Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

TONSILOFARINGITIS
AKUT
Disusun oleh: Lidya Oktaviani Siauw
Pembimbing: dr. Ity Sulawati, Sp.A, M.Kes

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Ciawi


Periode 22 Oktober – 30 Desember 2018
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
IDENTITAS PASIEN

Nama • An. S.N.A

Umur • 12 tahun

Tempat Tanggal
• Ciawi, 16 Desember 2005
Lahir

• 15 November 2018 ke IGD RS  Bangsal Anyelir


Tanggal masuk
• 16 November 2018 ke Bangsal Melati

Tanggal • 17 November 2018


Pemeriksaan • Di Bangsal Melati pukul 06:30
ANAMNESIS
AUTOANAMNESIS PASIEN +
ALLOANAMNESIS IBU PASIEN
17/11/2018 DI BANGSAL MELATI

Keluhan Utama
• Nyeri tenggorokan disertai demam

Keluhan Tambahan
• Sesak
• Batuk
• Nyeri Perut
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG – PERJALANAN PENYAKIT
Rabu, 14 Nov 2018 Siang hari, pasien merasa nyeri tenggorokan
terutama saat menelan
Disertai nyeri perut terutama di ulu hati dan
Sabtu, 17/11/18 di
Disertai demam dan sesak
bagian tengah bangsal Melati
• Kondisi pasien saat ini:
Pasien langsung berobat ke klinik, dan di curigai difteri + diberi obat:
• Nyeri tenggorokan (+)
berkurang
Paracetamol forte
650 mg
Dexamethasone 0,5
mg
Bromhexin HCl 8 mg Cefadroxyl 500 mg
Pasien baru minum
obat 1x • Lebih nyeri saat
makan
• Perut sakit (+)
Pasien dianjurkan untuk ke RSUD untuk pemeriksaan dan penanganan lebih terutama di ulu hati
lanjut • Sesak hilang timbul
• Demam (-)
• Mual/muntah (-)
Kamis, 15 Nov 2018 malam pukul 20:48 pasien datang ke IGD RSUD • BAB tidak masalah
• Terasa ngilu saat BAK

Rawat inap isolasi di ruang Anyelir (susp. Difteri)

Jumat, 16 Nov 2018 sore, Pasien ditransfer ke Melati


RIWAYAT PENYAKIT DAHULU RIWAYAT LINGKUNGAN

Pasien belum pernah mengalami gejala seperti


sekarang sebelumnya Pasien sekarang
Pasien pernah dirawat saat usia 4 bulan karena tinggal di
diare
pesantren, teman-
Berobat ke poli anak karena pembengkakan
KGB di leher +- 3 bln yll  uji Mantoux (-); Ro temannya tidak
Thorax tidak mengesankan TB paru
Riwayat alergi obat disangkal
ada yang memiliki
Alergi udang (+) keluhan serupa
RIWAYAT PERINATAL RIWAYAT PERSALINAN

Pasien merupakan anak pertama Pasien lahir spontan, cukup


dari 4 bersaudara. bulan
Selama kehamilan, ibu pasien tidak Pasien tidak kuning setelah
sakit atau pernah dirawat inap. lahir
Ibu pasien sering ke bidan untuk control
kehamilan dan mendapatkan imunisasi TT Pasien langsung menangis
setelah lahir
Ibu tidak menggunakan obat-obatan
selama kehamilan
RIWAYAT IMUNISASI

Pasien mendapatkan imunisasi dasar lengkap


• Hep B saat lahir (0 bulan)
• BCG saat 1 bulan
• DPT-HIB-HB bulan 2,3,4
• Campak pada bulan 9
Pasien mendapatkan vaksin DT dan Td pada saat bangku SD

Pasien mengikuti vaksin ORI Difteri


RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pasien sudah mulai dapat tengkurap pada usia 4 bulan dan mulai
dapat berjalan sendiri usia sekitar 12 bulan. Selama ini tumbuh
kembang baik seperti anak lain seusianya. Sekarang pasien duduk di
bangku SMP kelas 1 dan cukup berprestasi.

RIWAYAT ASUPAN NUTRISI

Pasien mendapat ASI eksklusif hingga 6 bulan

Sekarang pasien tinggal di pesantren dan makan makanan yang


disediakan disana. Kebanyakan makanan di pesantren adalah
goreng-gorengan dan makanan instan, terkadang pasien malas
makan.
DATA ANTROPOMETRI &
STATUS GIZI SAAT INI
BB: 42 kg
TB: 145 cm
Status Gizi
• BB/TB
• 145/151x100% = 96% (gizi cukup)
• BB/U: p50 (normal)
• TB/U:
• P50 (normal)
Anthropometric Percentile Rank Nutrition Implication
Indicator
BMI-for-Age
BB/TB (% Interpretasi Weight-for-Length At or above the 95th Overweight
Median)
>120% Obesitas BMI-for-Age Between 85th and 95th At risk of Overweight

BMI-for-Age
>110-120% Gizi Lebih Weight-for-Length At or below 5th Underweight

>90-110% Gizi cukup


Stature-for-Age At or below 5th Short Stature
70-90% Gizi Kurang
<70% Gizi buruk Head Circumference-
for-Age
At or below 5th At risk of
Developmental Delays
BMI:
42/(1,45)2 = 19,98 kg/m2  P50 (normal)

Anthropometric Percentile Rank Nutrition Implication


Indicator
BMI-for-Age
Weight-for-Length At or above the 95th Overweight

BMI-for-Age Between 85th and 95th At risk of Overweight

BMI-for-Age
Weight-for-Length At or below 5th Underweight

Stature-for-Age At or below 5th Short Stature

Head Circumference- At or below 5th At risk of


for-Age Developmental Delays
PEMERIKSAAN FISIK
TGL 15/11/2018 DI IGD BERDASARKAN
REKAM MEDIS

• Pasien tampak sakit sedang


• GCS 15, compos mentis
• TTV:
Pemeriksaan
umum • Tekanan Darah 100/70 mmHg
• Nadi 99 kali/menit
• Nafas 20 kali/menit
• Suhu tubuh 36,60C
PEMERIKSAAN SISTEM

• Normocephali, tidak tampak deformitas


• Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
• Mulut: tonsil T3/T3 hiperemis, (+) membrane putih bilateral di
Kepala palatina ke belakang, tidak berdarah saat diangkat. dinding faring
posterior hiperemis
• Telinga: normotia
• Hidung: tidak tampak deviasi septum

Leher • KGB colli sinistra (+) membesar + nyeri tekan


• Paru
• Bentuk dada normal, pergerakan simetris saat diam dan
pergerakan
• Retraksi dinding dada (-)
• Snonor kedua lapang paru
Thoraks • Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
• Jantung
• Ictus cordis tidak tampak
• Ictus cordis teraba
• Batas jatung tidak membesar
• Bunyi jantung I & II normal, murmur (-), gallop (-)
• Inspeksi: datar, tak tampak kelainan Pemeriksaan
pada kulit dan benjolan (-) Penunjang tanggal
15/11/2018
• Auskultas: bising usus (+) normal
Abdomen
• Perkusi: timpani di seluruh kuadran
• Palpasi: Supel, Nyeri tekan (+) • Hemoglobin
epigastrium, defans (-) 12,8 g/dL
• Akral hangat • Hematokrit
Ekstremitas
• CRT <2 detik 38,1%
Tulang • Leukosit
• Tidak tampak kelainan 9,1x103/uL
belakang
• Ikterik (-)
• Trombosit:
Kulit
• Turgor baik
241x103/uL
Diagnosis
banding
• Suspect Diphteria
• Tonsillopharingitis Akut
e.c Bacterial
• Tonsillopharyngitis Akut
e.c Virus
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 16/11/2018: Patologi Klinik


Hasil Pemeriksaan Kepekaan

• Swab tenggorok
• Pewarnaan langsung:
• Bakteri Coccus gram positif 40-50/LPB
• Bakteri Batang Gram negatif 30-40/LPB
• Epitel 4-6/LPB
• Leukosit PMN 10-20/LPN
• Tidak ditemukan bakteri batang gram (+)
berhalter/bergranula yang mengesankan
C.diphtheriae
PEMERIKSAAN FISIK
TGL 17/11/2018 DI BANGSAL MELATI

• Pasien tampak sakit sedang


• GCS 15, compos mentis
• TTV:
Pemeriksa • Tekanan Darah 110/70 mmHg
an umum • Nadi 72 kali/menit
• Nafas 24 kali/menit
• Suhu tubuh 370C
• SpO2 99%
PEMERIKSAAN SISTEM

• Normocephali, tidak tampak deformitas


• Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
• Mulut: tonsil T1-T1 hiperemis, (-) membrane putih, (+) detritus minimal
Kepala
di tonsil dextra, dinding faring posterior hiperemis berkurang
• Telinga: normotia
• Hidung: tidak tampak deviasi septum
Leher • KGB colli sinistra (+) nyeri tekan

• Paru
• Bentuk dada normal, pergerakan simetris saat diam dan pergerakan
• Retraksi dinding dada (-)
• Snonor kedua lapang paru
• Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
Thoraks
• Jantung
• Ictus cordis tidak tampak
• Ictus cordis teraba
• Batas jatung tidak membesar
• Bunyi jantung I & II normal, murmur (-), gallop (-)
• Inspeksi: datar, tak tampak kelainan 17/11/2018
pada kulit dan benjolan (-)
• Auskultas: bising usus (+) normal • Urin kuning
Abdomen • Perkusi: timpani, redup di RUQ jernih
• Palpasi: nyeri tekan (+) epigastrium, • pH 8
defans (-), nyeri tekan suprapubic (+) • Eritrosit 0-2 /LPB
 susp. ISK  cek urin lengkap • Leukosit 0-1 /LPB
• Epitel gepeng 1-
• Akral hangat 2/LPB
Ekstremitas • Nitrit negatif
• CRT <2 detik
Tulang (-)
• Tidak tampak kelainan
belakang ISK
• Ikterik (-)
Kulit
• Turgor baik
RESUME

Telah diperiksa seorang pasien anak perempuan berusia 12 tahun dengan


keluhan nyeri tenggorokan terutama saat menelan yang dirasakan sejak 1
hari SMRS. Keluhan disertai oleh demam dan sesak yang muncul
bersamaan, juga nyeri pada daerah ulu hati. Pasien merasa ngilu saat BAK.
BAB normal. Pada pemeriksaan fisik di IGD didapatkan adanya tonsilla
palatina yang hiperemis T3/T3 disertai membrane putih yang meliputi
kedua tonsil disertai dengan dinding faring posterior yang hiperemis.
Palpasi KGB colli sinistra membesar (+) nyeri tekan. (+) nyeri tekan pada
epigastrium & nyeri tekan suprapubic. Pemeriksaan penunjang
menunjukkan (+) bakteri coccus gram positif dan negatif, (-) bakteri
C.diphteriae, pemeriksaan urin (-) bakteri, nitrit, leukosit.
Diagnosis
Kerja
•Tonsillopharyngitis
Akut e.c Bakterial
RENCANA TERAPI RENCANA TERAPI NON-
FARMAKOLOGIS FARMAKOLOGIS

Paracetamol tab 3x500 mg PO IVFD NaCl 0,9% 500cc/12 jam


prn
IVFD KAEN 3B 20 tpm
Ambroxol 3x1 tab PO

Eritromycin tab 3x 500 mg PO

Omeprazole caps 1x20 mg PO


RENCANA EVALUASI PROGNOSIS

Ad vitam: bonam
Observasi KU & TTV

Lanjut terapi dan periksa kembali Ad sanationam: dubia ad


keadaan faring dan tonsil serta bonam
abdomen pada follow up berikutnya

Ad functionam: bonam
EDUKASI

• Mengingatkan untuk menghabiskan antibiotic sesuai anjuran


• Beritahu pasien untuk tatalaksana simptomatik faringitis:
• Boleh diberikan paracetamol/ibuprofen untuk analgesic
• Kumur air-garam (1/4 sdt garam + 1 gelas air hangat) dan istirahat yang cukup untuk
menurunkan gejala
• Pemberian lozenges untuk meredakan kering dan nyeri
• Minum minuman yang hangat (madu, lemon, sup bening) atau minuman dingin
• Pencegahan:
• Cuci tangan untuk menghindari penyebaran infeksi
• Terutama setelah batuk, bersin
• Gunakan alcohol hand rub sebagai alternatif (dapat dibawa kemanapun) jika berpergian
• Hindari berbagi makanan atau minuman dengan orang lain menggunakan 1 alat makan
• Etika batuk

Acerra JR. Pharyngitis Follow-Up.Apr 2018. https://emedicine.medscape.com/article/764304-followup#e7


Ellen R Wald. Patient Education: Sore throat in children (Beyond the Basics). Jun 2018. https://www.uptodate.com/contents/sore-throat-in-children-beyond-the-basics
FOLLOW UP BANGSAL MELATI

17/11/2018 19/11/2018

• S: tenggorokan masih sakit namun berkurang, • S: Sakit tenggorokan (-), demam (-), BAK nyeri (-),
sesak (+) kemarin malam hilang timbul, demam (- BAB normal
), nyeri ulu hati(+), BAK agak nyeri. Batuk (-) • O: KU sakit ringan, GCS 15 (CM)
• O: • TTV: TD 100/60 mmHg, RR 18 x/menit, nadi
• KU sakit sedang, GCS 15 (CM). 71x/menit, Suhu 36,30C, SpO2 99%
• TTV: • Leher: NT KGB (-)
• TD 110/70 mmHg, RR 20x/menit, nadi • Mulut: Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, detritus (-)
67x/menit, Suhu 36,3oC, SpO2 99%. • Abdomen: datar, BU (+) normal, tympani, NT
• Leher: KGB (+) colli membesar + (+) nyeri tekan epigastrium (+) berkurang, NT suprapubic (-)
• Mulut: • PP 17/11/18: Urin kuning jernih pH8, nitrit –ve
• Tonsil T1/T1 hiperemis (berkurang), membrane • A: tonsilofaringitis akut
putih (-), detritus minimal pada tonsil dextra • P: BLPL  obat pulang: Ranitidine 2x150 mg PO;
• Abdomen: Eritromisin 3x500 mg PO selama 3 hari
• NT (+) epigastrium & suprapubic
• A: Tonsilofaringitis bacterial + susp. ISK
• P: PCT 3x 500 mg PO, Ambroxol 3x1 tab PO,
eritromisin 3x500mg PO, Nindya drop 3x 10 mL,
Omeprazole tab 1x20 mg PO, diet lunak, R/ Cek
urine
TINJAUAN PUSTAKA
PHARYNGITIS ETIOLOGI

• Virus = penyebab paling sering faringitis


akut pada anak
Inflamasi membrane mukosa dan struktur • Virus respiratorik:
dari tenggorokan
• Influenza, parainfluenza, rhinovirus,
coronavirus, adenovirus, RSV = etiologi
tersering faringtis akut

Faringitis akut = salah 1 penyakit yang • Virus lainnya: coxsackie, echo, HSV, EBV
paling sering ditemukan pada anak • GAS (Group A beta-hemolytic
streptococcus/Streptococcus pyogenes)
= etiologi bacterial paling sering
Banyak virus dan bakteri yang faringitis akut (15-30% pada anak)
menyebabkan faringitis akut (baik sebagai
suatu penyakit sendiri atau bagian dari • Bakteri lainya:
penyakit yang sistemik/menyeluruh) • C. difteriae dan streptococcus beta-
hemolitikus group C & G

Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part
II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
EPIDEMIOLOGI

Faringitis akut kebanyakan terjadi pada musim dingin dimana virus respiratorik
lebih prevalen

Penyebaran antara anggota keluarga di rumah merupakan ciri prominen, dengan


anak-anak sebagai reservoir utama dari infeksi

Faringitis GAS merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada anak 5-15 tahun

GCS & GBS dapat menyebabkan faringitis akut dengan fitur klinis menyerupai
GAS, tetapi lebih sering terlihat pada dewasa muda

Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
FARINGITIS VIRAL AKUT

90% nyeri tenggorokan dan demam pada anak disebabkan oleh infeksi virus

Adanya Konjungtivitis
temuan klinis
tertentu lebih Batuk
mengarah Suara serak
terhadap
virus Coryza
dibandingkan Stomatitis anterior
GAS pada
episode Lesi ulserasi yang diskret
faringitis akut:
Exanthema
Myalgia
Diare

Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
ADENOVIRAL PHARYNGITIS ENTEROVIRAL PHARYNGITIS

Diciri Demam Enterovirus (coxsackie, echo, enterovirus) dapat


kan menyebabkan faringitis akut
oleh: terutama pada musim panas dan awal musim
eritem faring gugur
Faring eritem tetapi eksudat tonsil dan
tonsil yang membesar disertai eksudat pembesaran KGB jarang ditemukan
Demam prominen
pembesaran KGB cervical
Resolusi biasanya beberapa hari
dapat timbul konjungtivitis jika ada
maka disebut pharyngoconjunctival
fever  menetap hingga 7 hari
(konjungtivitis dapat bertahan selama 14
hari) dan sembuh dengan sendirinya

Outbreak terkait dengan transmisi pada kolam


renang, kasus sporadic dan endemic juga dapat Viral pharyngitis in a 16-year-old girl demonstrates
erythematous tonsils without hypertrophy or
muncul exudates.

Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
HAND, FOOT AND MOUTH
HERPANGINA
DISEASE

Syndrome spesifik disebabkan coxsackie Sindrom spesifik yang disebabkan


virus A & B atau echovirus coxsackie virus A16
Dicirikan Demam Dicirikan Vesikel dan ulkus yang nyeri disepanjang
oleh: oleh: orofaring
Lesi papulovesikuler yang diskret, nyeri
dan berwarna putih keabuan dengan
dasar eritem pada orofaring posterior Timbulnya vesikel pada telapak tangan,
telapak kaki dan terkadang pada
ekstremitas dan tubuh
Lesi ini menjadi ulseratif dan sembuh
dalam 7 hari Lesi biasanya hilang dalam 7 hari

https://www.merckmanuals.com/professional/infecti
ous-diseases/enteroviruses/herpangina
https://www.merckmanuals.com/professional/infectious-diseases/enteroviruses/hand-foot-and-mouth-disease-hfmd

Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
EBV PHARYNGITIS/INFECTIOUS
MONONUCLEIOSIS
Banyak pada remaja & dewasa muda

Faringitis berat identic dengan faringtiis GAS

Limfadenopati generalisata dan hepatosplenomegaly dapat muncul

Limfadenopati cervical posterior, presternal dan edem periorbita


serta petechiae palatum = distinctive jika muncul
Amoxicillin memicu ruam maculopapular yang intense u/ muncul

Demam dan faringitis biasanya berlangsung 1-3 minggu

Limfadenopati dan hepatosplenomegaly sembuh dalam 3 – 6


minggu
Temuan lab: limfositosis atipikal, antibody heterofil, antibody
specific thd Ag EBV
Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
FARINGITIS BAKTERIAL AKUT

20-30% faringitis pada anak

Sering ditemukan pada anak antara 5-15 tahun

Temuan klinis:

• Onset mendadak nyeri tenggorokan t/u saat menelan


• Demam
• Adenopati cervical yang nyeri
• Uvula hiperemis & bengkak
• Petechiae pada palatum
• Eritem tonsillofaringeal + Eksudat tonsil  infeksi streptococcus
• Gejala lain: nyeri kepala, nyeri perut, mual, muntah
Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
Ruam mulai disekitar leher  menyebar ke tubuh dan ekstremitas.

Pada kasus tertentu, Ruam difus, papular,eritem menyebabkan diskolorasi merah terang yang hilang pada
penekanan
anak dengan infeksi Lebih intens pada lipatan pada area antecubital, axilla, lipat inguinal.
GAS berkembang
Kulit yang terkena memiliki penampilan goose-pimple  teraba kasar
menjadi scarlet fever
dalam 24-48 jam Wajah biasanya tidak terlibat, namun pipi dapat menjadi eritem dengan pucat sekitar
bibir
setelah onset gejala Setelah 3-4 hari, ruam memudar dan disertai deskuamasi dari wajah kebawah, mirip
dengan sunburn
Pemeriksaan faring menunjukkan gambaran yang mirip GAS faringitis
Demam scarlet Lidah biasanya coated dan papil lidah bengkak

• ISPA yang dicirkan dengan Setelah deskuamasi, papilla yang merah prominen  strawberry tongue appearance
ruam disebabkan oleh
eksotoksin (erythrogenic
toxin) yang dihasilkan GAS
pada individu tanpa
antibody thd antitoksin.
• Cara transmisi, usia
distribusi dan fitur
epidemiologi lainnya
menyerupai GAS faringitis

Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
SCORING PHARYNGITIS

The original Centor score uses four signs and symptoms to estimate
the probability of acute streptococcal pharyngitis in adults with a
sore throat.6 The score was later modified by adding age and
validated in 600 adults and children.7,8 The cumulative score
determines the likelihood of streptococcal pharyngitis and the need
for antibiotics (Figure 19).

Adapted with permission from McIsaac WJ, White D, Tannenbaum D, Low DE. A clinical score to reduce unnecessary antibiotic use in patients with sore throat. CMAJ. 1998;158(1):79 https://www.aafp.org/afp/2009/0301/p383.html.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• RADT (Rapid Ag Detection Test) sangat spesifik 90-99%


• Sensitivitas tergantung kit RADT
• Menggunakan agglutinasi latex assay yang lama = 70%
• ELISA 90-99%
• (+) = infeksi S.pyogenes
• (-) = perlu kultur untuk konfirmasi
• Dengan sampling dan plating yang benar, 1 swab tenggorok yang
dikultur 90-95% sensitive Kultur merupakan gold standard untuk
diagnosis, tetapi memerlukan 24-48 jam untuk hasil  delay terapi 
RADT digunakan duluan
TATALAKSANA

Infeksi GAS yang masih suspek atau sudah


terbukti harus di obati dengan penicillin (oral
atau IM) atau amoxicillin

Pada pasien yang alergi penicillin, alternative:


eritromisin, sefalosporin gol 1, cephalexin,
azitromisin, clindamycin

Kultur ulang setelah terapi tidak


direkomendasikan dan indikasi hanya untuk yang
tetap simptomatik dan gejala rekuren atau
berkembang demam reumatik

Anak dengan RF berisiko tinggi rekuren jika


infeksi GAS tidak ditangai secara adekuat

• Pada pasien ini, antibiotic jangka panjang untk


profilaksis direkomendasikan

Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
KOMPLIKASI

Komplikasi Faringitis GAS

Supuratif Sequele Nonsupuratif

penyebaran GAS ke struktur yang


dekat : Demam rematik akut,
glomerulonephritis
poststreptococcal akut dan
arthritis reaktif poststreptococcal
abses peritonsillar, retrofaringeal,
limfadenitis cervical, sinusitis,
otitits media, dan mastoiditis

Long SS, Pickering LK, Prober CG. Principles and Practive of Pediatric Infectious Disease, 3rd edition: Part II Oral Infections and Upper and Middle Respiratory Tract Infections: Pharyngitis. Elsevier. 2008. p206-12
Epitel nekrotik
Toksin diabsorpsi Destruksi epitelium terperangkap
DIPHTHERIA ke dalam
membrane mukosa
& respon inflamasi
superfisial
dalam fibrin, Sel
darah putih & sel
darah merah

Infeksi akut saluran pernafasan


atas atau kulit yang disebabkan Terbentuk Biasanya pada 1 sisi
tonsil atau dapat
oleh Corynebacterium diphtheriae pseudomembran
keduanya, meliputi
obstruksi saluran
abu melapisi nafas; mengancam
yang memproduksi toksin. tonsila, faring atau
nares, uvula, palatum
nyawa
mole, faring, laring,
laring tracheobronchial tree
Corynebacteria =
gram +ve, batang
club-shaped
Percobaan Basil difteri dalam
mengangkat membrane lanjut
Periode inkubasi = 2-7 hari membrane Berdarah memproduksi
menyebabkan toksin yang
robeknya kapiler diabsorpsi

menyebabkan
Kematian dapat terjadi karena toksisitas pada otot
obstruksi respiratorik atau paralisis palatum
jantung
mole, otot mata,
toxemia dan kolaps sirkulasi. (miokarditis), liver,
ekstremitas
ginjal dan adrenal
& neuritis

Hay WW, Deterding RR. Current Diagnosis & Treatment: Pediatrics, 22nd ed: Diphtheria. McGrawHill. 2012. P1313-14
MANIFESTASI KLINIS
TANDA & GEJALA DIFTERI FARINGEAL

Manifestasi awal Manifestasi lanjutan Membran faringeal


faringitis difterik terbentuk dan
• Kolaps sirkulasi menyebar ke
• Nyeri tenggorokan • Pulsasi lebih cepat nasofaring atau trakea
• Demam • Obstruksi saluran https://www.healthline.com/health/diphtheria#symptoms

• Malaise nafas

Membran keabuan
dan sangat melekat Stridor (+) 
KGB cervical
dikelilingi zona progress ke
membengkak (bull
sempit yang eritem obstruksi saluran
neck)
dan zona lebih luas pernafasan
yang edema

Bentuk lain difteri:


• Kutaneus, vaginal, wound difteria (1/3 kasus)
• Ciri: lesi ulseratif + pembentukan membran

Hay WW, Deterding RR. Current Diagnosis & Treatment: Pediatrics, 22nd ed: Diphtheria. McGrawHill. 2012. P1313-14
TEMUAN LABORATORIUM DD

Diagnosis ditegakkan secara klinis Difteri faringeal mirip dengan faringitis sekunder thd
B-hemolitik streptococcus, EBV, pathogen virus
respirasi lainnya
Swab diambil dari hidung, tenggorok atau lesi
kulit
Benda asing pada hidung atau sinusitis purulent dapat
Jika dapat diambil, dilakukan kultur dengan menyerupai nasal difteria.
media khusus (Loeffler agar, Mueller-Miller tellurite agar, or
Tinsdale tellurite agar)
Antara 16-48 jam diperlukan sebelum
identifikasi organisme ditegakkan Penyebab lain obstruksi laring, termasuk:

Test toksigenisitas dilakukan • Epiglotittis


• Viral croup
Kultur kemungkinan negatif pada pasien yang
mendapatkan antibiotic Guillain-Barre syndrome, poliomyelitis, acute
poisoning dapat menyerupai neuropati dari difteria

Hay WW, Deterding RR. Current Diagnosis & Treatment: Pediatrics, 22nd ed: Diphtheria. McGrawHill. 2012. P1313-14
KOMPLIKASI

Miokarditis Polineuritis
• Pulsasi yang cepat dan kuat • Neuritis palatum dan nervus faringeal terjadi pada
• Bunyi jantung tidak jelas minggu 1 – 2
• Perubahan pada ST-T wave • Regurgitasi dan nasal speech dari makanan
• Abnormalitas konduksi melalui hidung terlihat
• Disritmia • Diplopia dan strabismus tjd pada minggu ke 3 atau
lebih
• Gagal jantung
• Neuritis juga dapat melibatkan saraf perifer yang
• Hepatomegali
menyuplai otot intercostal, diafragma, kelompok
• Retensi cairan otot lain
• Terjadi 2 – 40 hari setelah onset faringitis • Paresis generalisata terjadi setelah minggu ke 4

Bronkopneumonia
• Pneumonia sekunder pada kasus yang fatal

Hay WW, Deterding RR. Current Diagnosis & Treatment: Pediatrics, 22nd ed: Diphtheria. McGrawHill. 2012. P1313-14
PENCEGAHAN
• Imunisasi (IDAI 2017)
TATALAKSANA
• DTP bulan 2, bulan 3, bulan 4
• Booster: bulan 18, 5 tahun (DT)
• 10 tahun, 18 tahun (Td) • Antitoksin
• ORI (Outbreak Response Immuniszation): • Agar efektif, antitoksin harus diberikan dalam
DT/DPT untuk yg tinggal di daerah KLB jangka waktu 48 jam
• Perhatian pada orang yang rentan dan terpapar 
• Antibiotik
beri eritromisin pada kontak sebagai pencegahan
dan lakukan biakan usap tenggorok • Penicillin G (150,000 U/kg/hari IV atau IM) diberikan
untuk 14 hari

PROGNOSIS • Alergi penicillin  eritromisin 40 mg/kg/hari PO 14


hari

• Mortalitas bervariasi dari 3 – 25%


• Bed rest di RS selama 10-14 hari dibutuhkan
• Mortalitas tinggi terutama jika ada miokarditis • Isolasi pasien selama 1-7 hari hingga sekresi
awal respiratorik tidak menular
• Neuritis reversible  fatal jika saluran nafas dan • Dapat didiskontinu saat 2 kultur hidung dan
respirasi yang adekuat tidak dapat dijaga tenggorok dalam interval 24 jam negatif
• Kerusakan jantung yang permanent dari • Kultur tidak boleh diambil hingga minimal 24 jam
miokarditis jarang ditemukan selesainya terapi antibiotik

Hay WW, Deterding RR. Current Diagnosis & Treatment: Pediatrics, 22nd ed: Diphtheria. McGrawHill. 2012. P1313-14
ANTI TOKSIN DIFTERIA
Pasien dengan difteri yang Komposisi
probable atau confirmed dapat DAT Ig Ag-binding fragments 10,000IU
diberikan DAT tanpa delay: DAT
ampul
10mL
Confirmed case Probable case
Phenol 35 mg

Corynebacterium
Secara klinis kompatibel 0,85% physiological solution 10 mL
diphtheriae terisolasi +
tanpa konfirmasi lab
klinis mendukung

Kasus diptheria-like Riwayat berpergian ke


dengan lab konfirmasi negara yang endemic atau
Corynebacterium ulcerans epidemic
Pediatric Pharyngeal or laryngeal disease of 2 days duration
and Adult 20,000 – 40,000
Terpapar dengan orang DAT Dose
yang setelah pergi ke
tempat endemic Nasopharyngeal disease 40,000 – 60,000

Kontak dengan dairy


animals Extensive disease of 3 or more days duration or any
patient with diffuse swelling of neck 80,000 –
100,000
Belum pernah divaksinasi atau Skin lesions only 20,000 – 40,000
tidak up-to-date untuk vaksin
Td/DT

CDC (2016) Expanded Access Investigational New Drug (IND) Application Protocol: "Use of Diphtheria Antitoxin (DAT) for Suspected Diphtheria Cases" IND Sponsor: Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Protocol CDC IRB # 4167
•0.1ml of serum + 0.9ml
normal saline = 1:10
dilution

0.1ml of 1:10 dilution +


0.9ml normal saline =
1:100 dilution

0.1ml of 1:100 dilution +


0.9ml normal saline =
1:1000 dilution

PRECAUTION
• DAT diambil dari serum
kuda dan harus diwaspadai
penggunaannya
• Pada pasien dengan risiko
reaksi anafilaksis:
• Asma, rhinitis alergi,
urtikaria
Uji sensitivitas inisial (prick
test & ID test)
• Semua pasien wajib di tes
sensitivitas terhadap DAT
dan di monitor pada saat
pemberian (hipotensi dan
bronkokonstriksi)

CDC (2016) Expanded Access Investigational New Drug (IND) Application Protocol: "Use of Diphtheria Antitoxin (DAT) for Suspected Diphtheria Cases" IND Sponsor: Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Protocol CDC IRB # 4167

Anda mungkin juga menyukai