Bab Vi Karakteristik Sosial Budaya
Bab Vi Karakteristik Sosial Budaya
Menurut Ibrahim (2003), bahwa dalam struktur sosial, hak dan status
para pelaku dihubungkan dengan status dan peranannya pelaku
masing masing.
Status dan peranan itu bersumber pada sistim penggolongan yang ada
dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan
Struktur sosial masyarakat bervariasi tergantung pada keadaan dan
perkembangan masyarakat.
Masyarakat primitif, umumnya mempunyai struktur yang sederhana
dan terutama ditentukan oleh corak sistim kekerabatannya
Masyarakat yang sudah maju mempunyai struktur yang lebih
kompleks, tidak hanya berdasar sistim kekerabatan, tetapi juga
ditentukan oleh sistim ekonomi, pelapisan sosial, dll
Rangkaian hubungan hubungan sosial yang dilakukan
masyarakat satu sama lainnya tidak sama (baik dari segi
frekuensi maupun kualitas keeratan hubungan sosialnya)
Setiap orang cenderung mengembangkan pola hubungan
sosial yang paling menguntungkan
Bagi masyarakat pedesaan dengan pola pemukiman yang
mengumpul umumnya interaksi sosial dengan tetangga
terdekat semakin intensif
Pola yang paling intensif adalah rukun tetangga, rukun
warga, dusun dan akhirnya desa
Warga yang belum berkembang masih mengutamakan
hubungan sosial dengan tetangga terdekat dan kerabatnya
Warga yang sudah maju (mobilitas tinggi) bisa membangun
hubungan sosial dengan skala yang lebih luas (dengan
warga desa lain)
Pola Interaksi Masyarakat Perkebunan
Pembentukan
Pembauran masyarakat Dominasi
Perkebunan
Perubahan struktur,
perilaku, sikap, watak,
bahkan bahasa
Penyimpangan stereotype
masyarakat
Fakta Empiris di pedesaan (menurut subejo, 2004) umumnya
terjadi tumpang tindih atas status sebagai tetangga
(neighborship), saudara (kindship), dan pertemanan
(friendship) sehingga akan memperkuat pola interaksi sosial
antar warga
Eratnya interaksi sosial di pedesaan pada taraf tertentu
berpengaruh pada penghindaran konflik konflik sosial dan
juga pada perubahan tingkah laku manusia dan tingkah
laku dalam menjawab rangsangan dari luar (Ibrahim, 2003)
Respon masyarakat atas perubahan biasanya kolektif dan
hasil pembahasan bersama sedangkan pada masyarakat
yang lebih modern respon individu lebih menonjol
dibandingkan dengan respon kolektif
Masyarakat dengan interaksi yang luas cenderung
lebih menerima perubahan, termasuk inovasi di
bidang pertanian
Dengan pergaulan yang luas, anggota masyarakat
dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber
serta dapat melakukan penilaian berdasarkan
referensi dari partner interaksinya untuk menerima
suatu ide yang baru
Pada masyarakat pedesaan, umumnya aktivitas
sehari hari ditandai dengan kegiatan produksi
pertanian, dan struktur sosial yang terbentuk
berdasarkan pada struktur agraris tertentu
Ciri ciri umum struktur agraris pedesaan di Jawa (wiradi dan Ibrahim,
2003) :
Terdiri dari pertanian yang luasnya sempit
Sebagian usaha tani terdiri dari pertanian yang digarap oleh pemilik
tanah sendiri
Proporsi penggunaan tenaga keluarga untuk kegiatan pra-panen sangat
yang intensif
Pemilikan lahan yang sama rata cenderung menjadi petani
pemilik penggarap sedangkan petani dengan kepemilikan yang
timpang akan cenderung terjadi patront-client
Faktor pasar juga memegang peranan penting dalam
menentukan karakteristik ekonomi masyarakat pedesaan
Bercocok tanam akan berarti ekonomi tatkala petani
mulia mempertukarkan hasil pertanian mereka untuk
berbagai kebutuhan selain untuk makan.
Pasar akan menyebabkan semakin berkembangnya
jaringan dan menciptakan ketergantungan antara
komunitas yang satu dengan yang lainnya.
Setelah pasar berkembang, sistim ekonomi dan sosial
semakin kompleks dengan mengadopsi juga kepentingan
kepentingan orang dari luar desa
Sistim sosial, sistim pasar, dan sistim budaya akan saling
mempengaruhi.
Hayami dan Kikuchi (1986), menyatakan bahwa faktor
faktor ekonomi termasuk didalamnya yang dimiliki
masyarakat pedesaan seperti penyediaan dalam teknologi
dan penyediaan sumber daya akan mendorong terjadinya
perubahan perubahan kelembagaan dengan mengusahakan
bentuk bentuk yang baru yang lebih menguntungkan untuk
diciptakan.
↳ Sistim bawon digantikan dengan sistim tebasan
Transformasi Kelembagaan
Salah satu ciri khas usaha pertanian adalah melibatkan
begitu banyak orang dengan pemilikan sumber daya dan
keterampilan yang rendah serta social network yang
kurang mendukung.
Salah satu upaya untuk pengembangan network tersebut adalah
melalui pendekatan kelembagaan.
Secara umum kinerja kelembagaan di pedesaan rendah.
Salah satu penyebabnya antara lain pelaksanaan
program pembangunan pertanian yang tidak berbasiskan
kelembagan lokal yang ada
Introduksi kelembagaan asing berimplikasi pada
lemahnya partisipasi masyarakat dalam kelembagaan
tersebut.
Kelembagaan ekonomi di pedesaan yang dibentuk dari nilai
nilai tradisional memiliki akses yang kecil terhadap
kelembagaan modern sehingga interaksi antar kelembagaan
rendah
Transformasi kelembagaan tradisional menjadi suatu yang
esensial agar tercapai sinergi yang optimum dalam aktivitas
jaringan ekonomi di tingkat lokal
Usaha transformasi pertanian tradisional ke arah pertanian
modern merupakan perubahan prilaku, tidak hanya melalui
perubahan struktur tetapi juga meliputi perubahan berbagaiu
aspek abstrak yang membentuk prilaku tersebut
↳ Perubahan sistim nilai, norma, orientasi, tujuan, dll
Membangun kelembagaan untuk memperkuat
jaringan ekonomi kerakyatan di pedesaan yang
berbasis sumber daya pertanian setempat,
adalah juga berarti mengembangkan budaya
non-materil untuk meningkatkan daya saing modal
sosial (social capital) di pedesaan
Dari kacamata ekonomi, penguatan kelembagaan
pedesaan harus mempunyai makna peningkatan
daya saing ekonomi pertanian di pedesaan