Anda di halaman 1dari 18

PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN

Dosen Pembimbing :

Hj, Siti Nurhayati, SST,MM.Kes

Disusun oleh Kelompok 1 :


Jovita Amara Ningtiyas 022030144
Martini 021030082
Nur Evadila 022030149
Salsabilah 022300158

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Penyusunan makalah ini
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah yaitu Asuhan
Kebidanan Persalinan dan BBL dengan judul makalah “Pemantauan
Kesejahteraan Janin”.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan
kemampuan pengalaman maupun pengetahuan kami.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.

Mataram, Maret 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................5
C. Tujuan ................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................6
A. Konsep Dasar Pemantauan Janin....................................................6
B. Tujuan Pemantaun Kesejahteraan Janin........................................6
C. Manfaat Pemantauan Kesejahteraan Janin....................................6
D. Tata Cara Pemantauan Kesejahteraan Janin.................................6
E. EFM (Electronic Fetal Monitoring)..................................................9
F. NST (Non Stress Test) ......................................................................14
BAB III PENUTUP.......................................................................................16
A. Kesimpulan........................................................................................16
B. Saran..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemantauan kesejahteraan janin adalah hal yang perlu dilakukan
pada masa kehamilan terutama pada saat persalinan, yang bertujuan untuk
mengetahui perkembangan janin. Trauma persalinan dan penyakit infeksi
menjadi penyebab tingginya angka mortalitas perinatal di Negara
berkembang. Cara untuk menurunkan angka kematian perinatal adalah
dilakukannya pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Adapun
komponen yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui kesejahteraan
janin adalah gerakan janin, gerakan napas, tonus janin, denyut jantung
janin, volume air ketuban (Faradisa, Sardjono, & Purnomo, 2017).
Teknologi pemantauan kesejahteraan janin berfungsi untuk
meningkatkan akses maupun jangkauan layanan kesehatan pada ibu dan
bayi yang bermutu dan berkualitas. Teknologi pemantauan janin dibagi
menjadi dua, yaitu teknologi EFM (Electronic Fetal Monitoring) dan
teknologi NST (Non Stress Test). Setiap teknologi memiliki keunggulan
dan kekurangan masing-masing, sehingga dalam pemilihan penggunaan
teknologi yang tepat dapat disesuaikan dengan kebutuhan tujuan
pemanfaatan pemantauan kesejahteraan janinn (Faradisa, Sardjono, &
Purnomo, 2017).
Denyut jantung janin (DJJ) merupakan faktor untuk mengukur
kesejahteraan janin dalam rahim. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi DJJ yaitu kecemasan selama kehamilan. Kecemasan yang
dirasakan oleh ibu hamil sesuai dengan pengalaman yang pernah dirasakan
serta sesuai dengan tahap perkembangan psikologis pada masa kehamilan.
Tujuan pemantauan kesejahteraan janin yaitu untuk mendeteksi dini ada
atau tidaknya faktorfaktor resiko kematian prenatal (hipoksia/asfiksia,
gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi) (Chabibah & Laela,
2017).
Nilai normal denyut jantung janin antara 120-160 kali/menit.
Belum ada penelitian yang menyebutkan mengenai frekuensi DJJ yang
secara spesifik pada kehamilan primigravida ataupun multigravida. Denyut
jantung janin dapat menurun secara drastis seiring dengan meningkatnya
usia gestasi akibat dari maturnya tonus parasimpatis. Pemeriksaan DJJ
diukur 1 menit penuh. Namun, yang terjadi di lapangan sering ditemukan
untuk pengukuran DJJ pada pemeriksaan kehamilan hanya untuk
mengetahui ada atau tidaknya bunyi, tanpa mengetahui frekuensinya,
sehingga tidak dapat untuk mendeteksi adanya ketidakteraturan frekuensi
DJJ (Chabibah & Laela, 2017).

4
Persalinan kala I dikatakan lama apabila persalinan berlangsung >
20 jam pada primigravida serta 14 jam pada multipara (Yuniartika & Nur,
2009). Penyebab persalinan pada kala I lama yaitu ketidakteraturan pada
kontraksi dan setelah fase laten terjadi tidak sering; selama persalinan fase
aktif, kecepatan saat pembukaan serviks menjadi lebih lambat dari 1
cm/jam; serta kepala janin tidak memenuhi serviks (Sondakh, 2013).
Biasanya yang sering dijumpai dalam kala I yang lama adalah kelainan
kontraksi (his). Ketidakteraturan kontraksi ataupun ketidakadekuatan
kontraksi dapat berakibat pada vasokontriksi plasenta, fungsi plasenta
akan terganggu yang dapat menjadikan suplai oksigen (O2) menuju janin
akan berkurang, dan perkembangan serta pertumbuhan pada janin yang
berada dalam rahim mengalami kelainan, yang akan berlanjut menjadi
distress janin, dan mengakibatkan kesejahteraan janin terganggu
(Yuniartika & Nur, 2009).
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan konsep dasar pemantauan kesejahteraan
janin ?
2) Apa tujuan pemantauan kesejahteraan janin ?
3) Apa manfaat pemantauan kesejahteraan janin ?
4) Bagaimana cara pemantauan kesejahteraan janin ?
5) Menjelaskan apa yang dimaksud dengan EFM (Electronic Fetal
Monitoring) ?
6) Menjelaskan apa yang dimaksud dengan NST (Non Stress Test) ?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian konsep dasar pemantauan kesejahteraan
janin.
2) Untuk mengetahui tujuan pemantauan kesejahteraan janin.
3) Untuk mengetahui manfaat pemantauan kesejahteraan janin.
4) Untuk mengetahui bagaimana cara pemantauan kesejahteraan janin.
5) Untuk mengetahui pengertian EFM (Electronic Fetal Monitoring).
6) Untuk mengetahui pengertian NST (Non Stress Test).

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pemantauan Kesejahteraan Janin


Pemantauan kesejahteraan janin merupakan bagian penting dalam
penatalaksanaan kehamilan dan persalinan. Teknologi yang begitu cepat
berkembang memberikan banyak harapan akan semakin baiknya kualitas
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Kemajuan ini
tidak mudah untuk diikuti oleh Negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia, selain mahalnya harga peralatan, juga terbatasnya sumber daya
manusia yang handal dalam pengoperasionalan alat canggih tersebut.
B. Tujuan Pemantauan Kesejahteraan Janin
Sebagai deteksi dini adanya komplikasi seperti hipoksia, gangguan
pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi.
C. Manfaat Memantau Kesejahteraan Janin
Mencegah terjadinya komplikasi seperti hipoksia, gangguan pertumbuhan,
cacat bawaan, dan infeksi. Dengan melakukan beberapa beberapa tindakan
dalam upaya pemantauan kesejahteraan janin.
D. Tata Cara Pemantauan Kesejahteraan Janin
Banyak cara yang dapat dipakai untuk melakukan pemantauan
kesejahteraan janin, dari cara sederhana hingga yang canggih. Pembahasan ini
memang dibuat sederhana agar mudah dipahami. Beberapa hal yang diperiksa
selama pemantauan kesejahteraan janin (aktifitas fisik janin) :
1. Observasi Gerak Janin
Pemantauan gerak janin sudah lama dilakukan dan banyak tata cara
yang diperkenalkan, tetapi tidak ada satu pun yang lebih superior
dibanding lainnya. Gerak janin ini dipantau sejak kehamilan 28 minggu
setelah system susunan saraf pusat dan autonom berfungsi dengan
optimal. Pemantauan ini terutama dilakukan pada kehamilan resiko tinggi
terhadap terjadinya kematian janin atau asfiksia.

6
Misalnya pada kasus pertumbuhan janin terhambat. Ada dua cara
pemantauan, yaitu cara :
a) Cara Cardiff
Pemantauan dilakukan mulai jam 9 pagi, tidur miring kekiri atau
duduk, dan menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk
mencapai 10 gerakan janin. Bila hingga jam 9 malam tidak tercapai
10 gerakan, maka pasien harus segera kedokter/ bidan untuk
penanganan lebih lanjut.
b) Cara Sadovsky
Pasien tidur miring kekiri, kemudian hitung gerakan janin.
Harus dapat dicapai 4 gerakan janin dalam satu jam, bila belum
tercapai, waktunya ditambah satu jam lagi, bila ternyata tetap tidak
tercapai 4 gerakan, maka pasien harus segera berkonsultasi dengan
dokter/ bidan.
2. Pernafasan
Gambaran pada respirasi janin adalah gerakan dinding pada
paradoks. Selama inspirasi dinding dada justru kolaps dan abdomen
menonjol. Ada 2 jenis gerakan pernapasan:
 Nafas tersengal-sengal (gasps atau sighs) yg terjadi dengan
frekuensi 1-4/mnt
 Letupan gerakan nafas irreguler (irreguler bursts of breathing)
yang terjadi dengan laju sampai 240 siklus/mnt
3. Produksi Cairan Ketuban
a) Pemeriksaan cairan amnion
b) Pengkajian antepartum
c) Resiko kematian janin
d) Penurunan perfusi uteroplasenta
e) Proses aliran darah ginjal janin
f) Penurunan frekuensi berkemih
g) Oligohidramion.
4. Frekuensi Denyut jantung

7
DJJ dipengaruhi oleh faktor anatomis, biomedis, farmakologis,
kemoreseptor dalam arteri karotik & arkus aortik. Reaktifitas DJJ
dipengaruhi oleh usia gestasi janin. Minggu ke-24 sampai ke-28 kira-kira
50% dari uji nonstres akan nonreaktif, dan pada minggu ke-32 15% dari
uji nonstres tetap nonreaktif.

E. EFM (Electronic Fetal Monitoring)

EFM merupakan metode untuk memeriksa kondisi bayi dalam


rahim dengan mencatat setiap perubahan yang tidak biasa dalam denyut
jantung nya. Menggunakan dua elektrode yang dipasang pada fundus (untuk
menilai aktifitas uterus) dan pada lokasi punctum maximum denyut jantung
janin pada perut ibu. Dapat menilai aktifitas jantung janin pada saat his /
kontraksi maupun pada saat di luar his / kontraksi. Menilai juga hubungan
antara denyut jantung dan tekanan intrauterin.

1) Tujuan EFM (Electronic Fetal Monitoring)


a) Denyut jantung janin mengalami penyesuaian konstan karena
menanggapi lingkungan dan rangsangan lainnya.
b) Monitor janin mencatat detak jantung bayi yang belum lahir dan
grafik pada selembar kertas.
c) Pemantauan janin elektronik biasanya disarankan untuk
kehamilan berisiko tinggi, saat bayi berada dalam bahaya
kesusahan.
d) Alasan khusus untuk EFM meliputi: bayi dalam posisi sungsang,
persalinan premature.
2) Indikasi Pemeriksaan EFM (Electronic Fetal Monitoring)

8
a) Oligohidramnion Hipertensi
b) FHR abnormal
c) Malpresentasi dalam persalinan
d) DM, Kehamilan ganda
e) Persalinan bekas SC
f) Trauma abdomen
g) Ketuban pecah lama
h) Air ketuban kehijauan
i) Kehamilan resiko tinggi
j) Induksi persalinan.
k) Premature
3) Interpretasi EFM (Electronic Fetal Monitoring)
a) Pertimbangan interpretasi dipengaruhi
 Intrapartum/antepartum
 Fase persalinan (stage of labor)
 Usia kehamilan
b) Presentasi janin Malpresentasi
 Terapi induksi persalinan
 Monitoring langsung atau tidak langsung
 Janin normal : pada saat kontraksi jika frekuensi denyut
jantung tetap normal atau meningkat dalam batas normal,
berarti cadangan oksigen janin baik (tidak ada hipoksia).
 Pada janin hipoksia : tidak ada akselerasi, pada saat kontraksi
justru terjadi deselerasi / perlambatan, setelah kontraksi
kemudian mulai menghilang (tanda insufisiensi plasenta).
4) Interpretasi Dasar EFM (Electronic Fetal Monitoring)
a) Baseline DJJ
 Normal : 100 – 109 dpm
 Takikardia : 161-180 dpm (sedang)
: >180 dpm (abnormal)
 Bradikardia : 100-109 dpm (sedang)
: <100 dpm (abnormal)

9
b) Baseline Variability
 Normal : 5 bpm antar kontraksi
 Ragu : 5 bpm selama > 30 menit
 Abnormal : < 5 bpm selama > 40 menit
5) Kriteria Hasil EFM (Electronic Fetal Monitoring)
a) Hasil Normal
 Detak jantung bayi yang belum lahir ini biasanya berkisar
120-160 denyut per menit (bpm)
 Seorang bayi yang menerima cukup oksigen melalui
plasenta akan bergerak di sekitarnya.
 Strip monitor akan menunjukkan detak jantung bayi
meningkat sebentar saat ia bergerak (seperti denyut jantung
orang dewasa meningkat ketika ia bergerak).
 Strip monitor bayi dianggap reaktif ketika detak jantung
bayi meningkat setidaknya 20 bpm di atas denyut jantung
dasar minimal 20 detik.
 Hal ini harus terjadi setidaknya dua kali dalam periode 20
menit.
 Pelacak denyut jantung reaktif (juga dikenal sebagai tes
non-stres reaktif) dianggap sebagai tanda baik bayi.
b) Hasil Tidak Normal
 Jika denyut jantung bayi turun sangat rendah atau naik
sangat tinggi, hal ini menandakan masalah serius. Dalam
kedua kasus ini jelas bahwa bayi dalam kesusahan dan
harus disampaikan segera. Namun, banyak bayi yang
mengalami masalah tidak memberikan tanda-tanda yang
jelas seperti itu.

10
 Selama kontraksi, aliran oksigen (dari ibu) melalui plasenta
(untuk bayi) untuk sementara dihentikan. Seolah-olah bayi
harus menahan napas selama setiap kontraksi. Baik plasenta
dan bayi yang dirancang untuk menahan kondisi ini. Antara
kontraksi, bayi harus menerima lebih dari oksigen yang
cukup untuk melakukannya dengan baik selama kontraksi.
 Tanda pertama bahwa bayi tidak mendapatkan cukup
oksigen antara kontraksi seringkali penurunan detak
jantung bayi setelah kontraksi (deselerasi akhir). Detak
jantung bayi pulih ke tingkat normal antara kontraksi,
hanya untuk drop lagi setelah kontraksi berikutnya. Ini juga
merupakan tanda lebih halus dari marabahaya.
 Bayi-bayi ini akan melakukannya dengan baik jika mereka
disampaikan dalam waktu singkat. Kadang-kadang, tanda-
tanda berkembang jauh sebelum pengiriman diharapkan.
Dalam kasus itu, C-section mungkin diperlukan.
6) EFM (Electronic Fetal Monitoring) Akselerasi
a) Akselerasi – peningkatan sesaat FHR 15dpm selama
sekurangnya 15 detik
b) Arti klinis tidak ditemukannya akselerasi pada KTG normal
masih belum jelas
c) Ditemukannya akselerasi pada KTG memiliki korelasi dengan
outcome janin (bayi) yang baik
7) EFM (Electronic Fetal Monitoring) Deselerasi
Perlambatan sementara dibawah tingkat basal 15dpm selama 15 detik.
a) Deselerasi Dini:
 Kompresi kepala pada jalan lahir
 Penurunan DJJ dimulai saat kontraksi dan kembali ke basal
setelah kontraksi berakhir
 Perlu diperhatikan terutama bila ditemukan pada awal
proses persalinan atau pemeriksaan antenatal

11
 Jika ada deselerasi dini : dalam batas normal, observasi.
Kemungkinan akibat turunnya kepala, atau refleks
vasovagal
b) Deselerasi Lambat
 Penurunan FHR tetap berlangsung meskipun kontraksi
uterus telah kembali ke basal
 Adanya deselerasi lambat yang berulang meningkatnya
resiko asidosis arteri umbilikalis dengan nilai Apgar <7
pada menit ke 5 dan meningkatkan resiko serebral palsy.
 Jika ada deselerasi lambat : indikasi untuk terminasi segera.
c) Deselerasi variabel
 Konfigurasi FHR tidak ritmik dan konsisten
 Rule of 60 (decrease of 60 bpm,or rate of 60 bpm and
longer than 60 sec)
 Disebabkan oleh kompresi tali pusat atau plasenta
 Sering ditemukan pada keadaan oligohidramnion atau
ketuban pecah dini
 Sering menimbulkan RDS/Sindroma distres pernafasan
meskipun ringan
 Potensial menimbulkan asidosis bila muncul berulang kali
 Jika ada deselerasi variabel (seperti deselerasi dini tetapi
ekstrim), hal ini merupakan tanda keadaan patologis
misalnya akibat kompresi pada tali pusat (oligohidramnion,
lilitan tali pusat, dan sebagainya). Juga indikasi untuk
terminasi segera.
 Batasan waktu untuk menilai deselerasi : tidak ada.
 Seharusnya penilaian ideal sampai waktu 20 menit, tapi
dalam praktek, kalau menunggu lebih lama pada keadaan
hipoksia atau gawat janin akan makin memperburuk
prognosis.
 Kalau grafik denyut datar terus : keadaan janin non-reaktif.

12
 Uji dengan bel, normal frekuensi denyut jantung akan
meningkat
8) Masalah Dan Kenyataan Penggunaan EFM (Electronic Fetal
Monitoring)
a) Pemantauan denyut jantung janin secara elektronik saat ini
“harus” dilakukan pada kehamilan resiko tinggi.
b) Masalah perbedaan interpretasi termasuk “over confidence”
ditemukan tidak hanya antar dokter pemeriksa tetapi pada seorang
pemeriksa yang memeriksa hasil KTG yang sama 2 kali
c) Meningkatkan kejadian seksio sesarea
d) Meningkatkan persalinan bedah obstetrik pervaginam
e) Tidak mempengaruhi kejadian cerebral palsy
f) Menurunkan rerata kejang neonatorum
g) Tidak mempengaruhi nilai APGAR
F. NST (Non Stress Test)

NST adalah cara pemeriksaan kesejahteraan janin dengan menggunakan


kardiotokograf untuk melihat hubungan antara perubahan denyut jantung
janin dengan gerakan janin. NST dikerjakan pada umur kehamilan ≥34
minggu.
1. Indikasi dari pemeriksaan NST adalah :
a. Kehamilan lewat waktu
b. Intrauterine growth restriction (IUGR)
c. Hipertensi dalam kehamilan
d. Anomali janin

13
e. Sensitisasi Rhesus
f. Diabetes mellitus, penyakit ginjal dan penyakit jantung dalam
kehamilan.

2. Klasifikasi gambaran DJJ pada pemeriksaan kardiotokografi (FIGO)


a. Antepartum
1) Normal
a) Denyut jantung dasar : 110-150 dpm
b) Variabilitas : 5-25 dpm
c) Adanya >2 akselerasi dalam waktu 10 menit
d) Tidak ada deselerasi (kecuali bila deselerasi dini yang sporadic,
ringan dan singkat)
2) Mencurigakan
Bila ditemukan salah satu dari tanda-tanda di bawah ini:
a) Denyut jantung dasar : 150-170 dpm atau 110-100 dpm
b) Variabilitas : 5-10 dpm selama >40 menit atau >25 dpm atau <25
dpm.
c) Tidak ada akselerasi dalam waktu >40 menit
d) Deselerasi sporadik
3) Tidak normal
Bila ditemukan salah satu dari tanda-tanda di bawah ini:
a) Denyut jantung dasar : <100 dpm atau 170 dpm
b) Variabilitas : 5 dpm dalam waktu >40 menit
c) Deselerasi yang berulang
d) Deselerasi lambat, variabel atau deselerasi memanjang
e) Gambaran sinusoidal (frekuensi <6 siklus/menit)
f) Amplitudo >10 dpm, lamanya >20 menit
b. Intrapartum

14
1) Normal
a. Denyut jantung dasar : 110-150 dpm
b. Variabilitas : 5-25 dpm
2) Mencurigakan
a. Denyut jantung dasar : 150-170 dpm atau 110-150 dpm
b. Variabilitas : 5-10 dpm selama >40 menit

3) Tidak normal
a. Denyut jantung dasar : <100 dpm atau 170 dpm
b. Variabilitas : 5 dpm selama >40 menit
c. Deselerasi dini yang berulang dan berat atau deselerasi variabel
d. Deselerasi memanjang
e. Deselerasi lambat
f. Gambaran sinusoidal

15
BAB II
PENUTUP

A. Simpulan
Pemantauan kesejahteraan janin memegang peranan penting di dalam
pengawasan kehamilan dan persalinan. Pemantauan ini seharusnya sudah
dilakukan sejak kehamilan trimester pertama hingga trimemester ketiga dan
saat persalinan. Metode sederhana seperti pemantauan gerak janin dan
mendengarkan DJJ dapat membantu mendeteksi abnormalitas secara dini
asalkan dilakukan dengan benar. Alat bantu diagnostik canggih bukan
merupakan sesuatu yang harus disediakan karena masih banyak hal penting
lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan
janin serta kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pemeriksaan KTG saja
tidak cukup untuk menilai kesejahteraan janin.
Penambahan pemeriksaan volume cairan amnion merupakan prasyarat
minimal yang harus ditambahkan pada pemeriksaan KTG. Pemeriksaan profil
biofisik telah terbukti meningkatkan ketepatan evaluasi kesejahteraan janin.
Mengingat dampak jangka panjang dari hipoksia intrauterin terhadap janin,
maka hasil pemeriksaan KTG beserta interpretasinya disarankan untuk
disimpan selama 25 tahun. Pelatihan pemantauan kesejahteraan janin yang
terstandarisasi akan meningkatkan kualitas pelayanan berbasis pendidikan
dan penelitian.
B. Saran

16
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dalam
pembuatannya baik dari minimnya informasi dan buku maupun keterbatasan
waktu untuk pembuatan makalah ini untuk ittu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dalam pembuatan makalah selanjutnya sehingga
dapat membuat makalah yang lebih baik.

Dan kami berharap semoga makalah kesejahteraan janin ini dapat dipahami
secara jelas dan bermanfaat bagi kita sebagai calon bidan untuk pemberian
asuhan pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

Chabibah, N., & Laela, E. N. (2017). Perbedaan Frekuensi Denyut Jantung Janin

Berdasarkan Paritas dan Usia Kehamilan. Jurnal Siklus, 195-198. Diakses


tanggal 29 Maret 2024.

Cunningham, F. Gary dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Faradisa, I. S., Sardjono, T. A., & Purnomo, M. H. (2017). Teknologi Pemantauan

Kesejahteraan Janin di Indonesia. Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi


Teknologi Di Industri 2017 (pp. B32.1 - B32.6). Malang: ITN. Diakses
tanggal 29 Maret 2024.

Rayburn, William F dkk. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika

Sondakh, J. J. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Malang:

Penerbit Erlangga.

Suyono, Y. Joko. 1995. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:


Hipokrates

Varney, Helen. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Yuniartika, W., & Nur, W. (2009). Hubungan Persalinan Kala I Memanjang

17
Dengan Kesejahteraan Janin di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 209-214.
Diakses tanggal 29 Maret 2024.

18

Anda mungkin juga menyukai