PARU JANTUNG
Inspeksi :
Inspeksi :
Bentuk & Gerakan Dada Simetris
Ictus Cordis Tidak Nampak
Palpasi :
Palpasi :
Vokal Fremitus (+/+), Nyeri Tekan (-
Ictus Cordis Teraba
/-)
Perkusi:
Perkusi:
Tidak dilakukan
Sonor di semua lapang paru
Auskultasi :
Auskultasi :
BJ I&II, Regular, Murmur (-),
Vesikuler (+/+), Ronki (-/-),
Gallop (-)
Wheezing (-/-)
STATUS GENERALISATA – ABDOMEN -
EKSTREMITAS
Abdomen Ekstremitas
Inspeksi :
Atas :
Perut nampak datar. Lesi Kulit (+)
Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-)
Auskultasi :
Deformitas (-/-)
Bising usus (+). Dalam batas normal
Perkusi :
Bawah :
Timpani seluruh kuadran abdomen
Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-)
Palpasi :
Deformitas (-/-)
Nyeri tekan (-), Hepatosplenomegali
(-)
Eritem pada labia mayor dan minor disertai
erosi akibat garukan
Leukorea, konsistensi cair, jumlah banyak,
warna putih kelabu dan berbau busuk.
Sniff test/ uji whiff : positif
Pemeriksaan pH : 5.0
Pemeriksaan mikroskopis sediaan basah :
terdapat Clue cell dengan bakteri kokoid yang
melekat, tidak ada leukosit.
Gambar 1. Leukorea, konsistensi cair, jumlah banyak, warna
putih kelabu
Wanita 29 tahun datang dengan keluhan
keputihan sudah 7 hari disertai rasa gatal
dan bau busuk. Keputihan berwarna putih
keabuan, lengket dan encer. Setelah
berhubungan pasangan mengeluhkan bau
tidak sedap. Terdapat luka lecet disekitar
bibir kemaluan karena garukan.
Status lokalis
Regio : Genital
Distribusi : Lokalisata
Efloresensi primer : Eritem makula
Warna : Eritematosa
Ukuran : Plakat
Efloresensi sekunder : Erosi
Aroma : Bau Busuk
Sniff test/ uji whiff : positif
Pemeriksaan pH : 4.5
Pemeriksaan mikroskopis sediaan basah :
terdapat Clue cell dengan bakteri kokoid yang
melekat, tidak ada leukosit.
Diagnosis Kerja :Vaginosis Bakterialis
Diagnosis Banding:
◦ Vulvovaginitis Kandida
◦ Vaginosis Trikomoniasis
WHO menjelakan bahwa diagnosis dibuat atas
dasar ditemukannya clue cell, pH vagina lebih
besar dari 4.5, test amin positif dan adanya
G.Vaginalis sebagai flora vagina utama
menggantikan latobasilus.9
Farmakologi
- Metronidazole 500 mg peroral (4 x 1 tab/ hari)
Edukasi :
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya
- Minta pasangan untuk dilakukan pemeriksaan untuk
mencegah fenomena ping –pong
- Hindari penggunaan sabun dengan kandungan
pewangi untuk membersihkan bagian luar
vagina.
- Gunakan celana dalam berbahan katun
- Hindari kontak seksual selama pengobatan
- Istirahat cukup, makan yang bergizi
- Edukasi untuk melakukan kontrol rutin kembali ke
dokter
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Pendahuluan
Vaginosis Bakterial adalah sindrom klinis akibat pergantian
Lacobacillus Spp penghasil Hidrogen Peroksida (H2O2) yang
merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam
konsentrasi tinggi ( contoh : Bacteroides Spp, Mobilincus Spp),
Gardnerella Vaginalis, dan mycoplasma hominis.1 Jadi, Vaginosis
Bakterial bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh organisme,
tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan
berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.2 awalnya
infeksi pada vagina hanya disebut dengan istilah vaginitis,
didalamnya termasuk vaginitis akibat Trichomonas Vaginalis
dan akibat bakteri anaerob lain berupa Streptococcus dan
Bacteroides sehingga disebut vaginitis nonspesifik. Setelah
Gardaner menemukan adanya spesies baru yang akhirnya
disebut Gardanella Vaginalis, istilah Vaginitis nonSpesifik pun
mulai di tinggalkan.
Penyakit Vaginosis Bakterialis lebih sering
ditemukan pada wanita yang memeriksakan
kesehatannya dari pada vaginitis jenis lainnya.
Frekuensi tergantung pada tingkat sosial
ekonomi penduduk. Penyelidikan epidemilogi
vaginosis bakterialis jarang dilakukan, sedangkan
kriteria mikrobiologi dan klinis yang tepat belum
jelas. Pernah disebutkan 50% wanita aktif seksual
terkena infeksi G. Vaginalis, tetapi hanya sedikit
yang menyebabkan gejala.
Hampir 90% laki-laki yang mitra seksual
wanitanya terinfeksi G. Vaginalis dengan biotipe
yang sama dengan uretra, tetapi tidak
menyebabkan uretritis
Patogenesis Vaginosis bakterialis sampai
sekrang masih belum jelas. Sampi 50% wanita
sehat, ditemukan kolonisasi G. Vaginalis
dalam vagina dalam jumlah sedikit sehingga
hal ini menunjukan bahwa kuman tersebut
termasuk flora normal dalam vagina.
Gardnella Vaginalis pada patogenesis
vaginosis bakterialis sering di temukan pada
wanita dengan vaginitis.
Dapat terjadi simbiosis antara G. Vaginalis
sebagai pembentukan Asam Amino dan kuman
Anaerob beserta bakteri fakultatif dalam Vagina
yang mengubah asam amino menjadi amin
sehingga meningkatkan pH sekret Vagina sampai
suasana menyenangkan bagi pertimbuhan G.
Vaginalis. Setelah pengobatan efektif, pH cairan
vagina menjadi normal. Beberapa Amin diketahui
menyebabkan iritasi kulit dan menambah
pelepasan sel epitel dan menyebabkan duh tubuh
yang keluar dari vagina berbau.
Duh tubuh ringan hingga sedang, berbau tidak enak
(amis)
Setelah bersenggama akan timbul bau tidak sedap
dan saar menstruasi menyebakan bau abnormal.
Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa
terbakar ) hingga menyebabkan kemerahan sampai
edem pada bagian vulva
Terkadang timbul keluhan Nyeri abdomen bawah
Dispareunia
Nyeri saat buang air kecil (disuria) tetapi tidak selalu
terjadi
50% kasus Vaginosis Bakterialis bersifat asimtomatik
Duh tubuh vagina berwarna abu-abu,
homogen dan berbau
Pada sediaan basah sekret vagina terlihat
leukosit sedikit atau tidak ada, sel epitel
banyak dan adanya kokbasil kecil –kecil yang
berkelompok. Adanya sel epitel vagina yang
granular diliputi oleh kokobasil sehingga
batas sel tidak jelas, yang disebut clue cells
sebagai kriteria diagnostik.
Bau amis setelah diteteskan 1 tetes larutan
KOH 10% pada sekret vagina. Tes ini disebut
juga tes sniff (tes amin).
pH vagina 4.5-5.5
Pemeriksan kromatografi
Pemeriksaan biakan
Tes biokimia
Metronidazol 500 mg peroral 2 x sehari
selama 7 hari
Metronidazol pervagina 2 x sehari selama 5
hari
Krim klindamisin 2% pervagina 1 x sehari
selama 7 hari
Pernah dilakukan beberapa penelitian
diantaranya menggunakan pengobatan
dengan krim sulfonamida, supsutoria vaginal,
amoksilin / ampisilin, tetrasiklin, eritromisin
dan kilndamisin. Tetapi semuanya tidak
memiliki efetifitas ebaik metronidazol, ada
pula beberapa diantanya efektifitasnya baik
namun menyebabkan predisposisi penyakit
lain hingga akhirnya di tinggalkan.