Anda di halaman 1dari 105

Laporan Kasus

SEORANG BAYI LAKI-LAKI USIA 5 HARI DENGAN ASFIKSIA


SEDANG DAN HIPERBILIRUBINEMIA

Pembimbing :
dr. Laily Babgei, Sp.A

Disusun oleh:
Titik Meilasari
H2A014004P
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
 Nama pasien : By. Ny.E
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 5 hari
 Tanggal lahir : 14 September 2018
 Agama : Islam
 Alamat : Wonolopo
 No RM : xxxxxx
Ayah Ibu
Nama Tn. P Ny. E
Usia 36 tahun 25 tahun
Pekerjaan Swasta Ibu rumah tangga
Alamat Wonolopo Wonolopo
Bayi tampak kuning
RPS
 Setelah kelahiran dengan Ekstraksi Vacum G4P2A1 Hamil 37 minggu
(aterm) pada 14 September 2018 jam 11.25 WIB pasien dirawat inap di
ruang perinatologi (bangsal Tulip) dengan indikasi Bayi asfiksia sedang,
berat lahir 2590 gram, jenis kelamin laki-laki, panjang badan 48 cm,
lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30 cm. Saat lahir bayi menangis
kurang kuat (merintih), bergerak kurang aktif, warna kulit merah
kebiruan. APGAR skor 6-7-8.
 Sejak dua hari setelah kelahiran, kulit bayi menjadi kuning.
Kulit kuning pada kepala, dada, perut, tungkai atas sampai
ke tungkai bawah. Kulit tangan dan kaki berwarna
kemerahan. Buang air besar lembek kehijauan dan buang air
kecil bayi berwarna kekuningan. Berat badan bayi tidak
mengalami kenaikan.
 Limahari setelah kelahiran, kulit bayi masih menguning. Kulit
kuning pada kepala, dada, perut, tungkai atas sampai tungkai
bawah. Kulit tangan dan kaki berwarna kemerahan. Buang air
besar lembek kehijauan dan buang air kecil berwarna normal.
Berat badan bayi mengalami penurunan menjadi 2405 gram.
Riwayat darah tinggi sebelum dan saat hamil : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat perdarahan : disangkal
Riwayat anemia : disangkal
Riwayat KPD : disangkal
Riwayat demam sebelum dan selama persalinan: disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Tidak ada riwayat bayi berat lahir rendah dan gangguan pernapasaan
saat lahir dan riwayat kuning saat bayi di keluarga.
Ayah pasien bekerja sebagai swasta dan ibu sebagai
ibu rumah tangga. Biaya pengobatan menggunakan
biaya mandiri, sehingga kesan ekonomi cukup.
• Kontrol kehamilan >4 kali Dokter Obsgyn (USG),Suntik TT12 kali, HPL= 1-10-2018
Riw. • BB sebelum hamil 55 kg dengan IMT 25,10 (overweight), BB pada usia
kehamilan 9 bulan adalah 68 kg, jadi kenaikan selama kehamilan adalah
Pre 13 kg.
natal
• Lahir dengan ekstraksi vakum ( UK: 37 minggu)
• Merintih, bergerak kurang aktif, kulit merah kebiruan
Riw. • BB: 2590 gram
• Apgar : 6-7-8
Natal

Riw. • Perdarahan postpartum (-)


• Bayi dirawat di bangsal perinatologi
Post
natal
Riwayat makan dan minum
Bayi diberikan ASI pada usia 2 hari karena ASI ibu
mulai keluar pada usia bayi 2 hari. Ibu memberikan ASI
kurang lebih 8 kali dalam sehari. Ibu menyusui dengan
payudara kanan dan kiri dengan lama menyusui 5-10
menit pada setiap payudara. BAB konsistensi lembek
warna kehijauan dan BAK warna kuning sedikit-
sedikit.
Riwayat imunisasi
Imunisasi Hb 0 belum dilakukan.
KU : kurang aktif bergerak, menangis
kurang kuat
Dilakukan pada usia 0
hari Status Gizi : BB 2580 gr, PB 49
cm, LK 32 cm, LD 30 cm
Nadi : 150x/menit, reguler, isi dan
tegangan cukup

Respirasi : 50 x/menit

Suhu : 36,7 °C

SpO2 : 98%
Interpretasi -> Asfiksia sedang
Asfiksia ringan = 7, asfiksia sedang = 4-6 dan asfiksia berat = 0-3
Kepala
Mesosephal, ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil belum menutup, tidak
membonjol, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut mudah ditapis

Mata
Kelopak mata terbuka, Secret (-)

Hidung
terpasang CPAP

Bibir
Bibir kering (-), bibir sianosis (-)
R sucking (+), r. rooting (+)

Telinga
Pinna kaku, kartilago tebal, recoil segera, sekret (-/-)
Pulmo
Inspeksi : bentuk normochest, simetris dextra-sinistra, retraksi dada (+)
Palpasi : simetris
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi: suara dasar : vesikuler (+/+) , suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)

Cor
Inspeksi : iktus cordis tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, kuat angkat
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi: bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, kulit sesuai kulit sekitar, terpasang infus umbilical
Auskultasi :BU (+) normal
Perkusi : sulit dinilai
Palpasi : benjolan (-)

Genitalia
Kulit Laki-laki, rugae jelas dan dalam
Pucat (-), kemerahan (+), ikterik (-),
Anus
vena tak tampak,lanugo tipis sedikit
Anus (+)
Superior Inferior
Ekstremitas Akral hangat +/+ +/+
garis di seluruh Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
telapak kaki
Kapilary refill < 3 detik < 3 detik

Refleks :
refleks palmar dan plantar grasping (+)
KU aktif bergerak, menangis kuat

Dilakukan pada usia 5


hari Status Gizi : BB 2405 gr, PB 48
cm, LK 32 cm, LD 30 cm
Nadi : 149x/menit, reguler, isi dan
tegangan cukup

Respirasi : 50 x/menit

Suhu : 37,1 °C

SpO2 : 98%
Kepala
Mesosephal, ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil belum menutup, tidak membonjol,
caput succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut mudah ditapis

Mata
Sklera ikterik sulit dinilai

Bibir
Bibir kering (-), bibir sianosis (-)
R sucking (+), r. rooting (+)
 Hidung
 sekret (-/-)

Telinga
Pinna kaku, kartilago tebal, recoil segera, sekret (-/-)
Pulmo
Inspeksi : bentuk normochest, simetris dextra-sinistra, retraksi dada (-)
Palpasi : simetris
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi: suara dasar : vesikuler (+/+) , suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)

Cor
Inspeksi : iktus cordis tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, kuat angkat
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi: bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, kulit sesuai kulit sekitar,
Auskultasi :BU (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : benjolan (-)

Kulit
Pucat (-), ikterik (+) kramer 4, vena tak tampak,lanugo tipis sedikit

Genitalia
Laki-laki, rugae jelas dan dalam
Anus
Anus (+)
Superior Inferior
Ekstremitas Akral hangat +/+ +/+
garis di seluruh Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
telapak kaki
Kapilary refill < 2 detik < 2 detik

Refleks :
refleks palmar dan plantar grasping (+)
 Bayi lahir pada usia 37 minggu dengan berat badan 2590 gram.
 Kesimpulan: Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan
21 September
2018 (usia 7
hari)
 Setelah kelahiran dengan Ekstraksi Vacum G4P2A1 Hamil 37 minggu
(aterm) pada 14 September 2018 jam 11.25 WIB pasien dirawat inap
di ruang perinatologi (bangsal Tulip) dengan indikasi Bayi asfiksia
sedang, berat lahir 2590 gram, jenis kelamin laki-laki, panjang
badan 48 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 30 cm. Saat lahir
bayi menangis kurang kuat (merintih), bergerak kurang aktif, warna
kulit merah kebiruan. APGAR skor 6-7-8.
 Sejak dua hari setelah kelahiran, kulit bayi menjadi kuning. Kulit
kuning pada kepala, dada, perut, tungkai atas sampai ke tungkai
bawah. Kulit tangan dan kaki berwarna kemerahan. Buang air
besar lembek kehijauan dan buang air kecil bayi berwarna
kekuningan. Berat badan bayi tidak mengalami kenaikan.
 Lima hari setelah kelahiran, kulit bayi masih menguning. Kulit
kuning pada kepala, dada, perut, tungkai atas sampai tungkai
bawah. Kulit tangan dan kaki berwarna kemerahan. Buang air
besar lembek kehijauan dan buang air kecil berwarna normal.
Berat badan bayi mengalami penurunan menjadi 2405 gram.
 Riwayat penyakit dahulu pada ibu seperti riwayat darah tinggi
sebelum dan saat hamil (Hipertensi kronik dan Preeklampsia-
Eklampsia) disangkal, kencing manis (DM) disangkal, demam
sebelum dan selama persalinan disangkal, perdarahan selama hamil
(perdarahan antepartum) disangkal, riwayat anemia disangkal,
Riwayat Ketuban Pecah Dini (KPD) disangkal. Riwayat kehamilan: BB
sebelum hamil 55 kg dengan IMT 25,10 (overweight), BB pada usia
kehamilan 9 bulan adalah 68 kg, jadi kenaikan selama kehamilan
adalah 13 kg.
 Bayidiberikan ASI pada usia 2 hari karena ASI ibu mulai
keluar pada usia bayi 2 hari. Ibu memberikan ASI kurang lebih
8-9 kali dalam sehari. Ibu menyusui dengan payudara kanan
dan kiri dengan lama menyusui 5-10 menit pada setiap
payudara. BAB konsistensi lembek warna kehijauan dan BAK
warna kuning sedikit-sedikit.
 Pemeriksaan fisik pada usia 0 hari : menangis kurang kuat,
bergerak kurang aktif, BB 2590 gram PB 48 cm, RR
50x/menit, HR 150x/menit, suhu 36,7 °C. SpO2: 98%, tampak
retraksi dada, sianosis (-), skor APGAR saat lahir 6,7,8. Reflex
rooting (+), sucking (+), palmar grasping (+) dan plantar
grasping (+).
 Pemeriksaan fisik pada usia 5 hari: menangis kuat, bergerak
aktif, BB 2405 gram, PB 48 cm, RR: 50x/menit,
HR:149x/menit. Suhu 37,1°C. SpO2: 98%, Bayi ikterik Kramer
4. Reflex rooting (+), sucking (+), palmar grasping (+) dan
plantar grasping (+).
 Pemeriksaan Ballard score didapatkan = 42 (kesan usia
kehamilan ±40 minggu) dan pemeriksaan dengan grafik
Lubschenko didapatkan NKB-KMK (Neonatus Cukup Bulan,
Kecil Masa Kehamilan).
 Pemeriksaan penunjang Bilirubin total 15,80 mg/dL, bilirubin
direk ( H 0,90 mg/dL) dan Bilirubin indirek ( H 14,90 mg/dL).
DIAGNOSIS BANDING
Ikterus neonatorum ec Ikterus fisiologis
Ikterus neonatorum ec infeksi
Asfiksia sedang
Sindrom gawat napas
DIAGNOSIS KERJA
- Diagnosis klinis Ikterus neonatorum ec ikterus
fisiologis
Asfiksia sedang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

- Diagnosis Pertumbuhan NCB KMK


- Diagnosis Perkembangan -
- Diagnosis gizi NCB KMK
- Diagnosis Imunisasi Belum dilakukan
INITIAL PLAN
Ip Diagnosis
Ikterus neonatorum ec ikterus fisiologis
Asfiksia sedang
Pemeriksaan = AGD dan bilirubin

Ip Ip Terapi
 Non medikamentosa
 Medikamentosa
Rawat Perinatologi risiko
Infus D10% 8 tpm
tinggi (peristi)
Inj. Vitamin K 1x1mg
CPAP FiO2 25% PEEP 6cmH2O
Inj. Cefotaxim 2x125mg
Hangatkan bayi + inkubator
OGT
Fototerapi
INITIAL PLAN
Ip Monitoring
Keadaan umum, tanda vital, SpO2, tanda ikterik
Tanda-tanda distress pernafasan pada pasien
Tanda – tanda infeksi
Monitoring laboratorium bilirubin

Ip Edukasi
Menjelaskan kepada orang tua tentang asfiksia, dan ikterus neonatorum
Menjelaskan orangtua tentang penyebab penyakitnya
Menjelaskan pengobatan, dan komplikasi penyakit
Menjelaskan pemberian dan manfaat ASI
Menjelaskan terapi sinar matahari di rumah
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : ad bonam
FOLLOW UP

0 HARI
1 HARI
2 HARI
3 HARI
4 HARI
5 HARI
6 HARI
7 HARI
8 HARI
9 HARI
10 HARI
TINJAUAN
PUSTAKA
Hiperbilirubinemia = kadar
bilirubin total tinggi dalam darah
> 5 mg/dL
Ikterus = pewarnaan kuning pada
sklera dan kulit karena
penumpukan bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih di
jaringan.
Bilirubin berasal dari pemecahan heme -> bilirubin indirek (
larut dalam lemak namun tak larut dalam air sehingga
memerlukan albumin)-> Hati (konjugasi) -> bilirubin direk -
> Saluran empedu -> usus -> terikat makanan menjadi
sterkobilin dan sebagian kecil lagi diubah menjadi bilirubin
indirek terserap kembali ke aliran darah -> hati (siklus
enterohepatik)
 Produksi yang berlebihan karena hemolisis, Lama hidup
eritrosit lebih singkat (70-90 hari)
 Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi bilirubin
 Gangguan albumin, sebagai transport bilirubin misalnya pada
bayi prematur atau IUGR
 Gangguan ekskresi pada hati misalnya karena infeksi atau
sumbatan
Ikterus fisiologi
 Timbul pada hari kedua dan ketiga
 Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus
cukup bulan.
 Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per
hari.
 Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
 Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
 Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
Ikterus Patologis
 Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
 Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5% pada neonatus kurang bulan.
 Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
 Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
 Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
 Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
 Klasifikasi beradasarkan pemberian ASI:
 Breastfeeding jaundice
Ikterus karena kekurangan ASI. Biasanya timbul pada hari ke 2
atau 3 saat produksi ASI belum banyak.

 Breastmilk jaundice
Ikterus karena ASI.bilirubin turun pada hari ke-4 namun pada
kondisi ini terus naik mencapai 20-30 mg/dL pada usia 14 hari.
Awitan, Lokasi, Riwayat
pemberian ASI
Faktor risiko (RPK(+), ANAMNESIS
asfiksia BBLR)

Kramer,
hepatosplenomegali(hemol PEMERIKSAAN FISIK
is) tanda prematuritas,
Cefal hematom, tonus otot

Bilirubin, darah rutin,


apusan darah tepi, rhesus, PEMERIKSAAN
golongan darah, PENUNJANG
Berdasarkan etiologi

• Tetap berikan ASI, jangan beri air gula atau air putih
• Breast feeding jaundice
 Pantau jumlah ASi, apakah cukup atau belum
 Pemberian ASI sejak lahir minimal 8 kali sehari
 Pemberian air putih, sufor, dan air gula tidak diperlukan
 Pemantauan BB, frekuensi BAK dan BAB
 Jika kadar bilirubin > 15 mg/dL perlu penambahan volume cairan dan
stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara
 Pemeriksaan komponen ASI dilakukan bila kadar bilirubin menetap > 6 hari,
kadar bilirubin > 20 mg/dL, atau riwayat breastfeeding pada anak
sebelumnya.
Breastmilk Jaundice:
 AAP tidak menganjurkan penghentian ASI
 Gartner menyarankan penghentian ASI sementara -> cek bilirubin,
jika tetap naik bukan karena ASI
 Bayi dengan penyakit hemolitik mungkin memerlukan tranfusi tukar
Transfusi tukar adalah suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah
pasien dan memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum
bilirubin atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi
konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien. Pada
hiperbilirubinemia, transfusi tukar dilakukan untuk menghindari
terjadinya kern icterus.
 Terapi sinar atau fototerapi
Prinsip kerja fototerapi pada
hiperbilirubinemia adalah memecah bilirubin tak
terkonjugasi menjadi fotobilirubin, zat yang
mudah larut dalam plasma dan lebih mudah
dieksresi oleh hati ke saluran empedu tanpa
perlu konjugasi. Fototerapi dilakukan jika
terdapat tanda ikterus patologis atau nilai
bilirubin serum total melebihi cut off point.
Sebagian besar unit neonatal di Indonesia
memberikan terapi sinar pada bayi cukup
bulan dengan Bilirubin Serum Toral > 12
mg/dL atau prematur > 10 mg/dL. Terapi
dihentikan jika kadar BST < cut off point.
Target penurunan 0,5 – 1 mg/dL per jam
pada 4-8 jam pertama.
 Paparan sinar matahari menerikan radiasi 425-475 nm
 Hindari terpapar sinar matahari secara langsung -> kulit
terbakar
 Dapat dilakukan 15-20 menit pada jam 06.20-07.00 WIB
 Terapi sinar dapat diberikan pada kadar BST 2-3 mg/dL
dibawah cut off point
Adalah bilirubin tak terkonjugasi yang melekat pada sel otak
dan mengakibatkan kejang, hipotonus, letargi, tidak ada
menyusu, demam dan iritable.
• Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan nafas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.

• Menurut American College of Obstetricans and Gynecologists (ACOG) dan


American Academy of Pediatrics (AAP) asfiksia adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh kurangnya O2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan :
1. Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis
2. Nilai AP GAR setelah menit ke-5 = 0-3
3. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik iskemia
ensefalopati)
4. Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular,
gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal)
Faktor resiko antepartum
1. Ketuban pecah dini ≥ 18 jam
2. Perdarahan pada trimester 2 dan 3
3. Hipertensi dalam kehamilan
4. Diabetes mellitus
5. Penyakit kronik (anemia, penyakit
Faktor janin
jantung bawaan sianotik) 1. Kehamilan multiple (ganda, triplet)
6. Ibu berusia < 20 tahun 2. Prematur (terutama pada usia kehamilan
<35 minggu)
3. Pertumbuhan janin terhambat
4. Oligohidramnion.
5. Gerakan janin berkurang sebelum
persalinan
6. Presentasi bokong
7. Distosia bahu
Faktor resiko intrapartum
1. Presentasi abnormal.
2. Tali pusat.
3. Partus macet.
4. Perdarahan antepartum (misal solusio
plasenta, plasenta previa, vasa previa)
5. Ketuban bercampur mekonium.
6. Pemberian obat narkotika untuk mengurangi
rasa nyeri ibu dalam 4 jam proses persalinan
7. Kelahiran dengan vakum ekstraksi.
8. Penerapan anastesi umum pada ibu.
9. Seksio sesaria
ADAPTASI
Intrauterin ---------------- ekstra utrerin

Segera/cepat selanjutnya
• Pernapasan • Ginjal
• Sirkulasi • Saluran Pencernaan
• Homeostasis Glukosa
• Kontrol temperatur
1. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
3. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ
lain
4. Depresi pernafasan dan kejang karena otak kekurangan oksigen
5. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen
pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
6. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta
sebelum dan selama proses persalinan
7. Takipneu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru
atau nafas tidak teratur/megap-megap
8. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah
ANAMNESIS

Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan gangguan/ kesulitan
bernapas waktu lahir dan lahir menangis kurang
PEMERIKSAAN FISIK kuat atau merintih. Pada anamnesis juga
diarahkan untuk mencari faktor risiko

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, skor apgar dipakai untuk menentukan derajat berat ringannya
asfiksia
Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan ekstremitas
(Appearance) ekstremitas biru kemerahan
Frekuensi jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
(Pulse)
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
(Grimace)
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
(Activity) sedikit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
(Respiration)

Intepretasi : Asfiksia ringan = 7, Asfiksia sedang 4-6, Asfiksia berat <3


Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : hasil analisis gas Bila bayi sudah tidak membutuhkan


darah tali pusat menunjukkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan
asidosis pada darah tali pusat, penunjang diarahkan pada kecurigaan
menunjukkan hasil: atas komplikasi, berupa:
1. Pa O2 < 50 mm H2O 1. Darah perifer lengkap
2. PaCO2> 55 mm H2O 2. Gula darah sewaktu
3. pH < 7,30 3. Elektrolit darah (Kalsium, Natrium,
Kalium)
4. Ureum kreatinin
5. Pemeriksaan foto rontgen thorax
6. Pemeriksaan EEG
Persiapan

Langkah awal

Breathing

Sirkulasi

Obat-obatan
 Tujuan : mengembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi
pada neonatus
2 = Circulation
 Persiapan
a. Tim
b. Lingkungan
c. Alat
1 = Airway-
Breathing

3 = Drugs
alur Equipment
1. Pastikan bayi hangat
menggunakan pemancar panas, kain yang basah
digantikan dengan kain kering, bayi memakai topi

2. Posisikan dan bersihkan jalan napas

Posisi kepala setengah ekstensi, jikadiperlukan dapat


melakukan suction
3. Keringkan dan stimulasi
keringkan kecuali pada wwajah dan telapak tangan,
stimulasi dengan jari penolong pada telapak kaki bayi atau
pada punggung neonatus.

4. Posisikan kembali

alur
 Indikasi VTP = apneu, frek
jantung < 100x/menit, tetap
sianosis walaupun diberi aliran
oksigen
 Persiapan = pilih ukuran
sungkup, posisi memegang
sungkup
 VTP 20-30 KALI dalam 30 detik
 Leader = memegang sungkup
 Asisten sirkulasi = pengecekan
saturasi
Jika menggunakan balon sungkup maka pastikan aliran oksigen
10 L / menit

Tidak ada
Periksa perlekatan sungkup dan muka

Periksa kebocoran pada alat / sirkuit

Pergerakan
dada ?? Posisikan kepala dan pastikan mulut terbuka

Ya Pertimbangkan pengisapan lendir


Jalan napas
mungkin
obstruksi Meningkatkan tekanan inflasi

Pertimbangkan untuk menggunakan jalan napas oral


(LMA / Intubasi)
Tidak ada usaha • Teruskan VTP
napas
HR <100 bpm

Usaha napas tidak • CPAP


baik
HR >100 bpm

Usaha napas baik • Perawatan post


HR >100 bpm resusitasi

Tidak ada usaha • VTP + kompresi


napas
dada
HR<60 bpm
 jika bayi baru lahir dapat bernapas
spontan -> CPAP
indikasi pemasangan CPAP=
a. distres napas
b. usia gestasi < 32 minggu
c. berat < 1000 gram
Mulai dengan PEEP pada level 5 – 8
(mulai pada 7 cm H2O)
Waktu Target saturasi oksigen selama resusitasi
setelah lahir
1 min 60-70
2 min 65-85
3 min 70-90
4 min 75-90
5 min 80-90
10 min 85-90

alur
 3 kompresi : 1 ventilasi selama 2 detik
 Teknik kompresi

 Tempat kompresi adalah di sepertiga distal sternum. (tepat di


kaudal linea intermamillaria)
 Asisten yang melakukan sirkulasi
alur
1. Epinefrin
Indikasi
• Denyut jantung bayi <60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respons.
• Dosis: 0.1-0.3 ml/kg BB(iv), 0,3-1 ml/kgBB (ET) dalam larutan 1:10.000
(0.01 mg-0.03 mg/kg BB)
• Cara: IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
2. Volume ekspander
Indikasi:
• Bayi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
• Hipovolemia : akibat perdarahan atau syok.( Klinis ditandai adanya pucat,
perfusi buruk, nadi kecil/lemah )
• Jenis cairan :
 Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0.9%, Ringer Laktat)
 Transfusi darah gol.O negatif jika diduga kehilangan darah banyak dan
bila fasilitas tersedia
 Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis.
3. Bikarbonat
Indikasi:
• Asidosis metabolik secara klinis ( napas cepat dan dalam, sianosis)
• Prasyarat: Bayi telah dilakukan ventilasi dengan efektif
• Dosis: 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/KgBB (4.2%) atau 1 ml /kgbb (7.4%)
• Cara: Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan
secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
• Efek samping: Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
4. Nalokson
Indikasi:
• Antagonis narkotik diberikan dengan indikasi depresi pernafasan pada bayi
baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik dalam waktu 4 jam sebelum
melahirkan.
• Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil.
• Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya dicurigai sebagai pecandu
obat narkotika, sebab akan menyebabkan gejala putus obat pada sebagian bayi.
• Cara: intravena atau melalui selang endotrakeal. Bila perfusi baik dapat
diberikan melalui intramuskuler atau subkutan. Dosis yang diberikan 0,1
mg/kg BB, perlu diperhatikan bahwa obat ini tersedia dalam 2 konsentrasi
yaitu 0,4 mg/ml dan 1 mg/ml.
 Penegakkan diagnosis
Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera
dan kulit yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin. Ikterus
umumnya mulai tampak pada sklera (bagian putih mata) dan
muka, selanjutnya meluas secara sefalokaudal (dari atas ke
bawah) ke arah dada, perut dan ekstremitas. Pada bayi baru lahir,
ikterus seringkali tidak dapat dilihat pada sklera karena bayi baru
lahir umumnya sulit membuka mata. Ikterus pada bayi baru lahir
pada minggu pertama terjadi pada 60% bayi cukup bulan dan 80%
bayi kurang bulan.
Ikterus neonatorum (fisiologis) ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis ikterus fisiolgis berdasarkan 1) Awitan ikterus saat usia
bayi 2-3 hari 2) Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada
neonates cukup bulan 3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin
tidak melebihi 5% per hari 4) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1
mg% 5) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama dan tidak
terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
Pada kasus ikterus fisiologis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis didapatkan bahwa bayi tampak kuning, sejak usia bayi
3 hari, kuning berkurang setelah pemberian terapi sinar dan
pemberian ASI.
Tanda bayi mendapat cukup ASI adalah bayi diberikan ASI minimal
8 kali dalam sehari, menghisap dua payudara minimal 10 menit
pada setiap payudara, frekuensi BAK > 6x sehari dan BAB > 4x
sehari. Pada kasus bayi diberikan ASI pada usia 4 hari karena ASI
ibu mulai keluar pada usia bayi 4 hari, frekuensi 8 kali dalam
sehari, menyusui dengan payudara kanan dan kiri dengan lama
menyusui 5-10 menit pada setiap payudara, namun BAK BAB lancar
tidak ada keluhan.
Pada saat lahir bayi memiliki nilai APGAR 6-7-8 yang
menunjukkan adanya asfiksia (2590 gram). Asfiksia dapat menjadi
factor risiko terjadinya ikterus.Pada Asfiksia dapat terjadi
hipoperfusi hepar sehingga mengakibatkan fungsi hepar terganggu.
Pada pemeriksaan fisik usia 2 hari didapatkan ikterik Kramer
4, saat usia 5 hari didapatkan Kramer 4, tonus otot baik fleksi
pada ekstremitas atas dan bawah dan terdapat refleks rooting dan
sucking. Pada hasil laboratorium menunjukkan kadar bilirubin
total 15,80 mg/dL, bilirubin indirek sebesar 14,90 mg/dL dan
bilirubin direk 0,90 mg/dL. Hasil tersebut menunjukkan adanya
hiperbilirubinemia (bilirubin serum total ≥ 5 mg/dL). Pada kasus
termasuk ikterus fisiologis karena meskipun jumlah bilirubin total
> 12 mg/dl namun, ikterik menghilang di 10 hari pertamasetelah
kelahiran.
Tidak ada riwayat KPD dan demam sebelum dan selama
kehamilan, bayi tidak rewel, bayi mau menghisap, tidak kejang
dengan jumlah leukosit normal menunjukkan adanya ikterus
bukan karena infeksi. Tidak ada riwayat keluarga yang memiliki
riwayat ikterus yang mengarahkan pada kemungkinan breast-milk
jaundice. Pada kasus tidak ditemukan kern ikterus (pengendapan
bilirubin tak terkonjugasi dalam sel otak) yang menunjukkan
gejala kejang, hipotoni dan tidak mampu menghisap ASI. Ikterus
karena hemolitik juga dapat disingkirkan karena tidak ada
hepatomegali, splenomegali dan awitan ikterus pada hari ke-3.
Asfiksia adalah kegagalan bernapas spontan dan teratur
segera setelah bayi lahir. Asfiksia merupakan penyebab kematian
19% dari 5 juta kematian pada setiap tahunnya. Diagnosis asfiksia
ditegakkan dengan menilai gejala klinis dengan atau tanpa
pemeriksaan penunjang. Pada kasus didapatkan saat lahir bayi
menangis kurang kuat (merintih), bergerak kurang aktif dan kulit
merah kebiruan dengan nilai APGAR 6-7-8 dengan retraksi pada
dinding dada. BBLR dimungkinkan dapat menjadi salah satu faktor
risiko terjadinya asfiksia. Pada bayi baru lahir dengan berat lahir
rendah memiliki masalah dalam system pernapasan. Kondisi
tersebut dimungkinkan terjadi karena refleks batuk, menelan dan
hisap yang lemah dan otot bantu napas yang masih lemah. Riwayat
preekalmpsia, eklampsia, Diabetes Mellitus, perdarahan
antepartum, anemia dan KPD disangkal. Sehingga faktor risiko
yang paling memungkinkan adalah faktor janin.
Pemeriksaan analisis gas darah dapat dilakukan untuk
menunjang diagnosis asfiksia. Asfiksia ditandai dengan hipoksemia
(penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2) dan asidosis (
pH < 7,3). Diagnosis sindrom gawat napas dapat disingkirkan
karena kegagalan napas terjadi sesaat setelah lahir, sedangkan
pada sindrom gawat napas kegagalan bernapas terjadi beberapa
jam setelah lahir.
Berdasarkan klasifikasi masa gestasi termasuk dismaturitas.
Kondisi tersebut didasarkan pada usia gestasi 40 minggu dengan
berat lahir 2360 gram kemudian setelah dimasukkan kedalam
grafik Lubschenko termasuk Neonatus Cukup Bulan dan Kecil Masa
Kehamilan. Dismaturitas menunjukkan bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterine dan berdasarkan grafik Lubschenko
termasuk Kecil Masa Kehamilan.
 Prinsip penatalaksanaan pada kasus ikterus adalah berdasarkan
etiologi. Pada kasus didapatkan ikterus fisiologis. Tidak ada
penanganan kusus pada ikterus fisiologis, kecuali pemberian
minum sedini mungkin dengan jumlah dan kalori yang cukup.
Pemberian minum sedini mungkin akan meningkatkan kerja usus
sehingga meningkatkan jumlah bilirubin direk menjadi urobilin dan
stercobilin yang diekskresikan ke urin dan tinja. Dengan demikian
kadar bilirubin serum dapat turun. Selain itu dapat diberikan
terapi sinar matahari selama 15-20 menit (jam 06.30-07.00 WIB)
pada saat bayi sudah dipulangkan. Prinsip kerja fototerapi pada
hiperbilirubinemia adalah memecah bilirubin tak terkonjugasi
menjadi fotobilirubin kemudian diekskresikan dalam hati
kemudian ke empedu, cahaya dari fototerapi mengubah
bilirubin tak terkonjugasi menjadi zat yang mudah larut dalam
plasma dan lebih mudah dieksresi oleh hati ke saluran empedu
tanpa perlu konjugasi. Fototerapi dilakukan jika terdapat tanda
ikterus patologis atau nilai bilirubin serum total melebihi cut off
point. Pada kasus nilai bilirubin serum total 9,41 mg/dL dengan
cut off point pada usia 72 jam > 13 mg/dL.
Asfiksia adalah kegagalan bernapas spontan dan teratur
segera setelah bayi lahir. Asfiksia merupakan penyebab kematian
19% dari 5 juta kematian pada setiap tahunnya. Berdasarkan
penelitian 90% bayi tidak memerlukan bantuan resusitasi, 1-10%
bayi membutuhkan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan
kompresi dan intubasi.
Pada penatalaksanaan asfiksia tidak dilakukan resusitasi
karena denyut jantung bayi > 100x/menit dan dapat bernapas
spontan. Pasien diberikan CPAP karena terdapat tanda distress
napas yaitu merintih dan retraksi dada saat lahir. CPAP bertujuan
untuk memberikan dukungan respiratorik karena pada saat lahir
terjadi distress napas. Pasien dihangatkan dalam incubator
bertujuan untuk mencegah terjadinya hipotermi. BBLR memiliki
risiko hipotermi lebih tinggi karena fungsi termoregulasi belum
sempurna, kurangnya lemak subkutan sehingga terjadi
peningkatan kehilangan panas dan sedikitnya lemak coklat
sehingga produksi panas dalam tubuh juga kurang. OGT (Orogastric
Tube) pada kasus digunakan untuk menilai residu pada saluran
pencernaan. Jika residu berwarna kecoklatan menunjukkan tanda
hipoksia pada saluran cerna.
Pada pasien ini juga diberikan cairan D 10%. Dekstrosa 10%
memiliki kandungan glukosa 100 gr/l. Cairan tersebut termasuk
jenis isotonik dan kalorinya cukup besar, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan neonatus. Pemberian cairan D 10% bertujuan
untuk mencegah terjadinya hipoglikemia pada pasien karena bayi
dengan BBLR memiliki risiko lebih besar terjadinya hipoglikemia
dibanding dengan bayi berat lahir normal. Untuk mencegah infeksi
pada pasien BBLR dan asfiksia dapat diberikan antibiotic.
Antibiotic Pasien ini diberikan terapi antibiotik Amoxcicilin 2x125
mg. Antibiotik diberikan pada bayi untuk mengurangi risiko
terjadinya infeksi. Pada pasien diberikan injeksi Vitamin K 1 x 1
mg karena defisiensi Vitamin K dapat menimbulkan gangguan
proses koagulasi, sehingga cenderung terjadi perdarahan.
 Prognosis
Prognosis quo ad vitam adalah dubia ada bonam karena asfiksia bersifat
kegawatan yang bisa mengancam nyawa pasien dan diperlukan
penatalaksaan yang cepat dan tepat. Quo ad functionam adalah dubia ad
bonam karena pada pada BBLR dapat mempengaruhi status gizi hingga
masa dewasa. Quo ad sanationam adalah bonam karena asfiksia
tersebut tidak dapat kambuh lagi

Anda mungkin juga menyukai