Anda di halaman 1dari 11

METHANIL YELLOW

PADA MAKANAN
Anggota:
Rengga Bayu
Risky Fitria
Rizki Firnanda
Rohman
Shinta Widyaningrum
Silviya Yulianti
Siti Aisyah

Apa itu Methanyl Yellow?

Methanyl yellow atau kuning metanil


merupakan zat warna sintesis berbentuk
serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan,
bersifat larut dalam air dan alkohol, agak larut
dalam benzene, eter, dan sedikit larut dalam
aseton.
Methanyl yellow dibuat dari asam metanilat
dan difenilamin. Kedua bahan ini bersifat toksik.
Methanyl yellow biasa digunakan untuk
mewarnai wol, nilon, kulit, kertas, cat,
alumunium, detergen, kayu, bulu, dan kosmetik

Sifat Kimia & Dosis Letal

Berdasarkan struktur kimianya, metanil yellow dan


beberapa pewarna sintetik dikategorikan dalam golongan
azo. Namun, metanil yellow termasuk pewarna golongan
azo yang telah dilarang digunakan pada pangan.
Kebanyakan pewarna azo (baik pewarna untuk pangan
maupun tekstil) memiliki nilai LD50 dengan kisaran 250
2000 mg/kg berat badan, yang mengindikasikan bahwa
dosis letal dapat dicapai jika seseorang mengkonsumsi
beberapa gram pewarna azo dalam dosis tunggal.
Berdasarkan perhitungan, rata-rata orang dewasa akan
memerlukan lebih dari 100 kg pangan yang mengandung
pewarna azo dalam satu hari untuk mencapai dosis letal.

Makanan apa saja yang menggunakan


Methanyl Yellow?

Krupuk
Sirup
Tahu
Mie basah
Saos di penjual bakso dan mie ayam
Agar-agar (jelly)
Manisan mangga
Minuman ringan
Es puter dan jajanan basah dll.

Apa ciri khas produk pangan yang


mengandung Methanyl Yellow?
Ciri-ciri makanan yang diberi methanyl yellow adalah
sebagai berikut:
Berwarna kuning mencolok
Cerah mengilap
Cenderung berpendar
Memberikan titik-titik warna karena tidak homogen
(ada yang menggumpal)
Ada sedikit rasa pahit
Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah
mengonsumsinya
Baunya tidak alami sesuai makanannya
Apabila dikonsumsi, pewarna makanan menempel
pada kulit

Mengapa Methanyl Yellow diminati


oleh para produsen makanan?

Faktor Pertama, disebabkan oleh ketidaktahuan


masyarakat mengenai zat pewarna untuk makanan,
atau disebabkan karena tidak adanya penjelasan dalam
label yang melarang penggunaan senyawa tersebut
untuk bahan pangan, dan juga harga zat pewarna
untuk industri relatif jauh lebih murah dibandingkan
dengan harga zat pewarna untuk makanan.
Faktor kedua adalah stabilitas. Pewarna sintetis
memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik, sehingga
warnanya tetap cerah meskipun sudah mengalami
proses pengolahan dan pemanasan. Sedangkan
pewarna alami mudah mengalami degradasi atau
pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Misalnya
kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka
warna tersebut akan segera pudar manakala
mengalami proses penggorengan.

Continue.
Tujuan lain menggunakan pewarna sintetik:
Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen.
Menyeragamkan warna makanan dan membuat
identitas produk pangan.
Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan
cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim
akibat proses pengolahan dan selama
penyimpanan.
Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin
akan terpengaruh sinar matahari selama produk
disimpan.

Apa dampak bagi kesehatan tubuh


apabila terpapar Methanyl Yellow?

Menurut Peraturan Menkes RI Nomor


722/Menkes/Per/IX/88, pewarna methanyl yellow
sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit,
mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang
terjadi dapat berupa iritasi pada saluran
pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata,
dan bahaya kanker pada kandungan dan saluran
kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual,
muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak
dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya
yakni menyebabkan kanker dan kandungan pada
saluran kemih. Oleh karena itu, pewarna methanyl
yellow merupakan salah satu bahan pewarna
sintetis yang dilarang oleh pemerintah.

Bagaimana pencegahan bahaya


keracunan akibat Methanyl Yellow?

Kenali dan hindari pangan yang


mengandung methanyl yellow.
Konsumen sebaiknya lebih cerdas dan
selektif dalam memilih produk pangan.
Konsumen sebaiknya mencermati label
kemasan produk pangan yang akan dibeli.
Sebaiknya konsumen memilih produk
pangan olahan yang memiliki nomor izin
edar, baik itu dari Dinas Kesehatan atau
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan

Continue

Perhatikan komposisi pangan olahan


dengan membaca label pada kemasan.

Anda mungkin juga menyukai