Anda di halaman 1dari 12

TAQWA

• Pengertian Taqwa
• Hakekat Taqwa
• Ciri Orang Bertaqwa
• Kedudukan Taqwa
Disusun Oleh:
A. Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan
sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara bahasa berarti
penjagaan/ perlindungan yang membentengi manusia dari hal-hal
yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu, orang yang
bertaqwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan
kesadaran dengan mengerjakan perintah-Nya dan tidak melanggar
larangan-Nya kerena takut terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
Para ulama rahimahullah telah mejelaskan apa yang dimaksud
dengan taqwa. Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Asfahani
mendenifisikan : “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang
membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang
dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang
dihalalkan
Sedangkan Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan
“Menta’ati perintah dan laranganNya”. Maksudnya menjaga diri
dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala . Hal itu
sebagaimana didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani “ Taqwa yaitu
menjaga diri dari siksa Allah dengan mentaatinya. Yakni menjaga
diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan
melakukan perbuatan atau meninggalkannya”
Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan
waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari
noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan
yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan
kejahatan pada orang lain, diri sendiri dan lingkungannya.
Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa,
kedudukannya sangat penting dalam agama islam dan kehidupan
manusia karena taqwa adalah pokok dan ukuran dari segala
pekerjaan seorang muslim.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan
bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan
yang wajib”. Beliau rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan
sekedar dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan
antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah
meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang
diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni
amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.
Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai
berita yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan
tuntunan syari’at, bukan dengan tata cara yang diada-adakan (baca: bid’ah).
Ketakwaan kepada Allah itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan
kapan saja. Maka hendaknya seorang insan selalu bertakwa kepada Allah,
baik ketika dalam keadaan tersembunyi/sendirian atau ketika berada di
tengah keramaian/di hadapan orang (lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya
Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah.
 
B. Hakekat Taqwa
Taqwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta tidak
cukup diartikan dengan takut saja. Selain itu taqwa juga diartikan
membuat penjagaan diri dari sesuatu yang membahayakan dunia dan
akhiratnya, atau memposisikan dalam penjagaan Allah, Orang yang
demikia disebut orang yang bertaqwa.
Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu tujuan dari ibadah, adalah
untuk mewujudkan sifat taqwa yaitu ketaqwa yang sempurna, yang
prima dan pripurna. Allah SWT dalam Al-Qur’an seringkali memesan
dan memerintah agar manusia bertaqwa. Akan tetapi seringkali kita
melihat manusia berpaling dari ketaqwaan yang di perintahkan itu.
Mereka tidak merasakan manfaat dari taqwa itu, baik untuk dirinya
maupun orang lain. Oleh karenanya, tidak ada jalan lain supaya
manusia bertaqwa adalah dengan cara memahami makna dan hakikat
taqwa itu sendiri. Maksudnya jangan sampai terjadi pengertian slogan
saja, atau di jadikan permainan bahasa dan bersifat lidah.
Dalam tafsir Ibnu Kastir 1 : 41, diriwayatkan, bahwa Umar Bin Khattab
pernah bertanya kepada Ubay Bin Ka’ab tentang taqwa. Ubay balik bertanya
kepadanya, pernahkah Engakau lewat di suatu jalan yang banyak duri dan
benda-benda membahayakan? Jawab Umar: Ya, tentu pernah. kemudian
Ubay meneruskan pertanyaannya. bagaimana yang Engkau lakukan ketika
lewat di jalan itu? Umar menjawab, Saya berhati-hati dan bersunggh-sungguh
menghadapai bahaya itu!, Ubay berkata: Itulah gambaran taqwa.
Memang kata taqwa itu mudah untuk di ucapkan, tetapi sulit untuk
merealisasikan, jika tidak benar-benar paham.
Taqwa terbagi kepada dua bagian, yaitu:
1.Taqwa secara khusus
Yaitu menjaga diri dari adzab yang akan menimpa dari Allah.
2. Taqwa secara umum
Yaitu, menjaga diri, keluarga, masyrakat, bangsa, negara dan harta kekayaan
dari segala marabahaya yang menimpa atau dari segala yang akan merubah
tujuan.
C. Ciri- ciri Orang Bertaqwa
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-yat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. (QS.7:96)
Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an
Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang
yang bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:
1. Beriman pada yang ghaib
2. Mendirikan salat
3. Menafkahkan sebagaian rezeki yang Allah kurniakan kepadanya
4. Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw)
dan sebelum mu.
5. Yakin kepada hari akhirat
Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan
yang taqwa, Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat"
disebutnya juga sembahyang.Setiap agama mengajarkan sembahyang, Hanya
cara, metoda, waktu dan tempat yang berbeda-beda.
Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-
orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :
1. Beriman kepada Allah(Tuhan YME),hari akhirat,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-nabi
2. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak yatim,orang-orang
miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang yang meminta-minta.
3. Membebaskan perbudakan
4. Mendirikan salat
5. Menunaikan zakat
6. Memenuhi janji bila berjanji
7. Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan.
C. Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan mu
dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang
bertaqwa, yaitu :
 
1. Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit
2. Orang-orang yang menahan amarahnya
3. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain
4. Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka
ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.
5. Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.
D. Kedudukan taqwa

Kedudukan Taqwa sangat penting dalam Islam dan kehidupan manusia,


Pentingnya kedudukan taqwa disebutkan di sebuah hadis bahwa Abu zar al-
Gifari, pada suatu hari, meminta nasihat kepada Rasulullah. Rasulullah
menasihati al-Gifari, “Supaya ia taqwa kepada Allah, karena taqwa adalah pokok
segala pekerjaan muslim. Dari nasihat Rasulullah itu dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa taqwa adalah pokok (pangkal) segala pekerjaan muslim.
Di dalam surat al Hujurat (49) ayat 13, Allah mengatakan bahwa, “Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Orang yang bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla tak akan terpengaruh oleh
berbagai macam situasi yang melingkupinya, baik yang memuliakannya,
merendahkannya, mengenyangkannya mupun melaparkannya. Karena, semua itu
tak akan bertahan lama dan senantiasa berubah-ubah.
Taqwa adalah asas keselamatan dan penjaga yang tak pernah tidur. Ia
menuntun tangan pemiliknya saat ia terpeleset dan meghentikannya pada
batasan-batasan yang mesti ditepati
Agar mudah untuk memahami dan mengamalkan taqwa sebagai berikut : 
Pertama, Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam
adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah
yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan
yang didapatnya bersumber dari Allah SWT.  Yang dengan pemahamannya tersebut maka
tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik
dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah
dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya
dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena
Allah. Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi
perbuatan takabbur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal
kebaikan kita.
Kedua, Qanaah ialah menerima dengan cukup.
Qanaah itu mengandung lima perkara:
1.Menerima dengan rela akan apa yang ada.
2.Memohonkan kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha.
3.Menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan.
4.Bertawakal kepada Tuhan.
5.Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
Itulah yang dinamai Qanaah, dan itulah kekayaan yang sebenarnya.
Rasulullah saw bersabda:
“Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta,, kekayaan ialah kekayaan
jiwa”.
artinya: Diri yang kenyang dengan apa yang ada, tidak terlalu haloba dan
cemburu, bukan orang yang meminta lebih terus terusan. Kerana kalau
masih meminta tambah, tandanya masih miskin.
Ketiga, Wira’i berasal dari kata ‘wara’ yang artinya menjaga diri atau
bertakwa. Sehingga wira’i adalah malu berbuat maksiat kepada Allah dan
manusia. Selain itu wira’i juga diartikan sebagai suatu sikap menjauhkan diri
dengan hal-hal yang haram dan syubhat. Karena wira’i merupakan inti
agama dan yang berada dikawasan itu merupakan pangkal kebaikan bagi
para ulama yang mengamalkan ilmunya. Jikalau semangat wirai terbangun
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara, maka tidak akan terjadi
tindakan-tindakan tak terpuji seperti pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan, korupsi, dan lain sebagainya.
Keempat, Yaqin adalah percaya. Maksudnya ialah percaya dengan sepenuh
hati apa yang dikerjakan nya dan bersungguh2 untuk mendapatkan Ridha
dari Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai