut hiperemia dan berlangsung selama 2-4 jam. Lendir yang
dikeluarkan ini sebagian besar terdiri dari glukoprotein dan musin yang merupakan media ideal
bagi pertumbuhan bakteri. Tahap prerigor terjadi ketika daging ikan masih lembut dan lunak.
Pada fase ini, terjadi penurunan ATP dan keratin fosfat melalui proses aktif glikolisis, yang
mengubah glikogen menjadi asam laktat dan menyebabkan penurunan pH.
2. Tahap Rigor Mortis: Tahap ini ditandai dengan tubuh ikan yang mengalami kejang setelah ikan
mati. Pada tahap ini, sirkulasi darah berhenti dan pasokan oksigen berkurang. Hal ini
menyebabkan perubahan glikogen menjadi asam laktat dan penurunan jumlah ATP. Otot ikan
menjadi kaku dan kekenyalannya berkurang.
3. Tahap Pembusukan (POST RIGOR): Setelah tahap rigor mortis, ikan akan mengalami perubahan
fisik yang semakin nyata. Daging ikan menjadi semakin berair dan pada akhirnya ikan akan
membusuk. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan biokimia yang terjadi setelah ikan
mati.
Beberapa perubahan biokimia yang terjadi pada tahap pembusukan ikan adalah sebagai berikut
Hidrolisis Karbohidrat: Pada tahap awal pembusukan, karbohidrat dalam daging ikan, seperti glikogen,
mengalami hidrolisis (pemecahan zat kimia) menjadi asam laktat. Proses ini terjadi melalui reaksi
enzimatik dan menyebabkan penurunan pH dalam daging ikan. Besarnya penurunan pH tergantung pada
jenis otot ikan tersebut .
Aktivitas Enzim: Setelah ikan mati, enzim yang masih aktif dalam jaringan ikan akan menguraikan
senyawa organik dalam otot. Proses ini melibatkan enzim proteolitik dan lipolitik yang dapat
menguraikan protein dan lemak dalam daging ikan .
Pembentukan Senyawa Volatil: Selama tahap pembusukan, terjadi pembentukan senyawa volatil yang
memberikan aroma dan rasa yang tidak diinginkan pada ikan. Senyawa volatil ini dapat terbentuk melalui
reaksi enzimatik dan mikroorganisme yang aktif dalam daging ikan.
KEMUNDURAN MUTU
Perubahan-perubahan yang terjadi segera setelah ikan mati berujung pada terjadinya pembusukan
sehingga terjadinya penurunan mutu. Perubahan tersebut diakibatkan oleh adanya aktivitas enzim,
biokimia, dan bakteri di tubuh ikan.Yang menjadi indikasi proses penurunan mutu yaitu terjadi
penurunan sensorik seperti penampakan, tekstur, bau dan rasa.
Autolisis adalah proses pemecahan protein yang terjadi secara alami dalam tubuh ikan setelah
kematian. Yang disebabkan oleh aktivitas enzim Proses autolisis terjadi pada saat produk perikanan
memasuki fase post rigor mortis. Selama autolisis, enzim proteolitik dalam tubuh ikan akan mengurai
protein menjadi polipeptida, asam amino, dan amoniak yang mengakibatkan perubahan rasa, bau,
tekstur dan kualitas keseluruhan daging. itulah mengapa pada proses autolisis akan selalu diikuti dengan
meningkatnya jumlah bakteri karena semua hasil penguraian enzim selama autolisis merupakan media
yang cocok untuk pertumbuhan bakteri dan mikroba lainnya.
Serangan bakteri dimulai setelah fase rigor mortis yang mana jutaan bakteri yang
terpusat pada tiga tempat, yaitu lendir kulit, insang, dan isi perut mulai
menyerang jaringan tubuh ikan lainnya
KESIMPULAN