Anda di halaman 1dari 44

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR BY NY. T


DENGAN NEONATUS CUKUP BULAN DI RUANG BERSALIN
PUSKESMAS BUNGKU KABUPATEN MOROWALI
TAHUN 2022

Nama : WILDAYANTI

NPM : 19210200162

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR BY NY. T DENGAN


NEONATUS CUKUP BULAN DI RUANG BERSALIN
PUSKESMAS BUNGKU KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2022

Oleh:

NAMA : WILDAYANTI
NPM : 19210200162

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan


dihadapan tim penguji.

Tanggal, 2022

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

UCI CIPTIASRINI, S.Tr.Keb, M. Kes


NIDN
LEMBAR PENGESAHAN

SEMINAR KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR BY NY. T DENGAN
NEONATUS CUKUP BULAN DI RUANG BERSALIN
PUSKESMAS BUNGKU KABUPATEN MOROWALI TAHUN 2022

Oleh:
NAMA : WILDAYANTI
NPM : 19210200162

Telah dipresentasikan pada tanggal … bulan … tahun … di hadapan tim penguji


Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.

Tanggal, 2022

Mengesahkan,

Dosen Penanggung Jawab Stase

UCI CIPTIASRINI, S.Tr.Keb


NIDN
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala yang telah
memberikan berkah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar
kasus ini, yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Ny. Tp dengan
Neonatus Cukup Bulan di Ruang Bersalin Puskesmas Bungku Kabupaten Morowali”.
Penulis menyadari dalam proses pembuatan seminar kasus ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju
2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan Indonesia
Maju.
3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas
Indonesia Maju.
5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik
Universitas Indonesia Maju.
6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
8. Fanni Hanifa, S.ST., M.Keb., Selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Universitas Indonesia Maju
9. Uci Ciptiasrini, S.Tr.Keb, M.Kes selaku Dosen Penanggung Jawab Stase
10. Nurwita Trisna, S.ST, M.Kes selaku Dosen Responsi
11. Ria Magdalena Damanik, S.SiT selaku Dosen Penguji
12. Kedua orang tua, teman seperjuangan dan pihak lain yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
penyusunan seminar kasus ini.
Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
LEMBAR PERSETUJUAN 1............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................... 4
1.3. Manfaat .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................. 6
2.1. Teori Asfiksia Bayi Baru Lahir............................................................... 6
2.2. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir .............................................................. 12
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................... 22
4.1. Asuhan Pada Bayi baru lahir ................................................................. 22
4.2. Neonatus 6 Jam ..................................................................................... 29
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 31
4.3. Asuhan Pada Bayi baru lahir ................................................................. 31
4.4. Neonatus 6 Jam ..................................................................................... 33
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 35
4.1. Kesimpulan .......................................................................................... 36
4.2. Saran .................................................................................................... 36
Daftar Pustaka ................................................................................................. 37
Lampiran.......................................................................................................... 38
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kematian bayi menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di

Dunia. Pada 28 hari pertama kehidupan masa neonatus merupakan masa yang

paling rentan bagi kelangsungan hidup seorang bayi. Bayi menghadapi risiko

kematian tertinggi di bulan pertama kehidupan mereka dengan tingkat rata-rata

global 17 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2020, turun 54 persen

dari 37 kematian per 1.000 pada tahun 1990. Sebagai perbandingan,

kemungkinan kematian setelah bulan pertama dan sebelum mencapai usia 1

bulan diperkirakan 11 kematian per 1.000 dan kemungkinan meninggal setelah

mencapai usia 1 bulan dan sebelum mencapai usia 5 bulan diperkirakan 9

kematian per 1.000 pada tahun 2020. Secara global, 2,4 juta bayi meninggal

pada bulan pertama kehidupan pada tahun 2020 sekitar 6.500 kematian

neonatus setiap hari dengan sekitar sepertiga dari semua kematian neonatus

terjadi dalam hari pertama setelah kelahiran, dan hampir tiga perempat terjadi

dalam minggu pertama kehidupan (UNICEF, 2021).

Tinggi kematian bayi berusia di bawah lima tahun (balita) di Indonesia

mencapai 28.158 jiwa pada 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 20.266 balita

(71,97%) meninggal dalam rentang usia 0-28 hari (neonatal). Sebanyak 5.386

balita (19,13%) meninggal dalam rentang usia 29 hari-11 bulan (post-neonatal).


Sementara, 2.506 balita (8,9%) meninggal dalam rentang usia 12- 59 bulan

(Kemenkes RI, 2021).

Kematian bayi berusia di bawah lima tahun (balita) di Sulawesi Tengah

berjumlah 385 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 297 kasus (77,14%) meninggal

dalam rentang usia 0-28 hari (neonatal). Sebanyak 66 kasus (17,14%)

meninggal dalam rentang usia 29 hari-11 bulan (post-neonatal) dan sebanyak

22 kasus (5,71%) meninggal dalam usia 12-59 bulan (anak balita) (Profil Dinas

Kesehatan Sulawesi Tengah, 2021).

Upaya untuk menurunkan jumlah serta Angka Kematian Neonatal

(AKN) menjadi 10 per 1000 kelahiran hidup di Tahun 2030 diharapkan dapat

segera terealisasi. Kondisi 5 tahun terakhir di Sulawesi Tengah Profil

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menunjukkan kematian dalam rentang

usia 0-28 hari telah mengalami penurunan meskipun belum secara signifikan,

dimana dari total 336 kasus kematian Neonatal di Tahun 2020 turun menjadi

297 kasus kematian Neonatal di tahun 2021 meskipun posisi angka kematian

masih tetap berada di level 6/1000 KH (Profil Dinas Kesehatan Sulawesi

Tengah, 2021).

Pada tahun 2021, kematian bayi tertinggi terdapat di Kabupaten Parigi

Moutong dengan jumlah kasus kematian 47 orang selanjutnya diikuti oleh Kab.

Morowali 45 orang dan kematian bayi terendah di Kota Palu sebanyak 10 orang

(Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, 2021).


Pada masa neonatal (0-28 hari) terjadi perubahan yang sangat besar dari

kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua

sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang

memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah

kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat

fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada

kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin

tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

Kunjungan neonatal idealnya dilakukan 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur

3-7 hari, dan umur 8-28 hari (Profil Kesehatan 2018).

Pada tahun 2020, penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi

berat badan lahir rendah (BBLR) dan diikuti dengan penyebab kematian

lainnya di antaranya asfiksia, kelainan bawaan, sepsis, tetanus neonatorium, dan

lainnya (Profil Kesehatan, 2020).

Indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk

mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir

adalah cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1. Pelayanan dalam

kunjungan ini (Manajemen Terpadu Balita Muda) antara lain meliputi termasuk

konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1

injeksi dan Hepatitis B0 injeksi (bila belum diberikan) (Profil Kesehatan 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas angka kematian bayi tertinggi yaitu

pada rentang usia 0-28 hari (neonatal) maka salah satu yang perlu didilakukan

dengan memberikan asuhan kebidanan untuk mencapai kompetensi. sehingga

penulis memilih melakukan pelayanan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir

(BBL) dengan judul seminar kasus “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

By Ny. T Dengan Neonatus Cukup Bulan Di Ruang Bersalin Puskesmas

Bungku Kabupaten Morowali tahun 2022”.

1.2. Rumusan masalah

Salah satu Indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan bayi yaitu

dimulai sejak Asuhan pada bayi baru lahir yang dilakukan sesuai prosedur oleh

bidan yang kompeten. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan seminar

kasus tentang bagaimana Asuhan Pada Bayi Baru Lahir.

1.3. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

sesuai standar pelayanan kebidanan dengan menggunakan pendekatan

asuhan kebidanan dan melihat apakah ada kesenjangan berdasarkan

teori dan kasus atau asuhan yang dilakukan pada by “R”

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data secara lengkap

pada By “R” dengan Bayi Baru Lahir dengan Neonatus Cukup

Bulan
2. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah aktual berdasarkan

interpretasi data dasar pada By “R” dengan Neonatus Cukup

Bulan

3. Mengidentifikasi masalah potensial yang timbul pada By “R”

dengan Neonatus Cukup Bulan

4. Melaksanakan antisipasi atau tindakan segera pada By “R”

dengan Neonatus Cukup Bulan

5. Menyusun perencananaan berdasarkan rasionalisme pada By “R”

dengan Neonatus Cukup Bulan

6. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana yang telah

di buat pada By “R” dengan Neonatus Cukup Bulan

7. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

pada By “R” dengan Neonatus Cukup Bulan

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Puskesmas


Dapat menjadi sumber informasi dalam memberikan Asuhan
Kebidanan sehingga dapat menerapkan asuhan tersebut untuk mencapai
pelayanan yang lebih mutu dan berkualitas.
1.3.2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah sumber informasi dan referensi serta bahan
bacaan Mahasiswa bidan dalam mempelajari dan melakukan asuhan
kebidaan khususnya pada bayi baru lahir
1.3.3. Bagi Penulis dan pelaksana asuhan Selanjutnya
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
menerapkan manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan profesional sesuai standar asuhan
pada bayi baru lahir
1.3.4. Manfaat Praktis (Guna Laksana)
Penelitan ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi ibu-ibu dari bayi
dalam melakukan Asuhan dan perawatan pada bayi baru lahir
1.4. Ruang Lingkup Penelitian

1.4.1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah terkait Asuhan

Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

1.4.2. Lingkup Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Bayi Baru lahir

1.4.3. Lingkup Waktu

Waktu penyusunan seminar kasus memakan waktu 3 bulan yaitu dari

bulan April 2022 sampai dengan Juli 2022.

1.4.4. Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat praktik Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

yaitu di Puskesmas Bungku


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Teori Bayi Baru Lahir

1.1.1. Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir mengalami

proses kelahiran, berusia 0-28 hari, BBL memerlukan penyesuaian

fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan

intra uterin ke kehidupan (ektrauterain) toleransi bagi BBL untuk dapat

hidup dengan baik (Marmi dkk, 2015).

Neonatus memiliki masa kehidupan yang berlangsung 4 minggu

merupakan masa hidup yang paling kritis karena banyak terjadi kematian,

khususnya beberapa hari setelah persalinan (Manuaba, 2013).

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan

genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak

sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat. Neonatus adalah

bayi baru lahir yang menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam uterus ke

kehidupan di luar uterus. (Marie, 2016).

Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan

Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Sondakh, 2017) Bayi Baru Lahir normal

adalah baru lahir cukup normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-

42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang

badan sekitar 50-55 cm.


Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), bayi baru lahir (neonatus)

adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,berusia 0 sampai 28

hari., sedangkan bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur

12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi

adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga

Masa neonatus terdiri atas neonatus dini usia 0 sampai 7 hari dan

neonatus lanjut usia 7 sampai 28 hari 18 atau 24 bulan. Pada masa ini,

manusia sangat lucu dan menggemaskan, tetapi juga rentan terhadap

kematian. Klasifikasi neonatus menurut masa gestasi, antara lain :

1. Kehamilan cukup bulan (term atau aterm) : masa gestasi 37-42

minggu (259-294 hari) lengkap.

2. Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang dari 37

minggu (259 hari).

3. Kehamilan lewat bulan (postterm) : masa gestasi lebih dari 42

minggu (294 hari).

Klasifikasi neonatus menurut berat lahir, antara lain:

1. Berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram

2. Berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 gram

3. Berat lahir lebih : lebih dari 4000 gram

Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi dideskripsikan

masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa

kehamilannya:
1. Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan : (NCB/NKB/NLB)

2. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan: (SMK/KMK/BMK)

1.1.2. Ciri-ciri bayi normal adalah sebagai berikut :

1. Berat badan 2.500-4.000 gram.

2. Panjang badan 48-52.

3. Lingkar dada 30-38.

4. Lingkar kepala 33-35.

5. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

6. Pernapasan ±40-60 kali/menit.

7. Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup.

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah

sempurna.

9. Kuku agak panjang dan lemas.

10. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora, dan pada laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada.

11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12. Refleks Moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik.

13. Refleks grap atau menggenggam sudah baik.

14. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan (Tando,2016).

1.1.3. Reflek Bayi Baru Lahir

1. Reflek Moro
Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari, lalu

membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan memeluk

seseorang. Diperoleh dengan memukul permukaan yang rata dimana

dekat bayi dibaringkan dengan posisi telentang.

2. Reflek rooting

Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan

memutar kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini menghilang

pada usia 7 bulan.

3. Reflek sucking

Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap putting susu

dan menelan ASI.

4. Reflek batuk dan bersin à untuk melindungi bayi dan obsmuksi

pernafasan.

5. Reflek graps

Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi

akan menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki digores

dekat ujung jari kaki, jari kaki menekuk.

6. Reflek walking dan stapping

Reflek ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan

spontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum bisa

berjalan. Menghilang pada usia 4 bulan.

7. Reflek tonic neck


Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan

atau kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini bisa diamati saat bayi

berusia 3-4 bulan.

8. Reflek Babinsky

Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan

bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka, menghilang pada usia

1 tahun.

9. Reflek membengkokkan badan (Reflek Galant)

Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada punggung menyebabkan

pelvis membengkok ke samping. Berkurang pada usia 2-3 bulan.

10. Reflek Bauer/merangkak

Pada bayi aterm dengan posisi tengkurap. BBL akan melakukan

gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkai.

Menghilang pada usia 6 minggu.

1.1.4. Perubahan Fisiologi (Sondakh,2017)

1. Perubahan pada sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik

sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas

normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa

rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-

60 kali/menit.

2. Perubahan sistem Kardiovaskuler


Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi

peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida

akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya

penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir

keparu-paru dan ductus arteriosus tertutup.

3. Perubahan termoregulasi dan metaboli

Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan

25ºC, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi,

konduksi, dan radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik

akanmenyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin (cold

injury).

4. Perubahan Sistem Neurologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum

berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan

tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang

buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

5. Perubahan Gastrointestinal

Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi

50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang

diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari

hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai

120mg/100mL.
6. Perubahan Ginjal

Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan

2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-

20 kali dalam 24 jam.

7. Perubahan Hati

Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial

untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak

terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan

dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.

8. Perubahan Imun

Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu

masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan

meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.

2.2. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

2.2.1. Pengertian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat,

membersihkan saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak

tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat tali pusat,

melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1, memberi salep mata

antibiotik pada kedua mata, memberi immunisasi Hepatitis B, serta

melakukan pemeriksaan fisik (Syaputra Lyndon, 2014 dalam Ernawati

Lubis, 2018).
2.2.2. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga bayi

tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin

sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai bayi

stabil untuk mencegah hipotermi.

2. Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada di

mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindkaan ini juga dilakukan

sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi normal

akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak

langsung menangis, jalan napas segera dibersihkan.

3. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan

kain atau handuk yang kering, bersih dan halus. Dikeringkan mulai

dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa

menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan

menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain

kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem, Hindari

mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan

bayi membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.

4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan

antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor menit

kelima. Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai

berikut :
a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.

Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat

dipotong (oksotosin IU intramuscular).

b. Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam DTT 3

cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan

tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kea rah

ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan

tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat

jepitan ke-1 ke arah ibu.

c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang

lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan

menggunakan gunting DTT (steril).

d. Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam

larutan klorin 0,5%.

e. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi

menyusui dini.

f. Jangan mengoleskan apapun atau zat lain ke tali pusat bayi. Hindari

pembungkusan tali pusat. Tali pusat bayi tidak tertutup akan mongering

dan jatuh lebih cepat (Depkes RI, 2009 dalam Huky farisa purnama sari,

2017)
5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan

dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak

usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah

mengikat tali pusat. Langkah IMD pada bayi baru lahir adalah lakukan

kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam dan

biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai menyusui.

6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal

tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan

jenis kelamin.

7. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah

pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko

mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada

semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vitamin

K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular

pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses

IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B.

8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah

terjadinya infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam

setelah lahir.

9. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam

setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi

Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap


bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus

diberikan pada bayi usia 0-7 hari.

10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah

terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan

yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan kelahiran.

Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga jari kaki).

Diantaranya :

a. Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura

menutup/melebar adanya caput succedaneum, cepal hepatoma.

b. Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, dan

tanda-tanda infeksi

c. Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis,

labiopalatoskisis dan reflex isap

d. Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan bentuk

telinga.

e. Leher: perumahan terhadap serumen atau simetris.

f. Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada tidaknya

retraksi

g. Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati,

limpa, tumor).
h. Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah pada

tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau

selangkangan.

i. Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam skrotum,

penis berlubang pada ujung, pada wanita vagina berlubang dan

apakah labia mayora menutupi labio minora.

j. Anus: tidak terdapat atresia ani

k. Ekstremitas: tidak terdapat polidaktili dan syndaktili

(Sondakh,2017)

2.2.3. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonates menurut kemenkes RI, (2015) adalah

pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan

kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28

hari setelah lahir.

1. Kunjungan neonates ke-1 (KN I) dilakukan 6-48 jam setelah lahir,

dilakukan pemeriksaan pernapasan, warna kulit gerakan aktif atau

tidak, ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada,

pemberian salep mata, vitamin K1, Hepatitis B, perawatan tali pusat

dan pencegahan kehilangan panas bayi.

2. Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari

ke-7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat,


pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat, keamanan

dan tanda-tanda bahaya.

3. Kunjungan neonates ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai hari

ke-28 setalah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat

badan, tinggi badan dan nutrisinya.

2.2.4. Pendokumentasian pada Bayi Baru Lahir.


1. Data Subjektif
a. Anamnesa
Pada langkah pertama harus mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
b. Identitas orang tua
Nama, umur, ras atau suku, agama, status perkawinan,
pekerjaan.Maksud pertanyaan ini adalah untuk identitas(mengenal)
klien dan menentukan status sosial ekonominya yang harus kita
ketahui
c. Keluhan utama keadaan bayi ssaat dilihat
d. Riwayat kehamilan dan persalinan ibunya
e. Riwayat kebidanan yang lalu meliputi jumlah anak, perjalanan
persalinan aterm, berat badan bayi, dan masalah-masalah yang di
alami ibu.
f. Riwayat kesehatan ibu
Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang didapat
dahulu dan sekarang, seperti masalah hipertensi, diabetes mellitus,
malaria, PMS atau HIV/AIDS.
g. Riwayat sosial dan ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon
ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang
dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat, merokok
dan minuman keras, mengkonsimsi obat-obat terlarang, kegiatan
sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang di inginkan
2. Data Objektif
Pemeriksaan fisik lengkap perlu dilakukan secara sistematis.
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum dan kesadaran penderita Composmentis
(kesadaran baik), gangguan kesadaran meliputi apatis (masa
bodoh), samnolen (kesadaran menurun), spoor (mengantuk),
koma.
b. Pengukuran Tanda-tanda vital
1) Nadi : Nadi bayi yang normal adalah 110-120, bila nadi tidak
normal mungkin ada kelainan suhu tubuh atau gangguan
pernapasan.
2) Pernapasan normal adalah 24-28 kali/menit.
3) Suhu Badan : Suhu badan normal adalah 36,5 - 37, . Bila suhu
lebih tinggi dari 37,5 kemungkinan ada infeksi.
c. Tinggi Badan: Tinggi badan bayi dikategorikan adanya resiko
apabila hasil pengukuran < 45 cm.
d. Berat Badan: Berat badan lahir kalau kurang dari 2.5 kg datau
lebih 4 kg temasuk resiko.
e. Kepala dan Leher apakah ada edema pada wajah, adakah tanda
lahir, lingkar kepala dan tana caput atau cephal haematom
f. Pada mata adakah ada nanah pada konjungtiva, adakah ikhterus
pada sklera dan oedem pada palpebraatau adakah perdarahan.
g. Pada hidung adakah pengeluaran cairan
h. Pada mulut adakah gigi sudah ada, lihat keadaan lidah
i. Telinga adakah pengeluaran dari saluran , dan bentu daun telinga.
j. Leher apalah ada kaku.
k. Payudara : Memeriksa bentuk, Puting, areola warnanya. dan
lingkar dada
l. Abdomen: Bentuk , kulit tipis , tidak kembung, tali pusat terikat
dan tidak berdarah
m. Ekstremitas : Apakah lengkap, kuku panjang
n. Genetalia : Labia mayora meutupi labis minor p[ada perempuan,
testis apakah sudah turun pada laki-laki.
o. Refleks Grap, sucking reflex , ruting reflex dan reflex morro
2.2.5. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian , masalah juga
sering menyertai diagnosis. Diagnosa pada bayi ini adalah Bayi baru lahir
cukup bulan fisiologis, dengan masalah potensial hipotermi.
2.2.6. Perencanaan
Pengembangan rencana yang komprehensif sesuai dengan kebutuhan ibu
atau bayi mencakup komponen:
1. Penentuan kebutuhan untuk melakukan / menyingkirkan,
mengonfirmasi atau membedakan antara berbagai komplikasi yang
mungkin timbul.
2. Penentuan kebutuhan untuk melakukan konsultasi dengan dokter.
3. Penentuan kebutuhan untuk melakukan evaluasi dan intervensi.
Penentuan kebutuhan untuk mengatasi ketidaknyamanan atau upaya
terapi lain.
4. Penentuan kebutuhan untuk melibatkan orang terdekat lain untuk lebih aktif
dalam perencanaan perawatan.
5. Penjadwalan kunjungan ulang berikutnya.
2.2.7. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan seluruh rencana tindakan yang sudah disusun

dilaksanakan dengan efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim lainnya.

Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri dia tetap memikul tanggung

jawab untuk melaksanakan rencana asuhannya (misal memastikan langkah

tersebut benar-benar terlaksana).

2.2.8. Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan asuhan kebidanan yang telah diberikan

kepada pasien harus sesuai dengan :

a. Tujuan asuhan kebidanan adalah meningkatkan, mempertahankan dan

mengembalikan kesehatan, memfasilitasi ibu

b. Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah yaitu dengan mengkaji

respon pasien sebagai hasil pengkajian dalam pelaksanaan asuhan.

c. Hasil asuhan merupakan dalam bentuk konkrit meliputi pemulihan

kondisi pasien, peningkatan kesejahteraan, peningkatan pengetahuan


dan kemampuan ibu dalam perawatan diri untuk memenuhi kebutuhan

kesehatannya.
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI
SUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS
(BAYI BARU LAHIR)

3.1. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir


Pada tanggal : 18-05-2022 Pukul : 11.40

BIODATA
Nama bayi : An. “R”
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 18-05-2022
Nama ibu : Ny Thea Pratiwi
Umur : 35 Tahun
Nama ayah : Tn. Sugeng
Umur : 39 Tahun
Alamat : Bahomohoni

SUBJEKTIF
a. Riwayat persalinan yang lalu

Tahun Jenis Jenis Keadaan BB


No. Ket.
Kelahiran Persalinan Kelamin bayi lahir
1. 2015 Normal Laki-laki Baik 2.900 Aterm
gram
2. 2018 Normal Perempuan Baik 3.200 Aterm
gram
3. 2022 Normal Laki-laki Baik 3.100 Aterm
Gram

b. Riwayat persalinan sekarang


1. Status Gravida : G3P2A0
Pemeriksaan antenatal :
- Trimester I : ANC 1 kali di Puskesmas
- Trimester II : ANC 2 kali di Puskesmas
- Trimester III : ANC 2 kali di Puskesmas
Komplikasi antenatal : Tidak ada
Obat-obat yang di terima selama kehamilan : Kalk, B12, dan Fe
c. Riwayat Persalinan
Keadaan umum ibu : Baik
Tanda-tanda vital
TD : 100/ 70 mmHg N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36.2 ºC
Jenis persalinan : Normal
Penolong persalinan : Bidan
Komplikasi persalinan : Tidak ada
Lama persalinan : 17 Jam 35 Menit
Kala I : 15 Jam Kala II : 30 menit Kala III : 5 menit Kala IV :
2 Jam
Ketuban pecah selama : 10 menit
Warna air ketuban : Jernih kehijauan
Pengobatan selama persalinan : Tidak ada
Kondisi plasenta
Berat : 498,2 gram Diameter : 19 Cm
Panjang tali pusat : 22 Cm Insertio tali pusat : Tengah (insertio
sentralis)
Kelainan : Tidak ada
d. Keadaan Bayi
Kelahiran : Aterm
Pemeriksaan penilaian bayi baru lahir :
 Menangis : Kuat
 Warna kulit : Kemerahan
 Tonus Otot : Bergerak Aktif
Tindakan resusitasi jika ada : Tidak dilakukan tindakan resusitasi
OBJEKTIF :
1. Pemeriksaan Umum
 Berat badan : 3.100 gram
 Panjang badan : 49 Cm
 Suhu : 35.8 ºC
 Lingkar kepala : 33 cm
 Lingkar dada : 32 cm
 Lingkar perut : 31 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
 Kepala :
Bentuk : ( + ) Bulat ( +) Kaput ( - ) Cepal Hematon
Ubun-ubun : Besar : Normal
Kecil : Normal
Sutura : Normal
 Mata : Posisi bola mata
( - ) Kotoran
( - ) Perdarahan
Konjungtiva: Merah muda
Sclera: Putih
 Telinga : Posisi daun telinga
( + ) Lubang telinga
( - ) Kotoran
Kelainan : Tidak ada
 Mulut : ( + ) Simetris
( + ) Palatum mole
( + ) Palatum hidung
Kelainan : Tidak ada
 Hidung : ( + ) Lubang hidung
( + ) Pengeluaran secret
( + ) Pernafasan cuping hidung
 Leher : ( + ) Pergerakan leher
 Dada ( - ) Asimetris
( - ) Retraksi
Pergerakan dada : ( + ) / positif
Denyut jantung : 135 x/menit, teratur
Bunyi nafas : Normal
Pernafasan : 54 x/menit
 Perut : ( - ) Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis
( - ) Pendarahan tali pusat
( - ) Benjolan/tumor
Kelainan : Tidak ada
 Punggung : Keadaan tulang punggung : Simetris
Kelainan tulang punggung : Tidak ada kelainan
 Ekstremitas : Posisi tangan : Mengepal dan menekuk
Posisi kaki : Menekuk
Jari tangan : Lengkap
kelainan : Tidak ada
Jari kaki : Lengkap
kelainan : Tidak ada
Pergerakan : aktif
Rotasi paha : Normal
 Kulit : Warna : Kemerahan
( + ) Vernik caseosa
(+) Lanugo
( - ) Tugor kaki
 Genitalia : Laki-laki
( + ) Testis berada di scrotum
( + ) Penis berlobang
Anus : Berlubang ( + )
Mekoneum ( + )
Kelainan pada genitalia :Tidak ada
 Status Neurologi
Reflek : ( + ) Tendon
( + ) Moro
( + ) Rooting
( + ) Menghisap
( + ) Menggenggam
( + ) Menagis
( + ) Babinski
 Eliminasi
BAB pertama : 58 menit pertama jam : 11 46
BAK pertama : 32 jam : 11.12
ANALISA DATA:
Diagnosa : Neonatal cukup bulan usia 1 Jam
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
PENATALAKSANAAN : Pukul 11:38
1. Menggunakan APD Level 2, APD telah digunakan
2. Melakukan Informed concent, telah dilakukan informed concent
3. Menginformasikan hasil pemeriksaan bayi pada ibu, ibu mengerti keadaan
bayinya bahwa bayinya lahir dengan selamat dan sehat dengan jenis
kelamin : laki-laki, BB : 3100 gram, PB : 49 cm. ibu mengerti tentang
keadaan bayinya.
4. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan diberikan Vitamin K untuk
mencegah perdarahan pada bayi dan akan disuntik di paha luar sebelah
kiri, 0.1 mg. Ibu setuju dan Vit K sudah diberikan
5. Memberikan salep mata oxy tetracyline 1 % untuk mencegah infeksi
dengan cara oleskan salep mata dari mata bagian dalam ke bagian luar
secara bergantian antara mata kanan dan kiri. Salep mata telah diberikan
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand, kapan saja
tanpa dijadwal, Ibu mengerti dan ibu bersedia untuk menyusui bayinya
secara on demand.
7. Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan rawat gabung ibu dan bayi,
ibu bersedia untuk rawat gabung telah dilakukan
8. Menginformasikan pada ibu akan dilakukan injeksi HB 0 sebanyak 0,5 cc
secara im setelah diberikan Vit K. Ibu setuju dan untuk dilakukan
munisasi HB 0
9. Memberitahu ibu bayi akan dimandikan 6 jam setelah bayi lahir. Ibu
mengerti dan bersedia bayinya dimandikan
10. Menjaga suhu tubuh bayi agar tidak hipotermi, dengan memakai baju dan
dibungkus dengan kain bedong, Serta didekatkan dengan ibunya. Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya
11. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan tanpa diberi
makanan atau minuman tambahan apapun. Fungsinya penting bagi daya
tahan tubuh dan pertumbuhan pada bayi, ibu mengerti dan bersedia
menyusui bayinya 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman
tambahan apapun.
12. Menganjurkan ibu untuk tidak memberi apapun pada tali pusat bayi. Ibu
mengerti dan tidak memberikan apapun pada tali pusat bayi.
13. Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga tanda bahaya bayi baru
lahir yaitu bayi tidak mau menetek, suhu tubuh bayi tinggi sampai
menggigil, tali pusat berdarah dan belum BAB 24 jam terakhir. Bila
mendapati salah satu tanda tersebut maka ibu diharapkan melapor
kepetugas kesehatan. Ibu mengerti tentang tanda bahaya pada bayi baru
lahir dan bersedia untuk melapor ke petugas kesehatah bila mendapati
salah satu tanda tersebut pada bayinya
14. Menganjurkan ibu untuk menjaga kesehatan bayinya seperti jangan
menempatkan bayi didekat kipas angin, atau ruang Ac yan terlalu dingin,
dan jangan menempatkan bayi yang terpapar langsung udarah sekitar. Ibu
mengerti tentang penjelasan bidan dan akan menjaga kehangatan bayinya
15. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygine bayi dan langsung
mengganti popok bayi pada saat bayi BAB dan bayi BAK. Ibu bersedia
untuk menjaga personal higine bayinya.
16. Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ke fasilitas Kesehatan untuk
melakukan pemeriksaan jika ada keluahan atau 28 hari setelah bayi lahir
untuk melakukan imunisasi BCG dengan membawa buku KIA
17. Melakukan pendokumentasian, pendokumentasian telah dilakukan
Morowali, 31 Mei 2022

Pengkaji,

(WILDAYANTI, S.Tr.Keb)
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan-

kesenjangan yang terjadi antara praktek yang dilakukan di lahan dengan teori yang

ada. Pembahasan ini dimaksud agar dapat diambil satu kesimpulan dan pemecahan

masalah dari kesenjangan- kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan

sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang efektif dan efeisien

khususnya dalam melakukan asuan pada bayi baru lahir.

4.1. Asuhan Pada bayi baru lahir

Bayi Ny. T lahir normal dan spontan pada tanggal 18 Mei 2022, pukul

10.40 Wib dengan bugar, menangis kuat, tidak ada cacat bawaan, warna kulit

kemerahan, tonus otot aktif dan pernafasan baik. Jenis kelamin laki-laki, berat

badan 3100 gram, panjang badan 49 cm, ekstremitas lengkap, reflek bagus,

pergerakan aktif, anus (+). Hal ini sesuai dengan teori dimana bayi baru lahir

normal dan sehat apabila warna kulit merah, denyut jantung >100 x/i, menangis

kuat, tonus otot bergerak aktif, pernafasan baik dan tidak ada komplikasi pada

bayi tersebut (Tando, 2016). Pada data tersebut penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dan praktek.

Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan Assesment dengan

diagnose Neonatal cukup bulan usia 1 Jam, sesuai dengan teori Menurut Marmi

dan Rahardjo (2012), bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran,berusia 0 sampai 28 hari Kehamilan cukup bulan

(term atau aterm) : masa gestasi 37-42 minggu (259-294 hari) lengkap.

Bayi Pada saat umur bayi 1 jam, dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi

serta memberikan KIE pada ibu tentang pencegahan hipotermi dan pemberian

ASI eksklusif. Pemeriksaan fisik yang dlakukan yaitu mengukur berat badan

yaitu 3100 gram, tinggi badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm,

lingkar perut 31 cm, suhu 35,8 ºC. Menurut Tando, 2016 ciri-ciri bayi normal

adalah sebagai yaitu berat badan 2.500-4.000 gram, panjang badan 48-52,

lingkar dada 30-38, lingkar kepala 33-35, frekuensi jantung 120-160 kali/menit,

pernapasan ±40-60 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan

subkutan cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah

sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genitalia: pada perempuan labia

mayora sudah menutupi labia minora, dan pada laki-laki, testis sudah turun dan

skrotum sudah ada, refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik,

refleks moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik, refleks grap atau

menggenggam sudah baik, eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Tando,2016). Sehingga penulis

tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dan praktek.

Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir yaitu memberikan suntik Vit

K dan suntik pada paha bagian luar untuk imunisasi dasar. Sesuai dengan teori

Tando,2016 Memberikan suntikan Vitamin K1, karena sistem pembekuan darah

pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami
perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir,

terutama bayi BBLR diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak

1 mg dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1

dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B.

Selanjutnya memberikan salep mata. Menurut Sondak, 2017 Memberi

salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada

mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.

4.2. Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 6 – 48 Jam

Setelah 6 jam, asuhan yang diberikan yaitu memberikan imunisasi

suntikan HB 0, sesuai dengan teori Sondak, 2017 Menberikan imunisasi

Hepatitis B pertama (HB-0) diberikan setelah pemberian vitamin K1 secara

intramuscular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis

B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.

Kemudian bayi dimandikan dengan air hangat, membedong bayi untuk

menjaga kehangatan bayi dan asuhan ini sudah sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa bayi baru lahir jangan langsung dimandikan, bayi boleh

dimandikan 6 jam setelah lahir dengan keadaan bayi tidak hipotermi. Setelah itu

diberikan kepada ibu untuk segera disusui. Memberikan penyuluhan kepada ibu

tentang posisi dan cara menyusui yang baik.

Menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke posyandu atau ke puskesmas

saat usia bayi 28 hari untuk diberikan imunisasi BCG, Berdasarkan anjuran IDAI
(2017) imunisasi dasar BCG diberikan pada bayi berusia 0-2 bulan, sehingga

pemberian informasi untuk imunisasi BCG pada Bayi Ny. T tidak menyimpang

dari teori dan program yang ditetapkan.

Setelah melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan bayi baru lahir

dan usia bayi 6 jam, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bayi dalam

keadaan sehat tanpa komplikasi apapun dan menganjurkan ibu untuk

memberikan ASI eksklusif yaitu bayi hanya minum ASI sampai berusia 6 bulan

tanpa tambahan makanan atau minuman apapun sesuai dengan UU RI No. 36

Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 29 ayat 1 bahwa setiap bayi berhak

mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,

kecuali atas indikasi medis.


BAB IV

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Pengkajian dan pengumpulan data secara lengkap telah dilakukan pada
Bayi Ny. T. Adapun diperoleh data subjektif dan objektif bayi lahir
normal dan spontan pada tanggal 18 Mei 2022, pukul 10.40 Wib dengan
bugar, menangis kuat, tidak ada cacat bawaan, warna kulit kemerahan,
tonus otot aktif dan pernafasan baik. Jenis kelamin laki-laki, berat badan
3100 gram, panjang badan 49 cm, ekstremitas lengkap, reflek bagus,
pergerakan aktif, anus (+).
5.1.2. Identifikasi diagnosa atau masalah aktual berdasarkan interpretasi data
dasar pada Bayi Ny. T yaitu Neonatus Cukup Bulan usia 1 Jam
5.1.3. Identifikasi masalah potensial yang timbul pada Bayi Baru Lahir dengan
Neonatus Cukup Bulan yaitu hipotermi
5.1.4. Antisipasi atau tindakan segera pada Bayi Baru Lahir dengan Neonatus
Cukup Bulan tidak dilakukan karena tidak ada data yang menunjang
untuk dilakukan tindakan segera
5.1.5. Perencananaan tindakan telah disusun, pada saat umur bayi 1 jam, akan
dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi serta memberikan KIE pada ibu
tentang pencegahan hipotermi, pemberian ASI eksklusif, tanda bahaya
pada bayi dan personal higine, dan juga akan diberikan imunisasi Vit K
dan salep mata
5.1.6. Penatalaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan rencana yang
telah dibuat pada Bayi Baru Lahir dengan Neonatus Cukup Bulan usia 1
jam
5.1.7. Evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada Bayi Baru Lahir
dengan Neonatus Cukup Bulan usia 1 jam diperoleh hasil bahwa semua
tindakan berhasil dilaksanakan dengan baik dan ibu bayi menyetujui dan
bersedia melakukan segala hal-hal yang disarankan melalui KIE yang
diberikan.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Puskesmas
Diharapkan Puskesmas dapat mempertahankan pemberian pelayanan
asuhan kebidanan yang sudah baik dan diharapkan bidan dapat
memberikan / melaksanakan asuhan kebidanan secara efektf dan efisien
sesuai standar asuhan kebidanan khususnya pada asuhan bayibaru lahir.
5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan asuhan kebidanan sesuai standar dapat dilakukan pada semua
pelayanan kebidanan dan diharapkan Laporan Seminar kasus ini dapat
dijadikan sebagai bahan masukan, dan referensi dalam mempelajari dan
melakukan asuhan kebidaan bagi penulis selanjutnya.
5.2.3. Bagi Pelaksana asuhan Selanjutnya
Diharapkan dapat tetap meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam melakukan asuhan kebidanan secara baik dan benar kepada klien.
Dalam menghadapi pasien harus lebih menguasai teori, praktik dan
program-program yang tersedia bagi setiap asuhan yang diberikan,
sehingga asuhan yang diberikan berkualitas dan memenuhi standar yang
telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Sulawesi Tengah 2021. Dinas
kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2021.
https://dinkes.sultengprov.go.id/wp-content/uploads/2022/05/PROFIL-
DINAS-KESEHATAN-2021.pdf

(2020). Profil Kesehatan Sulawesi Tengah 2020. Dinas kesehatan Provinsi


Sulawesi Tengah. 2020. https://dinkes.sultengprov.go.id/wp-
content/uploads/2018/06/profil-kesehatan-tahun-2020.pdf

Frisha Purnamasari Frisha Rihi Huky. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Neonatus
Cukup Bulan Dengankecil Masa Kehamilan Di Ruang Bersalin Puskesmas
Bakunase Kota Kupang. KUPANG2017. 2017

KEMENKES RI. Profil Kesehatan Indonesia 2020. In Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia. 2021. https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/
download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-
IndonesiaTahun-2020.pdf

Lubis Ernawati. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Ny.Ra Di Puskesmas
Amplas Kecamatan Amplas Kota Madya Medan Tahun 2018. 2018.

Melani Natalia dkk. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Demand Atas
Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Provinsi Banten: Analisis Data Susenas
2019. Jurnal Inovai Penelitian. 2022:2(10)

Marie. T. N. Asuhan Kebidanan Neonatus. Bayi Dan Anak Balita. Jakarta :


Erlangga. 2016.

Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk


Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 2013.

Marmi,dan K. RahardjoAsuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.


Yogyakarta: Pustaka belajar. 2012.

Sondakh, J. J. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang: Penerbit
Erlangga. 2016.

TandoAsuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC. 2016.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai