Anda di halaman 1dari 48

MT-2132 MATERIAL KERAMIK

6. Sifat Mekanik dan Pecahan Keramik


6. Mechanical Properties and Fracture of Ceramic

Lampung Selatan, 2020

Dr. Nur Istiqomah Khamidy

nur.khamidy@mt.itera.ac.id +62-859-2100-4395
Rencana Perkuliahan
(Course Outline)

1. (a) Pendahuluan Material Keramik & (b) Ikatan Antaratom pada Keramik
2. Struktur Keramik
3. (a) Efek Gaya Antaratom dan Struktur terhadap Sifat Fisik Keramik & (b) Defek/Cacat pada Keramik
4. Difusi dan Konduktivitas Listrik Keramik
5. Penyinteran dan Pertumbuhan Butiran Keramik
6. Sifat Mekanik dan Pecahan Keramik
7. Stres Termal dan Sifat Termal Keramik
8. UTS
9. Bahan Mentah Keramik dan Karakterisasinya
10. Proses Benefisiasi Keramik
11. Proses Pemberian Bentuk dan Zat Aditif Pemrosesan
12. Proses Konsolidasi dan Pembakaran Keramik
13. Sifat Dielektrik Keramik
14. Sifat Magnetik dan Dielektrik Nonlinier Keramik
15. Sifat Optik Keramik
2
16. UAS
Materi Kuliah Minggu 6
(Course Materials Week 6)

Pendahuluan (Introduction)
a. Ketangguhan pecah keramik (Fracture toughness of ceramics)
b. Kekuatan keramik (Strength of ceramics)
c. Mekanisme pertangguhan pada keramik (Toughening mechanisms on ceramics)
d. Mendesain material keramik (Designing with ceramics)
Ikhtisar (Summary)

3
Pendahuluan
(Introduction)

A Material A getas (Material A is


brittle)
B
Material B ulet (Material B is
ductile)
Stress

Ketangguhan material A <


material B (Toughness of material
A < material B)

Strain

4
Pendahuluan
(Introduction)

• Kembali ke minggu ke-3:


Pada material getas, adanya
  cacat/retakan menurunkan kekuatan
material tersebut dengan signifikan
(For a brittle solid, the presence of
 • Kekuatan teoritis suatu material flaws/defects/cracks significantly reduce its strength)
(Theoretical strength of a material) Bagaimanakah bentuk dan
• Kenyataannya: hingga perambatan cacat? (How is the shape and the
dikarenakan adanya cacat (In propagation of flaws?)
reality: to due to defects)
Apa saja aspek yang mengakibatkan
kegagalan getas? (What are the various
aspects of brittle failure?)
Bagaimana cara penanganan
kecacatan ini? (How to deal with these flaws?)
5
Materi Kuliah Minggu 6
(Course Materials Week 6)

Pendahuluan (Introduction)
a. Ketangguhan pecah keramik (Fracture toughness of ceramics)
b. Kekuatan keramik (Strength of ceramics)
c. Mekanisme pertangguhan pada keramik (Toughening mechanisms on ceramics)
d. Mendesain material keramik (Designing with ceramics)
Ikhtisar (Summary)

6
Sensitivitas Cacat
(Flaw Sensitivity)

  𝐹 𝑎𝑝𝑝   𝐹 𝑎𝑝𝑝  Selama , maka


keadaan stabil dan
perambatan cacat
tidak terjadi (As long
as , the situation is stable
and the flaw will not
propagate)
𝜎 𝑡𝑖𝑝
 

 Ketika
di satu waktu , maka keadaan
menjadi sangat tidak stabil dan
perambatan cacat terjadi sangat cepat
  𝐹 𝑎𝑝𝑝   𝐹 𝑎𝑝𝑝 mendekati kecepatan suara (If at a point of
time , the situation becomes catastrophically unstable
  terdistribusi   Tegangan terkonsentrasi and cracks propagating at velocities approaching the
speed of sound)
dengan merata pada ujung cacat, 7
Sensitivitas Cacat
(Flaw Sensitivity)

  : panjang retakan
  : jari-jari
kelengkungan
retakan

Retakan permukaan Retakan dalam


(surface crack) (interior crack)
  Kegagalan (fracture)
Kegagalan karena retakan
𝑐
 

𝜎 𝑡𝑖𝑝 =2 𝜎 𝑎𝑝𝑝
√ 𝜌
 
𝜎𝑓 ≈
terjadi saat
𝑌
16 √ 𝜌
𝑐
bergantung pada ukuran
dan bentuk retakan
8
Kriteria Energi untuk Kegagalan – Kriteria Griffith
(Energy Criteria for Fracture – The Griffith Criterion)

• Keseimbangan antara energi yang dikonsumsi untuk membentuk


permukaan baru ketika retak merambat vs energi regangan yang
dihasilkan (The balance between the energy consumed to form new surface as crack
propagates vs the strain energy released)
• Kriteria Griffith untuk kegagalan: kondisi kritis untuk terjadinya
kegagalan adalah saat energi yang dihasilkan lebih besar dari energi
yang dikonsumsi (The Griffith criterion for fracture: the critical condition for fracture
occurs when the energy released is greater than the rate of energy consumed)

9
Kriteria Energi untuk Kegagalan – Kriteria Griffith
(Energy Criteria for Fracture – The Griffith Criterion)

•  Energi elastis dan energi regangan (Elastic energy and strain energy)
Padatan  tegangan elastis yang seragam  semua ikatan dalam
material memanjang  kerja yang dilakukan oleh dikonversi menjadi
energi elastis (Solid  uniformly elastically stressed  all bonds elongate  the work
done by is converted to elastic energy)

2
  1 𝜎
1 𝑎𝑝𝑝
Energi elastis 𝑈 𝑒𝑙𝑎𝑠 = 𝜀𝜎 =
yang tersimpan 2 𝑎𝑝𝑝 2 𝑌
per unit volume

10
Kriteria Energi untuk Kegagalan – Kriteria Griffith
(Energy Criteria for Fracture – The Griffith Criterion)

• Energi elastis dan energi regangan (Elastic energy and strain energy)
𝜎  𝑎𝑝𝑝 𝜎  𝑎𝑝𝑝 Saat ada retakan,
sebagian volume di
𝑡  sekitar retakan akan
mengalami relaksasi 
𝑐  diasumsikan bahwa
volume yang mengalami
relaksasi tersebut
 Material tanpa retakan,   Material dengan berbentuk setengah
volume retakan sepanjang silinder
  𝑉 0 𝜎 2𝑎𝑝𝑝   𝑉 0 𝜎 2𝑎𝑝𝑝 𝜎 2𝑎𝑝𝑝 𝜋 𝑐 2 𝑡
𝑈 =𝑈 0 +𝑉 0 𝑈 𝑒𝑙𝑎𝑠 =𝑈 0 +
2𝑌
𝑈 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 =𝑈 0 +
2𝑌

2𝑌 2 [ ]
  : energi bebas saat tidak ada tegangan
11
yang bekerja pada material
Kriteria Energi untuk Kegagalan – Kriteria Griffith
(Energy Criteria for Fracture – The Griffith Criterion)

•  Energi permukaan (Surface energy)


Kembali ke materi minggu ke-3: energi permukaan adalah energi yang
diperlukan per unit area untuk membuat permukaan baru (Back to the
course on week 3: surface energy is the energy per unit area required to create a new surface)
Energi yang dibutuhkan untuk membentuk retakan dengan panjang :
𝑈 𝑠𝑢𝑟𝑓 =2 𝛾 𝑐𝑡
    : intrinsic surface energy

Faktor 2 muncul karena dua permukaan


baru terbentuk karena retakan
(permukaan atas dan bawah)

12
Kriteria Energi untuk Kegagalan – Kriteria Griffith
(Energy Criteria for Fracture – The Griffith Criterion)

• Total perubahan energi (Total energy change)


2 2
 
𝑉 𝜎 𝜎 𝜋𝑐2 𝑡
  𝑈 𝑡𝑜𝑡

𝑐  𝑐𝑟𝑖𝑡  Kegagalan
0 𝑎𝑝𝑝
𝑈 𝑡𝑜𝑡 =𝑈 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 +𝑈 𝑠𝑢𝑟𝑓 =𝑈 0 +
terjadi saat panjang
𝑎𝑝𝑝

2𝑌 2𝑌 2 [ ]+2𝛾𝑐𝑡

retakan ≥ panjang kritis, dan


  𝑑 (𝑈 𝑡𝑜𝑡 )
≤0
stable crack unstable crack
𝑑𝑐

  𝜎 2𝑓 2
− 𝜋 𝑐 𝑐𝑟𝑖𝑡 𝑡 +2 𝛾 𝑡 ≤ 0 𝜎 𝜋 𝑐 𝑐𝑟𝑖𝑡 ≥ 4 𝛾 𝑌
 
𝑓
2𝑌

𝜎 𝑓 √ 𝜋 𝑐 𝑐𝑟𝑖𝑡 ≥ 2 √ 𝛾 𝑌
 
13
Kriteria Energi untuk Kegagalan – Kriteria Griffith
(Energy Criteria for Fracture – The Griffith Criterion)

• Kriteria kegagalan (Criteria for fracture)

𝜎 𝑓 √ 𝜋 𝑐 𝑐𝑟𝑖𝑡 ≥ 2 √ 𝛾 𝑌
 

 
𝐾 𝐼 ≥𝐾𝐼𝑐 Kriteria Griffith

Faktor intensitas tegangan, MPa m1/2 Faktor intensitas tegangan kritis, atau
(stress intensity factor) ketangguhan patah (critical stress
intensity factor, or fracture toughness)

Untuk material yang tidak terlalu getas:


 
𝐾 𝐼 𝑐 = √𝑌 𝐺 𝑐   : ketangguhan (J m-2)

Kriteria Griffith mengambil asumsi bahwa


retakannya tajam secara atomik
14
Kegagalan Tekan dan Mode Kegagalan Lainnya
(Compressive and Other Failure Modes)

• Kegagalan tekan (Compressive failure)


Sebelumnya: kegagalan tarik pada material getas yang terjadi karena
perambatan retak yang tidak stabil ketika intensitas tegangan pada
ujung retakan melebihi suatu nilai kritis
Di bawah tegangan tekan, retakan cenderung untuk merambat secara
stabil ke arah yang paralel dengan arah pemberian beban

Kegagalan tarik Kegagalan tekan 15


Kegagalan Tekan dan Mode Kegagalan Lainnya
(Compressive and Other Failure Modes)

• Mode kegagalan lainnya (Other failure modes)

  Modebukaan,   Mode geser,   Mode sobek,


(opening mode) (sliding mode) (tearing mode)

16
Aspek Keatoman dari Patahan
(Atomistic Aspects of Fracture)

• Mengapa keramik getas? (Why are ceramics brittle?)


Keuletan suatu material didapatkan dari pergerakan dislokasi, atau
yang disebut dengan ‘plastisitas ujung-retak’ apabila terdapat retakan
(The ductility of a material arises from the dislocation motion, or crack-tip plasticity)
Dislokasi bergerak di bawah pengaruh tegangan geser (Dislocations move
under the influence of shear stresses)
Ikatan Ikatan Ikatan
metalik ionik kovalen
  𝑡h𝑒𝑜𝑟𝑒𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑠h𝑒𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡h
𝑡h𝑒𝑜𝑟𝑒𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑙𝑒 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡h
Pergerakan dislokasi Pergerakan dislokasi
tidak dapat dihindari sulit  getas
 ulet 17
Aspek Keatoman dari Patahan
(Atomistic Aspects of Fracture)

•  Mengapa keramik getas? (Why are ceramics brittle?)


Pergerakan dislokasi adalah proses yang teraktivasi secara termal 
pada T tinggi, pergerakan dislokasi menjasi lebih mudah dan material
menjadi lebih ulet (Dislocation mobility is thermally activated  at higher T, dislocation
activity is more favorable and increases the ductility of a material)
Jadi: suatu material padat bersifat getas apabila energi penghalang
pergerakan dislokasi lebih besar dibandingkan energi termal, , yang
tersedia pada sistem (To conclude: a solid is brittle when the energy barrier for
dislocation motion is large relative to the thermal energy available to the system)

18
Materi Kuliah Minggu 6
(Course Materials Week 6)

Pendahuluan (Introduction)
a. Ketangguhan pecah keramik (Fracture toughness of ceramics)
b. Kekuatan keramik (Strength of ceramics)
c. Mekanisme pertangguhan pada keramik (Toughening mechanisms on ceramics)
d. Mendesain material keramik (Designing with ceramics)
Ikhtisar (Summary)

19
Kecacatan Pemrosesan dan Permukaan
(Processing and Surface Flaws)

• Keramik tidak dapat diproses dengan metode deformasi (karena getas) dan
tidak dapat dicor (karena titik leleh yang tinggi) (Ceramics cannot be processed
either by deformation methods due to its brittleness, or by casting due to its high melting points)
• Dari materi minggu ke-5: sebagian besar keramik diproses dengan
penyinteran padat atau cair  cacat tidak dapat dihindari (Most ceramics are
fabricated by either solid- or liquid-sintering  flaws are inevitable)
• Kecacatan dapat berupa: cacat internal, cacat permukaan yang timbul saat
pemrosesan, dan cacat permukaan yang muncul belakangan karena proses
pengerjaan atau pemakaian (Flaws in ceramics can be either internal, surface flaws
generated during processing, or surface flaws introduced later during machining or service)
• Macam-macam cacat: pori-pori, inklusi, gumpalan dan butiran yang besar,
serta cacat permukaan (Types of flaws: pores, inclusions, agglomerates and large grains, and
surface flaws)

20
Kecacatan Pemrosesan dan Permukaan
(Processing and Surface Flaws)

• Pori-pori (Pores)
Keberadaan pori menurunkan kekuatan karena: mengurangi luas
penampang  menaikkan tegangan yang dirasakan oleh keramik, dan
berperan sebagai pemusat tegangan (Pores decrease the strength of ceramics
because: they reduce the cross-sectional area over which the load is applied, and they act as
stress concentrators)

  : kekuatan − 𝐵𝑃
 :
fraksi volume
spesimen berpori 𝜎 𝑝 =𝜎 0 𝑒
 
porositas
  : kekuatan  : konstanta, bergantung
spesimen tanpa pada distribusi dan
pori-pori morfologi dari pori

21
Kecacatan Pemrosesan dan Permukaan
(Processing and Surface Flaws)

• Inklusi
  (Inclusions)

Pengotor pada serbuk bahan baku dapat bereaksi dengan matriks (senyawa
utama penyusun keramik) membentuk inklusi (Impurities in the starting powders can react
with the matriw and form inclusions)
Inklusi dapat mempunyai sifat-sifat mekanik dan termal yang berbeda dari
matriks (Inclusions may have different mechanical and thermal properties from the matrix)
Perbedaan koefisien ekspansi termal antara matriks () dan inklusi ()
mengakibatkan adanya ‘tegangan sisa’ yang besar saat proses pendinginan (The
mismatch in the thermal expansion coefficient of the matrix and the inclusions resulting in large residual
stresses during cooling process)
Jika  pembentukan retakan matriks
Jika  inklusi akan cenderung untuk terpisah dari matriks dan membentuk
cacat yang menyerupai pori-pori
22
Kecacatan Pemrosesan dan Permukaan
(Processing and Surface Flaws)

• Gumpalan dan butiran yang besar (Agglomerates and large grains)


Partikel berukuran halus dapat terakumulasi dan membentuk gumpalan pada saat
proses fabrikasi awal sebelum sintering (‘green body’) (Fine particles may accumulate and
form agglomerates during green body fabrication)
Ketika pemadatan terjadi dengan cepat, tegangan akan muncul di sekitar
gumpalan dan mengakibatkan kekosongan dan retakan (The rapid densification induces
stresses around agglomerates and resulting in voids and cracks)
Kekosongan terjadi karena penyusutan yang cepat pada tahap awal penyinteran
(Voids are formed as a result of rapid shrinkage during the early stages of sintering)
Pertumbuhan butiran yang berlebihan selama penyinteran menghasilkan butiran
yang besar  menurunkan kekuatan karena berperan seperti inklusi dan juga
adanya ketidakcocokan ekspansi termal dengan matriks (Exaggerated grain growth
during sintering results in large grains  degradation in strength because the large grains act as
inclusion and also due to thermal expansion mismatches with the matrix)

23
Kecacatan Pemrosesan dan Permukaan
(Processing and Surface Flaws)

• Cacat permukaan (Surface flaws)


Cacat permukaan dapat muncul karena pemrosesan, maupun saat
pengerjaan dan pemakaian setelah pemrosesan (Surface flaws can be
introduced during fabrication, or during machining operations and use after fabrication)

Retakan biasanya berhenti di batas butir 


panjang retakan terbatas sebesar diameter satu
butiran (The cracks are defelected at grain
boundaries  the length of the crack is limited to one
grain diameter)
Berdasarkan kriteria Griffith, tegangan patah
turun dengan meningkatnya ukuran butiran
(According to Griffith criterion, the fracture stress
decreases with increasing grain size)
24
Pengaruh Ukuran Butiran pada Kekuatan
(Effect of Grain Size on Strength)

Sesuai penjelasan pada slide 23 dan 24,


kekuatan keramik turun dengan
meningkatnya ukuran butiran (As explained
in slides 23 and 24, the strength of ceramic decreases
with the increase of grain size)
Tetapi, apabila ukuran butiran cukup
kecil, maka kekuatan keramik menjadi
tidak sensitif terhadap ukuran butiran
(However, for very fine-grained ceramics, the strength
becomes relatively grain-size-insensitive)

25
Pengaruh Tegangan Sisa Permukaan Tekan
(Effect of Compressive Surface Residual Stresses)

• Adanya ‘tegangan sisa permukaan tekan’ dapat mencegah kegagalan


karena cacat permukaan karena tegangan tekan tersebut harus dilalui
terlebih dahulu sebelum retakan dapat merambat (The presence of compressive
surface residual stress would inhibit failure from surface flaws because these compressive stresses
would have to be overcome before a surface crack could propagate)
• Selain itu, tegangan tekan tersebut juga dapat meningkatkan ketahanan
kejut termal dan ketahanan terhadap kerusakan karena kontak (Moreover,
these compressive stresses could also enhance thermal shock resistance and contact damage
resistance)
• Prinsip umumnya adalah dengan membuat lapisan di permukaan
dengan volume yang lebih tinggi dibandingkan matriks awalnya (The
general principle is to generate surface layer with a higher volume than the original matrix)

26
Pengaruh Tegangan Sisa Permukaan Tekan
(Effect of Compressive Surface Residual Stresses)

• Beberapa cara untuk memberikan tegangan sisa permukaan tekan:


o Melapisi bagian luar material dengan lapisan yang memiliki
koefisien ekspansi termal lebih rendah  misal pemberian glazur
atau penemperan pada gelas (Incorporation of an outer layer having a lower thermal
expansion coefficient as in glazing or tempering of glass)
o Mengisi bagian luar secara fisik dengan atom atau ion, misalnya
dengan implantasi ion (Physically stuffing the outer layer with atoms or ions such as by
ion implantation)
o Menukar ion yang berukuran lebih kecil dengan ion yang lebih besar,
misalnya dengan menempatkan gelas di dalam lelehan garam yang
mengandung ion yang lebih besar (Ion-exchanging smaller ions for larger ions, for
example by placing a glass in a molten salt that contains the larger ions)

27
Pengaruh Tegangan Sisa Permukaan Tekan
(Effect of Compressive Surface Residual Stresses)

• Tegangan tekan di permukaan akan diseimbangkan dengan tegangan tarik


yang muncul di tengah-tengah material  apabila cacat berhasil merambat
melalui lapisan tekan ini, maka material akan lebih lemah dibandingkan
material tanpa lapisan tekan (The compressive surface stresses should be balanced with a
tensile stress developed in the center of the material  if a flaw actually propagates through the
compressive layer, then the material is weaker than in the absence of the compressive layer)
• Pelepasan tegangan sisa pada situasi ini akan mengakibatkan material pecah
menjadi kepingan-kepingan kecil yang tumpul dengan jumlah yang banyak
 lebih aman dibandingkan kepingan yang lebih besar dan tajam (The release
of the residual stresses in this situation resulting in the material to shatter into a large number of granular
small pieces  much less dangerous than larger jagged shards of glass)
• Aplikasi: kaca depan mobil, rak kulkas, pelindung layar telepon genggam,
kaca antipeluru, peralatan makan dan masak (Applications: car windshields, refrigerator
trays, mobile phone screen protector, bulletproof glass, dinnerware and cookware)

28
Pengaruh Temperatur pada Kekuatan
(Effect of Temperature on Strength)

• Bergantung pada beberapa faktor, utamanya lingkungan di sekitar


material
• Skenario yang mungkin terjadi saat keramik diletakkan di lingkungan
yang korosif pada temperatur tinggi:
o Terbentuknya lapisan (oksida) protektif di permukaan yang dapat
menghilangkan cacat yang sebelumnya ada  kekuatan naik (A protective
(oxide) layer forms on the surface which can heal the preexisting flaws  increase the strength)
o Lingkungan menyerang permukaan  kekuatan turun (The atmosphere
attacks the surface  decrease the strength)
• Untuk keramik dengan fasa gelas, pada temperatur yang cukup tinggi
kekuatannya turun karena fasa ini melunak (For ceramic containing glassy phases,
at sufficiently high temperature the strength decreases due to the softening of these phases)

29
Materi Kuliah Minggu 6
(Course Materials Week 6)

Pendahuluan (Introduction)
a. Ketangguhan pecah keramik (Fracture toughness of ceramics)
b. Kekuatan keramik (Strength of ceramics)
c. Mekanisme pertangguhan pada keramik (Toughening mechanisms on ceramics)
d. Mendesain material keramik (Designing with ceramics)
Ikhtisar (Summary)

30
Mekanisme Pertangguhan
(Toughening Mechanisms)

•  Berbagai usaha untuk meningkatkan ketangguhan dan ketahanan


terhadap patah pada keramik (The compressive surface stresses should be balanced
with a tensile stress developed in the center of the material  if a flaw actually propagates
through the compressive layer, then the material is weaker than in the absence of the compressive
layer)
• Ide utamanya adalah dengan meningkatkan energi yang dibutuhkan
untuk memperpanjang retakan (ketangguhan material), (lihat slide 14)
(The essential idea is to increase the energy needed to extend a crack (toughness of the material))
• Mekanisme: pembelokan retakan, menjembatani retakan, dan
pertangguhan transformasi (Mechanisms: crack deflection, crack bridging, and
transformation toughening)

31
Pembelokan Retakan
(Crack Deflection)

•  Pada material polikristalin, retakan akan berbelok pada batas butir 


intensitas tegangan rata-rata pada ujung retakan, , berkurang (On
polycrystalline ceramics, there is deflection of crack at the grain boundaries  average stress
intensity at its tip reduced)
• Material polikristalin memiliki ketangguhan patah yang lebih tinggi
dibandingkan material kristal tunggal dengan komposisi yang sama
(Polycristalline materials have higher fracture toughness than single crystals of the same
composition)
  𝜃
(
𝐾 𝑡𝑖𝑝 = 𝑐𝑜𝑠
2
3
𝐾 𝑎𝑝𝑝 )
 :
intensitas tegangan yang
diaplikasikan
 : sudut pembelokan 32
Menjembatani Retakan
(Crack Bridging)

• Pertangguhan terjadi dengan menjembatani permukaan retakan


menggunakan ‘fasa penguat’ (The toughening results from bridging of the crack
surfaces behind the crack tip by a strong reinforcing phase)
• Fasa penguat menurunkan intensitas tegangan pada ujung retakan (The
reinforcing phase reduces the crack-tip stress intensity)
• Fasa penguat ini dapat berupa butiran yang memanjang maupun serat
kontinu (The reinforcing phase can be elongated grains or continuous fibers)

33
Menjembatani Retakan
(Crack Bridging)

• Fasa
  penguat mengalami regangan elastis di sepanjang bukaan retakan (The
reinforcing phase is elastically stretched along the crack front)
• Ketangguhan patah meningkat dengan:
o meningkatkan fraksi volume fasa penguat
o meningkatkan rasio  modulus Young komposit (matriks+fasa penguat)
dan modulus Young fasa penguat
o meningkatkan rasio  energi patah fasa penguat dan energi patah di
antarmuka antara fasa penguat dan matriks 34
Menjembatani Retakan
(Crack Bridging)

35
Pertangguhan Transformasi
(Transformation Toughening)

• Pertangguhan terjadi karena transformasi fasa metastabil yang


diakibatkan oleh tegangan di area sekitar retakan (Toughening which resulting
from stress-induced transformation of a metastable phase in the vicinity of a propagating crack)
• Contoh: pertangguhan transformasi pada butiran tetragonal halus
zirkonia yang terdispersi di matriks (Toughening on fine tetragonal zirconia grains
dispersed in a matrix)
Tidak ada retakan: pendinginan 
transformasi tidak terjadi karena
butiran yang halus tertahan oleh
matriks  fasa tetragonal metastabil
Ada retakan: terjadi transformasi di
sekitar permukaan retakan karena
butiran tidak lagi tertahan 
permukaan tekan terbentuk 
ketangguhan dan kekuatan meningkat
36
Materi Kuliah Minggu 6
(Course Materials Week 6)

Pendahuluan (Introduction)
a. Ketangguhan pecah keramik (Fracture toughness of ceramics)
b. Kekuatan keramik (Strength of ceramics)
c. Mekanisme pertangguhan pada keramik (Toughening mechanisms on ceramics)
d. Mendesain material keramik (Designing with ceramics)
Ikhtisar (Summary)

37
Mendesain Material Keramik
(Designing with Ceramics)

• Kegagalan pada keramik sensitif terhadap ukuran cacat dan distribusinya


• Apakah mungkin untuk mendesain material keramik untuk aplikasi
dimana kemampuan tahan-beban diperlukan?
• Diperlukan data karakterisasi menyeluruh tentang ukuran dan orientasi
cacat, serta konsentrasi tegangan di setiap ujung cacat pada material
tersebut  tidak praktis untuk dilakukan
• Alternatif: melakukan karakterisasi untuk melihat perilaku banyak
sampel untuk material yang sama, kemudian menggunakan pendekatan
statistika  didapatkan kemungkinan ketahanan suatu material
• Dari analisis statistika, maka faktor risiko harus dikaji sehingga
didapatkan estimasi tegangan desain yang sesuai

38
Distribusi Weibull
(Weibull Distribution)

  𝑚 −1 𝑚
𝜎 𝜎
𝑓 ( 𝑥)= 𝑚
𝜎0 ( ) ( ( ))
exp ⁡ −
𝜎0

Integras
 
i 𝑚
𝜎
𝑆= 𝑒𝑥𝑝 −
𝜎0 [ ( )] Modulus
Weibull Tegangan
kegagalan
(failure
  1 𝜎 stress)
ln ln =𝑚 ln =𝑚 ln 𝜎 − 𝑚 ln 𝜎 0
𝑆 𝜎0  Level tegangan saat
kemungkinan ketahanannya
Kemungkinan ketahanan (survival probability): fraksi adalah
sampel yang akan bertahan pada level tegangan tertentu 39
Distribusi Weibull: Latihan Soal
(Weibull Distribution: Exercise)

•  Kekuatan 10 buah keramik yang identikal diukur dan didapatkan hasil


berikut: 387, 350, 300, 420, 400, 367, 410, 340, 345, dan 310 Mpa.
Tentukan:
a. Modulus Weibull dan material ini
b. Hitung tegangan desain untuk memastikan kemungkinan
ketahanan lebih tinggi dari 0,999
Diketahui: rumus perhitungan kemungkinan ketahanan dari analisis
statistik adalah dengan adalah total sampel

40
Distribusi Weibull: Latihan Soal
(Weibull Distribution: Exercise)

• Langkah #1: Urutkan sampel


berdasarkan nilai kekuatan
j
1
1 300
300 5,70
5,70
2
2 310
310 5,74
5,74
3
3 340
340 5,83
5,83
4
4 345
345 5,84
5,84
5
5 350
350 5,86
5,86
6
6 367
367 5,91
5,91
7
7 387
387 5,96
5,96
8
8 400
400 5,99
5,99
9
9 410
410 6,02
6,02
10
10 420
420 6,04
6,04 41
Distribusi Weibull: Latihan Soal
(Weibull Distribution: Exercise)

•  Langkah #2: Hitung nilai dan

j
1
1 300
300 5,70
5,70 0,93
0,93 2,66
2,66
2
2 310
310 5,74
5,74 0,84
0,84 1,72
1,72
3
3 340
340 5,83
5,83 0,74
0,74 1,20
1,20
4
4 345
345 5,84
5,84 0,64
0,64 0,82
0,82
5
5 350
350 5,86
5,86 0,55
0,55 0,51
0,51
6
6 367
367 5,91
5,91 0,45
0,45 0,23
0,23
7
7 387
387 5,96
5,96 0,36
0,36 -0,03
-0,03
8
8 400
400 5,99
5,99 0,26
0,26 -0,30
-0,30
9
9 410
410 6,02
6,02 0,16
0,16 -0,59
-0,59
10
10 420
420 6,04
6,04 0,07
0,07 -0,99
-0,99
42
Distribusi Weibull: Latihan Soal
(Weibull Distribution: Exercise)

•  Langkah #3: Plot vs

j
1
1 300
300 5,70
5,70 0,93
0,93 2,66
2,66
2
2 310
310 5,74
5,74 0,84
0,84 1,72
1,72
3
3 340
340 5,83
5,83 0,74
0,74 1,20
1,20
4
4 345
345 5,84
5,84 0,64
0,64 0,82
0,82
5
5 350
350 5,86
5,86 0,55
0,55 0,51
0,51
6
6 367
367 5,91
5,91 0,45
0,45 0,23
0,23
𝑚=10,5
  7
7 387
387 5,96
5,96 0,36
0,36 -0,03
-0,03
𝜎 0 ≈ 385 𝑀𝑃𝑎
  8
8 400
400 5,99
5,99 0,26
0,26 -0,30
-0,30
9
9 410
410 6,02
6,02 0,16
0,16 -0,59
-0,59
10
10 420
420 6,04
6,04 0,07
0,07 -0,99
-0,99
43
Distribusi Weibull: Latihan Soal
(Weibull Distribution: Exercise)

  𝑚
𝜎
𝑆= 𝑒𝑥𝑝 −
[ ( )]
𝜎0

  10,5
𝜎
0,999=𝑒𝑥𝑝 −
[( ) ]
385
𝜎 =200 𝑀𝑃𝑎
 

𝑚=10,5
 

 𝜎 0 ≈ 385 𝑀𝑃𝑎

44
Distribusi Weibull
(Weibull Distribution: Exercise)

• Faktor yang mempengaruhi modulus Weibull: keseragaman


mikrostruktur, termasuk cacat, ukuran butiran, dan inklusi
• Nilai modulus Weibull yang besar lebih diinginkan dalam desain
• Apabila kekuatan material dikontrol oleh cacat yang tersebar secara
acak di dalam volume, maka kekuatan bergantung pada volume 
kemungkinan ketahanan menurun dengan meningkatnya volume
• Apabila kekuatan material dikontrol oleh cacat permukaan, maka
kekuatan bergantung pada luas area

45
Materi Kuliah Minggu 6
(Course Materials Week 6)

Pendahuluan (Introduction)
a. Ketangguhan pecah keramik (Fracture toughness of ceramics)
b. Kekuatan keramik (Strength of ceramics)
c. Mekanisme pertangguhan pada keramik (Toughening mechanisms on ceramics)
d. Mendesain material keramik (Designing with ceramics)
Ikhtisar (Summary)

46
Ikhtisar Minggu 6
(Summary of Week 6)

• Keramik bersifat getas karena tidak adanya plastisitas ujung-retak


(Ceramics are brittle because there is no crack-tip plasticity)
• Kriteria kegagalan didefinisikan dalam persamaan berikut:
 
𝐾 𝐼 =𝜎 𝑓 √ 𝜋 𝑐 𝑐𝑟𝑖𝑡 ≥ 𝐾 𝐼 𝑐
• Cacat pada keramik, yang dapat terbentuk baik pada saat pemrosesan,
maupun saat pengerjaan dan penggunaan, mempengaruhi kekuatan
keramik tersebut
• Kekuatan keramik meningkat dengan menurunnya ukuran butiran
• Adanya permukaan tekan dapat meningkatkan ketangguhan material
keramik
47
Ikhtisar Minggu 6
(Summary of Week 6)

• Ada beberapa mekanisme pertangguhan yang dapat dilakukan pada


keramik, diantaranya adalah pembelokan retakan pada batas butir,
penjembatanan retakan dengan serat maupun butiran yang
memanjang, serta melalui mekanisme pertangguhan transformasi
• Variasi ukuran, bentuk, dan orientasi cacat mengakibatkan adanya
variasi pada kekuatan suatu material
• Berdasarkan distribusi Weibull, kemungkinan ketahanan (survival
probability) suatu material diberikan oleh persamaan berikut:
  𝑚
𝜎
𝑆= 𝑒𝑥𝑝 −
[ ( )]
𝜎0
48

Anda mungkin juga menyukai