Anda di halaman 1dari 19

ABSES RETROFARING

RIZKY EKA FRIANIE


NURUL ANNISA MUTHAHARA
Pendahuluan
• Abses retrofaring biasanya terjadi pada anak
usia 6 bulan – 6 tahun.
• Di Taiwan, dari 50 kasus infeksi leher bagian
dalam, 21 kasus abses peritonsilar 9 kasus
abses retrofaring.
ANATOMI
FISIOLOGI
• Fungsi menelan
Proses menelan dibagi dalam 3 fase:
1) fase oral
2) fase faringeal
3) fase esophageal.
• Fungsi Faring dalam Proses Bicara
DEFINISI
• Abses retrofaring merupakan suatu
peradangan yang disertai pembentukan pus
pada daerah retrofaring. Keadaan ini
merupakan salah satu infeksi pada leher
bagian dalam (deep neck infection).
EPIDEMIOLOGI
• lebih sering usia > 5 tahun.
• Los Angeles, < 3 tahun : 50% kasus dan 71%
< 6 tahun : 71%
• di Sydney, < 1 tahun : 55% , dimana 10%
diantaranya dijumpai pada periode neonatus.3
ETIOLOGI

ISPA

Trauma
Tuberkulosis
dinding
Vertebra
belakang
Servikalis
faring
AKUT KRONIS
Anak-anak
Dewasa
< 5 tahun

Infeksi
ISPA
TBC
PATOFISIOLOGI
• Ruang retrofaring dapat mengalami infeksi
yang berkembang menjadi abses melalui 2
cara:
1. penyebaran infeksi melalui aliran limfe
(sebagian besar) secara lokal dari sumber
infeksi
2. inokulasi langsung bakteri melalui trauma
tembus atau benda asing.
• Abses retrofaring kronis terjadi akibat infeksi
tuberkulosis.
• Pada anak usia >5 tahun, penyebaran dari
infeksi tuberkulosis pada kelenjar limfe
servikal dalam kelenjar retrofaring abses
dingin.
• Pada orang dewasa disebabkan Pott’s disease
dimana pus menyebar melalui ligamentum
longitudinal anterior.
DIAGNOSIS
• ANAMNESIS
Dewasa Anak > 1 tahun Bayi
 Nyeri  Nyeri tenggorokan  Demam (85%)
tenggorokan (84%)  Bengkak pada
 Demam  Demam (64%) leher (97%)
 Disfagia  Kaku leher (64%)  Intake oral buruk
 Odinofagia  Odinofagia (55%) (55%)
 Nyeri leher  Batuk  Rinorrhea (55%)
 Dispnea  Letargi (38%)
 Batuk (33%)
• PEMERIKSAAN FISIK
Dewasa Anak dan Bayi
 Edema posterior faring (37%)  Adenopati servikal (36%)
 Kaku leher  Bulging retrofaring (55%, jangan lakukan palpasi
 Adenopati servikal pada anak)
 Demam  Demam (64%)
 Drooling  Stridor (3%)
 Stridor  Tortikolis (18%)
 Kaku leher (64%)
 Drooling (22%)
 Agitasi (43%)
 Massa pada leher (55%)
 Letargis (42%)
 Distres pernapasan (4%)
 Tanda-tanda terkait termasuk tonsilitis, peritonsilitis,
faringitis, dan otitis media.
Gambar 5 Abses
retrofaring kronik tipe
lateral (kiri) dan sentral
(kanan) 12

Gambar. 6 Pada
pemeriksaan terlihat
penonjolan dinding
post faring pada sisi
kanan garis tengah.13

Gambar 7. A dan B
menunjukkan tingkat
pembengkakan pada
leher sebagai gejala
awal 17
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laju
Darah Foto Kultur
Endap CT scan
Lengkap Polos Pus
Darah
Differential Diagnosis
• Abses peritonsiler
• Epiglotitis akut
• Tonsilitis
• Penyakit Kawasaki
• Laringotrakeobronkitis (croup)
• Meningitis
• Infeksi virus Epstein-Barr
• Retropharyngeal calcific tendonitis
PENATALAKSANAAN
1. Tindakan pra hospital
2. Tindakan Ruang Emergensi
3. Tindakan definitif
a. Medikamentosa :
b. Operatif :
- Needle aspirasi
- Insisi drainaise :
• Pendekatan intra oral
• Pendekatan eksternal
KOMPLIKASI PROGNOSIS

• Penjalaran ke ruang • Prognosis baik


parafaring, ruang vaskuler • Meskipun demikian
visera. tingkat mortalitas
• Mediastinitis mencapai 40-50%
• Obstruksi jalan napas • apabila timbul komplikasi
sampai asiksia serius (misalnya
• Bila pecah spontan, dapat meningitis)
menyebabkan pneumonia • Rekurensi terjadi pada 1-
aspirasi dan abses paru. 5% pasien.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai