Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Teori Belajar serta Menurut Para Ahli


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Belajar dan Pembelajaran”

Dosen Pengampu : Siti Quratul Ain,M.Pd.

I
S
U
S
U

N
OLEH KELOMPOK 5 :
Athalia Najwa Magnadika (236910110)
Mutiara (236910579)
Okvi Ramayani (236910471)

Raudatul Jannah (236910545)


Sri Nuryati (236910748)
Yorika Miranti (236910431)
Kelas : 2 G
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU

TAHUN AJARAN 2024/2025


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hantarkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat Dan
karunia-nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Belajar dan Pembelajaran, yang
membahas mengenai Teori Belajar serta Menurut Para Ahli, kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi bahasa maupun teknik
penulisan, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun ,
khususnya bagi dosen pembimbing mata kuliah ini guna menjadi acuan bagi kami untuk lebih
baik lagi dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya, dan bagi masyarakat pada umumnya .

Pekanbaru, 29 Maret 2024

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. .............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................3

A. teori Deskriptif dan Perspektif dalam suatu belajar dan pembelajaran...............................................3

B. teori Behavioristik dan Menurut Para Ahli..................................................................................4

C. teori Kognitivistik dan Menurut Para Ahli..................................................................................6

D. teori Humanistik dan Menurut Para Ahli..................................................................................13

E. teori Kontruktivisme dan Menurut Para Ahli.............................................................................16

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................19

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................19

3.2 Saran ..................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan umum yang menjamin kelangsungan hidup untuk
manusia. Pendidikan berlangsung di manapun dan kapanpun pada setiap lapisan masyarakat.
Secara tidak sengaja maupun sengaja pada kegiatan aktivitas manusia sehari-hari telah terjadi
kegiatan Pendidikan. Contohnya setiap kejadian dalam hidup manusia akan menghasilkan
sebuah pengalaman hidup. Sebuah pengalaman hidup akan dijadikan sebuah pembelajaran
untuk lebih baik di masa depan. Pengalaman hidup sendiri pada dasarnya merupakan hasil
belajar. Pada dasarnya, pendidikan adalah proses membantu manusia dalam mengembangkan
potensinya agar dapat menghadapi segala perubahan di depannya. Aspek penting dalam
Pendidikan adalah kegiatan belajar dan pembelajaran. Kegiatan belajar dan pembelajaran
merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia dapat
mencapai potensinya melalui kegiatan pembelajaran. Manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhan mereka tanpa belajar. Belajar merupakan sebuah proses perubahan. Perubahan-
perubahan tersebut membawa ke arah yang positif yaitu kemajuan atau perbaikan. Sedangkan
pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan kegiatan proses belajar sehingga mereka
bisa memperoleh tujuan dari belajar. Pendidikan adalah salah satu aset berharga suatu bangsa.
Bangsa yang memiliki kualitas pendidikan terbaik yang dapat meluluskan pekerja yang baik
dan memiliki rangkaian inovasi dan kreasi unik akan selalu dibutuhkan oleh perusahan
bmaupun instansi nasional bahkan internasional. Belajar menjadi sebuah usaha yang dilakukan
sesorang untuk mendapatkan pemahaman dan pengetahuan baru unuk membantunya dalam
persiapan masa depan. Dalam belajar seseorang akan merasakan perubahan yang terjadi baik
secara psikologi maupun secara fisik. Perubahan yang terjadi seiring dengan bertambahnya
ilmu dan kedewasaan seseorang. Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan yang menuju
kearah yang lebih baik atau positif. Seorang tenaga pendidik adalah bagian terpenting dalam
proses pembelajaran sebagai wadah mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Seorang tenaga
pendidik diharapkan memiliki keahlia dan kemampuan sesuai dengan bidangnya. Hal ini
sangat berguna dalam menerapkan dan mewujudkan tujuan dari pendidikan di Indonesia.
Selain itu pendidik harus mengetahui karakteristik dan kemampuan peserta didik dalam
menerima mata pelajaran di sekolah. Hal ini nantinya akan membantu pesera didik dalam
menyerap materi yang diajarkan dengan mudah. Teori belajar merupakan gabungan dari

1
prinsip-prinsip belajar yang memuat langkah-langkah dan metode pembelajaran yang tepat
untuk menanamkan pemahaman dalam diri anak. Teori belajar ini didasarkan pada observasi
dan penelitian yang telah dilakukan dan dikembangkan oleh para ahli. Hal ini nantinya akan
sangat berguna dalam menentukan strategi pembelajaran ang berkualitas. Teori behaviorisme
adalah suatu teori yang menekankan pada perubahan yang terjadi pada peserta didik akibat dari
stimulus dan respon yang didapat saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan belajar dan
pembelajaran tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan dan tidak memiliki dasar-dasar pijakan
kuat sehingga tidak dapat memenuhi harapan dan menghasilkan luaran dengan mutu yang tidak
baik juga. Maka dibutuhkan sebuah belajar dan pembelajaran beserta prinsip belajar agar dapat
menjadi pedoman bagi tenaga pendidik, khususnya guru dalam mendesain proses pembelajaran
yang efektif serta mampu memahami peserta didik secara individual maupun kelompok. Oleh
karena itu pada makalah ini akan membahas teori behavioristik, teori kognitif, teori humanistik
dan teori Kontruktivisme.

B. Rumusan Masalah

A. Jelaskan Bagaimana teori Deskriptif dan Perspektif erspektif dalam suatu belajar dan
pembelajaran?

B. Jelaskan Bagaimana teori Behavioristik dan Menurut Para Ahli?

C. Jelaskan Bagaimana teori Kognitivistik dan Menurut Para Ahli?

D. Jelaskan Bagaimana teori Humanistik dan Menurut Para Ahli?

E. Jelaskan Bagaimana teori Kontruktivisme dan Menurut Para Ahli?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:


A. Untuk mengetahui bagaimana teori Deskriptif dan Perspektif erspektif dalam suatu belajar
dan pembelajaran

B. Untuk mengetahui bagaimana teori Behavioristik dan Menurut Para Ahli


C. Untuk mengetahui bagaimana teori Kognitivistik dan Menurut Para Ahli

D. Untuk mengetahui bagaimana teori Humanistik dan Menurut Para Ahli

E. Untuk mengetahui bagaimana teori Kontruktivisme dan Menurut Para Ahli

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Deskriptif dan Perspektif Belajar dan Pembelajaran

Bruner (dalam Dageng 1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah perspektif
dan teori belajar adalah deskriptif. Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah
menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif
karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh
perhatian pada hubungan aantara variable-variabel yang menentukan hasil belajar. Sedangkan
teori pembelajaran sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang
mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar.

Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable yang
dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. (C.Asri
Budiningsih,2004) Asri Budiningsih (2004) dalam buku Belajar dan Pembelajaran
menjelaskan bahwa upaya dari Bruner untuk membedakan antara teori belajar yang deskriptif
dan teori pembelajaran yang perspektif dikembangkan lebih lanjut oleh Reigeluth. Teori dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variable kondisi dan metode
pembelajaran sebagai givens dan menempatkan hasil belajar sebagai varibael yang diamati.
Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran sebagai variable bebas dan hasil
pembelajaran sebagai variable tergantung.

Reigeluth (1983 dalam degeng, 1990) mengemukakan bahwa teori perspektif adalah goal
oriented sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori
pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori belajar
deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya variable yang diamati dalam
mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk mencapai
tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pem,belajaran deskriptif, variable yang diamati
adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara metode dan kondisi.

Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran
dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan

3
antara kegiatan siswa dengan proses psikologis dalam diri siswa. Teori pembelajaran harus
memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori
pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori
pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan
metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode
pembelajaran

• Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Deskripitif

Kelebihan : Lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan.
Mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam
mengerjakan suatu tugas.

Kekurangan : Kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.

• Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Preskriptif

Kelebihan : Lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas.banyak member
motivasi agar terjadi proses belajar dan mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.

Kekurangan : Membutuhkan waktu cukup lama.

B. Teori Behavioristik dan Ahli

Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku
peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku
diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar ini berorientasi pada
perilaku yang lebih baik. Namun, penerapan teori tersebut dalam pembelajaran harus mengacu
pada prinsip yang ada. Menurut Mukinan, prinsip teori belajar behavioristik adalah sebagai
berikut. Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka dikatakan
sudah belajar. Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa perubahan perilaku tidak
dianggap belajar menurut teori ini. Hal yang paling penting pada teori ini adalah stimulus dan
respon karena bisa diamati. Hal-hal selain stimulus dan respon tidak dianggap penting karena
tidak bisa diamati. Adanya penguatan (reinforcement), yaitu hal-hal yang berupapenguatan
positif dan negatif.

4
• Hukum pada Teori Belajar Behavioristik

Hergenhahn dan Matthew menyatakan bahwa teori belajar ini mencakup empat hukum, yaitu
sebagai berikut.

1. Hukum kesiapan

Hukum kesiapan berarti bahwa kegiatan pembelajaran akan memberikan hasil yang diinginkan
jika ada kesiapan, baik kesiapan oleh pendidik maupun peserta didik.

2. Hukum latihan

Hukum latihan memiliki arti bahwa semakin banyak latihan, semakin besar peluang untuk
berhasil. Artinya, kegiatan pembelajaran akan berhasil jika peserta didik dibiasakan untuk
latihan secara kontinu dan terukur.

3. Hukum efek

Hukum efek berarti bahwa efek yang dirasakan oleh peserta didik setelah belajar akan
memotivasi dirinya untuk terus belajar. Contohnya, seorang peserta didik mendapatkan hadiah
berupa buku paket Matematika karena berhasil mendapatkan nilai sempurna di ujian tulis
Matematika. Efek yang dirasakan adalah bangga dan bahagia. Efek itu diharapkan bisa
memotivasi peserta didik tersebut untuk terus belajar.

4. Hukum sikap

Hukum sikap berarti sikap yang terbentuk setelah melakukan pembelajaran. Perubahan sikap
dipengaruhi oleh hal-hal yang ia dapatkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

• Contoh Penerapan Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik ini adalah teori belajar yang umum digunakan di Indonesia. Hal itu
bisa dilihat dari beberapa contoh berikut. Guru menyusun materi atau bahan ajar secara
lengkap, mulai materi sederhana sampai kompleks. Selama mengajar, guru lebih banyak
memberikan contoh berupa instruksi. Jika guru menjumpai adanya kesahalan, baik pada materi
maupun pada peserta didik maka akan segera diperbaiki. Guru lebih aktif memberikan latihan
agar terbentuk kebiasaan yang diinginkan. Guru memberikan evaluasi berdasarkan perilaku
yang terlihat. Guru harus mampu memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi positif
dan negatif.

5
• Tokoh Teori Behaviorisme

Dalam perkembangannya ada banyak tokoh ahli yang berkarya mengenai teori behaviorisme
diantaranya:

1. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Ivan Petrovich Pavlov merupakan ahli psikologi dari Rusia yang mengemukakan bahwa
individu dapat dikendalikan dengan cara stimulus alami yang tepat untuk mendapatkan respons
yang diinginkan.

2. Edward Thorndike (1874-1949)

Dalam teori behaviorisme Thorndike menemukan hukum-hukum belajar seperti: hukum


kesiapan, hukum latihan dan hukum akibat.

3. Jhon B Watson

Menurut Watson, belajar adalah proses refleks yang terjadi atau respon bersyarat melalui
stimulus pengganti. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan stimulus respons
baru melalui conditioning.

4. Clark Hull

Bagi Hull tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena
itu dalam teori Clark Hull, behaviorisme disebutkan sebagai kebutuhan biologis dan pemuasan
kebutuhan biologis menempati posisi sentral.

5. Edwin Guthrie

Edwin Guthrie mengemukakan teori kontiguitas yang memandang bahwa belajar merupakan
kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons tertentu.

C. Teori Kognitivistik dan Ahli

Teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang muncul setelah teori behavioristik.
Hadirnya teori belajar kognitif untuk merespon teori belajar behavioristik yang hanya
memerhatikan kondisi psikologi saja. Para penemu teori belajar behavioristik beranggapan
bahwa kondisi mental yang ada di dalam peset didik tidak bisa diamati. Padahal pada

6
kenyataannya, kondisi mental bisa dikatakan harus diamati saat kegiatan pembelajaran sedang
berlangsung.

Jika teori belajar behavioristik mengutamakan adanya stimulus dan respon, maka lain halnya
dengan teori belajar kognitif yang tidak hanya memerhatikan stimulus dan respon, tetapi juga
mengutamakan adanya perubahan mental dan perilaku, seperti cara peserta didik memahami
suatu hal, cara peserta didik berpikir, dan cara peserta didik menggunakan pengetahuannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kognitif adalah berhubungan dengan atau
melibatkan kognisi atau berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris.

Istilah “kognitif” sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu “cognition” yang berarti
pengertian mengerti. Dalam hal ini, “pengertian” yang dimaksud adalah penggunaan
pengetahuan, penataan, dan perolehan. Pada awalnya istilah “kognitif” ini hanya ada pada
bidang psikologi saja, tetapi zaman yang terus berkembang membuat istilah “kognitif” menjadi
lebih dikenal dalam dunia pendidikan atau kegiatan pembelajaran.

• Fungsi Kognitif

Teori kognitif ini erat hubungannya dengan fungsi kognitif sebagai hasil output dari proses
pendekatan kognitif itu sendiri. Fungsi kognitif memiliki sejumlah dampak baik bagi murid
yang akan bertahan dalam jangka waktu panjang.

1. Daya Ingat dan Memori

Membiasakan belajar secara kognitif sama hal nya dengan membiasakan diri berpikir kompleks
dan kritis. Dengan begitu sistem saraf secara otomatis akan begitu fokus ketika menyerap
informasi dan pengetahuan dalam proses yang cepat, kemudian menyimpannya dalam otak.

Dengan menerapkan teori belajar kognitif ini akan mewujudkan daya serap yang cepat dan
memiliki memori jangka panjang. Bahkan dimulai sejak anak-anak di usia dini pun fungsi
kognitif telah bekerja dan inilah yang akhirnya mempengaruhi tumbuh kembang anak.

2. Melejitkan Daya Ingat Anak

Sejak usia dini anak-anak dapat disajikan kegiatan yang dapat merangsang daya ingat mereka
dengan metode yang baik. Ini juga akan membantu anak mengasah konsentrasi mereka agar
tetap fokus. Melalui pendekatan kognitif dapat membuat para orang tua mampu melihat potensi
yang ada pada anak mereka.

7
3. Perhatian

Fungsi selanjutnya yakni perhatian, dimana murid dengan pembelajaran kognitif akan mampu
menyeleksi rangsangan terhadap bau, suara, gambar dan lainnya yang berhubungan dengan
indera dengan baik.

Dalam fungsi ini juga murid akan mampu memfokuskan perhatian terhadap rangsangan
tersebut dan juga mengabaikannya dalam waktu seketika. Artinya mereka akan sensitif
terhadap sekitar dan mampu menyeleksi mana yang perlu difokuskan sehingga dapat
memusatkan perhatian pada objek yang penting.

4. Fungsi Eksekutif

Pada tahap lanjut belajar dengan pendekatan kognitif mampu mewujudkan fungsi eksekutif.
Dimana murid akan mampu membuat perencanaan dan mengeksekusinya dengan baik. Melalui
pendekatan kognitif, otak yang sudah terbiasa menyerap banyak konsep dan berpikir kompleks
serta kreatif akhirnya mampu mewujudkan pribadi yang solutif, mampu melihat peluang dan
menyelesaikan permasalahan.

5. Kemampuan Bahasa

Pendekatan kognitif juga memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan berbahasa
seseorang. Dalam prosesnya murid akan mampu berkomunikasi dengan baik dengan
penyesuaian situasi yang baik juga.

Selain ini adanya perbedaan kemampuan bahasa setiap orang juga dipengaruhi oleh fungsi
kognitif ini. Maka tidak heran apabila ada orang yang mampu menguasai banyak bahasa
(polyglot) dengan adaptasi yang baik, serta ada pula yang kesulitan menguasai lebih dari satu
atau dua bahasa.

6. Kemampuan Mengenali dan Merasakan

Kemampuan pengenalan benda-benda sekitar merupakan salah satu pengaruh dari fungsi
kognitif yang sudah ada sejak tahap awal anak bertumbuh. Kemudian tingkat pengenalan
inipun semakin meningkat hingga dapat membedakan hal-hal yang jauh lebih rumit. Sebab,
adanya pendekatan kognitif ini membuat seseorang mampu menyerap segala informasi dengan
cepat kemudian melakukan pengamatan hingga akhirnya dapat membedakan benda.

Berdasarkan fungsi kognitifnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori kognitif memberikan
pengaruh yang besar saat dilakukan pendekatan kognitif terhadap seseorang. Baik dalam hal

8
belajar maupun pertumbuhan kembang seorang anak. Semuanya merupakan campur tangan
konsep kognitif itu sendiri.

• Level Kognitif

Level kognitif ini merupakan level yang digunakan dan menjadi acuan para tenaga pendidik
dalam memberikan beban tugas atau soal pada murid. Beban tugas juga memiliki bobot yang
berbeda pada setiap level kognitifnya

Level 1, pada level pertama merupakan standar yang diberikan bagi murid yang masih berada
pada tahap perkembangan yang rendah. Dalam level ini menuntut pengetahuan serta
pemahaman saja. Seperti mengingat dan memahami.

Level 2, di level dua ini menuntut kemampuan yang jauh lebih tinggi. Murid diminta mampu
memahami, mengingat dan menerapkan materi pembelajarannya.

Level 3, di level tertinggi murid diberikan beban tugas yang jauh lebih tinggi dengan adanya
tuntutan untuk menganalisa suatu masalah, mengevaluasinya dan menciptakan sesuatu yang
jauh lebih kreatif.

• Tokoh-Tokoh Teori Kognitif

Beberapa tokoh yang berperan dalam perkembangan teori belajar kognitif sebagai berikut:

1. Jean Piaget

Jean Piaget bisa dibilang sebagai seseorang yang menemukan psikologi kognitif atau
penemu dari teori belajar kognitif. Ia lahir pada tanggal 9 Agustus 1896, di Neuchatel, Swiss.
Beliau sangat mengidolakan ayahnya yang merupakan seorang akademisi. Jean Piaget
meninggal dunia pada tanggal 16 September 1980.

Jean Piaget beranggapan bahwa suatu perkembangan kognitif adalah sebuah proses yang
terjadi secara genetik. Oleh sebab itu, proses genetik diyakini berdasarkan dari kondisi biologis
seseorang. Dalam hal ini, kondisi biologis dapat dilihat melalui adanya perkembangan atau
pertumbuhan yang terjadi pada sistem saraf. Misalnya, seseorang yang bertambah usia, maka
susunan susunan sistem sarafnya semakin kompleks, bahkan akan kemampuan yang dimiliki
akan semakin bertambah.

9
Jean Piaget mengatakan bahwa kemampuan berpikir dan kekuatan mental dari seorang anak
yang berbeda usia, maka perkembangan intelektual secara kualitatif juga berbeda. Oleh sebab
itu, Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif yang terjadi pada seseorang secara
kuantitatif ke dalam empat tahap, di antaranya:

1. Tahap Sensorimotor (Umur 0-2 Tahun)

Tahap sensorimotor adalah tahap kognitif yang terjadi ketika seseorang berumur 0 sampai 2
tahun. Pada tahapan ini seorang anak akan diperhatikan perkembangannya melalui kegiatan
motorik dan suatu persepsi yang masih sangat sederhana. Biasanya pada tahapan ini, seorang
anak akan melihat suatu objek lebih lama, mencari rangsangan pada sinar lampu atau sumber
suara, dan mulai menyadari bahwa dirinya merupakan makhluk yang berbeda dari objek-objek
yang ada di dekatnya.

2. Tahap Pra-Operasional (Umur 2-7 Tahun)

Tahap pra-operasional adalah tahap kognitif yang terjadi saat seseorang berusia sekitar 2-7
tahun. Pada tahapan kognitif pra-operasional, biasanya dihubungkan dengan adanya
penggunaan simbol atau penggunaan bahasa tanda. Selain itu, pada tahapan ini, konsep intuitif
seorang anak mulai mengalami perkembangan atau pertumbuhan. Biasanya pengetahuan yang
didapatkan berasal dari suatu hal yang bersifat abstrak.

Ketika seorang anak memasuki tahap pra-operasional biasanya sudah bisa mengenali ciri dari
suatu objek, misalnya ada bola yang berwarna hijau, dapat mengumpulkan benda yang sesuai
dengan ukurannya, dan sebagainya

3. Tahap Operasional Konkrit (Umur 7-12 Tahun)

Tahap operasional konkrit atau tahapan kognitif ketiga menurut Jean Piaget merupakan tahapan
kognitif yang muncul ketika seorang anak berusia 7 sampai 12 tahun. Pada tahapan ini, seorang
anak atau peserta didik dianggap sudah bisa mempraktikkan aturan-aturan dengan jelas dan
logis. Hal seperti ini biasanya ditandai dengan adanya kekekalan dan reversible pada peserta
didik.

Tahap operasional konkrit bisa dikatakan sebagai suatu tahapan kognitif yang di mana seorang
anak sudah bisa mengelompokkan, mengklasifikasikan suatu masalah. Alangkah baiknya,
ketika seorang anak sudah memasuki tahapan ini diberikan contoh suatu hal yang jelas dan
logis supaya dapat menelaah suatu permasalahan dengan baik.

10
4. Tahap Operasional Formal (Umur 11-18 Tahun)

Tahap operasional formal atau tahap kognitif yang terakhir Jean Piaget. Tahap operasional
formal ini muncul ketika seorang anak atau peserta didik sudah berusia 11-18 tahun. Di tahapan
kognitif ini, seorang anak sudah terlihat memiliki kemampuan untuk berpikir secara logis dan
abstrak dengan menggunakan sebuah konsep berpikir “kemungkinan”.

Pada tahap ini bisa dikatakan muncul ketika seorang anak sedang memasuki usia pubertas.
Pada umumnya, seorang anak yang sudah memasuki tahap kognitif operasional formal sudah
bisa merasakan hal-hal, seperti cinta, suatu nilai (baik atau buruk), serta tidak melihat suatu hal
dalam bentuk hitam dan putih.

2. David Ausubel

David Paul Ausubel lahir pada tanggal 25 Oktober 1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New
York, Amerika Serikat. Ia merupakan seorang psikolog dan berkontribusi terhadap psikologi
pendidikan, ilmu kognitif, dan berperan dalam pembelajaran pendidikan sains yang terjadi pada
pengembangan dan penelitian tentang Advance Organizer. Beliau meninggal dunia pada
tanggal 9 Juli 2008.

David Paul Ausubel atau lebih dikenal dengan nama David Ausubel pernah menempuh
pendidikan di University of Pennsylvania, Amerika Serikat. Bahkan, ia lulus pada tahun 1939
dengan prestasi cumlaude dan memperoleh gelar sarjana psikologi. Ia juga melanjutkan ke
sekolah kedokteran di Universitas Middlesex dan lulus pada tahun 1943. Kecintaannya pada
dunia psikologi membuat dirinya sempat menggeluti profesi psikiater pada tahun 1973 dan
pada tahun 1976, ia diberikan sebuah penghargaan Thorndike atas “Kontribusi Psikologis
Terhadap Dunia Pendidikan”. Penghargaan itu berasal dari American Psychological
Association.

Teori belajar kognitif David Ausubel bisa dikatakan dipengaruhi oleh teori kognitif Jean Piaget.
David Ausubel selalu mengaitkan konsep atau skema konseptual Jean Piaget terhadap cara
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, David Ausubel selalu meyakini
bahwa penalaran deduktif bisa digunakan untuk mencapai suatu pemahaman konsep, ide atau
gagasan, dan prinsip.

Konsep teori kognitif David Ausubel mengutamakan kegiatan pembelajaran yang bermakna.
Ia membagi “belajar yang bermakna” ke dalam dua jenis, yaitu belajar bermakna (meaningful
learning) dan belajar menghapal (rote learning)

11
1. Belajar Bermakna (Meaningful Learning)

Dalam hal ini, belajar yang bermakna dapat diartikan sebagai sebuah proses belajar yang di
mana informasi baru selalu dikaitkan dengan suatu pemahaman yang sudah dimiliki oleh
seseorang yang sedang belajar.

2. Belajar Menghapal (Rote Learning)

Belajar menghapal adalah suatu kegiatan yang di mana peserta didik berusaha untuk menerima
dan memahami suatu materi pembelajaran yang telah diberikan oleh gurunya atau dari materi
pembelajaran yang dibacanya, seperti buku.

David Ausubel beranggapan bahwa suatu kegiatan pembelajaran baru akan bermakna, jika guru
dapat mengombinasikan konsep, prinsip, dan informasi verbal dengan baik. Dengan kata lain,
proses belajar yang hanya dilakukan dengan menghapal saja tak akan mampu membuat
kegiatan pembelajaran menjadi bermakna. Oleh sebab itu, supaya proses belajar bisa
bermakna, maka seorang guru wajib untuk mampu mempresentasikan hal-hal apa yang perlu
dipelajari oleh peserta didik. Sementara itu, peserta didik harus berusaha untuk memahami apa
yang diberikan oleh guru.

3. Jerome Bruner

Tokoh berikutnya yang berperan dalam perkembangan teori belajar kognitif adalah Jerome
Seymour Bruner atau lebih dikenal dengan nama Jerome Bruner. Ia lahir di New York City,
Amerika Serikat pada tanggal 1 Oktober 1915. Jerome Bruner meninggal dunia pada tahun
2016. Ia lulus dari Universitas Harvard dan mendapatkan gelar Doktor. Setelah itu, Jerome
melakukan penelitian terhadap persepsi dan pembelajaran.

Jerome Bruner mengatakan bahwa seorang guru harus bisa untuk memberikan kesempatan
pada peserta didiknya agar bisa menjadi seorang yang bisa menyelesaikan suatu masalah,
seorang yang cerdas, seorang yang menyukai sejarah, seorang yang pandai dalam bidang
matematika, dan sebagainya. Dalam pandangan Jerome Bruner proses belajar sangat
dipengaruhi dengan adanya pengaruh kebudayaan terhadap perilaku peserta didik.

Free discovery learning adalah teori belajar kognitif yang telah ditemukan dan dikembangkan
oleh Jerome Bruner. Ia menyatakan bahwa suatu proses belajar atau pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar dan kreatif apabila seorang guru dapat memberikan kesempatan pada

12
peserta didik demi menemukan sebuah konsep, aturan, teori, dan pemahaman yang berkaitan
dengan kehidupan.

Selain itu, Jerome Bruner juga membagi perkembangan kognitif menjadi 3 tahap atau model,
yaitu:

1. Tahap Enaktif

Tahap enaktif adalah tahap kognitif yang di mana seseorang sudah bisa melakukan berbagai
macam aktivitas agar bisa memahami suatu lingkungan yang ada didekatnya. Misalnya, peserta
didik mampu untuk menendang bola, tetapi tidak mampu untuk menggumpalkan atau
menggambarkan kegiatan itu lewat kata-kata.

2. Tahap Ikonik

Tahap ikonik adalah tahap kognitif ketika seseorang sudah mengerti berbagai jenis objek atau
“dunianya” dengan melihat gambar-gambar atau visualisasi verbal. Dengan kata lain, pada
tahap kognitif ini seseorang akan memahami suatu hal melalui suatu perumpamaan atau
perbandingan. Misalnya, peserta didik sudah memiliki gambaran tentang mobil yang sedang
berjalan, tetapi mereka belum bisa mengungkapkan dalam sebuah susunan kalimat.

3. Tahap Simbolik

Tahap simbolik adalah tahap kognitif ketika seseorang sudah memiliki kemampuan untuk
menciptakan gagasan-gagasan atau ide-ide yang sifatnya abstrak dan biasanya akan
dipengaruhi dengan kemampuan yang dimilikinya, seperti kemampuan bahasa dan
kemampuan logika.

D. Teori Humanistik dan Ahli

Teori belajar humanistik adalah teori yang menyatakan bahwa manusia berhak mengenali
dirinya sendiri sebagai langkah untuk belajar, sehingga diharapkan mampu mencapai
aktualisasi diri. Itulah mengapa, teori ini beranggapan bahwa proses belajar dinilai lebih
penting daripada hasil belajar itu sendiri. Pengertian tersebut juga berlaku jika teori ini
diterapkan di kegiatan pembelajaran. Artinya, pengertian teori belajar humanistik bisa
disamakan dengan pengertian teori pembelajaran humanistik.

13
Teori humanistik atau sering juga disebut teori belajar humanistik adalah satu dari beberapa
teori belajar yang sering digunakan oleh guru maupun tenaga pengajar lainnya. Secara garis
besar teori belajar humanistik adalah teori belajar bertujuan menghasilkan hal baik bagi
kemanusiaan supaya bisa mencapai aktualisasi diri dan membuat orang mampu mengenali diri
sendiri.Oleh karena itu, proses belajar humanistik ini membutuhkan perhatian yang besar
dalam prosesnya dengan harapan menghasilkan pencapaian yang baik.

• Ciri-ciri Teori Belajar Humanistik

Berikut ini ciri-ciri teori belajar humanistik yaitu sebagai berikut :

1. Ciri teori humanistik yang pertama adalah lebih memfokuskan pada proses belajar itu
sendiri. seseorang akan menjadi yang lebih bisa mengeksplorasi diri. Fokus belajar ada dalam
prosesnya saat seseorang menjalankan pendekatan belajar.

2. Adanya peranan aspek kognitif dan aspek afektif.

3. Mementingkan pemahaman dan juga pengetahuan dalam proses belajar.

4. Mementingkan sikap dan perilaku diri ketika menjalankan proses belajar.

5. Tidak seorangpun mampu mengatur atau mendikte proses belajar yang benar pada setiap
individu.

• Tujuan Tero Belajar Humanistik

Teori pembelajaran humanistik ini juga memiliki tujuan yang jelas yakni bertujuan menjadi
seorang yang lebih manusiawi dengan harapan agar bisa menjadi lebih peka terhadap
lingkungan sekitar, mampu memahami diri sendiri untuk mampu meraih aktualisasi diri.

Inti dari teori humanistik ini adalah baik murid maupun gurunya fokus terhadap proses
pembelajaran, dengan murid yang mencari cara dan sistem belajar mereka sendiri. Sedangkan
guru menjadi fasilitator yang dapat mengarahkan murid dalam menemukan sistem belajar
mereka tanpa ikut campur lebih jauh ke dalam pembelajaran.

Dengan adanya pendekatan pembelajaran humanistik ini, murid dapat terbiasa


mengembangakan pemikiran mereka, dan menganilisis apa yang tidak baik dan apa yang baik
bagi proses pembelajaran mereka.

14
• Manfaat Teori Belajar Humanistik

Jika menilik tujuannya, dapat disimpulkan bahwa teori belajar humanistik ini membawakan
sejumlah manfaat yang berguna bagi murid yang sedang belajar dalam jangka waktu yang
panjang. Individu yang sedang belajar menjadi lebih partisipatif, demokratis dan humanis
dengan adanya kebiasaan penerapan pendekatan belajar humanistik. Selama menjalankan
proses belajar, individu juga menjadi bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
bagi dirinya untuk bisa menjadi seorang yang lebih baik. Adanya kesempatan dan kebebasan
yang sepenuhnya diberikan pada murid membuat dia secara otomatis ikut menghargai
kebebasan dan pendapat orang lain. Pendekatan belajar humanistik juga memicu murid lebih
semangat dan meningkatkan minat belajar mereka, sebab mereka melakukannya dengan
senang hati sesuai kemauan sendiri.

• Berikut ini kelebihan dari teori belajar humanistik yang mampu membawa manfaat bagi
setiap individunya.

1. Meningkatkan minat belajar individu

2. Membantu membentuk kepribadian, perubahan sikap kearah yang positif dan hati nurani.

3. Membantu meningkatkan kreativitas setiap orang.

4. Membentuk pola pikir yang cerdas dan luas, serta sikap yang baik.

5. Mampu menghadirkan sebuah pengalaman yang baru dan menarik pada setiap individu.

6. Mengembangkan individu dan membantu mereka mencapai aktualisasi diri.

• Akan tetapi teori ini juga memiliki beberapa kekurangan yang mungkin akan tidak tepat
apabila diterapkan pada beberapa anak.

1. Teori humanistik ini dapat memunculkan perilaku individualis.

2. Apabila tidak ada kesungguhan dari murid untuk belajar maka proses belajar pun bisa
dianggap gagal.

3. Tenaga pengajar sebagai fasilitator menjadi minim peranan.

4. Pendekatan belajar humanistik ini tidak dapat digunakan untuk metode pembelajaran praktis.

5. Akan munculnya perbedaan yang signifikan terhadap murid satu dengan yang lainnya
sehingga timbul kesenjangan.

15
• Teori Humanistik Menurut Para Ahli

1. Teori Humanistik Menurut Arthur Combs

Jika membahas mengenai teori humanistik ini, maka salah satu tokoh terkenal yang paling
sering disebut-sebut yakni Arthur Combs. Beliau adalah seorang psikolog sekaligus pengajar
yang berasal dari Ohio, Amerika Serikat. Menurut pendapat Combs, belajar bukan hanya
tentang bagaimana menghapal materi namun lebih dari itu belajar adalah bagaimana seseorang
bebas mencari cara mereka sendiri dan bisa dilakukan lewat mana saja. Selama hal tersebut
membawa hasil yang baik bagi dirinya.

Dari pemahaman tersebut kita tahu bahwa seorang tenaga pengajar tidak bisa menuntut terkait
proses belajar pada setiap murid, melainkan merekalah yang bebas menentukan proses
belajarnya sendiri. Hal tersebut akan membantu murid mencapai tujuan dari teori humanistik
ini.

2. Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow

Tokoh lain yang juga membahas mengenai teori ini adalah Abraham Maslow. Menurutnya
proses belajar adalah hal yang penting dan perlu dilalui semua murid, sebab dalam proses inilah
seseorang mampu mengenali dirinya sendiri dan mencapai aktualisasi diri. Oleh karena itu
proses belajar merupakan momen penting yang sebaiknya dilakukan oleh murid itu sendiri
supaya bisa memahami dirinya sendiri.

3. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers

Carl Rogers juga ikut menyatakan pendapat mengenai teori belajar humanistik. Rogers
menyatakan bahwa proses belajar membutuhkan sebuah sikap saling menghargai dan
memahami antara murid dan gurunya. Tanpa adanya prasangka dari kedua belah pihak, dengan
begitu proses belajar akan berjalan dengan baik.

E. Teori Kontruktivisme dan Ahli

Di dalam teori konstruktivisme, pembelajaran bukanlah sebuah proses mentransfer ilmu,


tapi perlu dibangun atau constructed sendiri oleh peserta didiknya. Dengan begitu, pusat
pembelajaran harus bisa dilakukan secara mandiri oleh para peserta didik. Guru ataupun

16
pendidik yang ada di dalam teori konstruktivisme hanya berperan sebagai fasilitator saja. Hal
inilah yang menyebabkan teori belajar ini melahirkan banyak sekali pendekatan, model, dan
juga metode pembelajaran yang berbasis student-centered atau berpusat pada peserta didik.

Teori konstruktivisme sendiri adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi atau bentukan. Dalam sudut pandang
konstruktivisme, pengetahuan adalah akibat dari suatu konstruksi kognitif dari sebuah
kenyataan yang terjadi melalui aktivitas atau kegiatan seseorang. Dimana konstruktivisme ini
ingin memberikan kebebasan kepada para peserta didik untuk belajar menemukan sendiri
tentang kompetensi dan juga pengetahuannya untuk mengembangkan kemampuan yang telah
ada di dalam dirinya. Di dalam proses belajar mengajar, guru atau pendidik tak hanya
memindahkan pengetahuan kepada para peserta didik dalam bentuk yang sempurna. Dengan
kata lain, para peserta didik harus membangun sebuah pengetahuan tersebut berdasarkan
dengan pengalaman mereka masing-masing.

Pengertian teori konstruktivisme jika dilihat secara umum memandang ilmu pengetahuan
tidak hanya sebatas mengungkap mengenai fakta, kaidah, dan juga konsep yang harus diingat
secara baku. Dimana konstruktivisme ini justru lebih menekankan bahwa manusialah yang
harus mengkonstruksikan pengetahuan itu sendiri. Sehingga, manusialah yang nantinya akan
memberikan nilai sentimentil dan juga menggali ilmu pengetahuan, baik itu melalui kajian,
penelitian, atau melalui pengalaman. Terdapat banyak sekali cara yang bisa dicoba untuk
melakukan konstruksi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Intinya, konstruktivisme
merupakan teori belajar yang mengusung pembangunan kompetensi, keterampilan, atau
pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik yang difasilitasi oleh pendidik melalui berbagai
macam rancangan pembelajaran serta tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
perubahan yang diperlukan oleh peserta didik.

• Teori Konstruktivisme Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah beberapa pengertian teori konstruktivisme menurut para ahli, antara lain:

a. Abimanyu

Menurut Abimanyu, teori konstruktivisme adalah pendekatan belajar yang menilai bahwa jika
seseorang bisa membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman orang.

17
b. Muslich

Menurut Muslich, teori konstruktivisme merupakan proses membangun pemahaman,


kreativitas secara aktif yang didasarkan pada pengalaman belajar orang lain atau berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh orang tersebut.

c. Thobroni

Menurutnya, teori konstruktivisme adalah teori yang memberikan kebebasan kepada semua
orang untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan memberikan kesempatan terkait apa
yang mereka butuhkan. Sebab, melalui ruang dan kesempatan itulah, kebebasan untuk manusia
belajar dan menemukan kompetensi bisa diperoleh sesuai dengan potensi yang ada di dalam
diri masing-masing.

d. Sagala

Tak jauh berbeda dengan pendapat para ahli lainnya. Menurut Sagala, teori konstruktivisme
merupakan landasan seseorang berpikir mengenai banyak hal, sesuai dengan pendekatan
kontekstual. Sehingga pengetahuan yang didapatkan sedikit demi sedikit hasilkan akan
diperluas melalui konteks yang terbatas.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan potensi individu,
baik dari segi kognitif maupun pertumbuhan dan perkembangan anak. Teori-teori belajar
seperti teori kognitif David Ausubel dan Jean Piaget, serta prinsip-prinsip belajar seperti hukum
kesiapan, hukum latihan, hukum efek, dan hukum sikap, memberikan landasan yang kuat
dalam proses pembelajaran. Selain itu, teori-teori belajar seperti behavioristik, humanistik, dan
konstruktivisme juga memberikan wawasan yang berharga dalam merancang strategi
pembelajaran yang efektif.

Pentingnya proses belajar yang dilakukan oleh individu sendiri juga ditekankan, karena hal ini
memungkinkan individu untuk memahami diri sendiri dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Dengan adanya sikap saling menghargai dan memahami antara murid dan guru,
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif.

Dalam konteks kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat
vital dalam membentuk individu, masyarakat, dan bangsa secara keseluruhan. Dengan
penerapan teori-teori belajar yang relevan dan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat,
pendidikan dapat menjadi aset berharga yang mendorong kemajuan dan inovasi di masa depan.

Pendidikan memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi individu dan menciptakan
inovasi.

• Teori-teori belajar seperti behavioristik, humanistik, dan konstruktivisme memberikan


landasan dalam proses pembelajaran.

• Proses belajar yang dilakukan sendiri oleh individu memungkinkan pengembangan potensi
diri.

• Sikap saling menghargai dan memahami antara murid dan guru penting dalam proses
pembelajaran.

• Pendidikan dianggap sebagai aset berharga suatu bangsa yang mendorong kemajuan dan
inovasi.

19
Dengan demikian, pendidikan memiliki peran yang vital dalam membentuk individu dan
masyarakat, serta menjadi kunci untuk mencapai kemajuan di masa depan.

B. Saran

pengumpulan materi pembahasan di atas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu :

• Mendorong penerapan berbagai teori belajar seperti behavioristik, humanistik, dan


konstruktivisme dalam merancang strategi pembelajaran yang variatif dan efektif.

• Memotivasi individu untuk aktif dalam proses belajar agar dapat mengembangkan potensi
diri secara optimal.

• Mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antara murid dan guru dengan membangun
sikap saling menghargai dan memahami.

• Mengembangkan metode pembelajaran yang inklusif untuk mengakomodasi perbedaan


individual dan mendorong kesetaraan dalam pendidikan.

• Terus mendorong inovasi dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas


pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif.

Dengan menerapkan saran-saran tersebut, diharapkan pendidikan dapat menjadi lebih efektif
dalam mengembangkan potensi individu dan menciptakan generasi yang siap menghadapi
tantangan masa depan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Author : Marzuenda, Teori Belajar Deskriptif Dan Teori Pembelajaran Preskriptif

Jurnal Kreatifitas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam , ISSN : 2460-9870. Vol.9 Nomor 2 Agustus
2020 –Februari 2021

Aliah B. Purwakania Hasan, 2006, Psikologi

Baharudin, dan Wahyuni, Nur Esa, 2008, Teori Belajar & Pembelajaran, Jogyakarta: Ar-Ruzz
Media Group.

Mukminan. 1997. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP.

21

Anda mungkin juga menyukai