Anda di halaman 1dari 48

HIPERKES FAKTOR FISIKA

EMI NUR AGUSTIN, S.SI, M.Pd


PERKENALAN

Emi Nur Agustin, S.Si, M.Pd

S1 Matematika Universitas Negeri Semarang


S2 P. Matematika Universitas Negeri Semarang

Profesi :
- Penguji K3
- Ahli Higiene Industri Muda
- Asesor Kompetensi bidang K3
- Anggota Asosiasi Hiperkes dan KK Indonesia

- Email : emi.nuragustin@gmail.com
- HP : 085641283865
HIPERKES

Higiene Perusahaan
(Teknis => Ahli K3)

Kesehatan Kerja
(Tenaga Medis =>
Dokter/ Paramedis
Perusahaan)
TUJUAN
Faktor Fisika adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
tenaga Kerja yang bersifat fisika, disebabkan oleh penggunaan mesin,
peralatan, bahan dan kondisi lingkungan di sekitar tempat Kerja yang
dapat menyebabkan gangguan dan penyakit akibat kerja pada Tenaga
Kerja, meliputi Pencahayaan, Iklim Kerja, Kebisingan, Getaran, radiasi
gelombang mikro, Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet), radiasi Medan
Magnet Statis, dan tekanan udara.
PRINSIP DASAR PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA

Pengenalan Potensi Bahaya (Rekognisi Hazard)


Mengenali dan mengidentifikasi seluruh faktor bahaya di
lingkungan kerja

Penilaian
Melakukan pengukuran tingkat pemaparan faktor bahaya
di lingkungan kerja membandingkan dengan standar
yang berlaku mengevaluasi risiko

Pengendalian
Mengendalikan bahaya pada batas aman
LATAR BELAKANG

Perkembangan dan pertumbuhan


sektor industri di Indonesia pada
saat ini relatif dinamis dan
cenderung meningkat dari waktu
ke waktu
3

Risiko terjadinya bahaya


atau kecelakaan seperti
kebakaran, peledakan,
penyakit akibat kerja dll...
Penerapan K3 di
tempat kerja
Undang–undang Nomor 1 tahun
1 1970 tentang Keselamatan Kerja

2 Undang-undang Nomor 13 tahun


2003 tentang Ketenagakerjaan

3 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan


RI Nomor 5 tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja
INTENSITAS PENERANGAN /
PENCAHAYAAN
• Salah satu komponen tenaga • Yang menjadi perhatian
kerja dapat bekerja/mengamati adalah kesehatan mata
benda yang sedang dikerjakan dan kegairahan kerja
secara jelas, cepat, nyaman dan
aman

Intensitas
pencahayaan
• Tujuan : meningkatkan
• Pencahayaan diatur efisiensi kerja, mengurangi
sedemikian risiko kecelakaan,
disesuaikan kebutuhan meningkatkan produktifitas
dan jenis pekerjaan dan memperbaiki
housekeeping.
Istilah / Terminologi

Intensitas (kadar) illuminasi

Lumen

Level illuminasi

Luminance (kecerahan)

Reflectance

Luminaire

Lampu

Sumber cahaya

Daya pantul

Ketajaman penglihatan
Standar Pencahayaan
Sesuai Permenakertrans No.5 Tahun 2018
Intensitas
No Keterangan
(Lux)
1 Penerangan darurat 5
2 Halaman dan jalan 20
3 Pekerjaan membedakan barang kasar 50
(bhn kasar, arang/abu, tanah/batu, gang/tangga dan gudang)
4 Pekerjaan membedakan barang-barang kecil scr sepintas lalu 100
(semi finished, penggilingan padi, kamar mesin uap, alat angkut, ruang penerimaan,
toilet dll)

5 Pekerjaan membedakan barang-barang kecil yg agak teliti 200


(mesin bubut kasar, pembungkusan daging, pengolah kayu dll)

6 Pekerjaan membedakan barang-barang kecil dan halus 300


(mesin dg teliti,pembuatan tepung, tenun, administrasi)
7 Pekerjaan membedakan barang-barang halus dengan kontras dan dalam dalam 500 - 1000
waktu lama

8 Pekerjaan membedakan barang-barang yang sangat halus dg kontras yg sgt krg utk 1000
waktu lama
Jenis – jenis Pencahayaan

• Pencahayaan
1 Alami

• Pencahayaan
2 Buatan
Pengaruh pencahayaan yang buruk

 Kelelahan mata dengan akibat berkurangnya


daya dan efisiensi kerja.

 Kelelahan mental.

 Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala


disekitar mata.

 Kerusakan indera mata.


Relatif

 Berpotensi meningkatan terjadinya kecelakaan.

 Kesilauan
SILAU

Mutlak Adaptif
Pengaruh pencahayaan yang baik

 Mudah melihat objek kerja terutama pekerjaan


yang bersifat visual, dan membutuhkan
ketelitian tinggi Pencahayaan di tempat kerja
 Memberikan lingkungan kerja yang aman dan akan berpengaruh secara
menjaga/ mempertahankan efisiensi kerja langsung terhadap kapasitas
 Meningkatkan produksi visual pekerja.

 Memperbaiki housekeeping

Tajam
Visual

Peka
kontras

Kecepatan
persepsi
 KEBUTUHAN PENCAHAYAAN TERGANTUNG DARI :

 SIFAT DARI TUGAS PEKERJAAN.

 KETAJAMAN PENGLIHATAN MATA PEKERJA.

 LINGKUNGAN DIMANA PEKERJAAN DILAKUKAN.

 KEMAMPUAN MATA UNTUK MELIHAT OBJEK DITENTUKAN OLEH :

 UKURAN OBJEK

 DERAJAT KONTRAS

 LUMINENSI (ARUS CAHAYA YG DIPANTULKAN OLEH


OBJEK)

 LAMANYA MELIHAT
DAYA PANTUL DARI MATERIAL UMUM

Jenis material Daya pantul


(%)
Tembok putih dan bersih 95
Ubin putih 85
Porselen putih, kertas putih polos, 75
aluminium bersih, kuningan bersih. Didalam ruang kerja, jumlah cahaya
Tembaga bersih 65 yang dipantulkan dari berbagai
permukaan sebaiknya :
Beton 55
 Langit-langit = 80 – 90 %
Kayu basah, mebel putih 45  Dinding = 40 – 60 %
kekuningan polos  Mebel = 25 – 45 %
 Mesin, alat-alat = 30 – 50 %
Aluminium dan kuningan kotor 35  Lantai = 20 – 40 %
Tembaga kotor, baja bersi, besi cor 25
PENGUKURAN

 Intensitas pencahayaan adalah jumlah


fluks cahaya atau lumen yang jatuh pada
area tertentu per satuan luas area

 Pengukuran pencahayaan umum


adalah pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui intensitas pencahayaan
secara umum di lingkungan kerja dimana
aktivitas yang dilakukan membutuhkan
intensitas pencahayaan yang sama
 Pengukuran pencahayaan setempat
adalah pengukuran yang dilakukan untuk
mengetahui intensitas pencahayaan pada
benda-benda, obyek kerja, peralatan atau
mesin dan proses produksi serta area
kerja tertentu dimana aktivitas yang
Lux meter dilakukan membutuhkan intensitas
pencahayaan yang berbeda beda
 lux adalah satuan intensitas pencahayaan yang
jatuh pada area tertentu per meter persegi
 lux meter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur intensitas pencahayaan dalam satuan
lux
PROSEDUR PENGUKURAN

PERSIAPAN

PENENTUAN TITIK
PENGUKURAN

PERSYARATAN
PENGUKURAN

PELAKSANAAN
PENGUKURAN
PERSIAPAN

 Pastikan baterai alat lux meter memiliki daya yang cukup


untuk melakukan pengukuran
 Pastikan lux meter berfungsi dengan baik
 Pastikan lux meter terkalibrasi oleh laboratorium kalibrasi
yang terakreditasi.
 Siapkan alat bantu ukur dimensi ruangan (meteran),
formulir pengukuran dan denah tempat kerja yang
akan diukur.
PENENTUAN TITIK PENGUKURAN (1)

 Pengukuran pencahayaan umum

a) Luas ruangan kurang dari 50 m2


Jumlah titik pengukuran dihitung dengan mempertimbangkan bahwa satu titik pengukuran mewakili area
maksimal 3 m2. Titik pengukuran merupakan titik temu antara dua garis diagonal panjang dan lebar ruangan.
PENENTUAN TITIK PENGUKURAN (2)

 Pengukuran pencahayaan umum

b) Luas ruangan antara 50 m2 sampai 100 m2


Jumlah titik pengukuran minimal 25 titik, titik pengukuran merupakan titik temu antara dua garis diagonal
panjang dan lebar ruangan.

c) Luas ruangan lebih dari 100 m2


Jumlah titik pengukuran minimal 36 titik, titik pengukuran merupakan titik temu antara dua garis
diagonal panjang dan lebar ruangan.

30500mm.
3450mm.

 Pengukuran pencahayaan setempat / lokal


2079.6 mm. x
207 9.6 mm.

Titik pengukuran ditentukan pada benda-benda, 6 238.7 mm. x 4 300.0 mm.

obyek kerja,
peralatan atau mesin dan proses produksi serta

21835mm.
6238.7 mm. x 3900.0 mm.

area kerja tertentu.


6000.0 mm. x 4159. 1 mm. 6 00 0.0 mm. x 4159.1 mm.
PERSYARATAN PENGUKURAN

 Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dg kondisi


tempat pekerjaan dilakukan

 Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai


dengan kondisi pekerjaan
PELAKSANAAN PENGUKURAN
 Hidupkan lux meter.
 Pastikan rentang skala pengukuran pada lux meter sesuai dengan
intensitas pencahayaan yang diukur.
 Buka penutup sensor.
 Lakukan pengecekan antara, pastikan pembacaan yang muncul di
layar menunjukkan angka nol saat sensor ditutup rapat.
 Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik untuk
pengukuran intensitas pencahayaan umum atau pencahayaan
setempat.
 Lakukan pengukuran dengan ketinggian sensor alat 0,8 m dari lantai
untuk pengukuran intensitas pencahayaan umum.
 Baca hasil pengukuran pada layar setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.
 Lakukan pengukuran pada titik yang sama sebanyak 3 kali.
 Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas
pencahayaan umum seperti pada denah pengukuran
 Matikan lux meter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas
pencahayaan.
PENGUKURAN SETEMPAT

Penempatan sensor sejajar dengan permukaan objek

Pengukuran pada bidang vertikal

Area Kerja
Utama
Lembar denah pengukuran intensitas pencahayaan
1. Nama perusahaan : ...............................................................................
2. Alamat : ...............................................................................
3. Jenis perusahaan : ...............................................................................
4. Jumlah tenaga kerja : ...............................................................................
5. Jenis aktivitas/Unit kerja/ruang kerja : ...............................................................................
6. Jenis lampu : ................................................................................
7. Jenis pencahayaan : Alami/Buatan/Campuran
8. Tanggal dan waktu pengukuran : ................................................................................

Denah pencahayaan umum


(disesuaikan dengan ukuran ruang kerja)

Petugas

(.............)
Lembar denah pengukuran intensitas pencahayaan umum/setempat
1. Nama perusahaan : .............................................................................................
....
2. Unit kerja : .............................................................................................
...
3. Alamat : .............................................................................................
....
  ................................................................................................
..
4. Tanggal pengukuran : .............................................................................................
....
Denah
5. Nama Alat pengukuran pencahayaan setempat
: .............................................................................................
  Hasil Pengukuran ...   Keterangan
 
6. Jenis pengukuran (Lux)   (dapat diisi
: .............................................................................................
Lokasi/Titik   .... Rata-rata dengan kondisi
7. Waktu pengukuran       lampu, cuaca,
: .............................................................................................
  I II III ...   jendela dll)
           

           

           

Catatan saat pengukuran :


.............................

Petugas

(.............)
Contoh
Hasil Pengukuran
Pengukuran di bagian cutting pabrik pembuatan alas
sepatu
di PT. XXX
Kesimpulan :
Hasil
Bagian/ pengukuran Bagin cutting termasuk dalam kategori pekerjaan dimana
No Lokasi (lux) Keterangan
pekerjaan tersebut membutuhkan ketelitian dengan membedakan
 1 Titik 1 415 sumber cahaya barang-barang kecil dan halus => standarnya 300 lux.
 2 Titik 2 425 lampu neon 2 buah
 3 Titik 3 390 dengan posisi
Dari Hasil Pengujian dapat disimpulkan
 4 Titik 4 375 berjajar bahwa bagian cutting sudah memenuhi
 5 Titik 5 312  warna dinding putih syarat yang sudah ditentukan.

Perhitungan
Pengukuran Nilai
pada
kalibrasi
Lokasi
alat = 0,1
No. Pengujian Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan (lux) Range Rerata Standart

1 Cutting Pembacaan 415 425 390 375 312        


  Terkoreksi 414,9 424,9 389,9 374,9 311,9 311,9 - 424,9 383,3 300
PENGENDALIAN

 Teknis
 Memperbesar ukuran obyek
 Memperbesar intensitas penerangan (menambah armatur
lampu, daya lampu dsb)
 Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat obyek.
 Bila menggunakan penerangan alami, harus diperhatikan agar
jalan masuknya sinar tidak terhalang.

 Administratif
 Untuk pekerjaan malam atau yang membutuhkan ketelitian
tinggi, memperkerjakan tenaga kerja yang berusia relatif masih
muda dan tidak menggunakan kacamata adalah lebih baik.
 Menjaga kebersihan dinding, langit-langit, lampu dan
perangkatnya penting untuk diperhatikan.
IKLIM KERJA /
TEKANAN PANAS
• Pengaruh lingkungan kerja • Perpindahan panas tersebut
panas terhadap tenaga kerja berlangsung secara konveksi,
berlaku teori fisika yang dikenal
konduksi dan radiasi. Beban
dengan perpindahan panas
(heat transfer) dan panas yang diterima akan
keseimbangan panas dilepaskan melalui proses
(heat balance). evaporasi untuk menghindari
timbulnya akumulasi panas.

Iklim Kerja/
Tekanan
• Apabila ada dua benda yang
panas
• Pertukaran panas antara
mempunyai perbedaan suhu, tubuh dengan lingkungan,
maka benda yang bersuhu dapat ditunjukan pada
lebih tinggi akan melepaskan
persamaan sebagai berikut :
panas dan yang bersuhu lebih
rendah akan menerima panas M + K + C + R + E = 0
Jenis Industri yang memiliki tekanan panas

Out In
• pertanian, • pengecoran logam,
• konstruksi, • industri
• pertambangan terbuka plastik/logam/gelas/karet/ker
• eksplorasi minyak amik, peralatan listrik
• perikanan • pembuatan makanan, dsb.
• perbaikan jalan, dsb.

Sumber panas

Proses produksi
Bahan/material
berasal dari mesin

Manusia/ kerja
Pencahayaan
otot
Istilah / Terminologi

Iklim kerja panas

Suhu basah alami

Suhu kering

Suhu bola

Tekanan panas

Indeks suhu basah bola (ISBB)

Panas konduksi

Panas konveksi

Panas Metabolisme
NAB Iklim Kerja (1)
Sesuai Permenakertrans No.5 tahun 2018
NAB Iklim Kerja (2)
Sesuai Permenakertrans No.5 tahun 2018
NAB Iklim Kerja (2)
Sesuai Permenakertrans No.5 tahun 2018
NAB Iklim Kerja (2)
Sesuai Permenakertrans No.5 tahun 2018
NAB Iklim Kerja (2)
Sesuai Permenakertrans No.5 tahun 2018
Rumus ISBB PARAMETER ALAT

Suhu Basah Alami Termometer suhu basah

Suhu Udara Kering Termometer suhu kering

Suhu Radiasi Termometer suhu globe

Kecepatan gerakan udara Kata termometer/anemometer

 ISBB untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering

 ISBB untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola


Penentuan titik pengukuran
• Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat tenaga
kerja melakukan pekerjaan.
• Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada
awal shift kerja, pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja.

Alat ukur

Personal Heat Stress Monitor Wet Bulb Globe Temperature/WBGT


PELAKSANAAN PENGUKURAN

 Pasang tripod penyangga Thermal Environment Monitor.


 Letakan alat pada titik pengukuran dengan ketinggian > 1 m dari lantai.
 Basahi kain kasa dengan aquades secukupnya pada alat pengukur suhu basah,
pastikan kain kasa dalam kondisi bersih.
 Tekan tombol pada “I/O enter” hingga alat on dan menampakan menu utama.
 Pastikan voltage batterei lebih dari atau sama dengan 6,4 volts, jika kurang gantilah
batterei dengan yang baru.
 Tunggu kurang lebih 10 menit, agar sensor stabil.
 Tekan tombol panah “V” atau “Δ” hingga layar menunjukan parameter yang diinginkan
(ISBB in, ISBB out, Wet, Dry, Globe, RH)
 Tekan tombol “RUN STOP” untuk memulai pengumpulan data dengan cara data
logging.
 Tekan tombol “RUN STOP” untuk mengakhiri pengumpulan data dengan cara data
logging.
 Catat hasil pengukuran pada lembar formulir yang telah disediakan, jika dicatat secara
manual.
 Tekan tombol “I/O enter” dan tahan hingga layer menunjukan angka 3-2-1 dan akhirnya
alat off.
 
Formulir pengukuran iklim kerja
Nama Perusahaan :.......................................................
Alamat :.......................................................
Jenis Perusahaan :.......................................................
Tanggal Pengukuran :.......................................................
Alat yang digunakan :.......................................................

               
No. Bagian / Lokasi SK (oC) SB (oC) SG (oC) ISBB (oC) Kecpt. Angin Ket
(Cuaca,
kelemb
aban)

               

               

               

               

Semarang,...........2020
Petugas

( …………………. )
Cara menghitung ISBB manual

 Pengujian tekanan panas di industri pengolahan


kayu bagian saw milling dengan tenaga kerja
bekerja selama 8 jam diperoleh data:
Suhu Bola 33 oC
Suhu Basah 28 oC
Suhu Radiasi 29 oC
 ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu Bola
 ISBB indoor = 0,7 x WB + 0,3 GT
 = (0.7 x 28) + (0.3 x 33)
 = 19,6 + 9,9
= 29,5 oC
Pekerjaan dibagian saw milling masuk dlm
beban kerja sedang dengan ISBB 28,0 oC
Interpretasi :
Bagian saw milling diatas NAB
(Nilai Ambang Batas).
(Harus ada solusi pengendalian)
Contoh Hasil pengukuran iklim kerja apabila yang
dilakukan dengan 3 shift waktu
PERHITUNGAN TEKANAN PANAS (DALAM
RUANGAN)

No Suhu Basah (oC) = Tbs Suhu Kering (oC) = Tks Suhu Globe (oC) = Tgs ISBB
Lokasi
. Pembaca Rata- Pembaca Rata- Pembaca Rata-
an Koreksi Rata an Koreksi Rata an Koreksi Rata (oC)

1 Bagian Packing I. 23,5 23,2 23,2 30,9 30,7 30,7 33,4 32,9 32,9 26,1
   Pabrik Pembuatan II. 23,5 23,2   30,9 30,7   33,4 32,9    

   Sepatu III. 23,5 23,2   30,9 30,7   33,4 32,9    

Setelah melihat tabel 1,2 dan 3 bagian packing termasuk dalam


pekerjaan ketegori sedang maka nilai ambang batasnya 28,0 oC

Interpretasi :
Hasil pengujian iklim kerja dibagian packing masih
dibawah NAB
PENGENDALIAN TEKANAN PANAS

 Teknis
 Ventilasi umum ( dilution ventilation )
 Pengadaan langit-langit ( bahan alumunium )
 Penghijauan disekitar area pabrik
 Pemberian AC, kipas angin dalam atau exhaust fan.

 Bagi Pekerja
 Pakaian tahan panas ( diarea tertentu, seperti asbes )
 Aklimatisasi.
 Penyediaan air minum diarea tertentu apabila diperlukan bisa
dicampur dengan tablet garam.
 Menggunakan pakaian mudah menyerap keringat ( katun )
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala (jantung, ginjal,dll)
EFEK PENYAKIT
KARENA TEKANAN PANAS
Heat Rash (miliaria) = obstruksi kel. Keringat; papel kecil kemerahan di kulit

Heat stroke
Suhu > 41 oC

Heat cramps
Kejang otot,
lemah, pingsan Heat exhaustion
Lemas, pusing, pingsan Cuaca panas, suhu
( heat syncope) normal, tek. Drh turun
denyut nadi cepat
K3 Perlu, Penting, Prioritas

Anda mungkin juga menyukai