Anda di halaman 1dari 18

Askep dengan

Pasien Malaria

Kelompok 1
Nama Kelompok

• Nur’aini • Jihan Ayu Pramu S.


(1910701001) (1910701028)
• Anggita Astagina • Berlian Rahmah P
(1910701003) (1910701030)
• Shinta Nazila • Aulia Nurshafira R.
(1910701007) (1910701032)
• Dhea Ananda • Roosmalinda R.A
(1910701019 (1910701035)
• Taqiyyah Dhiya Z.
(1910701021)
LEARNING OUTCOME
Pengertian,
Tipe/Klasifikasi Etiologi Patofisiologi Manifestasi Klinis

Penatalaksanaan Medis Pemeriksaan Komplikasi Asuhan Keperawatan


Penunjang
PENGERTIAN MALARIA

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


parasit (protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Istilah malaria
diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal (=burk) dan
area (=udara) atau udara buruk karena dahulu banyak
terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau
busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain,
seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam
pantai, dermar charges, dermam kura, dan paludisme.
KLASIFIKASI
Menurut World Health Organization
(WHO) malaria dapat diklasifikasikan
menjadi 5 yaitu

Plasmodium falciparum Plasmodium malariae

Plasmodium vivax Plasmodium knowlesi

Plasmodium ovale
ETIOLOGI
Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia yang
dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu:

1. Plasmodium falciparum

2. Plasmodium vivax

3. Plasmodium malariae

4. Plasmodium ovale
PATOFISIOLOGI

Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Demam mulai timbul
bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang
makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis
Factor (TNF). TNF akan dibawa aliran darah ke hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh
manusia. Sebagai akibat demam terjadi vasodilasi perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif
yang diproduksi oleh parasit. Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Pembesaran limpa disebabkan
oleh terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktifasinya sistem
retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrsit akibat
hemolisis. Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem
retikuloendotetial.
PATOFISIOLOGI

Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status imunitas penjamu. Anemia juga
disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang
normal dan gangguan eritropoisis. Hiperglikemi dan hiperbilirubinemia sering terjadi. Hemoglobinuria dan
Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria
tropika, disebabkan kartena sel darah merah terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam
kapiler terganggu sehingga melekat pada endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit.
Setelah terjadi penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan timbul
hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi perembesan cairan bukan
perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal dan
malobsorsi usus.
PATOFISIOLOGI
PATOFLOW
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi Klinik penyakit malaria dapat dibagi berdasarkan waktu
atau lama terjadinya infeksi dan manifestasi kliniknya

1 a. Malaria akut

b. Malaria kronik (menahun)

2 a. Malaria tanpa penyulit (komplikasi)

b. Malaria dengan penyulit (malaria berat)

Manifestasi klinik pada malaria akibat infeksi P. falciparum sangat bervariasi, dari
gejala yang hanya flu, sampai koma dan bahkan fatal. Penggunaan obat antimalaria
yang tidak adekuat serta timbulnya kekebalan yang didapat (acquired immunity)
akibat infeksi sebelumnya, menyebabkan timbulnya onset serangan dan derajat
manifestasi penyakit yang sangat beragam.
PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan malaria dilakukan dengan pemberian obat antimalaria untuk membunuh parasit. Jenis dan jangka waktu
pemberian obat tergantung kepada jenis parasit yang menyerang, tingkat keparahan gejala, serta kondisi pasien.

Untuk menangani malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, organisasi kesehatan dunia (WHO) membuat
suatu regimen kombinasi obat yang disebut dengan artemisin-based combination therapies (ACT). Kombinasi obat
tersebut adalah:

Kombinasi obat artemether dan lumefantrine

Kombinasi artesunate dan amodiaquine

Kombinasi dihydroartemisinin dan piperaquine

Kombinasi artesunate, sulfadoxine, dan pyrimethamine


PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar baku) untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan
mikroskop dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis.
2. Rapid diagnostic test (RDT).
3. Pemeriksaan untuk malaria berat (apabila ditemukan p.falciparum disertai dengan salah satu gejala kegawatan).
4. Pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang perlu di lakukan adalah :
a. Pengukuran hemoglobin dan hematokrit
b. Penghitungan jumlah leukosit dan trombosit
c. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT, dan SGOT, alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin,
natriumnatrium dan kalium, analisis gas darah
d. Urinalisis
KOMPLIKASI

Anemia Parah Gangguan Pernapasan

Malaria Otak Hipoglikemia

Gagal fungsi organ tubuh


ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai