1
Untuk itulah bapak, Ibu dewan juri serta hadirin wal hadirat
rahimakumullah pada kesempatan yang berbahagia ini kami ingin
menyampaikan syarahan yang berjudul: “Kepemimpinan dalam Al-
Qur’an”
Hadirin walhadirat rahimakumullah
Allah Swt., telah berfirman dalam Al-Qur’an, tepatnya surah Al-
Baqarah ayat 30:
2
pemimpin. Sebagaimana menurut Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam
kitabnya Tafsir al-Maraghi jilid 3 halaman 88, beliau berkata, khalifah
ialah: “Orang yang menggantikan tempat, perbuatan, kepemilikan
orang lain sebelumnya”. Sedangkan Jamaluddin Muhammad bin
Mukrom ibn Manzur dalam kitabnya “Lisanul ‘Arab” jilid 9 halaman
81-82 disebutkan bahwa khalifah berarti: al-imarah wa sulthan, yaitu:
pemimpin atau penguasa.
Biasanya, seorang pemimpin yang sadar bahwa dirinya adalah
khalifah, maka tingkah lakunya bersahabat dengan rakyat, tutur
katanya selalu membawa manfaat, pola pikirnya sehat dan tekadnya
bulat serta mau berkorban demi kemaslahatan umat. Karena seorang
pemimpin memegang tanggung jawab yang berat. Seorang pemimpin
merupakan faktor pendukung majunya dan sejahteranya suatu
negara.
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, vol. 1,
halaman 144: “Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt. menyampaikan
rencana-Nya kepada malaikat”. Penyampaian itu boleh jadi ketika
proses kejadian Adam sedang dimulai. Hal ini berfungsi untuk
mengantar para malaikat agar mereka tahu tentang keutamaan jenis
makhluk yang akan diciptakan Allah swt.
Ibnu ‘Asyur sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab menulis
bahwa ayat ini oleh banyak mufassir dipahami sebagai semacam
permintaan pendapat “istisyarah” sehingga ia merupakan pengajaran
dalam bentuk penghormatan, serupa dengan keadaan seorang guru
yang mengajar muridnya dalam bentuk tanya jawab, agar mereka
membiasakan diri untuk melakukan dialog menyangkut aneka
persoalan.
3
memakmurkan bumi ini (baca dalam Qur’an surat Hud ayat 60)
dengan cinta dan kasih sayang. Sebagaimana menurut Yusuf al-
Qardhawi dalam bukunya al-iman wal haya’, ia mengatakan bahwa
“cinta kasih seorang pemimpin dapat menyatukan jiwa-jiwa rakyatnya
yang gersang dalam rengkuhan kedamaian. Cinta kasih seorang
pemimpin merupakan poros bagi elemen-elemen bangsa.”
Point yang harus kita bangun adalah pemimpin di negeri ini
harus sadar bahwa ia adalah khalifah. Makanya, pemimpin kita harus
baca Alqur’an biar tahu bahwa dalam Alqur’an pemimpin itu khalifah
fil ardhi (wakil Allah di muka bumi). Tugasnya adalah melayani
penduduk bumi dan memelihara lingkungannya sehingga hidup akan
aman, damai dan sentosa.
4
1) Amanah seorang hamba bersama Tuhannya (amanatul ‘abdi
ma’a rabbihi)
2) Amanah seorang hamba bersama manusia yang lain (amanatul
‘abdi ma’an nas)
3) Amanah seorang hamba kepada dirinya sendiri (amanatul
‘abdi ma’a nafsihi)
Ketiga sifat ini harus melekat pada diri seorang pemimpin.
sebagaimana dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, karya Imam Ibnu
Katsir, juz I, halaman 467 dijelaskan bahwa amanah dalam ayat
tersebut bersifat integral dan komprehensif. Dikatakan bersifat
integral karena memiliki cakupan amanah yang cukup luas.
Sedangkan dikatakan bersifat komprehensif karena pelaksanaan
amanah dalam ayat tersebut bersifat fleksibel.
Amanah harus dijaga dengan baik. Apalagi seorang pemimpin
yang telah diberikan mandat oleh rakyat. Kemenangan seorang
pemimpin bukanlah kemenangan kelompoknya atau keluarganya saja.
Tapi, itu adalah amanah dari rakyat sekalipun yang bukan
memilihnya. Untuk itu, menjalankan amanah harus dengan keadilan.
Tidak pilih kasih dan juga tidak tebang pilih. Nabi Muhammad saw.,
bersabda: “Sampaikanlah amanah kepada orang yang member
amanah kepadamu dan janganlah kamu mengkhianati orang yang
mengkhianatimu”. (HR. Imam Ahmad)
Menarik sekali hadirin, Allah mengakhiri ayat tersebut dengan
2 karakteristik, yakni sami’an bashiran. Artinya, Allah Maha
mendengar segala yang terucap, Maha melihat segala keputusan
hukum. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah, semua lengkap dalam
catatannya. Jadi hadirin walhadirat, di mata Ilahi tidak ada yang bebas
periksa. Baik ia seorang presiden, atau penjual detergent, baik ia
seorang gubernur atau penggali kubur, baik seorang walikota atau
pedagang kaki lima akan dihadapkan di peradilan Allah yang Maha
adil. Rasulullah saw., pernah bersabda: “Tiap-tiap kamu adalah
pemimpin dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggung
jawabannya”.
Dari apa yang kami syarahkan tadi, dapat kita tarik sebuah
kesimpulan bahwa kedudukan sebagai pemimpin harus dipandang
5
sebagai beban yang penuh dengan rasa tanggung jawab dan
mengandung konsekuensi dunia dan akhirat. Seorang yang telah
menerima amanah sebagai pemimpin semestinya senantiasa berhati-
hati dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Pemimpin harus sadar
bahwa ia adalah khalifah di muka bumi ini. Sifat amanah harus
menjadi pakaian sehari-hari setiap pemimpin agar mampu
menjalankan roda kepemimpinannya sesuai aturan-aturan dan
petunjuk dari Allah Swt. Kita berharap mudah-mudahan seluruh
pemimpin di negeri ini benar-benar figur pemimpin yang
bertanggungjawab sebagai khalifah yang amanah. Terima kasih atas
segala perhatian. Mohon ma’af atas segala kekurangan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.