Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

‘DERMATOSCOPE’
Gilang Rizqy Perdana
20190420089
DM 43-K Universitas Hang Tuah
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Dermatoskopi adalah teknik non-invasif in vivo yang digunakan untuk


memeriksa lesi kulit berpigmen dan amelanotik. Teknik ini dilakukan
dengan menggunakan alat yang disebut dermatoscope yang
memvisualisasikan bagian yang berada di bawah permukaan kulit yang
biasanya tidak terlihat mata telanjang.1

• Dermatoskopi nonpolarisasi membutuhkan kontak dengan permukaan


kulit serta cairan penghubung antara kaca dengan permukaan kulit.
Cahaya terpolarisasi menembus lebih dalam dibandingkan
nonpolarisasi dan tidak memerlukan cairan kontak.1
TERMINOLOGI

• Dermoscopy, skin surface microscopy, epiluminescence


microscopy, dan incident light microscopy.1
MACAM-MACAM DERMATOSCOPE

• Handheld Dermatoscope

• Perangkat yang paling banyak digunakan karena mudah digunakan dan


relatif murah. Alat ini memungkinkan visualisasi struktur mikro kulit
dari lapisan kulit yang berbeda, mulai dari permukaan hingga ke mid-
dermis. Struktur mikro ini memiliki tampilan warna yang berbeda,
tergantung pada komposisinya dan kedalaman.4

• Terdiri dari lensa berkualitas tinggi yang memungkinkan 10 kali


perbesaran dan sistem pencahayaan transiluminasi yang menggunakan
sumber cahaya. Untuk mengatasi hamburan cahaya pada permukaan
kulit, diperlukan suatu media (minyak, alkohol, gliserin, air) pada
permukaan antara kulit dengan slide kaca dari perangkat.4
• Karena teknik epiluminesensi memerlukan kontak di antara perangkat
dan kulit, ia memiliki kelemahan menekan mikrovaskulatur. Perangkat
perlu dibersihkan setelah evaluasi kasus kelainan menular (warts,
moluscum contagiosum, scabies).4

• Beberapa perangkat lain dilengkapi dengan cahaya terpolarisasi yang


menyerap seluruh gelombang hamburan. Perangkat tidak memerlukan
penggunaan media cairan dan kemampuan memvisualisasikan kulit
tanpa kontak dengan permukaan (dermatoskopi nonkontak).4

• Pada umumnya, dermatoskopi nonpolarisasi menampilkan gambaran


superfisial dan dermatoskopi terpolarisasi menampilkan gambaran
lebih dalam. Beberapa gambaran, seperti pola vaskuler, scaling, dan
pigmentasi retikuler, tampak lebih baik pada mode terpolarisasi,
sementara yang lain, seperti titik-titik hitam dan tapered hair, tampak
lebih baik pada mode nonterpolarisasi.4
Gambar 1.1 Gambar 1.2
Handheld Dermatoscope. 4 Dermatoskopi Terpolarisasi dan Nonpolarisasi.1
• Videodermatoskopi
• Sistem yang lebih mahal (~15.000-25.000 Euro), dilengkapi dengan
kamera video berwarna resolusi tinggi. Kualitas gambar umumnya
kalah superior dibandingkan handheld namun ia dilengkapi dengan
lensa real-time yang mampu melakukan pembesaran hingga 1000 kali
perbesaran. Keuntungan besar untuk evaluasi beberapa kondisi seperti
scabies, psoriasis, dan gangguan pada rambut serta pola pembuluh
darah yang krusial dalam banyak kasus.4

Gambar 1.3
Videodermatoscope.4
KEGUNAAN

• Evaluasi Aktvitas Penyakit


• Memprediksi aktivitas penyakit, misalnya, alopecia areata (AA) aktif
menunjukkan titik-titik hitam, rambut-rambut exclamation mark,
rambut rusak, titik-titik kuning dan rambut pendek berkerut, sedangkan
pada patch alopecia areata yang responsif terhadap pengobatan, titik-
titik hitam cenderung menghilang, pig tail, dan bulu-bulu yang tumbuh
kembali muncul serta terdapat titik-titik kuning.3
• Untuk menilai stabilitas vitiligo, yang merupakan kriteria penting
untuk intervensi bedah. Depigmentasi perifolikuler (PFD),
hiperpigmentasi marginal, dan keberadaan leukotrichia menunjukkan
kestabilan lesi, sementara pada pola pigmen yang berubah, yaitu retensi
pigmen perifolikuler (PFP), dan gambaran seperti star-burst
appearance, comet tail sign, dan ‘tapioca sago’ menunjukkan aktivitas
penyakit.3
• Perbandingan sebelum dan sesudah pengobatan
Pasca pengobatan akan menunjukkan gambaran perbaikan klinis;
terutama pada penyakit kronis yang kambuh seperti melasma, lichen
planus pigmentosus (LPP), vitiligo, alopecia, dll. Memberikan jaminan
kepada pasien tentang efektivitas perawatan dan meningkatkan kepatuhan
pengobatan pasien.3
• Ex-Vivo Dermoscopy (EVD) untuk meningkatkan evaluasi
histopatologis
Pemotongan histologis yang dipandu dengan dermoskopi dari jaringan
biopsi dapat meningkatkan keakuratan pemotongan neoplasma
melanositik. Menggabungkan EVD dengan derm-dotting (DD)
meningkatkan keakuratan dan mengurangi konsumsi waktu pada
diagnosis histopatologik dari tumor kulit.3
• Komunikasi dokter-pasien yang lebih baik
Dermoskopi meningkatkan komunikasi dokter-pasien sehingga dapat
menjelaskan kelainan kepada pasien dengan mudah melalui menunjukkan
gambar dermoskopik dari lesi.3
• Studi Klinis
Alat pembantu untuk evaluasi efikasi dari modalitas terapi dalam studi
klinis.3
• Membantu dalam bedah kulit dan estetika
Membantu identifikasi dan pengangkatan jahitan yang pada luka
berkrusta, memudahkan identifikasi dan pengangkatan benda asing pada
kulit. Dermoskopi juga digunakan untuk evaluasi dan penggolongan
pori-pori terbuka yang membesar pada wajah.3
• Pada gangguang pigmen
• Melasma
Merupakan hipermelanosis yang umum didapatkan yang disebabkan oleh
banyak faktor. Ditandai oleh makula berwarna coklat simetris pada
daerah yang terpapar matahari, terutama pada dahi dan daerah malar;
juga dapat muncul di daerah ekstrafasial seperti lengan dan badan.5

Dermoskopi pada melasma dapat digunakan untuk:


• Diagnosis dan diferensiasi dari kelainan pigmen wajah lainnya
• Monitor terapi
• Monitor efek samping dari terapi: kerusakan wajah yang disebabkan
oleh steroid dan exogenous ochronosis yang terinduksi hidroquinon
Gambar 1.4
(A) Gambaran melasma yang mengenai daerah hidung dan malar. (B) Dermoskopi
menunjukkan pigmentasi dari daerah pseudoretikuler, pigmen coklat-terang (panah biru),
daerah perifolikuler dan peri-appendageal (panah oranye), serta struktur arkuata (panah
hijau).5
Gambar 1.5
Gambaran dermoskopi dari sebagian melasma yang telah
diterapi menunjukkan daerah yang membaik (panah hijau)
dan telangiektasi (panah biru) akibat penggunaan steroid.5
• Nevus of Ota

Merupakan melanositosis kulit di sepanjang cabang oftalmik


dan maksila dari distribusi nervus trigeminus. Umumnya
unilateral, lebih sering terjadi pada wanita, dan kebanyakan
muncul saat lahir. Dapat juga menjadi bilateral dan muncul di
usia lanjut. Ditandai dengan makula biru-keabuan di daerah
zigomatik dan temporal.5
Gambar 1.6
(A) Gambaran klinis Nevus of Ota. (B) Dermoskopi menunjukkan
garis pigmentasi berwarna biru yang tebal dan lebar (panah biru) dan
daerah hipopigmentasi globuler (panah merah).5
• Nevus Depigmentosus

Juga dikenal sebagai nevus akromik, ditandai dengan makula


hipopigmentasi yang memiliki berbagai macam ukuran.
Kebanyakan muncul saat lahir; nevus depigmentosus dapat
membingungkan diagnosis vitiligo saat anak-anak dan
dermoskopi dapat membantu membedakannya. Dermoskopi
dari nevus depigmentosus menunjukkan adanya pola pigmen
retikuler pada lesi; namun, intensitas dari pigmen lebih
sedikit dibandingkan kulit normal.5
Gambar 1.7
(A) Gambaran klinis Nevus Depigmentosus. (B) Dermoskopi
menunjukkan adanya jaringan pigmen retikuler pada lesi (panah
biru).5
• Vitiligo

Merupakan kelainan depigmentasi yang tidak diketahui


penyebabnya, mengenai sekitar 0,5% dari seluruh penduduk
dunia, ditandai dengan makula depigmentasi. Dermoskopi
memiliki peran penting dalam membedakan vitiligo yang
sedang berkembang dari kelainan hipopigmentasi lainnya,
respon terhadap terapi, serta menentukan kestabilan lesi
vitiligo sebelum tindakan operasi. Dermoskopi juga telah
digunakan untuk mendiagnosa berbagai tingkat vitiligo.5
Gambar 1.8
Gambaran dermoskopi Vitiligo yang sedang berkembang menunjukkan jaringan
pigmentasi yang berkebalikan (panah biru), daerah berwarna putih tersebar (bintang
oranye), dan hipopigmentasi perilesional (bintang hitam).5
Gambar 1.9
Gambaran dermoskopi dari Vitiligo yang telah berkembang secara penuh
menunjukkan tidak adanya jaringan pigmen (bintang biru), leukotrisia
(panah biru), serta daerah berwarna putih yang tersebar.5
Gambar 1.10
Gambaran dermoskopi dari Vitiligo yang tidak stabil atau progresif menunjukkan
pola trichrome. Depigmentasi (bintang biru), hipopigmentasi (bintang oranye), dan
warna kulit normal (bintang hijau).5
Gambar 1.11
Gambaran dermoskopi dari kulit perilesional pada Vitiligo yang
tidak stabil menunjukkan pola biji sagu atau tapioka (panah
biru).5
Gambar 1.12
Gambaran dermoskopi dari Vitiligo yang stabil atau berpigmentasi
ulang menunjukkan pigmentasi perifolikuler dan pigmentasi berpola
retikuler.5

Anda mungkin juga menyukai