Anda di halaman 1dari 33

PRESENTASI JURNAL

BALITA DENGAN BAWAH GARIS MERAH (BGM)

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Stase 3


Praktik Asuhan Kebidanan Pada Bayi, Balita Dan
Anak Usia Prasekolah

Oleh:

NAMA : WILDAYANTI
NPM : 19210200162

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Presentasi Jurnal dengan judul :

BALITA DENGAN BAWAH GARIS MERAH (BGM)

Oleh:
NAMA : WILDAYANTI
NPM : 19210200162

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di


hadapan tim penguji.

Tanggal,....................2022

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab Stase

NIDN
LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi Jurnal dengan judul:

BALITA DENGAN BAWAH GARIS MERAH (BGM)

Oleh:
NAMA : WILDAYANTI
NPM : 19210200162

Telah dipresentasikan pada tanggal … bulan … tahun … di hadapan tim penguji


Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.

Tanggal, ………….. 2022


KBK Dosen Komunitas dan Ilmu Teknologi KBK Dosen Pencegahan dan Deteksi
Dini

Agus Santi Br.G.,S.ST, M.Kes Gaidha K Pangestu, S.Tr.Keb.,


M.Keb NIDN. 317088406 NIDN. 0317119401

Menyetujui,

Mengesahkan,

Dosen Penangung Jawab Stase

( )
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala yang telah

memberikan berkah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Laporan Presentasi Jurnal yang berjudul “BALITA DENGAN

BAWAH GARIS MERAH (BGM)”.

Penulis menyadari dalam proses penyelesaian Laporan Presentasi Jurnal ini tidak

lepas dari bimbingan, arahan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini perkenankan penulis

menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju

2. Prof. Dr. Dr. dr. H.M. Hafizurrahman, MPH, selaku Pembina Yayasan
Indonesia Maju.

3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia


Maju.

4. Susaldi, S.ST., M. Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik


Universitas Indonesia Maju.

5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik


Universitas Indonesia Maju.

6. Hidayani, Am Keb, SKM, MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi


Universitas Indonesia Maju.

7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi


Universitas Indonesia Maju.
8. Fanni Hanifa, S.ST., M.Keb., Selaku Koordinator Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Universitas Indonesia Maju

9. Uci Ciptiasrini, S.Tr.Keb, M. Kes selaku Dosen Pembimbing

10. Maryam Syarah, S.ST, M.Kes selaku Dosen Responsi

11. Zaky Mulyasari, S.ST sebagai Ci responsi

12. Kedua orang tua, teman seperjuangan dan pihak lain yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Laporan Presentasi Jurnal ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik, saran atau masukan dari semua pihak

sangat diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga

tulisan ini memberikan manfaat bagi pembacanya.

Jakarta, 12 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
LEMBAR PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I JURNAL
1.1. Jurnal 1
1.2. Jurnal 2
1.3. Jurnal 3
II TINJAUAN KASUS
4.1. Data Subjektif
4.2. Data Objektif
4.3. Analisis Data
4.4. Penatalaksanaan
BAB IV PEMBAHASAN
4.5. Jurnal 1
4.6. Jurnal 2
4.7. Jurnal 3
BAB V PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
I. JURNAL

1. Jurnal 1

Judul : Faktor Risiko Pada Balita Dengan Berat Badan


Dibawah Garis Merah (BGM) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Halmahera

Penulis : Chintya Dewi Prastica Putri, Syamsulhuda BM,


Zahroh Shaluhiyah

Tahun : 2020

Link Jurnal :
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/27093/0

Abstrak

Anak dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) merupakan


indikasi gizi buruk. Indikator BGM adalah berat badan berdasarkan
umur dan dapat diketahui melalui grafik pada KMS pada saat
penimbangan di posyandu. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018,
angka underweight nasional sebesar 17,7% sedangkan angka
belum mencapai target RPJMN 2019. Pada tahun 2017, Jawa
Tengah memiliki balita gizi buruk (tubuh berat badan menurut
umur) sebesar 14% meningkat dari tahun 2016 sebesar 13,8%.
Sementara itu pada tahun 2017 Puskesmas Halmahera menempati
urutan tiga besar anak dengan BGM tertinggi di kota Semarang.
Tujuan dari ini Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
risiko balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM).
Penelitian ini menggunakan studi kasus-kontrol dengan 58
responden (29 sampel kasus dan 29 sampel kontrol). Di penelitian
ini, menunjukkan bahwa riwayat diet balita terdiri dari tingkat
kecukupan energi yang rendah (51,7%), kecukupan karbohidrat
(50%), kecukupan protein (50%), kecukupan lemak (36,2%), dan
gizi buruk sanitasi lingkungan (43,1%). Hasil analisis bivariat
(menggunakan uji chi-square) terdapat hubungan pola makan balita
(p-value 0,000) dengan sanitasi lingkungan (p-value 0,001) dengan
status BGM. Jadi, balita yang memiliki tingkat energi cukup dalam
kategori kurang memiliki risiko 378 kali mengalami status BGM.

Kata kunci : Balita, di bawah garis merah, gizi buruk, konsumsi


gizi, sanitasi lingkungan

2. Jurnal 2

Judul : Determinan Kejadian Balita Bawah Garis Merah


(BGM) Di Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten
Jember

Penulis : Dian Septiawati Endariadi, Farida Wahyu


Ningtyias, Ninna Rohmawati

Tahun : 2020

Link Jurnal :
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/MTPHJ/article/view/839

Abstrak

Balita Bawah Garis Merah (BGM) merupakan hasil penimbangan


berat badan balita yang dititikkan dalam kartu menuju sehat (KMS)
berada di bawah garis merah. Studi pendahuluan yang telah
dilakukan bahwa jumlah balita BGM di Puskesmas Mumbulsari
adalah 178 balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
determinan kejadian balita bawah garis merah (BGM) di wilayah
kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif. Sampel pada penelitian ini
menggunakan Simple random sampling (63 balita BGM). Hasil
penelitian yang telah dilakukan pada ibu/pengasuh balita yang
meliputi karakteristik balita adalah 41,3% (12- 24 bulan), 55,6%
perempuan, 71,4% tidak BBLR, karakteristik ibu meliputi
pendidikan ibu 96,8% tamat SD/MI/SMP/MTS, 76,2% tidak
bekerja, 79,4% pengetahuan cukup, karakteristik keluarga 98,4%
ayah bekerja, pendapatan keluarga 98,4% (<UMK), jumlah
anggota keluarga 68,3% (≤4 jiwa). Pola asuh meliputi pemberian
kolostrum 76,2%, pemberian asi-ekslusif 61,9%, pemberian MP-
ASI secara tepat 55,6%. Sanitasi dan yankes yang meliputi cuci
tangan 92,1%, cuci alat makan dan minum 74,6%, akses air bersih
100% sumur, sumber air minum menggunakan sumur 93,7%,
status imunisasi lengkap 77,8%, pelayanan kesehatan mengunjungi
praktek bidan 79,4%, akses pelayanan mudah menjangkau 90,5%.
Tingkat konsumsi makanan berada pada defisit tingkat berat
dengan jumlah energi 85,7%, protein 57,1%, karbohidrat 93,7%,
dan lemak 74,6%. Tidak ada infeksi 79,4%. Kata kunci:
Determinan, Balita, Bawah Garis Merah (BGM)

3. Jurnal 3

Judul : Status Gizi Balita BGM Berdasarkan Karakteristik


Ibu Di Wilayah Kerja Kecamatan Sawah Besar Tahun 2018

Penulis : Manggiasih Dwiayu Larasati

Tahun : 2019

Link Jurnal :
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jkft/article/view/2022

Abstrak

Masalah tumbuh kembang balita di Bawah Garis Merah (BGM)


masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini perlu
segera diatasi sebab balita tersebut merupakan sumber daya
manusia yang akan menjadi aset utama dalam membangun bangsa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
karakteristik ibu dengan status gizi balita BGM. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu dan
balita di Kecamatan Sawah Besar sedangkan sampel yang
digunakan adalah balita BGM berjumlah 46 anak dengan teknik
purposive sampling. Data diambil dengan menggunakan data
primer dan sekunder. Data primer meliputi usia ibu, pendidikan
ibu, pekerjaan ibu dan paritas yang diukur dengan wawancara
berdasarkan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari Kartu Menuju
Sehat (KMS), kohort dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
sebagai alat bantu pemantauan balita BGM. Uji statistik yang
digunakan adalah uji korelasi Spearman dengan derajat
kepercayaan 5% (0.05). Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara usia ibu (p value =0.016), pendidikan (p value
=0.001) dan paritas (p value =0.048) terhadap status gizi balita
BGM berdasarkan berat badan menurut usia (BB/U), tinggi badan
menurut usia (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB)
II. TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA DAN
ANAK USIA PRASEKOLAH

No. Registrasi : 006


Tanggal Pengkajian : 08/09/2022
Waktu Pengkajian : 10:05
Tempat Pengkajian : Posyandu
Pengkaji : Wildayanti

PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama anak : Aviana Kaira
Tanggal lahir : 08-09-2021
Umur : 1 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke- :1
2. Identitas Orangtua
Nama Ibu : Misna Hadi Nama Ayah : Kamsul
Umur : 34 Umur : 37
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Bungku Suku : Bungku
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : Honorer
Alamat : Desa Puungkoilu

3. Alasan datang
Ingin Memeriksakan Keadaan dan tumbuh kembang Balita

1
4. Keluhan utama
Ibu merasa khawatir dengan keadaan anaknya terlihat kurus dan pendek
5. Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat penyakit yang serius
6. Riwayat pertumbuhan
Ibu mengatatakan pertumbuhan anak A kurang karena berat badan dan
tinggi badan hanya bertambah sedikit setiap bulannya.
7. Riwayat perkembangan
Ibu mengatakan Anak A belum bisa berjalan sepanjang ruangan tanpa
jatuh dan sudah bisa berdiri selama 30 detik tanpa berpegangan, belum
bisa mengangkat badannya keposisi berdiri tanpa bantuan ibunya, bisa
mempertemukan dua kubus yang dia pegang tanpa bantuan, anak
bisa duduk sendiri tanpa bantuan, bisa menyebutkan 2 suku kata seperti
ma-ma dan pa-pa
8. Riwayat imunisasi
HB 0 : Sudah dilakukan saat posyandu
BCG + POLIO 1 : Sudah dilakukan saat posyandu
DPT-HB-HIB 1 + POLIO 2 : Sudah dilakukan saat posyandu
DPT0HB-HIB 2 + POLIO 2: Sudah dilakukan saat posyandu
DPT-HB-HIB 3 + POLIO 4: Sudah dilakukan saat posyandu
IPV : Sudah dilakukan saat posyandu
CAMPAK : Sudah dilakukan saat posyandu
9. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola istirahat
Tidur malam : ± 6 Jam
Tidur siang : Jarang tidur siang
b) Pola aktivitas
Ibu mengatakan anaknya aktif bermain setiap hari
c) Pola eliminasi
BAB : 1 x sehari
BAK : 5-6 x sehari

2
d) Pola nutrisi
Makan 2-3 kali sehari dengan nasi, lauk ikan, jarang makan sayur,
dan da buah, tidak makan telur karena alergi, minum susu.
Frekuensi makan tidak menentu.
e) Pola personal hygiene
Mandi 2 kali sehari, ganti pempers jika BAB dan jika pempers penuh

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Umum
Denyut nadi : 88 kali/menit
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Suhu tubuh : 36,7 0
C
3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 6,6 kg
Tinggi badan : 67,8 cm
IMT :
Status gizi
a. BB/U : [ ] Gizi buruk; [√] Gizi kurang; [ ] Gizi baik; [ ]
Gizi lebih
b. PB atau TB/U : [ ] Sangat pendek; [√ ] Pendek; [ ]
Normal; [ ] Tinggi
c. BB/PB atau TB: [ ] Sangat kurus; [√ ] Kurus; [ ] Normal; [ ]
Gemuk
d. IMT/U : [ ] Sangat kurus; [ ] Kurus; [ ] Normal; [ ]
Gemuk; [ ] Obesitas
Lingkar kepala : 43 cm; [√] Normal; [ ] Mikrosefali; [ ]
Makrosefali

3
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Simetris
Mata : Sclera : putih
Telinga : Simetris, bentuk memanjang, tidak ada serumen
Hidung : Simetris, bersih, terdapat lubang hidung
Mulut : Simetris, gusi normal, bibir lembab berwarna
merah muda, tidak ada caries
Leher : Tidak ada kelenjar limfe dan kelenjar tiroid
Dada : Normal, tidak terdengar ronchi dan wheezing,
tidak ada tarikan dinding dada.
Abdomen : Tidak ada pembesaran abnormal
Ekstremitas Atas : Normal, Tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas Bawah: Normal, Tidak ditemukan kelainan
Anogenitalia : Terdapat labia mayora dan labia minora

5. Skrining Perkembangan Anak


e. KPSP : Formulir usia 12 bulan; Skor 8
Perkembangan anak
√ Sesuai
 Meragukan:
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial - kemandirian
 Penyimpangan
(1) Motorik kasar (3) Bicara dan Bahasa
(2) Motorik halus (4) Sosial – kemandirian
f. TDD : Formulir usia 12 bulan; Jumlah jawaban TIDAK 1
Daya dengar
√ Normal
 Curiga ada gangguan
g. TDL : Tidak dilakukan

4
h. KMME : Tidak dilakukan
6. Pemeriksaan atas indikasi
a. M-CHAT : Tidak dilakukan
b. GPPH : Tidak dilakukan
7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

C. Analisis Data
Anak A usia 1 Tahun dengan BGM
Masalah aktual : Balita dengan BGM
Masalah Potensial : Potensial terjadi gizi buruk

D. Penatalaksanaan
1. Menggunakan APD sesuai dengan protocol kesehatan, APD telah
digunakan
2. Melakukan Informend consent pada ibu balita, informed consent telah
dilakukan
3. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa pertumbuhan
anaknya dalam kategori Bawah Garis Merah (BGM), ditandai dengan
berat badan 6,6 kg, hanya bertambah 100 gram dari BB dibulan
sebelumnya sehingga hasil KMS masih tetap berada di Bawah Garis
Merah, berat badan menurut umur juga dalam kategori kurang
(underweight), tinggi badan menurut umur anak juga dalam kategori
pendek, berat badan menurut Panjang badan dalam kategori gizi
kurang. Ibu mengerti dan merasa cemas dengan keadaan bayinya.
4. Menjelaskan kepada ibu pertumbuhan berat badan yang normal pada
usia 12-24 bulan minimal 200 gram setiap bulan, BB yang normal
menurut umur 12 bulan yaitu minimal 7 kg, tinggi badan normal yaitu
minimal 69 cm. Ibu mengerti
5. Menjelaskan kepada ibu balita tentang BGM yaitu letak titik dari hasil
penimbangan berat badan dari balita berada dibawah garis merah

5
dalam grafik yang terdapat pada KMS dan merupakan suatu bentuk
dari permasalahan kekurangan asupan gizi yang dibutuhkan tubuh. Ibu
mengerti dengan penjelasan bidan.
6. Menjelaskan pada ibu bahwa keadaan BGM dapat dijadikan indikator
awal bahwa balita tersebut memiliki permasalahan gizi ataupun
kurang gizi, berpotensi terjadi gizi buruk pada balita BGM. Saat tubuh
balita mengalami kekurangan gizi dengan waktu yang lama dapat
berdampak pada fungsi perkembangan otak yang menurun (rata-rata
pada usia 2-3 tahun), fungsi perkembangan kognitif anak menurun,
terganggunya sistem pembentukan saraf dan gangguan pada
metabolisme tubuh. Ibu mengerti dan akan berusaha meningkatkan
gizi balitanya
7. Memberikan konseling tentang factor yang dapat mempengaruhi
terjadinya BGM yaitu
a. karakteristik ibu dan keluarga seperti usia, paritas, Pendidikan,dan
pekerjaan, pengetahuan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga,
juga dipengaruhi oleh
b. Karakteristik balita yaitu usia, jenis kelamin, BBLR berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
c. Pola asuh yaitu pemberian kolostrum, ASI Eksklusif, pemberian
MP-ASI
d. Sanitasi dan pelayanan Kesehatan yaitu cuci tangan dan
kebersihan alat makan, akses air berih dan sumber air minum,
status imunisasi, akses pelayanan Kesehatan
e. Tingkat konsumsi makanan dan pola aktifitas
f. Riwayat penyakit infeksi

Ibu mengerti tentang factor yang dapat mempengaruhi terjadinya


BGM

6
8. Memberikan konseling pada ibu tentang kebutuhan nutrisi pada balita
yaitu :
a. ASI tetap dilanjutkan
b. MP-ASI yang baik yaitu makanan yang mengandung energi 135o
kkal, protein 20 gr, lemak 45 gr, karbohidrat 215 gr, serat 19
gr,air 1150 ml dan zat gizi mikro (zat besi, Zinc, kalsiaum ,
vitamin A, Vit. C dan folat, dapat diperoleh dari makanan pokok
seperti nasi, lauk hewani seperti ikan, hati ayam, daging, lauk
nabati seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, sayur dan buah-
buahan
c. Berikan 3-4 kali sehari, sebanyak ¾ sampai dengan 1 mangkuk
ukuran 250 ml, 1 potong kecil ikan, daging atau ayam, 1 potong
kecil tempe/ tahu, atau 1 sendok makan kacang-kacangan, ¼ gelas
sayur, 1 potong buah, beri makanan selingan 2 kali sehari yaitu ½
gelas bubur atau 1 potong kue, atau 1 potong buah
d. Utamakan memberikan MP-ASI dari bahan makanan local, jika
menggunakan MP-ASI buatan pabrik, baca cara pakainya dan
perhatikan tanggal kadarluarsa,
e. Mengelola makanan dengan cara yang benar agar zat gizi dalam
makanan tetap terjaga seperti mencucui beras, sayur dan buah
dengan air mengalir terlebih dahulu sebelum diolah, memastikan
alat yang digunakan dalam keadaan bersih, mencuci tangan ibu
dan anak dengan sabun dan air mengalir sebelum makan.
f. Mengajarkan anak makan sendiri dengan sendok, ajari minum
sendiri dengan gelas dan tetap memperhatikan kebersihan
makanan

Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan bersedia melekukan


anjuran bidan.

7
9. Memberikan Makanan tambahan pada balita (PMT) seperti biskuit
balita, susu formula, bubur kacang ijo, dan buah-buahan. PMT telah
diberikan
10. Memberikan konseling tentang istirahat yang cukup yaitu tidur malam
7-8 jam dan tidur siang 2 jam. Ibu mengerti
11. Memberikan konseling tentang perilaku hidup bersih dan sehat seperti
tetap menjaga kebersihan rumah, dan lingkungan
12. Memberikan konseling tentang stimulasi perkembangan anak
berdasarkan KPSP, ibu mengerti dan bersedia melakukan
13. Menganjurkan ibu agar selalu mengahdiri kegiatan posyandu agar
dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak serta agar
dapat diberikan imunisasi berdasarkan kebutuhan anak. Ibu mengerti
dan bersedia dating saat posyandu.

Jakarta, 07 September 2022


Pengkaji,

(WILDAYANTI)

8
III. PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan kasus dan jurnal didapatkan hasil sebagai


berikut:

1. Jurnal 1 “Faktor Risiko Pada Balita Dengan Berat Badan Dibawah


Garis Merah (BGM) Di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera”

Hasil penelitian pada jurnal 1 menunjukkan bahwa Berdasarkan


sanitasi lingkungan didapatkan hasil Responden yang memiliki
sanitasi lingkungan yang buruk lebih banyak dijumpai pada
kelompok status balita BGM (65,5%) dibandingkan dengan
kelompok status balita non-BGM. Dari hasil analisis didapatkan
nilai pvalue sebesar 0,001 (< 0,05) yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara sanitasi lingkungan dengan status balita
BGM dan balita yang memiliki sanitasi lingkungan buruk dapat
berisiko 7,2 kali mengalami status BGM. Kondisi lingkungan fisik
yang buruk atau tidak sehat merupakan salah satu penyebab tidak
langsung timbulnya masalah gizi pada anak. Pada umumnya
indikator lingkungan digunakan agar individu atau masyarakat
dapat menjaga kesehatan fisiknya, dimana jika lingkungan fisik
buruk atau tidak sehat dapat menimbulkan adanya penyakit infeksi
bahkan penularan penyakit infeksi. Jika memiliki penyakit infeksi
dapat mempengaruhi status gizi dikarenakan kurangnya asupan
gizi yang dibutuhkan dikarenakan kebutuhan tubuh akan asupan
gizi yang meningkat untuk proses pemulihan. Berdasarkan hasil

9
pengamatan, sebagian besar balita dengan status BGM memiliki
lingkungan seperti hunian rumah yang padat, wilayah perumahan
yang padat penduduk, menggunakan jamban bersama (dikarenakan
tidak memiliki jamban pribadi) serta lokasi rumah yang berada di
pinggir saluran pembuangan besar (kali). Hasil penelitian jurnal 1
berdasarkan faktor sanitasi lingkungan terhadap kejadian BGM
tidak sesuai dengan hasil pengkajian pada balita A dengan BGM
karena kondisi lingkungan tempat tinggal balita A sudah bersih dan
sehat, hunian rumah yang tidak padat, memiliki jamban pribadi,
tidak berdekatan dengan saluran pembuangan, dan saluran
pembuangan yang tertutup, sehingga keadaan sanitasi lingkungan
sudah baik. Akan tetapi pengkaji tetap memberikan konseling pada
ibu balita agar tetap memperhatikan Kebersihan rumah dan
lingkungan.

Balita dengan status BGM memiliki tingkat kecukupan energi pada


kategori tidak tercukupi sebesar 93,1% dan kategori tercukupi
sebesar 3,4%. Dari hasil analisis didapatkan nilai p value sebesar
0,000 (<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat kecukupan energi dengan status balita BGM dan
memiliki risiko sebesar 378 kali mengalami status BGM ataupun
gizi kurang. Balita dengan status BGM memiliki tingkat
kecukupan lemak pada kategori tidak tercukupi sebesar 89,7% dan
kategori tercukupi sebesar 10,3%. Dari hasil analisis didapatkan
nilai p value sebesar 0,000 (0,05), yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara tingkat kecukupan lemak dengan status
balita BGM dan memiliki risiko sebesar 14,2 kali. Pola makan
balita yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari karakteristik responden yaitu
pendapatan keluarga dimana terdapat responden (69%) yang
memiliki pendapatan keluarga pada kategori rendah (≤2.000.000

10
perbulan). Selain karakteristik, pengetahuan dari responden yang
rendah mengenai pentingnya memenuhi asupan gizi yang
dibutuhkan dalam pola makan balita juga mempengaruhi adanya
status balita BGM. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
wawancara bahwa masih terdapat responden (87,9%) yang
memberikan apapun jenis MP-ASI yang disuka oleh anak
walaupun tidak sesuai panduan gizi seimbang.

Riwayat pola makan sangat mempengaruhi status gizi pada balita


yaitu status balita dengan berat badan dibawah garis merah (BGM).
Pada penelitian ini balita yang kebutuhan asupan gizinya tidak
tercukupi pasti mengalami berat badan dibawah garis merah. Status
balita dengan berat badan dibawah garis merah disebabkan karena
pola makan yang tidak benar dan tercukupi, aktivitas balita, serta
pengasuhan ibu dalam konsumsi sehari-hari. Oleh karena itu,
riwayat pola makan balita berhubungan secara signifikan terhadap
status balita BGM.

Hasil analisis bivariat (menggunakan uji chi-square) terdapat


hubungan pola makan balita (p-value 0,000) dengan sanitasi
lingkungan (p-value 0,001) dengan status BGM. Jadi, balita yang
memiliki tingkat energi cukup dalam kategori kurang memiliki
risiko 378 kali mengalami status BGM.

Setelah dilakukan pengkajian pada ibu anak “A” didapatkan hasil


Ibu mengatatakan merasa khawatir karena anaknya terlihat kurus
dan pendek, anak A tidak memiliki Riwayat penyakit yang serius
ibu mengatakan pertumbuhan anak A kurang karena berat badan
dan tinggi badan hanya bertambah sedikit setiap bulannya, status
imunisasi anak lengkap, Makan 2-3 kali sehari dengan nasi, lauk
ikan, jarang makan sayur, dan buah, tidak makan telur karena
alergi, makan telur. Frekuensi makan tidak menentu. Berdasarkan

11
data objektif diperoleh hasil Berat badan: 6,6 kg, Tinggi badan :
67,8 cm, status gizi didapatkan hasil BB/U dalam kategori gizi
kurang, TB/U kategori pendek, TB/BB kategori kurus, Sehingga
pengkaji melakukan konseling tentang BGM, factor penyebab
BGM salah satunya yaitu tingkat konsumsi makanan dan pola
aktifitas, dan juga Memberikan konseling pada ibu tentang
kebutuhan nutrisi pada balita yaitu ASI tetap dilanjutkan,
memberikan MP-ASI yang baik yaitu makanan yang mengandung
energi, protein dan zat gizi mikro (zat besi, Zinc, kalsiaum ,
vitamin A, Vit. C dan folat, dapat diperoleh dari makanan pokok
seperti nasi, lauk hewani seperti ikan, hati ayam, daging, lauk
nabati seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, sayur dan buah-
buahan. Berikan 3-4 kali sehari, sebanyak ¾ sampai dengan 1
mangkuk ukuran 250 ml, 1 potong kecil ikan, daging atau ayam, 1
potong kecil tempe/ tahu, atau 1 sendok makan kacang-kacangan,
¼ gelas sayur, 1 potong buah, beri makanan selingan 2 kali sehari
yaitu ½ gelas bubur atau 1 potong kue, atau 1 potong buah.
Pengkaji juga melakukan konseling tentang pola istirahat yang
cukup.

Berdasarkan hasil penelitian jurnal 1 riwayat pola makan sangat


mempengaruhi status gizi pada balita yaitu status balita dengan
berat badan dibawah garis merah (BGM). Pada penelitian ini balita
yang kebutuhan asupan gizinya tidak tercukupi pasti mengalami
berat badan dibawah garis merah. Status balita dengan berat badan
dibawah garis merah disebabkan karena pola makan yang tidak
benar dan tercukupi, aktivitas balita, serta pengasuhan ibu dalam
konsumsi sehari-hari. Oleh karena itu, riwayat pola makan balita
berhubungan secara signifikan terhadap status balita BGM.

Hal tersebut sesuai dengan hasil pengkajian yang didapatkan


bahwa pola makan pada anak A kurang dan jarang makan sayur

12
dan buah, juga tidak makan telur karena alergi, balita juga kurang
istirahat dan aktif bermain seharian, Sehingga pengkaji melakukan
konseling tentang pola kebutuhan nutrisi pada balita diantaranya
dengan memberikan MP-ASI yang baik untuk balita, oleh karena
itu konseling yang dilakukan oleh pengkaji sudah sesuai dengan
jurnal 1, karena dengan dilakukan konseling tentang pola
kebutuhan nutrisi pada balita diantaranya dengan memberikan MP-
ASI yang baik, ibu dapat memahami dan memberikan MP-ASI
yang terbaik untuk balitanya agar pertumbuhan balita menjadi
lebih baik dan status BGM dapat teratasi.

2. Jurnal 2 “Determinan Kejadian Balita Bawah Garis Merah (BGM)


Di Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember”

Hasil penelitian pada jurnal 2 menunjukkan Hasil penelitian yang


telah dilakukan pada ibu/pengasuh balita yang meliputi
karakteristik balita adalah 41,3% (12- 24 bulan), 55,6%
perempuan, Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penentu
kebutuhan zat gizi jika dilihat dari aktivitas fisik. Kebutuhan zat
gizi berbeda antara laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih
banyak melakukan aktivitas fisik sehingga memerlukan energi
yang lebih banyak dibanding perempuan. Penelitian ini mayoritas
balita BGM berjenis kelamin perempuan., 71,4% tidak BBLR,
karakteristik ibu meliputi pendidikan ibu 96,8% tamat
SD/MI/SMP/MTS, 76,2% tidak bekerja, 79,4% pengetahuan
cukup, karakteristik keluarga 98,4% ayah bekerja, pendapatan
keluarga 98,4% (<UMKM), jumlah anggota keluarga 68,3% (≤4
jiwa). Pola asuh meliputi pemberian kolostrum 76,2%, pemberian
asi-ekslusif 61,9%, pemberian MP-ASI secara tepat 55,6%.
Sanitasi dan yankes yang meliputi cuci tangan 92,1%, cuci alat
makan dan minum 74,6%, akses air bersih 100% sumur, sumber air
minum menggunakan sumur 93,7%, status imunisasi lengkap

13
77,8%, pelayanan kesehatan mengunjungi praktek bidan 79,4%,
akses pelayanan mudah menjangkau 90,5%. Tingkat konsumsi
makanan berada pada defisit tingkat berat dengan jumlah energi
85,7%, protein 57,1%, karbohidrat 93,7%, dan lemak 74,6%. Tidak
ada infeksi 79,4%.

Berdasarkan hasil pengkajian pada balita A dengan BGM


menunjukan Karakteristik balita A berjenis kelamin Perempuan,
usia 12 bulan, dan tidak memiliki Riwayat BBLR, berdasarkan
karakteristik ibu yaitu tingkat Pendidikan ibu S1, Tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi balita cukup, status pekerjaan ibu
tidak bekerja, ayah bekerja, pendapat keluarga ≤ UMK, jumlah
anggota keluarga ≤ 4 orang jiwa, berdasarkan Pola Asuh gizi balita
BGM memberikan kolostrum, tidak memberikan ASI Eksklusif,
usia pemberian MP-ASI < 6 bulan, Jenis MP-ASI tidak sesuai,
Frekuensi MP-ASI sesuai, berdasarkan pemberian MP-ASI yaitu
tidak tepat, berdasarkan sanitasi dan pelayanan Kesehatan, cuci
tangan dan kebersihan alat makan telah dilakukan, akses air bersih
mata mata air, sumber air minum air isi ulang, berdasarkan
pelayanan Kesehatan balita BGM status imunisasi lengkap, sarana
pelayanan puskesmas, akses pelayanan mudah menjangkau,
berdasarkan distribusi tingkat konsumsi makanan yaitu tingkat
konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak pada balita BGM
berada pada defisit tingkat berat. Berdasarkan distribusi Riwayat
Penyakit Infeksi balita BGM balita A tidak memiliki Riwayat
penyakit infeksi.

Hasil pengkalian berdasarkan karakteristik balita A dengan BGM


sesuai dengan hasil penelitian jurnal 2 yaitu rentang usia 12-24
bulan yang mayoritas berjenis kelamin perempuan dan sebagian
besar tidak BBLR.

14
Hasil pengkajian berdasarkan karakteristik ibu dan keluarga yaitu
tingkat Pendidikan ibu S1,Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
balita cukup, status pekerjaan ibu tidak bekerja, ayah bekerja,
pendapat keluarga ≥ UMK, jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang
jiwa sedangkan hasil penelitian jurnal 2 berdasarkan karakteristik
ibu dan keluarga sebagian besar pendapatan keluarga dibawah ≤
UMK dengan jumlah anggota keluarga ≤4 orang dan mayoritas
ayah bekerja sedangkan karakteristik ibu mayoritas dengan tingkat
pendidikan SD/MI/SMP/MTS dengan tingkat pengetahuan cukup
dan sebagian besar tidak bekerja. Oleh karena itu hasil pengkajian
berdasarkan karakteristik ibu dan keluarga tidak sesuai dengan
hasil penelitian jurnal 2, sehingga pendapatan yang < UMK belum
pasti penjadi penyebab status balita BGM dan tingkat Pendidikan
yang rendah belum pasti penjadi penyebab status balita BGM, akan
tetapi berdasarkan hasil pengkajian tingkat pengetahuan ibu yang
cukup sudah sesuai dengan jurnal 2 yaitu bayi BGM disebabkan
oleh tingkat pengetahuan ibu yang cukup. Pengetahuan yaitu
pembentukan yang secara terus-menerus dialami oleh seseorang
yang setiap saat mengalami penyusunan kembali karena adanya
pemahaman baru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu dalam kategori cukup, akan tetapi ibu tidak
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga gizi anak tidak
terpantau sepenuhnya oleh ibu.

Hasil pengkajian berdasarkan karakteristik pola asuh sudah sesuai


dengan hasil penelitian jurnal 2 balita BGM memberikan
kolostrum, tidak memberikan ASI Eksklusif, usia pemberian MP-
ASI < 6 bulan, Jenis MP-ASI tidak sesuai, Frekuensi MP-ASI
sesuai, berdasarkan pemberian MP-ASI yaitu tidak tepat sehingga
terjadi status balita BGM.

15
Hasil pengkajian berdasarkan sanitasi dan pelayanan Kesehatan,
cuci tangan menggunakan sabun dan kebersihan alat makan telah
dilakukan, akses air bersih mata mata air, sumber air minum air isi
ulang, berdasarkan pelayanan Kesehatan balita BGM status
imunisasi lengkap, sarana pelayanan puskesmas, akses pelayanan
mudah menjangkau. Berdasarkan sanitasi tidak sesuai dengan hasil
penelitian jurnal yang mengatakan tidak mencucui tangan dengan
sabun Sebagian besar mengalami BGM, akan tetapi pengkajian
berdasarkan pelayanan Kesehatan sudah sesuai dengan hasil
penelitian bahwa Pelayanan kesehatan sebagian besar responden
mengunjungi praktek bidan yang aksesnya mudah dijangkau dan
untuk status imunisasi sebagian besar sudah lengkap.

Hasil pengkajian Tingkat konsumsi makanan kurang sudah sesusai


dengan jurnal bahwa mayoritas mengalami defisit tingkat berat,
konsumsi energi yang kurang dalam makanan sehari-hari dapat
menyebabkan seseorang akan kekurangan gizi pada akhirnya anak
yang gizinya baik lama kelamaan akan menderita gizi buruk.
Dalam penelitian ini tingkat konsumsi balita berada dalam kategori
defisit tingkat berat, hal tersebut dikarenakan makanan balita
kurang bervariasi selain itu ibu yang sebagian bekerja
meninggalkan anak dengan keluarga terdekatnya sehingga
konseling yang diberikan tentang pola nutrisi, dan dampak yang
terjadi pada balita dengan BGM sudah sesuai dengan jurnal 2
karena dengan mengetahui pola nutrisi yang baik ibu dapat
memberikan MP-ASI yang baik untuk anaknya dan dapat
mencegah terjadinya dampak BGM yang berlangsung lama.

berdasarkan hasil pengkajian Riwayat penyakit balita A tidak


pernah mempunyai Riwayat penyakit hal ini tidak sesuai dengan
jurnal bahwa riwayat penyakit yang diderita adalah batuk, pilek
dan demam yang mengindikasikan penyakit infeksi jenis ISPA.

16
Jurnal 3 “Status Gizi Balita BGM Berdasarkan Karakteristik Ibu Di
Wilayah Kerja Kecamatan Sawah Besar Tahun 2018”

Hasil penelitian pada jurnal 3 menunjukkan adanya hubungan


antara usia ibu (p value =0.016), pendidikan (p value =0.001) dan
paritas (p value =0.048) terhadap status gizi balita BGM
berdasarkan berat badan menurut usia (BB/U), tinggi badan
menurut usia (TB/U) dan berat badan menurut tinggi
badan(BB/TB).

Berdasarkan hasil pengkajian variable usia ibu dari balita A dengan


BGM yaitu usia 34 tahun, hal ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian jurnal 3 hasil uji statistik hubungan antara usia ibu
dengan status gizi balita BGM berdasarkan BB/U didapatkan p
value=0.000 artinya ada hubungan antara usia ibu dengan status
gizi balita BGM berdasarkan berat badan menurut usia balita.
Hasil uji statistik hubungan antara usia ibu dengan status gizi balita
BGM yang ditentukan berdasarkan TB/U didapatkan p
value=0.035 artinya ada hubungan antara usia ibu dengan status
gizi balita BGM dilihat dari aspek tinggi badan menurut usiabalita.
Berdasarkan hubungan antara usia ibu dengan status gizi balita
BGM diketahui bahwa status gizi buruk lebih banyak dialami oleh
ibu usia > 35 tahun. Masa reproduksi wanita pada dasarnya dibagi
dalam 3 periode yaitu kurun reproduksi muda (15-19 tahun),
reproduksi sehat (20-35 tahun) dan reproduksi tua (36-45 tahun).
sehingga tidak semua ibu yang berusia reproduksi sehat dapat
terhindar dari status balita dengan BGM.

Berdasarkan hasil pengkajian variable tingkat Pendidikan ibu yaitu


S1, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian jurnal 3 bahwa
berdasarkan tingkat pendidikan ibu dari balita status gizi buruk
sebagian besar adalah tamat SD sebanyak 5 orang (62.5%) dan

17
hanya 1 orang (5.3%) dengan status gizi balita baik. Selain itu, ada
pula satu-satunya ibu dengan pendidikan tamat perguruan tinggi
memiliki status gizi baik. Hasil uji statistik hubungan antara
pendidikan ibu dengan status gizi balita BGM berdasarkan BB/U
didapatkan p value =0.005 artinya ada hubungan antara pendidikan
ibu dengan status gizi balita BGM berdasarkan berat badan
menurut usia balita. hubungan antara usia ibu dengan status gizi
balita BGM berdasarkan TB/U didapatkan p value = 0.441 artinya
tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita
BGM berdasarkan tinggi badan menurut usiabalita. Tingkat
pendidikan merupakan salah satu indikator sosial dalam
masyarakat karena melalui pendidikan sikap tingkah laku manusia
dapat meningkat dan berubah citra sosialnya. Pendidikan ibu
merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga
berperan dalam penyusunan makan keluarga serta pengasuhan dan
perawatan anak. Akan tetapi penyebab BGM tidak hanya terjadi
karena Pendidikan ibu yang rendah, akan tetapi bisa terjadi pada
ibu balita yang memiliki Pendidikan lulusan perguruan tinggi jika
ibu tidak mengetahui atau meperhatikan pola nutrisi yang baik
untuk anaknya, sehingga penting untuk dilakukan konseling pada
ibu balita meskipun ibu dengan Pendidikan yang tinggi.

Berdasarkan hasil pengkajian variable paritas yaitu Balita A


merupakan anak pertama, sehingga tidak sesuai dengan hasil jurnal
3 yaitu Hasil uji statistik hubungan antara paritas ibu dengan status
gizi balita BGM berdasarkan BB/U didapatkan p value = 0.014
artinya ada hubungan antara paritas ibu dengan status gizi balita
BGM berdasarkan berat badan menurut usia(BB/U). = 0.013
artinya ada hubungan antara paritas ibu dengan status gizi balita
BGM berdasarkan tinggi badan menurut usia (TB/U).

PENUTUP

18
1. Kesimpulan

a. Jurnal 1 pada variable sanitasi tidak sesuai dengan hasil


pengkajian, sedangkan variable pola makan sesuai dengan hasil
pengkajian dan konseling yang dilakukan

b. Jurnal 2 pada variable karakteristik balita sudah sesuai dengan


hasil pengkajian, variable karakteristik ibu dan keluarga
berdasarkan Pendidikan, pendapatan tidak sesuai dengan
pengkajian, akan tetapi tingkat pengetahuan sesuai dengan
pengkajian, variable pola asuh sudah sesuai dengan hasil
pengkajian, variabel sanitasi tidak sesuai dengan pengkajian,
pelayanan Kesehatan sesuai dengan pengkajian, variable tingkat
konsumsi makanan sesuai dengan pengkajian dan konseling yang
diberikan, Riwayat penyakit sudah sesuai dengan pengkajian yang
diberikan.

c. Jurnal 3 variabel usia, Pendidikan dan paritas tidak sesuai dengan


hasil pengkajian

2. Saran

b. Kepada Orang Tua

Diharapkan kepada orang tua agar melaksanakan perbaikan pola


makan pada balita dengan memperhatikan gizi makanan yang
dikonsumsi khususnya pada pemberian MP-ASI, menjaga
kebersihan lingkungan dan selalu memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya serta Mengikuti kelas ibu balita dan
penyuluhan. Agar ibu dapat mengatasi keadaan status balita
dengan BGM.

c. Kepada Tenaga Kesehatan

19
Diharapkan tenaga Kesehatan khususnya bidan membuat program
tentang kelas ibu balita, melakukan penyuluhan tentang ASI
Eksklusif dan Gizi yang baik untuk balita khususnya dalam
pemberian dan pengolahan MP-ASI

d. Institusi

Diharapkan presentasi jurnal ini dapat dijadikan acuan untuk


penelitian selanjudnya dengan menghubungkan faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi kejadian status BGM pada balita dengan
pengumpulan data menggunakan metode observasi sehingga data
yang didapat lebih maksimal.

IV. DAFTAR PUSTAKA

1. Chintya Dewi Prastica Putri, Syamsulhuda BM, Zahroh


Shaluhiyah. Faktor Risiko Pada Balita Dengan Berat Badan
Dibawah Garis Merah (BGM) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Halmahera. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2020;8(4):574-83.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/27093/0

2. Dian Septiawati Endariadi, Farida Wahyu Ningtyias, Ninna


Rohmawati . Determinan Kejadian Balita Bawah Garis Merah
(Bgm) Di Wilayah Kerja Puskesmas Mumbulsari Kabupaten
Jember. MTPH Journal. 2020;4(2):146-58.
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/MTPHJ/article/view/839

3. Manggiasih Dwiayu Larasati, Status Gizi Balita Bgm Berdasarkan


Karakteristik Ibu Di Wilayah Kerja Kecamatan Sawah Besar
Tahun. Jurnal JKFT. 2019;4(1):77-89.
http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jkft/article/view/2022

20
V. LAMPIRAN

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai