Anda di halaman 1dari 25

Kuliah Pengantar

UAP & NSTEMI


Acute Coronary Syndrome

dr. Muhammad Fadil, Sp.JP


Pendahuluan
 Sindrom Koroner Akut (SKA) Meningkatkan angka
perawatan dan Kematian di seluruh dunia

 Saat ini Penanganan SKA sudah mengalami banyak


kemajuan dibanding 2 dekade terakhir
Prevalensi
 WHO (2008): 17,1 juta orang meninggal di dunia
akibat penyakit kardiovaskular terutama SKA

 Di Indonesia: berdasarkan data Riset Kesehatan


Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 diketahui
31,9% kematian di Indonesia disebabkan oleh
penyakit kardiovaskular.
 Di Indonesia (2010) PJK  penyebab utama
kematian, yakni sebesar 26,4%, angka 4x lebih
tinggi dari angka kematian yang disebabkan
oleh kanker (6%).

 Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara


empat orang yang meninggal di Indonesia
adalah akibat PJK (muchin, 2011)

 Di padang (RSUP Dr. M. Djamil) : 512 kasus


tahun 1990, 635 kasus tahun 2000 dan 1242
kasus pada tahun 2014 (Sahim A, 2014)
PATOFISIOLOGI

Penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah


koroner tiba2 akibat ruptur/erosi plak
Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
dlm jantung

Kanan Kiri
Diagnosis SKA
Memenuhi 2 dari 3 kriteria :
 Nyeri dada khas angina atau infark

 Perubahan EKG : ST elevasi, ST depresi, inversi


gelombang T, LBBB baru atau dianggap baru.

 Peningkatan enzim jantung : CKMB / Troponin T


Nyeri dada iskemik / angina
 Onset
 Sifat & kualitas
 Lokasi
 Penjalaran
 Durasi
 Faktor pencetus dan penghilang
 Gejala dan tanda klinis yang
menyertainya (mual, muntah, keringat
dingin, pusing, dll)
NYERI ISKEMIK :

• Tidak berhubungan dengan gerakan respirasi


dan batuk
• Tidak berhubungan dengan posisi dan gerakan
tubuh
• Tidak berhubungan dengan kondisi lain seperti
herpes zoster, trauma, dll
Gejala klinik AMI
1. Karakteristik nyeri : Berat, persisten, substernal
2. Efek simpatetis : keringat dingin, kulit basah dan
dingin
3. Efek parasimpatis : mual, muntah, lemah
4. Respon inflamasi : demam ringan
5. Pemeriksaaan fisik jantung : bisa normal, bisa
ditemukan S3, S4, sistolik murmur (IVS ruptur)
6. Lainnya : Ronki di paru, Peningkatan JVP
Klasifikasi SKA

ESC Guidelines for the management of Acute Coronary


Syndrome in patients without persistent ST
Elevation.2011
Angina Pektoris Tak Stabil
( Unstable angina )
Nyeri dada Angina Saat Istirahat
(>20 Menit)
Nyeri dada angina Pertama Kali
(de Nuvo) dengan tingkatan CCS
III
Cresendo Angina
Angina Paska Infark
Infark Miokard

Nyeri dada > 20’,retrosternal, berlokasi di


tengah atau dada kiri, menjalar ke rahang,
punggung atau lengan kiri.
Rasa nyeri dapat digambarkan oleh penderita
seperti tertekan benda berat, diremas,
terbakar, tertusuk, kadang kala nyeri
epigastrium.
Nyeri dada ini biasanya diikuti keringat
dingin, mual dan muntah, lemas, pusing,
perasaan melayang dan pingsan.

Pedoman tatalaksana SKA tanpa ST elevasi, PERKI 2004


Elektrokardiografi
 Paling penting
 Rutin untuk serial ekg
 Untuk klasifikasi ACS
 menentukan derajat keparahan
dan prognosis
EKG
 Gambaran EKG yang dijumpai pada pasien dengan
keluhan angina cukup bervariasi:
 Normal
 Nondiagnostik
 LBBB (left bundle branch block) baru/persangkaan baru
 elevasi segment ST yang persisten (≥ 20 menit) maupun
tidak persisten
 depresi segment ST dengan atau tanpa inverse
gelombang T.
EKG
Dalam 10 menit !!
Membuat dan menganalisa
EKG
NSTEMI/UAP

Depresi Segmen ST horizontal/


downsloping baru ≥ 0.1 mV pada 2
lead yg berhubungan
T Inverted ≥ 0.1 mV

ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in


patients presenting
with ST-segment elevation. 2011.
Persangkaan
SKA

Non Angina Stabil Kemungkina Definitif SKA


Kardiak (Kronik) n SKA

• EKG: Normal Tanpa Elevasi


Elevasi segemen
atau segmen ST ST (STEMI) atau
nondiagnostik • Perubahan ST LBBB Baru
Observasi 12 jam
• Marka Jantung dan/atau
setelah awitan
awal: Normal • Gelombang T
Angina
• Angina berlanjut
• Marka Jantung
• Angina tdk • Angina Positif
berulang berulang,atau • Hemodinamik
• EKG:tdk berubah • EKG: perubahan ST abnormal
• Marka dan/atau Definitif
jantung:Normal gelombang T SKA Evaluasi terapi
• Marka Jantung :
reperfusi
positif

NEGATIF POSITIF
Diagnostik: Bukan SKA Diagnosis: Definitif
atau Resiko rendah atau sangat mungkin Terapi
SKA SKA NSTEMI

Pemantauan rawat
Jalan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut.2014
Penatalaksanaan Nyeri Dada akut
 Oksigen suplemental

O2 nasal 4 L/mnt
Sat O2 < 90%  NRM 15 L/mnt
O
 Pemasangan akses IV I
 Monitor :
M
TD, Frek. Nadi, Frek.Napas
EKG
Management of AMI. Diambil dari: Braunwald Heart Disease
ACS Guidelines for the management of acute coronary syndromes.2006
TERAPI INISIAL PADA
SINDROMA KORONER AKUT
1. Pain killer ( morfin )
MO 2-4 mg bolus pelan iv
1 amp ( 10 mg ) Morfin diencerkan menjadi 10 cc
Nacl 0,9%  1 cc = 1 mg M
2. O2 Suplemen O
O2 nasal 4 L/menit
Saturasi < 90%  Non Rebreathing Mask N
3. Nitrat ( Anti iskemia ) A
Nitroglycerin 0.5 mg atau ISDN 5 mg, sublingual
bisa diberikan 3x dg jarak 5 menit
C
4. Aspirin O
160 mg dikunyah-kunyah
5. Clopidogrel
300 mg (4 tab) pelatihan PPGD M jamil Padang
Marka Jantung
 Pada pasien dg SKA
Peningkatan enzinm
Troponin terjadi 4 jam
setelah onset gejala

 Troponin dapat bertahan


selama 2 minggu
didalam darah

 Pemeriksaan serial harus


dilakukan dlm 6-12 jam
jika pemeriksaan
pertama
negatifPemeriksaan
CKMB atau Troponin T
sangat bermanfaat utk
mendiagnosis SKA
ESC Guidelines for the management of Acute Coronary
Syndrome in patients without persistent ST Elevation.2012
TIMI RISK SCORE
HEPARINISASI PADA UAP/NSTEMI
UFH ( Unfractionated Heparin )

 Initial I.V BOLUS 60 UI/Kg max 4000 UI

 Infus : 12 UI/kg BB/jam max 1000 UI/jam

 Monitor APTT : 3, 6, 12, 24 jam setelah mulai


terapi

 Target APTT 50-70 msec (1,5 -2 x kontrol )

LMWH ( Low Molecular Weight Heparin ):

Enoxaparine 2 x 0,6 mg
29 Mei 2007 pelatihan PPGD M jamil Padang
Angiography Coroner

Anda mungkin juga menyukai