Anda di halaman 1dari 16

Problematika dalam Penerapan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah

Kesalahan Ejaan dan Tanda Baca; Kesalahan Penalaran.


KELOMPOK 7

TITANIA ELIA ANGGRENI MARWAH. R AGUSTINI


200901502046 200901500012 200901502037
PENDAHULUA
N
Bahasa tulisan sebagai salah satu bentuk wacana yang menggunakan
bahasa sebagai medianya mensyaratkan seseorang untuk mengetahui
dan menguasai kaidah-kaidah bahasa, khususnya penggunaan EYD.
Karena dengan penguasaan terhadap EYD, dapat di pastikan pesan
informasi yang di sampaikan dalam tulisan maupun pesan dapat di
pahami oleh pembaca.
PEMBAHASAN

EJAAN

TANDA BACA

PENALARAN
Ejaan merupakan ilmu yang memepelajari cara penulisan, peraturan dan
konvensi grafis tentang bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan hubungan
antara lambang-lambang tersebut. Ejaan lebih ditekankan pada penulisan huruf,
penulisan kata, penulisan kalimat, dan penulisan tanda baca.

“EJAAN”
EJAAN - PELAFALAN
Lafal atau ucapan dalam nahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.

Contoh:

Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar


Teknik /tehnik/ teknik / t e k n i k /
Tegel /tehel/ tegel / t e g e l /
Energi /enerji/ energi / e n e r g i

Pelafalan mengenai singkatan kata dengan huruf, sebaiknya pemakaian bahasa memperhatikan pelafalan yang benar
seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.

Contoh :

Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar


TV /tivi/ / te ve /
MTQ / emtekyu / / em te ki /
EJAAN – PEMAKAIAN HURUF
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf “a”
sampai dengan huruf “z”. beberapa huruf diantaranya yaitu huruf “f”, “v”, “x”, dan “z”, merupakan huruf serapan dan
sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu
tetap dipertahankan dan jangann diganti dengan huruf lain.

Contoh:

Fitnah tidak boleh diganti dengan pitnah

Pasif tidak boleh diganti dengan pasip

Vitamin tidak boleh diganti dengan pitamin

Aktif tidak boleh diganti dengan aktip

Zamrud tidak boleh diganti dengan samrud, jamrud


EJAAN – PEMISAHAN SUKU KATA

Didalam bahasa Indonesia setiap suku kata ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat diikuti maupun didahului oleh
konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir
setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh sewenang-wenang melakukan pemotongan atau pemisahan kata, melainkan
harus taat pada kaidah yang berlaku. Penulis harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan
yang Disempurnakan (EYD)

Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata, yaitu:

V : i-nang, a-ku, ma-u, a-du, i-par


VK : in-duk, la-in, om-pong, om-bak
KV : ra-jut, ma-ju, bi-ru, cu-kup
KVK: ram-but, lam-bat, pan-tul, rim-bun
EJAAN – PENULISAN HURUF
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yaitu aturan penulisan huruf besar
atau huruf capital dan aturan penulisan huruf miring.

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Contoh:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negara-kertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya.
Tanda baca adalah symbol yang tidak berhubungan dengan suara atau kata dan
frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukan struktur dan
organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu
membaca.

“TANDA BACA”
Beberapa tanda baca yang digunakan dalam Bahasa Indonesia.

Tanda Baca Titik (.) Tanda Baca Titik Dua (:)


Tanda titik dipakai pada Tanda Baca Koma (,) Tanda titik dua dapat
akhir kalimat yang bukan Tanda koma di pakai untuk dipakai pada akhir suatu
pertanyaan atau seruan. memisahkan kalimat setara pertanyaan lemgkap jika
yang dari kalimat setara diikuti rangkaian pemerian.
berikut yang didahului kata
seperti tetapi atau
Tanda Petik Tunggal (‘…’) melainkan.
Tanda petik tunggal Tanda Hubung (-)
mengapit maka makna
terjemahan, atau penjelasan Tanda hubung menyambung
kata atau ungkapan asing. suku-suku kata dasar yang
Tanda Elipsis (. . .) terpisah oleh penggantian
barisnya.
Tanda elipsis dipakai dalam
kalimat terputus-putus.
Tanda elipsis menunjukan
bahwa suatu kalimat atau
Tanda Petik (“…”) Tanda Kurung ((…))
naskah ada bagian yang
Tanda petik mengapit judul dihilangkan. Tanda kurung mengapit
syair, karangan, atau bab keterangan atau penjelasan
buku yang dipakai dalam yang bukan integral pokok
kalimat. pembicaraan.
Beberapa tanda baca yang digunakan dalam Bahasa Indonesia.

Tanda Seru (!) Tanda Tanya (?) Tanda Garis Miring ( / )

Tanda seru dipakai sesudah Tanda tanya dipakai pada Tanda garis miring dipakai
ungkapan atau pertanyaan akhir kalimat tanya. dalam nomor surat dan
yang berupa seruan atau Tanda tanya dipakai di nomor pada alamat dan
perintah yang dalam tanda kurung untuk penadaan masa satu tahun
menggambarkan menyatakan bagian kalimat yang terbagi dalam dua
kesungguhan, yang disangsikan atau yang tahun takwim.
ketidakpercayaan, ataupun kurang dapat dibuktikan Tanda garis miring dipakai
rasa emosi yang kuat. kebenarannya. sebagai pengganti kata dan,
atau atau tiap.

Tanda Kurung Siku ([…]) Tanda Penyingkat atau Tanda Baca Titik Koma (;)
Apostrof ( ‘ )
Tanda kurung siku mengapit Tanda titik koma dapat
huruf, kata, atau kelompok Tanda penyingkat atau dipakai sebagai pengganti
kata sebagai koreksi atau apostrof menunjukan kata penghubung untuk
tambahan pada kalimat atau penghilangan bagian kata memisahkan kalimat yang
bagian kalimat yang ditulis atau bagian angka tahun. setara di dalam kalimat
orang lain. majemuk.
Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-
hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata
lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk
memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat
berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).

Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni
penalaran induktif dan deduktif.

“PENALARAN”
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak
dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.

Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:

1. Generalisasi
2. Analogi
Penalaran Induktif 3. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)

&
Penalaran Deduksi Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari
sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan)
menuju
hal-hal khusus.

Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Silogisme
2. Entinem
Kesimpulan dan Saran

KESIMPULAN SARAN
Problematika dalam penerapan bahasa Masih kurangnya pengetahuan
indonesia ragam ilmiah yaitu mencakup mengenai penerapan EYD
tentang ejaan dan tanda baca serta sebagai acuan penggunaan
kesalahan penalaran, dimana bahasa tulisan Bahasa Indonesia yang baik
digunakan sebagai salah satu bentuk wacana dan benar, sehingga
yang menggunakan bahasa sebagai problematika dalam penerapam
medianya, mensyaratkan seseorang untuk Bahasa Indonesia ragam ilmiah
mengetahui dan menguasai kaidah-kaidah masih sering kita jumpai akibat
bahasa, khususnya penggunaan EYD. dari kekeliruan dalam
Dimana pada penerapan EYD itu meliputi penalaran mengenai Bahasa
ejaan dan tanda baca sesuai aturan yang Indonesia itu sendiri, maka dari
telah ditetapkan serta penalaran sebagai alat itu sebaiknya ada tindakan
untuk merasionalkan penggunaan bahasa untuk mengurangi kesalahan
yang tepat menurut kaidah yang berlaku. dalam memahami Bahasa
Indonesia sesuai EYD
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai