DAN FUNGSI
HADIS
Oleh: Robitoh Widi Astuti
Kedudukan Hadis
Hadis sumber hukum Islam ke- 2 setelah al
Qur’an
Umat Islam wajib mengikuti hadis sebagaimana
diwajibkan mengikuti al Qur’an
Syari’at Islam tidak akan bisa difahami dengan
lengkap dan mendalam tanpa keduanya
Tanpa hadis, al Qur’an nyaris tidak aplikatif
Dasar untuk menerima Hadis:
1. Dalil al Qur’an antara lain Q.S. Ali Imran: 32, 179, al
Nisa’: 59, 136, al Maidah: 92, al Anfal: 20, al Nur: 54, al
Hasyr: 7, dan masih banyak yang lain
2. Hadis riwayat Malik bahwa Nabi SAW telah
meninggalkan dua pusaka yang harus dipegang teguh
agar tidak tersesat, yaitu al Qur’an dan Sunnah Rasul-
Nya
3. Ijma’ (kesepakatan) ulama’ untuk mempercayai,
menerima, dan mengamalkan segala ketentuan yang
terkandung di dalam hadis
4. Sesuai dengan petunjuk akal secara logika,
kepercayaan kepada Nabi SAW sebagai rasul
mengharuskan umatnya mentaati dan mengamalkan
segala ketentuan yang beliau sampaikan
Fungsi Hadis terhadap al Qur’an
Al Qur’an sebagai sumber hukum pertama memuat
ajaran yang bersifat umum dan global, sedangkan
hadis sebagai sumber kedua berfungsi untuk
menjelaskan (bayan) keumuman isi al Qur’an:
Bayan al-Ta’kid / al Taqrir / al Isbat
Bayan al Tafsir
a.Bayan al-Taqyid
b.Bayan al-Takhsis
Bayan al-Tasyri’
Bayan al-Naskh
Bayan al-Ta’kid / al Taqrir / al Isbat
Selain 3 nama di atas, bayan ini disebut juga
ْ Aص
ل ِك َت ِابAAا ْ َيانAAAب,َ karena hadis tersebut
ِّ ل َّنA ِقلAAA ِفAلم َُواAAا
sealur (sesuai) dengan nas al Qur’an
Hadis menetapkan dan memperkuat apa yang
telah diterangkan di dalam al Qur’an
Hadis memperkokoh isi kandungan al Qur’an
Contoh: طرُوا ِ أ َ ْفAAAُ َفA ْي ُتم ُْوهAَُ ْومُوا َوإِ َذا َراAصAAAل ِهاَل َل َفAA اA ْي ُت ُمAَ ِإ َذا َراAAAف,
َ
hadis ini menguatkan Q.S. al Baqarah: 185
Bayan al Tafsir: (1) al Taqyid, (2) al Takhsis
Hadis berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat
al Qur’an yang bersifat global (mujmal). Contoh: ayat tentang perintah
sholat, puasa, zakat, jual beli, nikah, qishas, hudud, dan sebagainya
Hadis berfungsi untuk memberi batasan / persyaratan (taqyid) ayat-ayat al
Qur’an yang bersifat mutlak. Contoh: Q.S. Al Maidah: 38 yang menjelaskan
tentang hukuman potong tangan bagi pencuri, tanpa membatasi seberapa
tangan yang harus dipotong. Maka muncul lah hadis tentang batasan
tersebut
Hadis berfungsi untuk mengkhususkan (takhsis) ayat-ayat al Qur’an yang
masih bersifat umum. Contoh: Q.S. Al Nisa’: 11 tentang ahli waris, ditakhsis
oleh hadis tentang siapa saja yang tidak berhak mewaris beserta sebabnya
Bayan al Tasyri’
ْ ل ِك َت ِابAAا
Disebut juga Aل َك ِري ِمAAا ْ ِئ ٌد َع َلىAَزا
Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak
didapati dalam al Qur’an
Mewujudkan hukum baru
Contoh: hadis tentang pengharaman
mengumpulkan dua wanita bersaudara dalam 1
perkawinan (antara istri dengan bibinya), hukum
syuf’ah, hukum merajam pezina wanita yang
masih perawan
Bayan al Naskh
Arti nasakh: ibthal (membatalkan), izalah (menghilangkan),
tahwil (memindahkan), taghyir (mengubah)
Fungsi ini tidak semua ulama’ menyepakatinya
Kelompok yang sepakat: Mu’tazilah, Hanafiyah, dan
Madzhab Ibn Hazm al Dzahiri
Kelompok yang menolak: Imam Syafi’i dan sebagian besar
pengikutnya, sebagian besar pengikut madzhab Dzahiriyah
dan Khawarij
ِ َوAAي ََّة ِلAص
Contoh yang biasa dipakai:ار ٍث ِ ( اَل َوtidak ada wasiat
bagi ahli waris). Hadis ini menurut mereka -yang
menyepakati adanya bayan al naskh- merupakan naskh
Q.S. al Baqarah: 180