Anda di halaman 1dari 21

REVISI 01

PANDUAN
====================================================================================================

TRANSFER PASIEN
TAHUN 2019

RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS


(CHARITAS HOSPITAL BELITANG)

Jl. Charitas No. 1 Tegalrejo BK 10 Belitang


Kabupaten OKU Timur – 32382 Sumatera Selatan
Telp./Fax (0735) 450066, 452269
Email : rscharitasbelitang@gmail.com
Website : www.charitashospital.com/belitang
RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS
(CHARITAS HOSPITAL BELITANG)
JL. CHARITAS NO.1 TEGALREJO BK 10 BELITANG
KABUPATEN OKU TIMUR - 32382 SUMATERA SELATAN
Telp./Fax (0735) 450066, 452269 E-mail : rscharitasbelitang@gmail.com www.charitashospital.com/belitang

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS
(CHARITAS HOSPITAL BELITANG)

NOMOR : 261/SK/PBCB/III/2019

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN TRANSFER PASIEN


RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS
(CHARITAS HOSPITAL BELITANG)

DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS


(CHARITAS HOSPITAL BELITANG) :

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di RS Panti


Bhaktiningsih Charitas (Charitas Hospital Belitang), perlu didukung
dengan pelayanan medis yang berfokus pada pasien;
b. Bahwa dalam melakukan transfer pasien harus sesuai dengan kebutuhan
pasien, maka RS Panti Bhaktiningsih Charitas (Charitas Hospital
Belitang) memandang perlu adanya Panduan Transfer Pasien sebagai
dasar dan acuan dalam pelaksanaan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, perlu
ditetapkan pemberlakuannya dengan Surat Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang-Undang R.I. No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;


2. Undang-Undang R.I. No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang R.I. No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
5. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6. Surat Keputusan Direktur RS Panti Bhaktiningsih Charitas
(Charitas Hospital Belitang) No. 211/SK/PBCB/III/2019 tentang
Kebijakan Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK);
7. Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Charitas
No. 045/Yay-RSCh/II/2018 tentang Pengangkatan Direktur Charitas
Hospital Belitang;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI


BHAKTININGSIH CHARITAS (CHARITAS HOSPITAL BELITANG)
TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN TRANSFER PASIEN
RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS (CHARITAS
HOSPITAL BELITANG).
KESATU : Memberlakukan Panduan Transfer Pasien Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih
Charitas (Charitas Hospital Belitang).
KEDUA : Dengan berlakunya Surat Keputusan ini maka Surat Keputusan
Direktur No. 253/SK/PBCB/IV/2017 Tentang Pemberlakuan
Panduan Transfer Pasien RS Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang
dinyatakan tidak berlaku lagi.
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diubah dan
atau diperbaiki sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam isi penetapannya.

Ditetapkan di : Belitang
Pada tanggal : 29 Maret 2019
Direktur,

dr. Yanto Taslim, MARS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkatnya
sehingga buku Panduan Transfer pasien dapat kami selesaikan. Semoga buku Panduan Transfer
pasien ini dapat membantu karyawan-karyawati Charitas Hospital Belitang dalam memberikan
pelayanan khususnya dalam kasus Transfer yang terjadi di Charitas Hospital Belitang.
Kami haturkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta dalam memberikan
pemikiran maupun bantuan lainnya sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini.
Kami menyadari bahwa panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pembaca masih kami harapkan. Akhir kata semoga buku panduan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Belitang, 29 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB.I DEFINISI..........................................................................................................................1
BAB. II RUANG LINGKUP.......................................................................................................2
BAB. III TATALAKSANA...................................................................................................... 10
BAB. IV DOKUMENTASI...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................18

ii
BAB I

DEFINISI

Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan / ruang
tindakan lain didalam rumah sakit ( intra rumah sakit ) atau memindahkan pasien dari satu
rumah sakit ke rumah sakit lain ( antar rumah sakit ).
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer. Prinsip
dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat
menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit atau antar
rumah sakit.

Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien, menentukan SDM yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang
disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya boleh
dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas profesional
lainnya yang sudah terlatih.
Tujuan dari manajemen transfer pasien adalah :
- Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi tinggi.
- Agar proses transfer / pemindahan pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan.
- Mendapatkan pengobatan dan perawatan lanjutan.
- Mendapatkan pengobatan dan perawatan yang optimal sesuai kebutuhan pasien.

1
BAB II

RUANG LINGKUP

I. Transfer Pasien
Transffer pasien ada 2 macam, yaitu :
1. Transfer pasien Intra rumah sakit terdiri dari :
a. Transfer pasien dari IGD ke Ruang Perawatan, Kamar Operasi, pemeriksaan
penunjang diagnostik ( Radiologi, Laboratorium, USG )
b. Transfer pasien dari Instalasi Rawat Jalan ke Ruang Perawatan, dan Kamar Operasi.
c. Transfer pasien dari Ruang Perawatan ke Kamar Operasi.
d. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke Ruang Perawatan.

Tansfer Intra – Rumah Sakit harus diperhatikan beberapa hal, antara lain :

1. Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang berpengalaman;


diaplikasikan pada transfer intra - dan antar – rumah sakit.
2. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
3. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
4. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya ( stop kontak ) dan oksigen sentral
digunakan selama perawatan di unit tujuan.
5. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus paham akan
bahaya potensial yang ada.
6. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien
Tabel : Kompetensi SDM untuk transfer intra CHARITAS HOSPITAL
BELITANG.

Petugas
Pasien pendamping Keterampilan yang dibutuhkan Peralatan Utama
(minimal)
Derajat 0 Pekarya dan Petugas Bantuan hidup dasar • Kursi Roda
Keamanan • Tiang infus

Derajat 1 Perawat / Petugas • Bantuan hidup dasar • Brankard dan


yang berpengalaman • Pelatihan tabung gas Oksigen

2
( sesuai dengan • Pemberian obat-obatan • Suction
kebutuhan pasien ) • Kenal akan tanda deteriorasi • Tiang infus portabel
• Keterampilan trakeostomi dan • Pompa infus dengan
suction baterai
• Oksimetri portable
Derajat 2 Perawat dan Petugas • Semua ketrampilan di atas, • Semua peralatan di
keamanan. ditambah; atas, ditambah;
• Dua tahun pengalaman dalam • Monitor EKG dan
perawatan intensif (oksigenasi, tekanan darah
sungkup pernapasan, defibrillator,
monitor)
Derajat 3 Dokter, perawat, dan Standar kompetensi dokter harus di • Monitor EKG
/ Petugas keamanan atas standar minimal portable dan Tekanan
Dokter: Darah yang lengkap
• peralatan transfer
• Minimal 6 bulan pengalaman
yang memenuhi
mengenai perawatan pasien standar minimal.
intensif. • Defribilator jika
• Keterampilan bantuan hidup memungkinkan.
dasar dan lanjut
• Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas dan
pernapasan, minimal level ST 3
atau sederajat.
• Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis.

Perawat:

• Minimal 2 tahun bekerja di


Charitas Hospital Belitang.
• Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut.

3
2. Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari:
a. Transfer pasien dari Charitas Hospital Belitang ke RS lain atau sebaliknya.
b. Transfer pasien dari Charitas Hospital Belitang ke rumah pasien atau sebaliknya.

Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit

Pasien Petugas pendamping Keterampilan yang Peralatan Utama dan


( minimal ) dibutuhkan Jenis Kendaraan

Derajat 0 Petugas ambulance Bantuan hidup dasar ( BHD ) Kendaraan High


Dependency Service (
HDS ) / Ambulance

Derajat 0,5 (orang Petugas ambulance Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/
tua/delirium) dan paramedis Ambulance

Derajat 1 Petugas ambulance • Bantuan hidup dasar • Kendaraan HDS/


dan perawat • Pemberian oksigen Ambulance
• Pemberian obat-obatan • Oksigen
• Kenal akan tanda deteriorasi • Suction
• Keterampilan perawatan • Tiang infus portabel
trakeostomi dan suction • Infus pump dengan
baterai
• Oksimetri
Derajat 2 Dokter, perawat,dan • Semua ketrampilan di atas, • Ambulances EMS
petugas ambulance ditambah; Mercedes 515
• Penggunaan alat pernapasan • Semua peralatan di atas,
• Bantuan hidup lanjut ditambah;
• Penggunaan kantong • Monitor EKG dan
pernapasan (bag-valve mask) tekanan darah
• Penggunaan defibrillator • Defibrillatorbila
• Penggunaan monitor intensif diperlukan
Derajat 3 Dokter, perawat, dan Dokter: • Ambulances lengkap/
petugas ambulancece AGD 118
• Minimal 6 bulan pengalaman • Monitor ICU portabel
mengenai perawatan pasien yang lengkap
intensif dan bekerja di ICU • Ventilator dan peralatan
• Keterampilan bantuan hidup transfer yang memenuhi
dasar dan lanjut standar minimal.
• Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas
dan pernapasan, minimal
level ST 3 atau sederajat.
• Harus mengikuti pelatihan
untuk transfer pasien dengan
sakit berat / kritis

4
Perawat:

• Minimal 2 tahun bekerja di


RS.PB. Charitas Belitang.
• Keterampilan bantuan hidup
dasar dan lanjut ( BLS,
BTCLS ).

II. Pendampingan Pasien Selama Transfer


1. Pasien dengan sakit berat / kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga
paramedis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga paramedis / petugas yang mendampingi pasien
bergantung pada kondisi / situasi klinis dari tiap kasus ( tingkat / derajat beratnya
penyakit / kondisi pasien ).
3. Dokter senior, dokter jaga/DPJP ( dr Anesthesi ), bertugas untuk membuat keputusan
dalam menentukan siapa saja yang harus mendampingi pasien selama transfer
berlangsung.
4. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan mengerti akan
kondisi pasien dan aspek – aspek lainnya yang berkaitan dengan proses transfer.
5. Berikut ini adalah pasien-pasien yang tidak memerlukan dampingan dr Anestesi selama
proses transfer antar – rumah sakit berlangsung.
a. Pasien yang dapat mempertahankan patensi jalan napasnya dengan baik dan tidak
membutuhkan bantuan ventilator / oksigenasi
b. Pasien dengan perintah ‘Do Not Resuscitate’ ( DNR )
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut di mana intervensi
anestesi tidak akan mempengaruhi hasil.
6. Berikut adalah panduan perlu atau tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat /
derajat kebutuhan perawatan pasien kritis. ( keputusan harus dibuat oleh dokter IGD,
Bangsal dan ruang observasi khusus / DPJP ).
a. Derajat 0 :
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya dengan ruang rawat biasa di unit /
rumah sakit yang dituju : biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter, perawat,
atau paramedis ( selama transfer).

5
b. Derajat 1 :
Pasien dengan risiko perburukan kondisi di mana membutuhkan perawatan di
ruang rawat biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis :
dapat didampingi oleh perawat dan petugas ambulance selama transfer.
c. Derajat 2 :
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi lebih ketat, termasuk penanganan
kegagalan satu sistem organ atau perawatan pasca-operasi, dan pasien yang
sebelumnya dirawat di ruang observasi khusus : harus didampingi oleh petugas
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman biasanya didampingi oleh perawat dan
paramedis lainnya.

d. Derajat 3 :
Pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan lanjut ( advanced respiratory
support ) atau bantuan pernapasan dasar ( basic respiratory support ) dengan
dukungan / bantuan pada minimal 2 sistem organ, termasuk pasien – pasien yang
membutuhkan penanganan kegagalan multi-organ ; harus didampingi oleh petugas
yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman biasanya didampingi oleh 2 orang
perawat atau paramedis lainnya yang memiliki sertifikasi BCLS.
7. Saat dr.anastesi / DPJP di Charitas Hospital Belitang tidak dapat menjamin terlaksananya
bantuan / dukungan anestesiologi yang aman selama proses transfer; pengambilan
keputusan haruslah mempertimbangkan prioritas dan risiko terkait transfer.
8. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan sakit berat / kritis
harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
9. Petugas yang mendampingi harus membawa telepon genggam selama transfer
berlangsung yang berisi nomor telepon Charitas Hospital Belitang dan rumah sakit
tujuan.
10. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

II. Pemantauan, Obat – Obatan , Dan Peralatan Selama Transfer Pasien Kritis

1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama proses


transfer.
2. Standar pelayanan dan pemantauan pasien selama transfer setidaknya harus sebaik
pelayanan di Charitas Hospital Belitang / RS tujuan.

6
3. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum transfer
dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain:
a. Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinu selama transfer
b. Pemantauan tekanan darah (non-invasif)
c. Saturasi oksigen (oksimetri denyut)
d. Terpasangnya jalur intravena
e. Mempertahankan dan mengamankan jalan napas.
f. Pemantauan temperatur pasien secara terus-menerus ( untuk mencegah terjadinya
hipotermia atau hipertermia )
4. Pengukuran tekanan darah non – invasive intermiten, sensitif terhadap gerakan dan tidak
dapat diandalkan pada mobil yang bergerak. Selain itu juga cukup menghabiskan baterai
monitor.
5. Idealnya, semua pasien derajat 3 harus dipantau pengukuran tekanan darah secara invasif
selama transfer ( wajib pada pasien dengan cedera otak akut; pasien dengan tekanan
darah tidak stabil atau berpotensi menjadi tidak stabil; atau pada pasien dengan inotropik
).
6. Kateterisasi vena sentral tidak wajib tetapi membantu memantau filling status ( status
volume pembuluh darah ) pasien sebelum transfer. Akses vena sentral diperlukan dalam
pemberian obat inotropic dan vasopressor.
7. Pemantauan tekanan intracranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien tertentu.
8. Tim transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan yang diperlukan,
antara lain : ( sebaiknya obat-obatan ini sudah disiapkan di dalam jarum suntik ).
a. Obat resusitasi dasar : epinefrin, anti – aritmia
b. Obat sedasi
c. Analgesik
d. Relaksans otot
e. Obat inotropik
11. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses terhadap
pasien tidak terhalang dan stabilitas brankar terjaga dengan baik.
12. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus aman dan terpasang dengan baik.
13. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulance.
14. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasien selama transfer.
15. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama, dan ringan.

7
16. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai ( saat tidak
disambungkan dengan stop kontak / listrik ).
17. Baterai tambahan harus dibawa ( untuk mengantisipasi terjadinya mati listrik ).
18. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup keras.
19. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses transfer yang
lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi / obat-obatan.
20. Catatlah status pasien, tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana yang diberikan,
dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus dilengkapi selama transfer.
21. Pasien harus dipantau secara terus-menerus selama transfer dan dicatat di lembar
pemantauan.

III. Pemilihan Metode Transfer antar RS untuk Pasien Kritis

1. Pemilihan metode transfer harus mempertimbangkan sejumlah komponen penting seperti


di bawah ini.
a. Derajat urgensi untuk melakukan transfer
b. Kondisi pasien
c. Faktor geografik
d. Kondisi cuaca
e. Arus lalu lintas
f. Ketersediaan / availabilitas
g. Jarak tempuh

2. Pilihan kendaraan untuk transfer pasien antara lain:


a. Jasa Ambulance Gawat Darurat
1. Siap sedia dalam 24 jam
2. Perjalanan darat
3. Durabilitas: dengan pertimbangan petugas dan peralatan yang dibutuhkan dan
lamanya waktu yang diperlukan.

IV. Alat transportasi untuk transfer pasien antar rumah sakit

1. Gunakan mobil ambulance Charitas Hospital Belitang . Mobil dilengkapi soket listrik 12
V, suplai oksigen, monitor, dan peralatan lainnya.

8
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk mentransfer pasien
terpenuhi ( seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll ).
3. Standar Peralatan di Ambulance
a. Suplai oksigen
b. Ventilator ( kalau perlu )
c. Jarum suntik
d. Suction
e. Baterai cadangan
4. Tim transfer / SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulance
yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulances. Tujuannya
adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan akselerasi dan
deselerasi yang minimal.
6. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.
7. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulance di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
8. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulance, gunakanlah pakaian yang
jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.

9
BAB III
TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA TRANSFER


1. Sebelum di transfer dipastikan kondisi pasien stabil / transportable ( Airway, Breathing,
Circulation ).
2. Motivasi dan informasi pada keluarga oleh DPJP tentang kondisi pasien.
3. Melakukan pengawasan keadaan umum pasien dan Vitalsign atau tanda – tanda Vital
selama transportasi .
4. Memastikan dengan jelas tentang tempat ( ruangan ) / rumah sakit yang dituju dalam
keadaan siap.
5. Menyertakan kelengkapan status, pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
6. Melakukan serah terima pasien dengan petugas dan mendokumentasikan dengan jelas
pada formulir Transfer.

B. Pengaturan Transfer
1. Charitas Hospital Belitang memiliki suatu tim transfer yang terdiri dari dokter DPJP, dr
IGD / dr ruangan, perawat yang kompeten dalam merawat pasien kritis ( perawat mahir),
petugas medis, petugas non medis yang bersertifikat BLS dan petugas ambulance. Tim
ini yang berwenang untuk memutuskan metode transfer mana yang akan dipilih.
2. Berikut adalah metode transfer yang ada di Charitas Hospital Belitang.
a. Layanan Interna – Jemput Pasien : merupakan layanan / jasa umum khusus untuk
pasien Charitas Hospital Belitang dengan tim transfer dari petugas IGD, di mana tim
tersebut akan mengambil / menjemput pasien dari rumah pasien untuk dibawa ke
Charitas Hospital Belitang dan melakukan transfer ke Ruang keperawatan atau
pemeriksaan penunjang diagnostik.
b. Layanan Transfer Externa : Charitas Hospital Belitang memiliki tim transfernya
sendiri dan mengirimkan sendiri pasiennya ke rumah sakit lain.
3. Charitas Hospital Belitang mempunyai sistem resusitasi, stabilisasi, dan transfer untuk
pasien-pasien dengan sakit berat / kritis; tanpa terkecuali yang tertuang dalam SPO.
4. Dokter IGD atau Dokter ruangan yang bertanggungjawab dalam tim transfer pasien harus
siap sedia 24 jam untuk mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan selama transfer pasien
yang sakit berat / kritis baik dalam rumah sakit maupun antar rumah sakit lain.

10
C. Keputusan Melakukan Transfer
1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan
stabilisasi pre – transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan : evaluasi, komunikasi, dokumentasi / pencatatan, pemantauan,
penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah sakit maupun ke rumah
sakit rujukan / penerima, dan kembali ke Charitas Hospital Belitang.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman : edukasi dan
persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan matang
karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan risiko bahaya
tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih besar,
sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan petugas yang terlatih dan kompeten, peralatan dan
kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP / dokter Jaga IGD, dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan keputusan harus mencantumkan nama dokter yang mengambil
keputusan (berikut gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu diambilnya keputusan,
serta alasan yang mendasari.
10. Terdapat 3 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar Charitas Hospital Belitang yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut
1. Ini merupakan situasi emergensi di mana sangat diperlukan transfer yang efisien
untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan RS.PB Charitas
Belitang.
2. Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum ditransfer.
3. Saat menghubungi jasa ambulance, pasien dapat dikategorikan sebagai tipe transfer
“Gawat Darurat” ( misalnya Ruptur Aneurisma Aorta ) juga dapat dikategorikan
sebagai tipe transfer ‘gawat’, misalnya pasien dengan kebutuhan hemodialisa.
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non – medis ( misalnya karena ruangan
penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah petugas rumah sakit tidak adekuat )
1. Idealnya, pasien sebaiknya tidak ditransfer jika bukan untuk kepentingan mereka.

11
2. Terdapat beberapa kondisi di mana permintaan / kebutuhan akan tempat tidur/ ruang
rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskanlah tindakan untuk mentransfer
pasien ke unit / rumah sakit lain.
3. Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek etika, apakah akan
mentransfer pasien stabil yang telah berada / dirawat di unit intensif rumah sakit
atau mentransfer pasien baru yang membutuhkan perawatan intensif tetapi
kondisinya tidak stabil.
4. Saat menghubungi jasa ambulance, pasien ini dapat dikategorikan sebagai tipe
transfer “gawat” ( SPO Pemakaian Ambulace ).

c. Transfer untuk pemeriksaan diagnostik.


1. Tranfer untuk pemeriksaan diagnostik bertujuan untuk mengetahui pemeriksaan
lanjutan atas saran dari dokter dengan alasan fasilitas pemeriksaan diagnostik dirumah
sakit mengalami kendala atau tidak adanya fasilitas dirumah sakit dimana pasien
tersebut dirawat
2. Transfer dilakukan dengan menstabilkan kondisi pasien terlebih dahulu

D. Stabilisasi sebelum transfer


1. Meskipun berpotensi memberikan resiko tambahan terhadap pasien, transfer yang aman
dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat / kritis ( extremely ill ).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil ( pasien kalau kondisi
sudah stabil ).
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya akselerasi dan
deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus sepenuhnya dikoreksi
sebelum transfer.
4. Unit / rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada prosedur /
pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat hingga
pasien ditransfer ke unit / rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer:
a. Amankan jalan napas pasien dan mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi
dengan pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.

12
b. Analisis gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan ventilator portabel
selama minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur / akses vena yang adekuat ( minimal 2 kanula perifer atau sentral ).
d. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu / terus – menerus merupakan teknik
terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer berlangsung.
e. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada ( Water-Sealed Drainage-WSD )
harus terpasang dan tidak boleh diklem.
f. Pasang kateter urin dan Nasogastric Tube ( NGT ), jika diperlukan.
g. Pemberian terapi / tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan transfer
7. Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan segera /
resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi – situasi khusus, namun
tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen menilai
kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.
10. Gunakanlah daftar persiapan transfer pasien untuk memastikan bahwa semua persiapan
yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.

E. Repatriasi / Pemulangan Kembali


1. Transfer hanya boleh dilakukan jika pasien telah stabil dan kondisinya dinilai cukup baik
untuk menjalani transfer oleh DPJP / dokter senior / konsultan yang merawatnya.
2. Pertimbangan akan resiko dan keuntungan dilakukannya transfer harus dipikirkan dengan
matang dan dicatat.
3. Jika telah diputuskan untuk melakukan repatriasi, transfer pasien ini haruslah menjadi
prioritas di rumah sakit penerima dan biasanya lebih diutamakan dibandingkan
penerimaan pasien elektif ke unit ruang rawat. Hal ini juga membantu menjaga hubungan
baik antar-rumah sakit.
4. Saat menghubungi jasa ambulance, pasien ini biasanya dikategorikan sebagai tipe
transfer “elektif”.

5. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab / dokter ruangan
akan menghubungi unit / rumah sakit yang dituju.

6. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit, tim transfer Charitas Hospital
BelitangBelitang ( dokter ruangan / dokter jaga IGD ) akan menghubungi rumah sakit

13
yang dituju dan melakukan negosiasi dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju
untuk menerima pasien rujukan, tim transfer Charitas Hospital Belitang harus
memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai di rumah sakit yang dituju.

7. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar Charitas Hospital BelitangBelitang


dipegang oleh dokter jaga IGD atau dokter ruangan atas persetujuan DPJP ke rumah
sakit yang dituju.

8. Beritahukan kepada pasien ( jika kondisinya memungkinkan ) dan keluarga mengenai


perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan
transfer.

9. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi: Nama, Jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik di
rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu dilakukannya
komunikasi antar – rumah sakit; serta saran – saran / hasil negosiasi kedua belah pihak.

10. Personel tim transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi yang
sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat bekerjasama dengan
jasa pelayanan ambulancece, protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-pihak
lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses transfer berlangsung dengan aman dan
lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk.

11. Pusat layanan ambulance harus diberitahu segera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan. Hal ini
memungkinkan layanan ambulance untuk merencanakan pengerahan petugas dengan
lebih efisien.

14
BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO Transfer Internal Rumah Sakit


2. SPO Transfer Pasien dari Charitas Hospital Belitang ke Rumah Pasien atau Sebaliknya
3. SPO Rujuk Pasien keRumah Sakit Lain hanya untuk Pemeriksaan Penunjang
4. RM 6.1 form transfer pasien internal
5. RM 6.7 form serah terima jaga shif ( hand over)
6. RM 10.1 daftar pemeriksaan laboratorium
7. RM 10d permintaan pemeriksaan radiologi
8. RM 10.4 formulir pemberian informasi rujukan pemeriksaan penunjang medis.
9. RM 1c lembar observasi pasien.

Belitang, 29 Maret 2019


Direktur

dr. Yanto Taslim, MARS

15
DAFTAR PUSTAKA

Undang - Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

Permenkes / Nomor 1691 / Menkes / PER / VIII / 2011 tentang keselamatan pasien Rumah Sakit.

Undang – Undang Republik Indonesia / Nomor 44 tahun 2009 / tentang Rumah Sakit.

Undang – Undang Republik Indonesia / Nomor 38 tahun 2014 / tentang Keperawatan.

Kebijakan Umum pelayanan / Charitas Hospital Belitang tentang Transfer Pasien.

16

Anda mungkin juga menyukai