Anda di halaman 1dari 19

LARINGITIS TUBERKULOSIS

Andi Aisyah Deapati


111 2017 1010

Pembimbing
dr. Jane M Caroline, Sp. THT-KL
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Pada laringitis tuberkulosis proses inflamasi akan
berlangsung secara progresif dan dapat menyebabkan
Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring
kesulitan bernapas. Kesulitan bernafas ini dapat
yang dapat terjadi, baik akut maupun kronik. Laringitis
disertai stridor, baik pada periode inspirasi, ekspirasi
akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam
atau keduanya. Jika tidak segera diobati, stenosis
kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih
dapat berkembang, sehingga diperlukan trakeostomi.
dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis
Akan tetapi, sering kali setelah diberi pengobatan,
tuberkulosis parunya sembuh tetapi laringitis
Laringitis tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa
tuberkulosisnya menetap.
yang paling umum dari laring dan seringkali dihubungkan
dengan tuberkulosis paru aktif. Laringitis tuberkulosis
Oleh karena itu, pembahasan mengenai laringitis
merupakan salah satu komplikasi dari tuberkulosis paru.
tuberculosis lebih lanjut diperlukan agar dapat
memberi pengetahuan mengenai cara diagnosis dan
Pada awal abad ke-20, laringitis tuberkulosis mengenai
penatalaksanaan yang tepat guna mencegah komplik
25-30% pasien tuberkulosis paru. Sedangkan sekarang
asi yang akan terjadi
hanya 1% kasus laringitis tuberkulosis. Penurunan
kejadiaan laringitis tuberkulosis ini terjadi sebagai akibat
dari peningkatan perawatan kesehatan masyarakat dan
perkembangan antituberkulosis yang efektif.
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI LARING
FISIOLOGI LARING
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di
dalam traktus trakeo-bronkial akan dapat
mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus,
sehingga mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.
Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat
04
pengatur sirkulasi darah.

Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk


mencegah makanan dan benda asing Fungsi laring dalam membantu proses menelan
masuk ke dalam trakea, dengan jalan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu gerakan laring
01 menutup aditus laring dan rima glotis
secara bersamaan.
bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis
05
dan mendorong bolus makanan turun ke
hipofaring dan tidak masuk ke dalam laring

Fungsi batuk, benda asing yang telah Laring juga mempunyai fungsi untuk
masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan mengekspresikan emosi, seperti
02 ke luar. Demikian juga dengan bantuan
batuk, sekret yang berasal dari paru
berteriak, mengeluh, menangis, dan lain-
lain.
06
dapat dikeluarkan.

Fungsi respirasi dari laring ialah dengan


mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi,
m.krikoaritenoid posterior berkontraksi dengan membuat suara serta

03 akan menyebabkan prosesus vokalis


kartilago aritenoid bergerak ke lateral,
menentukan tinggi rendahnya nada.
Tinggi rendahnya nada diatur oleh 07
sehingga rima glotis terbuka ketegangan plika vokalis.
DEFINISI
Suatu proses inflamasi pada laring
yang dapat terjadi, baik secara
akut maupun kronik

Laringitis kronis dibagi menjadi laringitis kronik Laringitis


non spesifik dan spesifik. Laringitis kronik non
spesifik dapat disebabkan oleh faktor eksogen
atau faktor endogen . Sedangkan laringitis kronik
Laringitis Akut
spesifik disebabkan tuberkulosis dan sifilis

Larigitis Kronis
Laringitis akut biasanya terjadi mendadak
dan berlangsung dalam kurun waktu
Laringitis kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah
Tuberkulosis lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis
kronis.
Proses inflamasi pada mukosa pita suara
dan laring yang terjadi dalam jangka waktu
lama yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa
ETIOLOGI
Micobakterium Tuberculosis
merupakan kuman penyebab
laringitis tuberkulosis yang
merupakan kuman basil tahan asam

Mikobakterium tuberkulosis berukuran 2 -


4 mikrometer dan dapat tumbuh subur
pada pO2 140mmHg. Kuman dilepaskan
ke udara ketika seseorang berbicara,
bersin, atau batuk. Untuk droplet partikel
kuman berukuran yang berukuran > 5-10
mikrometer dapat tersebar dalam radius
1,5 meter. Apabila terhirup, kuman akan
dibersihkan oleh silia saluran pernafasan
bagian atas. Pada kuman dengan ukuran
< 5 mikrometer akan menembus jauh ke
dalam bronkiolus, sehingga dapat
menimbulkan suatu proses infeksi
EPIDEMIOLOGI

4:1

Dulu, dinyatakan bahwa penyakit


ini sering terjadi pada kelompok
umur usia muda, yaitu 20-40
tahun. Dalam 20 tahun Di Indonesia, belum terdapat
belakangan ini, insidens penyakit publikasi data epidemiologi
ini pada penduduk yang berumur laringitis tuberkulosis yang
lebih dari 60 tahun jelas mencakup skala nasional. Dalam
meningkat. Saat ini, tuberkulosis kurun waktu 5 tahun didapatkan
dalam semua bentukepat kali 15 pasien dengan diagnosis
lebih sering pada laki-laki laringitis tuberkulosis. Insidensi
dibanding dengan perempuan. terbanyak adalah pada kelompok
Untuk pasien berumur di atas 50 umur 60-69 tahun
tahun
KLASIFIKASI

Stadium Infiltrasi Stadium Ulserasi Stadium Perikondritis Stadium Fibrotuberkulosis


Pada stadium ini mukosa Ulkus yang timbul pada akhir Ulkus makin dalam, sehingga Pada stadium ini terbentuk
laring berwarna pucat. stadium infiltrasi membesar. mengenai kartilago laring, dan fibrotuberkulosis pada dinding
Kemudian di daerah Ulkus ini dangkal, dasarnya yang paling sering terkena posterior, piata suara dan
submukosa terbentuk tuberkel, ditutupi oleh perkijuan, serta ialah kartilago aritenoid dan subglotik.
sehingga mukosa tidak rata, sangat dirasakan nyeri oleh epiglotis. Dengan demikian
tampak bintik-bintik yang pasien. terjadi kerusakan tulang
berwarna kebiruan. rawan, sehingga terbentuk
nanah yang berbau, proses ini
akan berlanjut dan terbentuk
sekuester (squester)
PATOGENESIS
Laringitis Tuberkulosis Primer
Laringitis tuberkulosis primer terjadi jika ditemukan infeksi Mycobacterium
tuberculosa pada laring, tanpa disertai adanya keterlibatan paru. Rute penyebaran
infeksi pada laringitis tuberkulosis primer adalah invasi langsung dari basil tuberkel
melalui inhalasi. Faktor utama dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan
lamanya kontak serta derajat infeksius pasien.

Laringitis Tuberkulosis Sekunder


Terjadi jika ditemukan infeksi laring akibat Mycobacterium tuberculosa yang disertai
adanya keterlibatan paru. Ada 2 jalur yang menyebabkan terjadinya kontaminasi laring
oleh kuman tuberkulosis.
1. Bronkogenik: Sputum yang dibatukkan mengadakan implantasi pada mukosa
laring yang sebelumnya telah mengalami mikrolesi. Lokasi lesi pada laring yang
paling sering terjadi adalah pada bagian posterior laring
2. Hematogen & Limfogen: Mycobacterium tuberculosis terbawa melalui pembuluh
darah dan pembuluh limfe submukosa dari lokasi infeksi di paru dan kemudian
terakumulasi di submukosa laring. lebih sering terjadi pada epiglotis, aritenoid,
plika ariepiglotika
GEJALA KLINIS
Rasa kering, panas dan tertekan di
laring

Keadaan umum memburuk Nyeri menelan

Gejala Sistemik Suara parau

Batuk mukopurulen hingga


Hemoptisis
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
pasien sering mengeluhkan suara serak
dengan batuk berdahak dan demam.
Selain itu dapat ditemukan pula disfagia,
dispneu, dan gejala sistemik berupa
malaise, demam, dan penurunan nafsu
makan disertai penurunan berat badan.

PEMERIKSAAN FISIS
Dengan laringoskopi sering ditemukan perubahan
plika vokalis berupa eritema dan granulomatosa
atau polipoid. Ulkus biasanya dangkal dan ditutupi
oleh eksudat kasar berwarna abu-abu kotor dan
memberi gambaran pita suara seperti digigiti tikus
(mouse eaten appearance)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Antara lain foto thoraks/rontgen bakteriologis, kultur
bakteri, histopatologi, uji tuberkulin dan pemeriksaan
lainnya.
DIAGNOSIS
BANDING
Laringitis leutika
Laringitis leutika terjadi pada
stadium tersier dari sifilis,
yaitu stadium pembentukan
guma. Apabila guma pecah,
maka timbul ulkus. Ulkus ini Karsinoma laring
mempunyai sifat yang khas, Karsinoma laring
yaitu sangat dalam, bertepi memberikan gejala yang
dengan dasar yang keras, serupa dengan laringitis
berwarna merah tua serta tuberkulosa. Serak adalah
mengeluarkan eksudat yang gejala utama karsinoma
berwarna kekuningan. Ulkus laring, namun hubungan
tidak menyebabkan nyeri antara serak dengan tumor
laring tergantung pada letak
tumor.
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
• Mengistirahatkan pita suara
• Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan /batuk
• Konsumsi cairan yang banyak.
• Berhenti merokok dan konsumsi alkohol

Medikamentosa
• OAT
• Terapi simtomatik berupa Analgetik, antipiretik
• Kortikosteroid

Trakeostomi
Terjadi obstruksi laring dan mengurangi ruang
rugi di saluran napas bagian atas
PENATALAKSANAAN
Dosis OAT adalah dosis individual yang sesuai dengan berat badan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Pengobatan TB ekstrapulmonal
mungkin perlu diperpanjang hingga 9 bulan, dengan fase intensif tetap 2
bulan dan fase lanjutan diperpanjang hingga 7 bulan

Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
OAT
tambahan. Kemasan Obat terdiri dari obat tunggal dan obat Kombinasi
Dosis Tetap. Obat tunggal disajikan secara terpisah, masing-masing INH,
rifampisin, pirazinamid dan etambutol. Sedangkan Obat kombinasi dosis
tetap (Fixed Dose Combination – FDC) terdiri dari 3 atau 4 obat dalam
satu tablet.

Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis


di Indonesia (sesuai rekomendasi WHO dan ISTC) adalah :
a. Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
Pasien TB paru terdiagnosis klinis
Pasien TB ekstra paru
b. Kategori -2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)
c. Kategori Anak : 2 (HRZ)/4 (HR) atau 2 HRZA(S)/4-10 hari
d. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten di Indonesia terdiri
dari OAT lini ke 2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin Levofloksasin, Etionamide,
Sikloserin, Miksofloksasin dan PAS. Serta OAT lini 1, yaitu pirazinamide dan
Etambutol .
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
Atelektasis Stenosis Laring

Efusi Pleura Subglottis Stenossis

Komplikasi Komplikasi
Paru Laring

Empiema Paralisis pita suara

Bronkiektasis
Gangguan otot Laring
PROGNOSIS

Tergantung pada keadaan sosial ekonomi pasien, kebiasaan hidup


sehat serta ketekunan berobat. Bila diagnosis dapat ditegakkan pada
stadium dini maka prognosisnya baik.

Anda mungkin juga menyukai