Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA

Analisis Peran Serikat Buruh dalam Sistem Politik

Program Studi
Hubungan Internasional

Oleh:
Agit Imtiyaz Basman (232030074)
Tasya Pricilia T. Kasim (232030048)
Sherin Amanda Zahra (232030050)
Nuri Utami (232030056)
Qarien Salisa (232030071)
Muhammad Tiar Pradipta (232030054)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS PASUNDAN
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirannya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan idayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tentang “Analisis Peran Serikat Buruh dalam Sistem Politik”.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Analisis Peran
Serikat Buruh dalam Sistem Politik” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Bandung, 28 Februari 2024


Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar..............................................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................5
D. Manfaat Masalah...................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
A. Definisi Kelompok Kepentingan..........................................................................................5
B. Jenis – Jenis Kelompok Kepentingan...................................................................................6
C. Definisi Serikat Buruh..........................................................................................................7
D. Tujuan Serikat Buruh...........................................................................................................7
E. Serikat Buruh dijadikan sebagai kelompok kepentingan...................................................8
F. Studi Kasus terhadap Serikat Buruh...................................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam organisasi bisnis, terdapat dua kelompok pemangku kepentingan.
Pemegang saham merupakan kelompok kepentingan pertama. Kelompok kedua yang
memiliki kepentingan adalah karyawan, atau dikenal juga sebagai kelompok
Stakeholder. Permasalahan gaji merupakan permasalahan utama dalam hubungan
industrial, yakni hubungan antara manajemen dan karyawan. Pemerintah membuat
perubahan penilaian setiap tahun, sehingga upah menjadi masalah yang cukup besar
bagi pembuat kebijakan perusahaan, tidak peduli jenis perusahaan atau organisasi apa
yang ada di dalamnya. Karena kemampuan pelaku usaha dalam membayar kewajiban
upah kepada karyawan atau pekerja sesuai dengan nilai nominal UMR terbatas, maka
tingkat upah yang ditetapkan setiap tahun oleh pemerintah semakin sulit bagi
manajemen.

Sejarahnya gerakan buruh bisa ditelusuri hingga abad ke-14 di Inggris. E.W.
Campbell menyatakan bahwa kemunculan kelas buruh pada saat itu disebabkan oleh
perubahan kondisi ekonomi yang semakin memperkuat kapitalisme pedagang dan juga
menandai kemunduran feodalisme. Pada masa itu, salah satu ciri utama yang
menyebabkan faktor tersebut ialah adanya peningkatan kuasa golongan pedagang atau
saudagar yang mulai mengawal sektor ekonomi masyarakat.

Akibatnya, masyarakat bawah tidak mempunyai modal apapun untuk bertahan


hidup selain mengandalkan tenaga mereka untuk menjadi buruh kasar. Jumlah buruh
kasar yang semakin banyak yang membuat munculnya kesadaran untuk memperbaiki
kehidupan mereka dan alhasilnya munculnya upaya mendirikan organisasi untuk para
pemburuh.

Aksi buruh ini telah mengubah sistem politik dalam menyuarakan aspirasi dan
tuntutan mereka terhadap perubahan dalam kebijakan ketenagakerjaan. Seringkali
gerakan buruh menjadi pendorong untuk reformasi sosial dan politik, mendorong
pembentukan undang-undang yang melindungi hak-hak pekerja, menentang eksploitasi,
dan memperjuangkan kesetaraan dalam hubungan kerja. Pada tambahan itu, efeknya
bisa menyebar ke ranah politik yang lebih luas dan mengakibatkan perubahan dalam
kebijakan ekonomi serta pembagian kembali kekayaan. Dengan mengungkapkan
kebutuhan dan hak-hak mereka, gerakan buruh telah secara signifikan membentuk
dinamika politik, menciptakan perubahan struktural, dan menjadi bagian integral dari
evolusi sistem politik dalam banyak konteks sejarah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kelompok Kepentingan?

2. Mengapa Serikat Buruh termasuk pada Kelompok Kepentingan?

3. Bagaimana mekanisme penyelesaian perselisihan dan konflik antar serikat


buruh dalam kasus hak PHK?

C. Tujuan Masalah
1. Memahami konsep dan karakteristik kelompok kepentingan serta
mengidentifikasi peran dan dampaknya dalam konteks penyelesaian perselisihan
dan konflik.

2. Menganalisis alasan serikat buruh dianggap sebagai kelompok kepentingan


dan faktor-faktor apa yang mendasari peran mereka dalam konteks konflik
industri.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis mekanisme yang digunakan untuk


menyelesaikan perselisihan dan konflik antar serikat buruh, khususnya terkait
kasus hak PHK.

D. Manfaat Masalah
1. Memberikan pemahaman dasar tentang kelompok kepentingan yang relevan
dalam konteks penelitian.

2. Menjelaskan dan menggali lebih dalam tentang peran serikat buruh sebagai
kelompok kepentingan dalam menyelesaikan perselisihan.
3. Menyajikan pemahaman mendalam tentang efektivitas mekanisme
penyelesaian konflik yang diterapkan dalam kasus konkret serta memberikan
wawasan untuk perbaikan dan pemahaman lebih lanjut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kelompok Kepentingan


Kelompok kepentingan sering didefinisikan sebagai kelompok orang yang
memiliki kesamaan pendapat yang dihadapkan pada persaingan politik dengan
kelompok kepentingan lainnya (Benditt 1975: 34). Berdasarkan definisi ini, fungsi
kelompok kepentingan terbatas pada agregasi dan artikulasi kepentingan. Mereka adalah
kelompok terorganisir dengan tujuan yang sama yang secara aktif berusaha untuk
mempengaruhi pemerintah (Janda, Berry & Goldman 1997). Dengan kata lain, tujuan
mereka hanyalah untuk "mempengaruhi" proses pembuatan kebijakan pemerintah agar
sesuai dengan keinginan kelompok-kelompok di sekitarnya. Kelompok kepentingan
pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok: pertama, kelompok kepentingan
pribadi dan kedua, kelompok kepentingan publik. Kelompok kepentingan privat adalah
kelompok kepentingan yang berusaha memperjuangkan kepentingan anggotanya
(kelompok tertentu), seperti pengacara, dokter, akuntan, dosen, guru, hakim, pengacara,
dan para profesional lainnya. Pekerja dan kelompok yang mencakup pekerja. Ini juga
termasuk kepentingan produsen di bidang bisnis tertentu. Di sisi lain, kelompok
kepentingan publik adalah kelompok kepentingan yang berfokus untuk mempengaruhi
pemerintah agar mengambil tindakan tertentu yang menguntungkan kepentingan publik
secara keseluruhan, bukan anggotanya. Contoh dari kelompok kepentingan jenis ini
adalah gerakan sosial yang peduli dengan isu-isu lingkungan, pendidikan pertambangan
bagi perempuan, administrasi negara, korupsi, kekerasan, perdagangan manusia,
konsumen, dan lain-lain.

B. Jenis – Jenis Kelompok Kepentingan


Menurut almond dan powl (1980) dalam karya klasiknya, kelompok
kepentingan dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Kelompok Anomik,

Merupakan kelompok kepentingan yang bersifat spontan, terbatas, muncul


seketika.

2. Kelompok Non-Assosiasional,

Merupakan kelompok kepentingan yang diorganisasikan secara informal,


dengan keanggotaan yang longgar yang aktifitasnya bergantung pada isu isu
spesifik.

3. Kelompok Instusional

Merupakan kelompok kepentingan yang melembaga secara formal, dengan


kegiatan rutin, serta jaringan organisasi yang kuat dan keanggotan yang bersifat
resmi. keempat: kelompok assosional, yaitu kelompok yang memiliki organisasi
yang bersifat formal dan terorganisir secara baik, dengan keanggotaan yang
resmi atau bersifat formal pula.

C. Definisi Serikat Buruh


Menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang - Undang Nomor 21 Tahun 2000, serikat
pekerja atau buruh adalah organisasi yang dibentuk oleh, dari, dan untuk pekerja atau
buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja atau buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja atau buruh dan keluarganya.

Sebagai individu buruh, akan sulitnya untuk melindungi dan memperjuangkan


kepentingan dan hak-haknya. Aspek seperti kebebasan berserikat, perlindungan dari
pengangguran, dan kesetaraan dalam berbagai aspek pekerjaan seperti pendidikan,
pelatihan, promosi, dan kondisi kerja tidak dapat dicapai dengan efektif tanpa dukungan
serikat pekerja. Serikat pekerja memiliki kewenangan penuh untuk menyuarakan
kepentingan dan hak-hak anggotanya, mewakili pandangan, pendapat, dan keinginan
mereka.
Selain itu, Serikat pekerja juga memastikan manajemen atau pengusaha
mempertimbangkan suara atau pendapat mereka sebelum membuat keputusan. Dengan
demikian, serikat pekerja menjadi perwakilan yang kuat untuk memastikan bahwa
kebijakan yang diambil oleh manajemen tidak merugikan pekerja.

D. Tujuan Serikat Buruh


Berlandaskan UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Serikat Buruh, pendirian
serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, membela hak dan kepentingan, serta
meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja atau buruh dan keluarganya.
Organisasi ini lebih cenderung ke aspek sosial dalam konteks hubungan industri dan
pengelolaan perusahaan. Tujuannya tidak berkaitan dengan kekuasaan semata,
melainkan fokus pada peningkatan kesejahteraan anggota atau karyawan yang berada di
dalam perusahaan.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, serikat buruh, federasi, dan konfederasi
serikat buruh memiliki fungsi-fungsi penting, antara lain:

1.. sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian
perselisihan industrial

2. sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang


ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya

3. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan


berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

d. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan


anggotanya

e. sebagai perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan


pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

f. sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di


perusahaan.
E. Serikat Buruh dijadikan sebagai kelompok kepentingan
Menurut Dahrendorf, konflik muncul di antara dua tipe golongan, yaitu
kelompok semu (quasi group) dan kelompok kepentingan (interest group). Kelompok
semu timbul dari kesamaan nasib dan ketidakpuasan buruh terhadap perusahaan,
memicu tindakan perlawanan dengan pembentukan serikat buruh. Dengan terbentuknya
serikat buruh, buruh bertransisi menjadi kelompok kepentingan yang lebih terorganisir.
Kelompok kepentingan ini berasal dari kelompok semu yang lebih luas, diawali oleh
beberapa buruh yang merasakan kesamaan nasib dan ketidakpuasan, yang kemudian
membentuk serikat dengan meningkatkan jumlah anggotanya. Kesadaran terhadap
kepentingan yang perlu diperjuangkan muncul dalam proses ini, khususnya untuk
membebaskan diri dari ketertindasan. Serikat buruh menjadi representasi kelompok
kepentingan dengan struktur, organisasi, tujuan, dan anggota yang jelas.

F. Studi Kasus terhadap Serikat Buruh


1. Perselisihan kasus hak PHK antar serikat buruh dalam satu perusahaan

Untuk menyikapi berbagai permasalahan terkait hubungan pasar tenaga kerja,


sebenarnya pemerintah telah menyiapkan penyelesaian permasalahan terkait pasar
tenaga kerja dalam Peraturan No. 2 tahun 2004 tentang penyelesaian konflik
perburuhan. Undang-undang tersebut mengatur berbagai mekanisme penyelesaian
permasalahan industrial seperti perundingan bilateral, tripartit, mediasi dan arbitrase.
Permasalahan perburuhan tentunya diharapkan dapat diselesaikan melalui berbagai
mekanisme yang terdapat dalam undang-undang, namun pada kenyataannya masih
banyak perselisihan yang dapat diselesaikan melalui mekanisme tersebut, namun belum
dapat ditemukan penyelesaiannya. siapa yang dapat menyelesaikan perselisihan
tersebut..

Konflik antara pekerja dan pengusaha mencerminkan dua pihak yang


mempunyai kepentingan berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan adanya keinginan
untuk saling menghilangkan. Buruh ingin menyingkirkan pengusaha yang terkesan
eksploitatif, sedangkan pengusaha ingin menyingkirkan buruh yang selalu memprotes
politik warisan elit korporasi sebagai bentuk kekuasaan.Protes atau lobi yang sering kita
lihat dan dengar merupakan contoh perlawanan pekerja terhadap kekuasaan majikan.
Tujuan dari upaya buruh hanyalah untuk memperjuangkan hak-hak yang seharusnya
dimiliki oleh setiap buruh. Pekerja melakukan perlawanan karena pekerja selalu
mendapatkan feedback yang tidak terduga dalam proses ketenagakerjaan, baik melalui
tindakan eksploitatif seperti kebebasan, jaminan sosial yang optimal, dan upah
minimum.

Pihak-pihak yang berkonflik adalah kelompok-kelompok yang terlibat dalam


konflik, antara lain pihak-pihak primer yang terkait langsung dengan kepentingan, pihak
sekunder yang tidak terkait langsung dengan kepentingan, dan pihak ketiga yang tidak
terkait dengan kepentingan yang berkonflik. Pihak utama yang berkonflik adalah buruh
dan pengusaha. Pekerja dan pengusaha mempunyai hubungan langsung dalam kegiatan
produksi, sehingga mempunyai hubungan langsung tidak langsung dengan terjadinya
konflik. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sekunder atau tidak langsung
antara lain SBSI, kuasa hukum perusahaan, HR, CFO dan cucu pemilik perusahaan.
Pihak-pihak yang berkonflik industrial tingkat ketiga dalam penelitian ini adalah Dinas
Tenaga Kerja dan Migran Kota Malang dan Polsek Sukun Kota Malang.

Selain itu, ada beberapa pegawai yang justru melakukan perlawanan secara
sukarela. Pekerja berhenti bekerja secara sukarela tanpa ada provokasi dari pihak lain,
karena pekerja mengalami kekurangan pada harga yang telah ditentukan dan melakukan
penawaran melalui walkout atau mogok kerja.Secara teori, pemogokan beberapa
pekerja bukanlah suatu kelompok kepentingan, melainkan perkumpulan orang-orang
yang menyadari kepentingannya, yaitu kebebasan dari penindasan. Pada tahap ini buruh
hanya sadar akan kepentingan-kepentingan yang harus diperjuangkannya, namun tidak
tergolong dalam kelompok kepentingan, karena kondisi ini merupakan bentuk
perkumpulan individu-individu dan belum terbentuk suatu organisasi atau program atau
tujuan tersendiri. . (Dahrendorf). 1959, hal. 222). Untuk mengendalikan hubungan
kekuasaan antara pekerja dan pengusaha, pekerja bergabung dengan serikat pekerja
untuk mendapatkan perlindungan hukum atas upaya pekerja melawan dan melepaskan
diri dari penindasan.Sebagai serikat pekerja yang mengadvokasi kesejahteraan pekerja,
SBSI menawarkan serangkaian pendidikan terkait pekerjaan dan pelatihan. pelatihan
dan organisasi. Sehingga pegawai mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
kehidupan kerja dan pengalaman dalam menyelesaikan permasalahan pekerjaan. Karena
kondisi ini, para pekerja sebelumnya tidak memiliki informasi yang cukup tentang
dirinya sebagai pekerja. Melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh serikat pekerja,
karyawan secara bertahap belajar tentang undang-undang ketenagakerjaan.

2. Studi kasus hak PHK antar serikat buruh dalam satu perusahaan

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan desain studi kasus tunggal terjalin, sebuah
desain dari pendekatan dengan lebih dari satu unit analisis. Kasus yang terjadi di
Perusahaan “X” merupakan kasus tunggal, yakni kasus hubungan industri atau kasus
ketenagakerjaan di Perusahaan “X”. Peneliti melakukan analisis berdasarkan unit yang
telah ditetapkan dalam kasus yang tunggal. Beberapa unit analisis yang ditetapkan
memiliki keterkaitan satu sama lain sebagai bentuk mekasnisme keberlangsungan
konflik dalam masyarakat industri.

Peneliti melihat beberapa unit analisis dan sekaligus menjadikan fokus dalam
penelitian ini, yaitu distribusi wewenang dan kekuasaan yang secara teoritis menjadikan
faktor adanya pertentangan sosial dalam masyarakat industri saat ini. Peneliti melihat
bagaimana mekanisme keberlangsungan konflik dimulai dari distribusi wewenang dan
kekuasaan sehingga menyebabkan pertentangan antara buruh dan pengusaha. Unit
kedua dalam penelitian ini yaitu kepentingan laten yang dimiliki oleh buruh dan
berimplikasi pada pembentukan kelompok semu. Gejala ini merepresentasikan
timbulnya benih-benih konflik yang disebabkan oleh dominasi kelompok superordinat
terhadap subordinat. Pada unit selanjutnya ialah kepentingan manifest dan kelompok
kepentingan sebagai tindaklanjut dari kepentingan laten. Hal ini merepresentasikan
kepentingan yang disadari oleh buruh yang menyadari apa yang harus diperjuangkan.

Lokasi penelitian dilakukan di Perusahaan “X” Kota Malang. Lokasi tersebut


dipilih karena perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan yang mengalami
permasalahan terkait dengan hubungan ketenagakerjaan. Permasalahan ini muncul
semenjak beberapa tahun yang lalu dan mulai mendapat perlawanan secara langsung
dari buruh dengan melakukan aksi demo dan mogok kerja pada pertengahan bulan
Februari tahun 2013. Adapun penyebab dari permasalahan yang terjadi dikarenakan
upah buruh yang berada di bawah nominal UMK, buruh tidak diberikan pekerjaan,
buruh diliburkan namun tidak mendapatkan upah, buruh tidak diikutsertakan dalam
program Jamsostek dan segala hak cuti tidak diberikan. Penyebab permasalahan ini
dapat dilihat sebagai bentuk eksploitasi tenaga kerja yang dilakukan oleh pihak
perusahaan. Selain itu permasalahan hubungan industri merupakan permasalahan yang
vital terkait dengan keseimbangan ekonomi dan kondisi sosial pekerja. Hal ini dapat
ditunjukan dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak yang ditujukan
kepada seluruh buruh sekaligus anggota Serikat Buruh Sosialis Indonesia (SBSI) yang
ikut serta dalam aksi demo dan mogok kerja. Penelitian ini dilakukan selama 11 bulan,
yaitu bulan Maret 2013 hingga Februari 2014.

3. Ringkasan pada kasus PHK hak PHK antar serikat buruh dalam satu
perusahaan

Mekanisme konflik terdiri dari hubungan antar unsur yang timbul akibat adanya
pembagian kekuasaan dan wewenang. Dampak-dampak ini menghubungkan berbagai
elemen menjadi satu dan berlangsung dari fase sebelum hingga pasca-konflik. Unsur-
unsur yang muncul tersebut adalah relasi kekuasaan antara pengusaha dan pekerja,
adanya dominasi yang digambarkan oleh peraturan dan sanksi, adanya pemaksaan yang
dialami oleh pekerja, bentuk-bentuk kepentingan yang secara teoritis terdiri dari
kepentingan yang terang-terangan dan tersembunyi. Hubungan antara unsur-unsur yang
muncul tersebut menjelaskan bagaimana terjadinya konflik mekanisme di perusahaan
“X” terjadi. Fenomena tersebut juga dapat dilihat dari model hubungan pekerja-
pengusaha, dimana perusahaan mengeksploitasi pekerja dan pekerja melakukan
perlawanan melalui pemogokan dan demonstrasi. Dalam mekanisme konflik, peneliti
menemukan bahwa kepentingan nyata tidak hanya terbentuk melalui kesadaran, namun
muncul ketika pekerja dengan keterampilannya tidak mampu mempertahankan diri
sebagai kelompok tertindas. Konflik diselesaikan melalui kompromi antara karyawan
dan perusahaan. Perusahaan diwakili oleh cucu pengusaha dan tidak mempunyai
hubungan struktural di dalam perusahaan. Hal ini dilakukan karena mereka mempunyai
pandangan yang berbeda mengenai mekanisme penyelesaian konflik industrial dengan
struktur perusahaan. Ketidaksepakatan ini tercermin dalam mekanisme penyelesaian
konflik yang diterapkan. Pihak perusahaan menginginkan penyelesaian melalui PHI,
sedangkan cucu pedagang menginginkan penyelesaian konflik secara dua arah agar
konflik dapat cepat selesai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelompok kepentingan, salah satunya yaitu Serikat Buruh, memegang peran
penting dalam dinamika hubungan industrial. Sejarah serikat buruh menunjukkan
perkembangan dari kondisi ekonomi abad ke-14 di Inggris, yang memicu kesadaran
pekerja akan perlunya perlindungan dan perjuangan hak Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000 menegaskan tujuan serikat buruh dalam melindungi, membela, dan
meningkatkan kesejahteraan pekerja. Studi kasus mengenai perselisihan hak PHK di
Perusahaan "X" mencerminkan konflik antara kepentingan pekerja dan pengusaha yang
melibatkan distribusi kekuasaan, relasi kekuasaan, dan pertentangan kelompok
kepentingan. Hal tersebut akan memberikan wawasan mendalam tentang peran serikat
buruh dalam mengatasi tantangan hubungan industrial dan memperjuangkan hak-hak
pekerja dalam konteks dinamika sosial dan ekonomi yang terus berkembang.

B. Saran
Meskipun terdapat beberapa kekurangan yang mungkin tidak disadari oleh
penulis membuat makalah ini belum dapat dianggap sebagai karya yang sempurna.
Untuk melakukan penyempurnaan, penulis akan merujuk kepada sejumlah sumber
terpercaya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan kritis dan saran terkait
dengan topik yang telah dibahas dalam kesimpulan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://runsystem.id/id/blog/serikat-pekerja/

http://dewihardiningtyas.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/tentang-serikat-pekerja-revisi-
april-2008.pdf

https://peraturan.bpk.go.id/Details/44988/uu-no-21-tahun-2000

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/download/24673/22587/

Anda mungkin juga menyukai