Anda di halaman 1dari 84

CASE REPORT SESSION (CRS)

Kejang Demam Kompleks dengan DHF Grade I

Pembimbing: dr. Dian Anggraeni, Sp.A, M.Kes


Oleh: Meika Amsi Munte, S.Ked
G1A218104

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
01 BAB I : PENDAHULUAN

02 BAB II : LAPORAN KASUS

03 BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

04 BAB IV : ANALISA KASUS

05 BAB V : KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

 Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada ke


naikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang dise
babkan oleh suatu proses ekstrakranial.
 Umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan-5 tahun (insi
den tertinggi pada usia 18 bulan), belum pernah kejan
g tanpa demam.

 Jumlah penderita kejang : 2-4% dari jumlah penduduk di AS


Amerika Selatan dan Eropa Barat.
 Asia sekitar 20% di antara jumlah penderita mengalami KD
K yang harus ditangani secara lebih teliti.
 Di Indonesia, Penelitian di SMF Anak RSU Bali : insidensi k
ejang demam Januari- Desember 2007 sebesar 47 anak.
 Sekitar 20% kejang demam akan bermanifestasikan menjad
i kejang demam komplek yang harus ditangani secara lebih
serius.
 Demam pada anak sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, infeksi saluran kemih dan infeksi virus atau bakteri sala
h satunya DBD.
 Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue Hemmoragic Fever) merupakan masalah ke
sehatan yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, terutama di daerah perkota
an. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus de
ngue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flavivirid
ae.

Pada tahun 2017 jumlah kasus DBD dindonesia yang di


laporkan sebanyak 68.407 kasus dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 493 orang sedangkan pada tahun
2016 terdapat 204.171 kasus.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. MSP
Umur : 3 Tahun 11 Bulan

DSM Jenis Kelamin : Laki-Laki


Alamat : Jl. Lingkar Selatan RT 08
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 8 Agustus 2019
Anamnesis
Anamnesis

Keluhan Utama Kejang

 demam, Mual, penurunan nafsu makan, lemas


Keluhan Tambahan nyeri kepala, nyeri perut, pegel-pegel seluruh ba
dan, konstipasi

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan kejang
sejak ± 4 hari SMRS. Kejang didahului oleh demam tinggi sejak ± 1 hari sebelum kejang m
uncul. Ibu pasien mengatakan demam muncul mendadak dan terus menerus tanpa disertai
menggigil. Awalnya demam mendadak tinggi pada hari minggu tengah malam. Lalu pasien d
ikompres oleh ibunya dan diberi obat berupa paracetamol sirup, demam sempat turun namu
n naik lagi. Pada saat subuh, hari minggu pukul 04.30 WIB pagi, ibu pasien mengaku pasien
mengalami demam yang sangat tinggi yang kemudian diikuti kejang.
Kejang dialami pasien saat pasien sedang istirahat. Kejang terjadi di seluruh tubuh dengan
menyentak-nyentakkan badan dimana mata melihat ke atas, seluruh tubuh kaku dan sulit dil
uruskan. Ibu pasien mengaku awalnya kejang hanya pada mengenai tangan lalu diikuti selur
uh tubuh. Kejang berlangsung ± 1 menit sebanyak 2 kali dengan interval ± 4 jam. Diantara k
edua kejang ibu pasien mengatakan pasien sempat sadar namun sangat lemas, dan sehabi
s kejang pasien sadar. Lalu pasien dibawa ke RS Annisa dan segera diberi obat berupa anti
kejang yang dimasukkan melalu anus, sirup paracetamol, serta dilakukan kompres. Demam
turun dan pasien sudah tidak kejang lagi. Lalu pasien pulang pada pukul 15.00 WIB, diresep
kan diazepam sirup, paracetamol sirup dan antibiotik untuk obat selama rawat jalan.

Selama dirumah, ibu pasien rutin mengecek suhu tubuh anaknya deng
an termometer dan didapatkan suhu >40oC. Pasien akhirnya dibawa ke
IGD RSU Mattaher jambi karena takut pasien akan kejang lagi. Saat di
IGD pasien sudah tidak kejang lagi namun masih terasa demam denga
n suhu 39,6oC. Setelah diobservasi di IGD, akhirnya pasien diputuskan
untuk dirawat inap di bangsal anak.
Saat diwawancara di bangsal, ibu pasien mengatakan bahwa keluhan demam p
ada anaknya disertai mual (+) namun tidak disertai muntah, nafsu makan menur
un (+). Sakit kepala (+), nyeri tenggorok (-), nyeri ulu hati (+), merasa pegal dise
luruh badan (+), tangan dan kaki tidak pernah dingin. Ibu pasien juga mengatak
an tidak ditemukan tanda-tanda perdarahan seperti bintik-bintik merah di kulit, m
imisan, gusi berdarah bahkan bab darah selama terjadinya demam. Pasien belu
m BAB sejak 3 hari SMRS, BAK sedikit. Pasien merasa lemas dan rewel.
Timeline

5 hari SMRS 4 hari SMRS 3 hari SMRS 1 hari SMRS


•Demam • Demam •Demam turun • Demam
• Kejang 2x • Kejang(-)
IGD RSUD Raden
Mattaher
Riwayat Penyakit
• Riwayat menderita kejang yang didah
ului demam (+) pada ayah pasien sa
at berusia + 2 tahun.
• Riwayat epilepsi (-)
• Riwayat infeksi SSP (-)
• Riwayat penyakit dengan keluhan ya
ng sama (-).
Riwayat
• Tidak ada keluarga yang tinggal seru
penyakit dahulu
mah yang mengalami DBD
Riwayat sosial
ekonomi
Riwayat penyakit
 Riwayat kejang sebelumnya (+) sejak keluarga
pasien berumur 1 tahun 6 bulan tahun
. Kejang didahului oleh demam tinggi
>38oC • Kesan sosial ekonomi : mene
 Riwayat kejang tanpa demam (-) ngah
 Riwayat rawat inap dengan keluhan k • sekitar rumah pasien tidak
ejang demam sebanyak 4 kali ada yang mengalami DBD
 Riwayat Alergi (-)
 Riwayat trauma kepala (-)
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Riwayat Perkembangan Fisik

Masa kehamilan : Aterm • Selama hamil ibu pasien jarang


Partus : Spontan kontrol kehamilan
Ditolong oleh : Bidan • tidak ada penyakit lain yang
Tanggal : 03 Sept 2015 diderita selama kehamilan.
Berat badan lahir : 2900 gram • Saat kehamilan ibu pasien juga
Panjang badan : ibu lupa tidak pernah melakukan vaksin
kehamilan.
Riwayat Imunisasi

Imunisasi dasar lengkap


Riwayat Imunisasi

•BCG : + (1 kali)
•Polio : + (3 kali)
•DPT : + (3 kali)
•Campak : + (1 kali)
•Hepatitis : + (4 kali)
•Kesan : Imunisasi dasar lengkap

Status Gizi

Usia 3 tahun 11 bulan dengan BB: 14


kg dan PB: 99 cm
BB/U = P -2 s/d 2 SD Kesan: normal
TB/U = P -2 s/d 2 SD Kesan: normal
BB/TB = P -2 s/d 2 SDKesan: gizi baik
Pe m e r i k s a a n F i s i k
Pemeriksaan Fisik
Identitas Pasien

DSM
Keadaan Umum Kesadaran GCS Tanda Vital BB : 19 kg
Tampak sakit sedang Compos mentis E4M6V5 (Bangsal)
N PB :99 cm
= 15 Nadi : 101x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,7 C
SpO2 : 96%
Pemeriksaan Fisik
Identitas Pasien

Bentuk kepala : Normochepal Telinga


Mata Bentuk : Simetris Bentuk bibir : Simetris
Palpebra : Edema (-/-), Sekret : Tidak ada Bibir : Mukosa kering (-),
Konjungtiva : Anemis (-/-) Serumen : Ada (minimal) pucat (-), sianosis (-)

DSM
Sklera
Pupil
: Ikterik (-/-)
: Isokor (+/+)
Refleks cahaya : (+/+)
Hidung
Bentuk: Simetris
Gusi
Lidah
Bentuk
: Mudah berdarah (-)

: Simetris
NCH : (-) Kotor : (-)
Sekret : (-/-)
Epistaksis : (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Identitas Pasien
Jantung
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : (T1-T1), Hiperemis (-), Inspeksi :Iktus cordis tidak terlihat
Leher : Pembesaran KGB (-) Palpasi : Iktus cordis teraba pada
ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler,
murmur (-),gallop (-)

Pulmo Abdomen
Inspeksi : simetris, retraksi (-) Inspeksi : Datar

Palpasi : Fremitus taktil kanan=kiri Palpasi : Soepel, nyeri tekan (+) epigastrium, t

Perkusi : Sonor (+/+) urgor baik, hepar lien ginjal tidak teraba

Auskultasi : vesikular (+/+), wh (-/-), Rh (-/-) Perkusi : Timpani


Auskultasi : bising usus (+) normal
Pemeriksaan Fisik
Identitas Pasien
Ekstremitas

Akral hangat, sianosis (-),CRT < 2 detik , rumple leed (+)

Pemeriksaan Neorologis : Rangsang meningeal (-)


Diagnosis Banding
DD Kejang: DD Demam:
1. Kejang Demam Komplek 1. Demam tifoid
2. Kejang Demam Sederhana 2. cikungunya
3. Meningitis 3. malaria
4. Ensefalitiis
5. ketidak seimbangan elektrolit
Pe m e r i k s a a n Pe n u n j a n g
Pemeriksaan Penunjang
Identitas Pasien
Darah rutin di IGD 08 Agustus 2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Kesan: Leukopenia


Darah Perifer Lengkap trombositopenia
Hemoglobin 11,1 g/dL 11-16
Hematokrit 35 % 35-50
Eritrosit 4,49 10^12/L 3,5-5,5
MCV 77,1 fL 80-100
MCH 24,7 Pg 27-34
MCHC 317 g/L 320-360
Trombosit 60 10^9/L 100-300
Leukosit 3,98 10^9/L 4-10

GDS 136 mg/dl


Masalah Pada Pasien

1. Kejang

2. Demam

penurunan nafsu makan, lem


asnyeri kepala, nyeri perut, p
3.
egel-pegel seluruh badan, ko
nstipasi
Rumple Leed (+),
4.
Trombositopenia,
Diagnosa Kerja
Kejang Demam Kompleks dengan DHF Grade I
Tatalaksana IGD (8 Agustus 2019)

• IVFD RL 42cc/jam
• PO Paracetamol syr 3 x 7,5 ml
Prognosis
Identitas Pasien
Quo ad Vitam
bonam

Quo ad Functionam Quo ad Sanactionam


Dubia ad bonam Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang Demam Kompleks

• kejang yang terjadi karena • Anak yang pernah mengal


kenaikan suhu tubuh (≥38 ami kejang tanpa demam,
0C) yang disebabkan oleh
kemudian kejang demam k
suatu proses ekstra kraniu embali tidak termasuk dala
m m kejang demam.

• DEFINISI

• KDK adalah kejang yang berl


• Umumnya terjadi pada an
angsung lebih dari 15 menit a
ak usia 6 bulan-5 tahun, p tau kejang berulang lebih dari
uncaknya pada usia 14-18 2 kali dan di antara bangkitan
bulan
kejang anak tidak sadar.
Klasifikasi
A. Kejang demam sederhana B. Kejang demam kompleks
1. Kejang demam yang berlangsung 1. Kejang demam dengan salah satu
singkat, kurang dari 15 menit, dan ciri berikut ini:
umumnya akan berhenti sendiri. A 2. Kejang lama > 15 menit
nak dapat telihat mengantuk setel 3. Kejang fokal atau parsial satu sisi,
ah kejang. atau kejang umum didahului kejan
2. Kejang berbentuk umum tonik dan g parsial.
atau klonik, tanpa gerakan fokal. 4. Berulang atau lebih dari 1 kali dala
3. Kejang tidak berulang dalam wakt m 24 jam
u 24 jam.
4. Kejang demam sederhana merup
akan 80% di antara seluruh kejan
g demam.
Epidemiologi

Kejang demam paling sering pa


Insiden di Negara-negara barat
da usia 17-23 bulan, dimana 70-
berkisar antara 3-5%. Sekitar 8
75% kasus kejang demam adal
0% diantaranya adalah kejang
ah kejang demam sederhana, s
demam sederhana
edangkan 20-25% nya adalah k
ejang demam kompleks.

Data di Indonsesia belum


Sedikit lebih banyak terjadi pada laki-la ada secara nasional.
ki dibanding perempuan.
Etiologi
Demam yang memicu kejang
berasal dari proses ekstrakran
ial, paling sering disebakan ka
rena
• infeksi saluran napas akut,
• otitis media akut,
• roseola,
• infeksi saluran kemih,
• infeksi saluran cerna
Faktor Risiko
1. Demam

2. Faktor usia

3. Riwayat keluarga

4. Faktro prenatal

dan perinatal

5. Faktor paskanatal
Patofisiologi
Manifestasi Klinis

N Klinis KDS KDK


o

1 Durasi < 15 menit > 15 menit


2 Tipe kejang Umum Umum/fokal
3 Berulang dalam satu episode 1 kali >1 kali
4 Defisit neurologis - ±
5 Riwayat keluarga kejang demam ± ±
6 Riwayat keluarga kejang tanpa demam ± ±

7 Abnormalitas neurologis sebelumnya ± ±


Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
a. Waktu terjadi kejang durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang, sifat
kejang (fokal atau umum)
b. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
c. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningoe
nsefalitis)
d. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau
naik turun)
e. Menentukan penyakit yang mendasari demam (ISPA, OMA, GE)
f. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai de
mam atau epilepsi)
g. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
h. Riwayat keterlambatan pertumnuhan dan perkembangan
i. Trauma kepala
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran
b. Tanda vital terutama suhu
c. Manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindah-pinda
h atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak
d. Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti
nafas, kejangtonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan ter
dapatnya kuadriparesisflasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular
e. Pada kepala apakah terdapat fraktur, trauma
f. Ubun-ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya peninggian tek
ananintrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdur
al
g. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA,
OMA, GE)
h. Pemeriksaan refleks patologis
i. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalit
is)
3. Pemeriksaan Penunjang DIAGNOSIS BANDING
No Kriteria bandin Kejang demam Epilepsi Meningitis Ensef
 Laboratorium: g alitis
darah rutin, elektrolit 1 Demam Pencetusnya dem Tidak berkaitan Salah satu gejala
 Pungsi Lumbal am (Peningkatan dengan demam nya demam (Dem
suhu tubuh secar am terjadi bersam
 EEG a cepat diikuti ole aan atau setelah
 CT-Scan atau MRI h kejang) kejang)

2. Defisit neurologi (-) (+) (+)

3. Kejang berulang (+) (+) (+)

4. Penurunan kesa (-) (-) (+)


daran
Kejang Demam
1. Tata laksana saat kejang
diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlaha
n-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam
waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg.

Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah


(prehospital) adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-
0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan
kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg. Bila se
telah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang l
agi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.

Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap


kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat d
iberikan diazepam intravena. Jika kejang masih berlanjut,
lihat algoritme tatalaksana status epileptikus.
2. Pemberian obat pada saat demam
- Antipiretik
parasetamol yang digunakan adalah 10-15
mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibu
profen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

- Antikonvulsan
• Profilaksis intermiten
– Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali sebanyak 4 kali sehari, tidak
lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali sebanyak 3-
4 kali sehari
– Diazepam oral 0,3 mg/kgBB/8 jam atau diazepam rektal 0,5 m
g/kgBB/8 jam pada saat suhu tubuh >38,5oC.

• Pengobatan jangka panjang


– fenobarbital dosis 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis atau
asam valproate dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
– Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kem
udian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
PROGNOSIS
1. Kemungkinan berulangnya kejang demam
2. Faktor risiko terjadinya epilepsi
3. Kematian

EDUKASI a. Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam um


umya mempunyai prognosis baik.
b. Memberitahukan cara penanganan kejang.
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan
kejang kembali.
d. Pemberian obat profilaksis untuk mencegah ber
ulangnya kejang memang efektif, tetapi harus di
ingat adanya efek samping obat.
Tinjauan Pustaka

DBD
Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (D
BD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dangue
ditandai : demam tinggi mendadak, tanpa sebab yan
g jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari,
manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet posit
if, trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/µl), he
mokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), diser
DHF tai dengan atau tanpa perbesaran hati.

ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty dan dapat


juga ditularkan oleh Aedes albopictus
Klasifikasi
Etiologi
Gigitan Vektor Aedes aegypti
Nyamuk Aedes albopictus
sifat antigen
Virus Dengue 4 Serotipe :
Famili Flavifiride
DENV-1, DENV-
2, DENV-3, DEN
V-4.

Antibodi seumur hidup terhadap serotipe


bersangkutan tetapi tidak memberi perlin
dungan terhadap serotipe lain.
Etiologi

Den-4 Den-3 Den-2 Den-1 Virus

V. Degue

Flaviviridae
Epidemiologi
(WHO) mencatat negara Indonesi
a sebagai negara dengan kasus
DBD tertinggi di Asia Tenggara.
DBD banyak ditemukan di daerah tr
opis dan sub-tropis. Asia menempati
urutan pertama dalam jumlah pende
rita DBD setiap tahunnya

Pada tahun 2017 jumlah kas


us DBD dindonesia yang dila
porkan sebanyak 68.407 kas
Provinsi dengan jumlah kasus tertinggi us dengan jumlah kasus me
terjadi di 3 provinsi dipulau jawa.jawa b ninggal sebanyak 493 orang
arat total kasus sebanyak 10.016 kasu sedangkan pada tahun 2016
s, jawa Timur sebanyak 7.838 kasus d terdapat 204.171 kasus.
an jawa tengah 7.400 kasus.
Patogenesis
Manifestasi Klinis

1. Fase febris, demam 2-7 hari ditandai kemerahan pada wajah (facial flushing),erite
ma pada kulit, nyeri pada badan yang sifatnya umum, mialgia,atralga,nyeri retro or
bita,fotofobia, nyeri tenggorok, mual muntah.
2. Fase kritis (3-7 hari), penurunan suhu tubuh terjadi leukopenia progresif dan penu
runan trombosit, kebocoran plasma biasanya berlangsung selama 24 – 48 jam. de
mam turun berkisar 37,5-38,peningkatan hematokrit menandakan kebocoran plas
ma hingga terjadi syok.
3. Fase penyembuhan, status hemodinamik mulai stabil,nafsu makan meningkat, diu
resis membaik. Beberapa pasien mungkin mengalami ruam. Jumlah trombosit mul
ai meningkat segera setelah defervescence
Manifestasi Klinis
Klasifikasi

Grade 2
Grade 1

Grade 3
Pemeriksaan Penunjang
Lab darah rutin
 Leukosit : leukopenia
 Trombosit : <100.000/mm3
 Hemokonsentrasi : ↑Ht>20% , ↓Ht >20% pasca pengobatan cairan, ta
nda plasma leakage
 Lab lain : albumin ↓, eritrosit tinja (+), ↓faktor koagulasi, disfungsi hati,
α-antiplasmin ↓

•Radiologis
•Efusi pleura dan asites
•Serologis
•HI test, complement fixation test, Neutralization test, IgG IgM, Isolasi viru
s, NS1 antigen
Diagnosis
Klinis
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Manifesatasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji bendung positif dan bentuk lain
(petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia (<100.000/mm3)
4. Bukti plasma leakage, ditandai dengan sekurang-kurangnya satu dari keadaan berikut:
Peningkatan hematokrit ≥20% di atas rata-rata usia, sex dan populasi
Penurunan hematokrit ≥20% setelah tatalaksana penggantian volume
Bukti plasma leakage lainnya: efusi pleura, asites dan hipoproteinemia

Laboratorium
Trombositopenia (< 100.000/ul) ‘
Hemokonsentrasi (nilai hematokrit meningkat lebih 20% dari normal).

Tersangka DBD bila definisi kasus DBD belum terpenuhi,


Definisi kasus DBD, bila ditemukan seluruh 4 kriteria di atas.
Diagnosis Banding

Berdasarkan manifestasi klinis


demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam cikungunya, leptospiro
sis, dan malaria

Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi


sepsis, meningitis meningokok, Idiophatic Trombositopenic Purpura (ITP),
leukemia, dan anemia aplastik.
Tatalaksana
Tatalaksana
Tatalaksana
Prognosis
 Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DB
D/SSD mortalitasnya cukup tinggi.

 Prognosis dan perjalanan penyakit pada orang dewasa umumnya lebi


h ringan daripada anak-anak.

 Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV
bila dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka
kematian pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi deng
an terapi penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %.
BAB IV
ANALISIS KASUS
• Analisis Kasus
OS (3 tahun 11 bulan) mengalami Perbedaan KDS&KDK
kejang sejak ± 4 hari sebelum ma
suk rumah sakit. Diketahui kejang No Klinis KDS KDK
didahului oleh demam tinggi 1 hari
sebelumnya. 1 Durasi < 15 meni > 15 menit
t
2 Tipe kejang Umum Umum/fokal
 Kejang terjadi di seluruh tubuh dengan
3 Berulang dalam satu episo 1 kali >1 kali
menyentak-nyentakkan badan, mata m
de
elihat ke atas, seluruh tubuh kaku dan 4 Defisit neurologis - ±
sulit diluruskan.
5 Riwayat keluarga kejang d ± ±
 Kejang berlangsung ± 1 menit sebanya emam
k 2 kali dengan interval ± 4 jam antara 6 Riwayat keluarga kejang ta ± ±
kedua kejang. Diantara kedua kejang t npa demam
ersebut pasien sadar namun sangat le
7 Abnormalitas neurologis s ± ±
mas. Saat kejang berhenti, pasien juga ebelumnya
sadar.
Untuk menyingkirkan diagnosis banding dari kejang yang dialami pasien,
dapat dilihat dari tabel perbedaan setiap diagnosis banding.

No Kriteria banding Kejang demam Epilepsi Meningitis Ensefalitis

1 Demam Pencetusnya dema Tidak berkaitan Salah satu gejalanya de


m (Peningkatan suh dengan demam mam (Demam terjadi be
u tubuh secara cep rsamaan atau setelah ke
at diikuti oleh kejan jang)
g)

2. Defisit neurologi (-) (+) (+)


3. Kejang berulang (+) (+) (+)
4. Penurunan kesad (-) (-) (+)
aran
Analisa kasus
Kasus Anamnesis Teori

Masih dapat dipiirkan kemungkinan


sebagai kejang demam. Kejang de
mam terjadi pada 2-4% anak berum
ur 6 bulan sampai 5 tahun.

Pada kasus ini di dadapatkan anak


baru berusia 3 tahun 11 bulan Bila anak berumur kurang dari 6 bul
an atau lebih dari 5 tahun mengala
mi kejang didahului dengan demam
dapat dipikirkan kemungkinan terjad
inya infeksi susunan saraf pusat ata
u epilepsy yang disertai demam.
Analisa kasus
Kasus Anamnesis Teori
Selain faktor usia, faktor riwayat kelu
arga kemungkinan memiliki pengaruh
meskipun belum dapat dipastikan car
ayah memiliki riwayat kejang demam a pewarisan sifat genetic terkait deng
sewaktu berusia + 2 tahun an kejang demamPada anak ini beres
iko terjadi kejang demam sekitar 20-2
2%.
.

pengobatan untuk anti kejang yang


Saat kejang segera diberi obat
diberikan saat terjadi kejang terutama
berupa anti kejang yang dimasukkan
prehospital yang dapat diulang bila
melalu anus
pemberian pertama gagal
Kasus Anamnesis Teori

Selain faktor usia, faktor riwayat kelu


arga kemungkinan memiliki pengaruh
pasien mengeluhkan demam sejak 5 meskipun belum dapat dipastikan car
hari SMRS atau 1 hari sebelum a pewarisan sifat genetic terkait deng
timbulnya kejang, demam timbul an kejang demam
mendadak Pada anak ini beresiko terjadi kejang
demam sekitar 20-22%.

pasien juga mengeluhkan nyeri perut yang


dirasakan hilang timbul dan tidak berkurang
dengan istirahat. Pasien juga mengeluhkan
pusing, badan terasa pegal-pegal dan nafsu Tanda-tanda tidak spesifik dari DBD
makan berkurang, disertai dengan mual,
lemas, nyeri kepala, dan konstipasi. 3 hari
SMRS pasien mengeluhkan belum BAB
Analisa kasus
Kasus Pemeriksaan Fisik Teori

Menurut beberapa literature suhu ra


ta-rata yang didapatkan pada kejadi
an kejang demam adalah 39oC den
Berdasarkan pemeriksaan fisik saat gan rentangan suhu 37,8 oC – 41,5 o
masuk IGD pasien tampak lemah, C , dan kejang demam biasanya terj
nadi 112 kali/menit, respiratory rate adi dalam kurun waktu 24 jam perta
26 kali/menit, suhu 39,6°C, dan ma saat mulainya demam, dimana p
saturasi oksigen 96%. ada kasus didapatkan anak mempu
nyai riwayat demam tinggi 1 hari se
belum muncul kejang. .

Pada pemeriksaan fisik didapatkan menandakan bahwa terjadi proses


suhu 39,6 0C inflamasi.
Analisa kasus
Kasus Pemeriksaan Fisik Teori

 nyeri takan epigastrik,


 uji rumpled leed yang dilakukan
pada pasien didapatkan hasil
Mengarah ke DBD
positif atau ditemukannya ptekie
 Lidah kotor : (-)
Untuk menegakkan diagnosa pada pasien ini perlu dilaku
kan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang ya
ng harus dilakukan untuk mengakkan diganosa demam b
erdarah adalah pemriksaan darah perifer lengkap ( hemo
globin, hematocrit, leukosit, dan trombosit).

8 Agustus 2019 dan didapatkan hasil :  Dari hasil pemeriksaan laboratorium ni


• WBC : 3,98 x 109/L lai hematokrit sebesar 35 % dan nilai t
• RBC : 4,49 rombosit 60.000, dapat dikatakan bah
wa pasien mengalami trombositopenia
• HGB : 11,1 g/dl atau kadar trombosit ≤ 100.000/mm3.
• MCV : 77,1 fl
• MCH : 24,7 pg
• MCHC : 317 g/L
• HCT : 35 %
• PLT : 60 x 109 /L
• Tidak dapat dipastikan apakah pasien ini mengalami peningkatan hemato
krit >20% karena pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan pada hari k
e-5 dan ke-6 demam saja. Tidak ada hasil pemeriksaan hematocrit di aw
al sakit. Pasien didiagnosis mengalami DHF Grade I karena adanya dem
am disertai gejala tidak khas dan terdapat manifestasi perdarahan berup
a uji rumple leed (+) serta kemungkinan dicurigai terjadinya hemokonsent
rasi dikarenakan pada hasil laboratorium kedua, terjadi penurunan hemat
okrit menajdi 31% setelah dilakukan terapi cairan.

9 Agustus 2019
WBC: 3,38 x 109/L
RBC: 4,49
HGB: 9,7 g/dl
HCT: 31 %
PLT: 60 x 109 /L
Analisa kasus
Kasus Pemeriksaan Penunjang Teori
Tidak ada indikasi.
 Lumbal Pungsi dilakukan apabila
terdapat tanda dan gejala rangsang
meningeal
 EEG tidak diperlukan untuk kejang
demam kecuali apabila bangkitan
Lumbal Pungsi, EEG dan bersifat fokal
Pencitraan tidak dilakukan  Pencitraan hanya dilakukan dengan
indikasi: adanya kelainan seperti
neurologis fokal yang menetap,
misalnya hemiparesis atau paresis
nervus kranialis.

Uji widal (-) DD demam tifoid tersingkirkan


Pasien ini dirawat karena terdapat indikasi berupa  Sampai saat ini belum tersedia ter
adanya beberapa gejala yang muncul api antiviral untuk infeksi dengue.
Yaitu pasien mengalami tanda-tanda warning sign Prinsip terapi bersifat simptomatis
seperti dan suportif.
1. demam tinggi, diukur suhu nya oleh ibunya 40  Tatalaksana pada pasien ini pada
oC saat masuk IGD, IVFD RL diberika
2. tidak mau makan dan minum, n untuk mempermudah akses pem
3. bak sedikit, berian obat intravena serta pembe
4. adanya kejang sebelumnya, rian cairan.
5. nyeri perut
6. hasil lab menunjukkan penurunan jumlah trom
bosit ≤ 100.000/mm3
Kasus Tatalaksana Farmakologi Teori

 merupakan pengobatan intermiten yang diberikan selam


a 48 jam pertama demam dimana yang digunakan adala
h diazepam oral 0,5 mg/kg/hari dibagi 4 dosis. Sehingga
diazepam 4x2 mg tab (jika T>38°C) diberikan 0,5 mg x 19 Kg (sesuai BB pasien) = 9,5 mg di
bagi 4 dosis sehingga diberi 4x2 mg per oral
 Pemberian Diazepam oral untuk antikonvulsan pada saa
t demam dan mengurangi resiko berulang nya kejang
karena berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak
berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek
Pada pasien ini tidak diberikan pengobatan
samping yang tidak diinginkan, maka pengobatan rumat ha
rumat
nya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
jangka pendek.
kondisi demam tinggi juga dapat mencetuskan kejang pada
anak sehingga harus diberikan obat penurun panas. Untuk j
enis obat penurun panas ini harus dipilih obat yang berasal
Pasien diberikan paracetamol sirup 3x7,5 ml. dari golongan parasetamol atau asetaminophen, jangan dib
erikan jenis asetosal atau aspirin oleh karena dapat merang
sang lambung sehingga akan memperberat bila terdapat pe
rdarahan lambung.
Kasus Tatalaksana Farmakologi Teori

Hal ini sesuai dengan teori, mulai dengan pemberian lar


IVFD RL 3cc/kgBB/jam: 42cc/jam: utan isotonik (NS atau RL) 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 ja
1008cc/hari m, kemudian kurangi kecepatan tetes menjadi 3-5 ml/kg
/jam selama 2-4 jam, dan kemudian kurangi lagi menjad
i 2-3 ml/kg/jam sesuai respons klinis.
Paracetamol infus 15cc/4 jam jika T ≥38,5OC Terapi simptomatik

Paracetamol syrup 4x8 cc Antipiretik untuk menurunkan demam


Paracetamol
Dosis paracetamol : 10mg/KgBB/hari (3-4x/hari)
Sedian sirup paracetamol : 120mg/5ml

120=5 ml
190=x (ml)
x= 190x5/120
x= 8ml= 8cc
Terapi suportif
a) Mengganti kehilangan cairan
b) Mengontrol tanda vital
Bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda
terjadinya syok pada pasien
a) mengontrol balance cairan Pada pasien ini sudah terjadi perbaik
an yakni tidak demam selama 24 jam tanp
b) Banyak minum air putih a antipiretik, sudah mau makan dan minu
c) Istirahat m (tidak menolak asupan oral), jumlah tro
mbosit > 50.000, tidak dijumpai distres per
d) Makan lunak nafasan yang disebabkan oleh efusi oleura
atau asidosis, serta secara klinis tampak p
erbaikan ditandai anak yang sudah tidak te
rlalu rewel dan lemas lagi. Pasien pulang s
aat sudah berada di fase ketiga.
 Prognosis pasien DBD akan baik bila dap
at ditangani sedini mungkin dengan pena
ngan yang tepat. Pada DBD, kematian tel
ah terjadi pada 40-50% pasien dengan sy
ok, tetapi dengan penanganan intensif ya
ng adekuat kematian dapat ditekan <1%
kasus.
 Edukasi yang perlu diberikan kepada kelu
arga dan penderita bahwa penderita har
us tirah baring, Pengobatan utama adala
h cairan untuk itupasien diharuskan bany
ak minum, monitoring tanda kegawatan,
melaksanakan upaya 3M, identifikasi geja
la serupa pada lingkungan rumah.
Kesimpulan
Telah dilaporan kasus mengenai kejang d kejang demam kompleks adalah kejan
emam kompleks dengan demam berdarah g umum atau umum yang didahului pa
dengue derajat I pada seorang anak laki-l
aki berumur 3 tahun 11 bulan yang datang
02 rsial yang berlangsung lebih dari 15 m
enit atau kejang berulang lebih dari 2
ke RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi. kali dalam 24 jam dan di antara bangk
itan kejang anak sadar.

01 Terapi yang diberikan pada p


asien untuk mengatasi kejan
g demam sudah sesuai yaitu
Pada dasarnya pengobatan DBD bersi dengan memberikan Paraset
fat simptomatis dan suportif, yaitu men
gatasi kehilangan cairan plasma sebag 03 amol sebagai antipiretik dan
diberikan selama pasien men
ai akibat peningkatan permeabilitas ka galami demam. Pemakaian
piler dan sebagai akibat perdarahan. P Diazepam penting sebagai pr
asien DD dapat berobat jalan sedangk ofilaksis intermiten, dimana
an pasien DBD dirawat di ruang peraw Diazepam dapat diberikan pa
atan biasa. Tetapi pada kasus DBD de
ngan komplikasi diperlukan perawatan
04 da pasien yang suhunya me
ncapai 38,5°C untuk menceg
intensif. ah timbulnya kejang kembali.
TERIMA KASIH
• Do You Have Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai