EJAAN
TANDA BACA
PENALARAN
Ejaan merupakan ilmu yang memepelajari cara penulisan, peraturan dan
konvensi grafis tentang bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan hubungan
antara lambang-lambang tersebut. Ejaan lebih ditekankan pada penulisan huruf,
penulisan kata, penulisan kalimat, dan penulisan tanda baca.
“EJAAN”
EJAAN - PELAFALAN
Lafal atau ucapan dalam nahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Contoh:
Pelafalan mengenai singkatan kata dengan huruf, sebaiknya pemakaian bahasa memperhatikan pelafalan yang benar
seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.
Contoh :
Contoh:
Didalam bahasa Indonesia setiap suku kata ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat diikuti maupun didahului oleh
konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir
setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh sewenang-wenang melakukan pemotongan atau pemisahan kata, melainkan
harus taat pada kaidah yang berlaku. Penulis harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan
yang Disempurnakan (EYD)
Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata, yaitu:
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negara-kertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya.
Tanda baca adalah symbol yang tidak berhubungan dengan suara atau kata dan
frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukan struktur dan
organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu
membaca.
“TANDA BACA”
Beberapa tanda baca yang digunakan dalam Bahasa Indonesia.
Tanda seru dipakai sesudah Tanda tanya dipakai pada Tanda garis miring dipakai
ungkapan atau pertanyaan akhir kalimat tanya. dalam nomor surat dan
yang berupa seruan atau Tanda tanya dipakai di nomor pada alamat dan
perintah yang dalam tanda kurung untuk penadaan masa satu tahun
menggambarkan menyatakan bagian kalimat yang terbagi dalam dua
kesungguhan, yang disangsikan atau yang tahun takwim.
ketidakpercayaan, ataupun kurang dapat dibuktikan Tanda garis miring dipakai
rasa emosi yang kuat. kebenarannya. sebagai pengganti kata dan,
atau atau tiap.
Tanda Kurung Siku ([…]) Tanda Penyingkat atau Tanda Baca Titik Koma (;)
Apostrof ( ‘ )
Tanda kurung siku mengapit Tanda titik koma dapat
huruf, kata, atau kelompok Tanda penyingkat atau dipakai sebagai pengganti
kata sebagai koreksi atau apostrof menunjukan kata penghubung untuk
tambahan pada kalimat atau penghilangan bagian kata memisahkan kalimat yang
bagian kalimat yang ditulis atau bagian angka tahun. setara di dalam kalimat
orang lain. majemuk.
Penalaran (reasioning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-
hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan. Dengan kata
lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk
memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat
berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni
penalaran induktif dan deduktif.
“PENALARAN”
Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak
dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.
1. Generalisasi
2. Analogi
Penalaran Induktif 3. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
&
Penalaran Deduksi Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari
sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan)
menuju
hal-hal khusus.
1. Silogisme
2. Entinem
Kesimpulan dan Saran
KESIMPULAN SARAN
Problematika dalam penerapan bahasa Masih kurangnya pengetahuan
indonesia ragam ilmiah yaitu mencakup mengenai penerapan EYD
tentang ejaan dan tanda baca serta sebagai acuan penggunaan
kesalahan penalaran, dimana bahasa tulisan Bahasa Indonesia yang baik
digunakan sebagai salah satu bentuk wacana dan benar, sehingga
yang menggunakan bahasa sebagai problematika dalam penerapam
medianya, mensyaratkan seseorang untuk Bahasa Indonesia ragam ilmiah
mengetahui dan menguasai kaidah-kaidah masih sering kita jumpai akibat
bahasa, khususnya penggunaan EYD. dari kekeliruan dalam
Dimana pada penerapan EYD itu meliputi penalaran mengenai Bahasa
ejaan dan tanda baca sesuai aturan yang Indonesia itu sendiri, maka dari
telah ditetapkan serta penalaran sebagai alat itu sebaiknya ada tindakan
untuk merasionalkan penggunaan bahasa untuk mengurangi kesalahan
yang tepat menurut kaidah yang berlaku. dalam memahami Bahasa
Indonesia sesuai EYD
TERIMA KASIH