Anda di halaman 1dari 33

PERTEMUAN 9

TEKNIK PENGOLAHAN DAN


PENGUBAHAN (KONVESI) SKOR HASIL
TES HASIL BELAJAR MENJADI NILAI

EVALUASI PENDIDIKAN IPS

MAMAN ACHDIYAT 1
TEKNIK PENGOLAHAN DAN PENGUBAHAN (KONVERSI) SKOR HASIL TES
MENJADI NILAI

2.PENGOLAHAN DAN
1.PERBEDAAN ANTARA SKOR PENGUBAHAN SKOOR MENTAH
DAN NILAI MENJADI NILAI STANDAR ADA 2
CARA :

1.SKOR 2.NILAI
ADALAH ADALAH 1.MENDASARKAN 2.MENDASARKAN
HASIL ANGKA/HURUF PADA KRITERIUM PADA NORMA
HASIL UBAHAN
PEKERJAAN (PATOKAN),BERAC (KELOMPOK),PENILAI
DARI SKOR2 YANG
MENYEKOR TELAH DISESUAIKAN UAN PATOKAN AN BERACUAN
(MEMBERI DG STRANDAR (PAP) NORMA (PAN)/(PAK)
ANGKA) TERTENTU
MAMAN ACHDIYAT 2
1. Perbedaan antara Skor dan Nilai

• Sebelum sampai pada pembicaraan tentang teknik


pengolahan dan pengubahan (konversi) skor
mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar,
perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang
perbedaan antara skor dan nilai.
• Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
kadang-kadang orang menganggap bahwa skor itu
mempunyai pengertian yang sama dengan nilai;
padahal pengertian seperti itu belum tentu benar.

MAMAN ACHDIYAT 3
• Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (=
memberikan angka) yang diperoleh dengan
jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap
butir item yang oleh testee telah dijawab
dengan betul, dengan memperhitungkan
bobot jawaban betulnya. Contoh berikut ini
kiranya akan memperjelas pernyataan di atas.

MAMAN ACHDIYAT 4
• Misalkan tes hasil belajar dalam bidang studi
bahasa Inggris menyajikan lima butir soal tes
uraian di mana untuk setiap butir soal yang
dijawab dengan betul diberikan bobot 10.
• Siswa bernama Fatimah, untuk kelima butir
soal tes uraian tersebut memberikan jawaban
sebagai berikut:

MAMAN ACHDIYAT 5
• Untuk butir soal nomor 1 dapat dijawab dengan sem-
purna, sehingga kepadanya diberikan skor 10.
• Untuk butir soal nomor 2 hanya dijawab betul separoh-
nya, sehingga skor yang diberikan kepada siswa terse-
but adalah 5.
• Untuk butir soal nomor 3, hanya sekitar seperempat
bagian saja yang dapat dijawab dengan betul, sehingga
diberikan skor 2,5.
• Untuk butir soal nomor 4 dijawab betul sekitar separoh-
nya, sehingga diberikan skor 5.
• Untuk butir soal nomor 5 dijawab betul sekitar tiga
perempatnya, sehingga diberikan skor 7,5.

MAMAN ACHDIYAT 6
• Dengan demikian untuk kelima butir soal tes
uraian tersebut,siswa bernama Fatimah
tersebut mendapatkan skor sebesar = 10 + 5 +
2,5 + 5 + 7,5 = 30.
• Angka 30 di sini belum dapat disebut nilai,
sebab angka 30 itu masih merupakan skor
mentah (raw score), yang untuk dapat
disebut nilai masih memerlukan pengolahan
atau pengubahan (= kon- versi).

MAMAN ACHDIYAT 7
• Contoh lainnya:
• Misalkan tes hasil belajar dalam bidang studi Ushul Fiqh menyajikan 40
butir soal tes obyektif dengan ketentuan bahwa untuk setiap butir soal
yang dijawab dengan betul diberikan bobot 2.
• Dengan demikian secara ideal atau secara teoritik apabila seorang
testee dapat menjawab dengan betul untuk 40 butir soal tersebut, maka
testee tersebut akan memperoleh skor sebesar 40 X 2 = 80.
• Angka 80 ini disebut Skor Maksimum Ideal (SMI), yaitu skor tertinggi
yang mung- kin dapat dicapai oleh testee kalau saja semua butir soal
dapat dijawab dengan betul.
• Artinya, dalam tes hasil belajar tersebut tidak mungkin ada testee yang
skornya melebihi 80.
• Kalau saja dalam tes hasil belajar itu siswa bernama Gunawan dapat
menjawab dengan betul sebanyak 17 butir soal, sedangkan siswa
bernama Hindun menjawab dengan betul sebanyak 27 butir soal, maka
skor yang diberikan kepada Gunawan adalah 17 X 2 = 34, sedangkan skor
yang diberikan kepada Hindun adalah 27 X 2 = 54.

MAMAN ACHDIYAT 8
• Jelaslah, bahwa angka 80, 34 dan 54 itu
bukanlah nilai atau belum dapat disebut nilai,
sebab angka 80, 34 dan 54 itu barulah
menunjukkan banyaknya butir soal yang dapat
dijawab dengan betul setelah diperhitungkan
dengan bobot jawaban betulnya.
• Karena itu untuk dapat disebut nilai,skor-skor
mentah hasil tes itu masih memerlukan
pengolahan dan pengubahan.

MAMAN ACHDIYAT 9
• Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah:
angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil
ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu
dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan
pengaturannya dengan standar tertentu.
• Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut
skor standar (Standard Score).

MAMAN ACHDIYAT 10
• Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang
melambangkan: seberapa jauh atau seberapa besar
kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap
materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah ditentukan.
• Nilai, pada dasarnya juga melambangkan penghargaan yang
diberikan oleh tester kepada testee atas jawaban betul yang
diberikan oleh testee dalam tes hasil belajar. Artinya, makin
banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka
penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee akan
semakin tinggi.

• Sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab dengan


betul itu hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan
kepada testee juga kecil atau rendah.

MAMAN ACHDIYAT 11
• Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk
sampai kepada nilai, maka skor-skor hasil tes
yang pada hakikatnya masih merupakan skor-
skor mentah itu perlu diolah lebih dahulu
sehingga dapat diubah (dikonversi) menjadi
skor yang sifatnya baku atau standar ( =
Standard Score).

MAMAN ACHDIYAT 12
2. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes
Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar (Standard Score)

• Ada dua hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam pengolahan
dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu:
• Bahwa dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu
ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu:
1. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan
dengan mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau criterion (= patokan).
Cara pertama ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation, yang
dalanl dunia pendidikan di tanah air kita sering dikenal dengan istilah penilaian ber-
Acuan Patokan (di- singkat PAP).
2. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan
dengan mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok. Cara kedua ini
sering dikenal dengan istilah norm refe-
renced evaluation, yang dalam dunia pendidikan di tanah air kita sering dikenal
dengan istilah Penilai- an ber-Acuan Norma (disingkat PAN), atau Peni- laian ber-
Acuan Kelompok (disingkat PAK).

MAMAN ACHDIYAT 13
• Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah
menjadi nilai itu dapat menggunakan berbagai macam
skala, seperti:
• 1.skala lima (stanfive), yaitu nilai standarberskala lima
atau yang sering dikenal dengan istilah nilai huruf A, B,
C, D dan F.,
• 2.Skala sembilan (stanine), yaitu nilai standar berskala
sembilan di mana rentang- an nilainya mulai dari 1
sampai dengan 9 (tidak ada nilai 0 dan tidak ada nilai
10),
• 3.skala sebelas (stanel = standard eleven = eleven points
scale, yaitu rentangan nilai mulai dari 0 sampai dengan
10), z score (nilai standar z), dan T score (nilai standar T).

MAMAN ACHDIYAT 14
• Sebagai catatan perlu dikemukakan di sini,
bahwa dalam dunia pendidikan formal di
tanah air kita, nilai standar yang dipergunakan
pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan
tingkat menengah adalah nilai standar
berskala sebelas (stanel),
• sedangkan pada lembaga pendidikan tinggi,
pada umumnya digunakan nilai standar
berskala lima (stanfive) atau nilai huruf.

MAMAN ACHDIYAT 15
• a. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah
Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar
dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu pada
Kriterium (Criterion Referenced Evaluation)

• Pertama-tama harus dipahami bahwa penilaian ber-


acuan kriterium ini mendasarkan diri pada asumsi, bahwa:

• 1) Hal-hal yang harus dipelajari oleh testee (murid,


siswa,mahasiswa) adalah mempunyai struktur hierarkis
tertentu, dan bahwa masing-masing taraf harus dikuasai
secara baik sebelum testee tadi maju atau sampai pada
taraf selanjutnya.

MAMAN ACHDIYAT 16
• Contoh:
• Dalam mempelajari mata kuliah Statistik
Pendidikan,untuk sampai pada pemahaman
tentang "t" test", mahasiswa terlebih dahulu
harus memahami konsep dasar tentang
Standard Error of Mean (SEM).

MAMAN ACHDIYAT 17
• Konsep dasar tentang standard error of mean itu tidak
mungkin dapat dipahami secara baik sebelum mahasis-
wa mempelajari konsep dasar tentang deviasi standar
(standard deviation).
• Selanjutnya, sebelum mahasiswa dapat memahami
tentang deviasi standar, mereka harus memahami lebih
dahulu konsep dasar tentang simpangan (deviation) dan
simpangan rata-rata (average deviation atau mean
deviation).

MAMAN ACHDIYAT 18
• Dan, adalah tidak mungkin bagi mahasiswa untuk
da-
pat memahami secara baik tentang apa yang disebut
simpangan atau deviasi itu, sebelum mereka mema-
hami lebih dahulu konsep dasar tentang rata-rata
hitung (arithmetic mean), yang sudah barang tentu
sebelum ' mahasiswa dapat melakukan perhitungan-
perhitungan rata-rata hitung harus sudah memiliki
bekal pengetahuan tentang cara-cara membuat
tabel distribusi frekuensi, demikianlah seterusnya
MAMAN ACHDIYAT 19
• 2) Evaluator atau tester (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat
mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai tuntas, atau setidak-tidaknva
mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya.
• Contoh:
• Dalam mencari (menghitung) nilai rata-rata hitung (arithmetic mean), dapat
dilakukan identifikasi sebagai berikut:
• Apakah pembuatan tabel distribusi frekuensi dari data kuantitatif yang akan
dihitung rata-rata hi- tungnya itu sudah betul?
• Jika tabel distribusi frekuensi sudah betul, apakah tidak terdapat kekeliruan
dalam menetapkan midpoint bagi setiap interval nilainya?
• Jika penetapan midpoint sudah betul, apakah dalam memperkalikan midpoint
dengan frekuensi- nya masing-asing tidak terdapat kesalahan hi-tung?
• Jika perkalian antara midpoint dengan frekuensi itu sudah betul, apakah
penjumlahan dari hasil perkalian itu tidak terdapat kesalahan?
• Jika tidak terdapat kesalahan penjumlahan, apakah perhitungan akhir untuk
memperoleh nilai rata- rata hitung dengan menggunakan rumus tertentu
sudah betul?
• Demikianlah seterusnya

MAMAN ACHDIYAT 20
• Apabila dalam penentuan nilai hasil tes hasil
belajar itu digunakan acuan kriterium
(menggunakan PAP), maka hal ini mengandung
arti bahwa nilai yang akan diberikan kepada
testee itu harus didasarkan pada standar mutlak
(standard absolut) artinya, pemberian nilai
kepada testee itu dilaksanakan dengan jalan
membandingkan antara skor mentah hasil tes
yang dimiliki oleh masing-masing individu
testee,dengan skor maksimum ideal (SMI) yang
mungkin dapat dicapai oleh testee, kalau saja
seluruh soal tes dapat dijawab dengan betul.
MAMAN ACHDIYAT 21
• Karena itu maka pada penentuan nilai yang
mengacu kepada kriterium atau patokan ini,
tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilai yang
diberikan kepada masing-masing individu testee,
mutlak ditentukan oleh besar kecil atau tinggi
rendahnya skor yang dapat dicapai oleh masing-
masing testee yang bersangkutan.
• Itulah sebabnya mengapa penentuan nilai
dengan mengacu pada kriterium sering disebut
sebagai: penentuan nilai secara mutlak
(absolut), atau penentuan nilai secara
individual.
MAMAN ACHDIYAT 22
• Disamping itu, karena penentuan nilai seorang testee dilakukan
dengan jalan membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor
maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada
kriterium ini juga sering dikenal dengan istilah penentuan nilai
secara ideal, atau penentuan nilai secara teoritik, atau penentuan
nilai secara das sollen.
• Dengan istilah "teoritik" dimaksudkan di sini, bahwa: secara teoritik
seorang siswa berhak atas nilai 100 — misalnya apabila keseluruhan
butir soal tes dapat dijawab dengan betul oleh siswa tersebut.
• Atau: seorang peserta tes hanya dapat diberikan nilai 50, sebab hanya
50% saja dari keselu- ruhan butir item tes hasil belajar yang dapat
dijawab dengan betul.
• Dengan demikian maka dalam penentuan nilai yang beracuan pada
kriterium, sebelum tes hasil belajar dilaksa- nakan, patokan itu sudah
dapat disusun (tanpa menunggu selesainya pelaksanaan tes).

MAMAN ACHDIYAT 23
Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Nahwu
Sharaf. Soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir
soal tes obyektif dan 1 butir soal tes uraian dengan rincian sebagai berikut:
   
Nomor jumlah Bobot
Butir Bentuk Tes/M.odel Soal Butir Jawaban Skor:
Soal: Soal: Betul
   
01-10 Tes obyektif bentuk true-false 10 1 10
11-20 Tes obyektif bentuk matching 10 1 10
21-30 Tes obyektif bentuk completion 10 1 10
31-40 Tes'obyektif bentuk MCI model
melengkapi lfma pilihan 10 1 10
41-50 Tes obyektif bentuk MCI model 10 1½ 15
melengkapi berganda
51-60 Tes obyektif bentuk MCI model 10 1½ 15
asosiasi dengan lima pilihan
61-70 Tes obyektif bentuk MCI model 10 2 20
analisis hubungan antarhal
71-75 Tes obyektif bentuk MCI model
analisis kasus 5 4 20
76 Tes uraian
MAMAN ACHDIYAT 1 10 1024
Berdasarkan rincian butir-butir soal tersebut di atas dapatlah kita ketahui bahwa Skor Maksimum Ideal
(SMI)dari tes hasil belajar tersebut adalah = 120. Misalkan tes hasil belajar bidang studi Nahwu Sharaf itu
diikuti oleh 80 orang siswa dan dalam tes tersebut ke-80 orang siswa itu berhasil meraih skor-skor hasil tes
sebagai berikut:

     
Nomor Nomor Nomor
Urut Skor Urut Skor Urut Skor
     
Siswa Siswa Siswa

21. 45 41. 65 61. 40


22. 61 42. 46 62. 73
23. 69 43. 55 63. 35
24. 50 44. 70 64. 56
25. 37 45, 51 65. 39
26. 65 46. 57 66. 58
27. 53 47. 62 67. 66
98 58 48 87 68 54
29. 63 49. 68 69. 47
30. 64 50. 50 70. 60
31. 51 51. 59 71. 48
32. 58 52. 62 72. 52
33. 49 53. 45 73. 34
34. 58 54. 59 74. 46
35. 42 55. 47 75. 72
36. 64 56. 48 76. 60
37. 50 57. 55 77. 51
38. 55 58. 45 78. 55
39. 53 59.
MAMAN ACHDIYAT 55 79. 54 25
40. 67 60. 44 80. 52
• Skor Mentah
• Nilai = ------------------ X 100
• Skor Maksimum Ideal
• Di atas telah dikemukakan bahwa skor maksimum ideal dari tes hasil
belajar bidang studi Nahwu Sharaf itu adalah 120. Dengan demikian,
apabila skor-skor mentah yang tertera pada Daftar 7.1 di atas kita olah
dan kita ubah atau kita konversikan menjadi nilai standar, maka nilai-
nilai standar yangberhasil dicapai oleh masing-masing individu/ siswa
adalah seperti dapat diperiksa pada Daftar 7.2.
• DAFTAR 7.2. Skor-skor mentah hasil THB bidang studi Nahwu Sharaf
yang dicapai oleh 80 orang siswa Madrasah 'Aliyali, selelah diubah
(dikonversi) menjadi nilai standar dengan menggunakan standar mutlak
(penilaian beracuan kriterium).

MAMAN ACHDIYAT 26
b. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar
Menjadi Nilai Standar dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu Pada
Norma atau Kelompok (Norm Referenced Evaluation)

• Pengolahan dan pengubahan skor mentah


hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar
dengan mendasarkan diri atau mengacu pada
norma atau kelompok sering dikenal
dengan istilah PAN (singkatan dari: Penilaian
beracuan norma) atau PAK (singkatan dari:
Penilaian beracuan kelompok).

MAMAN ACHDIYAT 27
Penilaian beracuan kelompok ini mendasarkan diri pada
asumsi sebagai berikut:

• 1) Bahwa pada setiap populasi peserta didik yang


sifatnya heterogen (berbeda jenis kelamin, berbeda
latar belakang pendidikan, berbeda status sosial orang
tuanya,berbeda lingkungan sosialnya, berbeda I.Q.nya
dan sebagainya), akan selalu didapati kelompok "baik"
(kelompok tinggi/kelompok atas/kelompok anak pan-
dai), kelompok "sedang" (kelompok tengah/kelompok
cukup), dan kelompok "kurang" (kelompok bawah/
kelompok rendah/kelompok anak bodoh), yang distri-
businya membentuk kurva normal atau kurva simetrik

MAMAN ACHDIYAT 28
• 2) Bahwa tujuan evaluasi hasil belajar adalah
untuk me' nentukan posisi relatif (= relative
standing) dari para peserta tes dalam hal yang
sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang
peserta tes posisi relatifnya berada di "atas",
di "tengah" ataukah di "bawah".

MAMAN ACHDIYAT 29
3. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai
Standar Berskala Sebelas (Standard Eleven = Stanel/
Eleven Points Scale)

• Nilai standar berskala sebelas adalah


rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai
dengan 10. Jadi di sini akan kita dapati 11 butir
nilai standar, yaitu nilai 0,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
dan 10.
• Di Indonesia, nilai standar berskala sebelas ini
umumnya digunakan pada lembaga
pendidikan tingkat dasar dan tingkat
menengah
MAMAN ACHDIYAT 30
4. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai
Standar z (z Score)

• Nilai standar z atau z Score umumnya dipergunakan


untuk mengubah skor-skor mentah yang diperoleh dari
berbagai jenis pengukuran yang berbeda-beda.
• Misalkan dalam tes seleksi penerimaan calon pramuga-
ra dan pramugari udara haji yang diikuti oleh 10 orang
testee, dalam tes mana testee dihadapkan pada lima
jenis tes, yaitu: tes bahasa Inggris (X1), tes I.Q. (X 2), tes
kepribadian (X3), tes sikap (X4), dan tes kesehatan jasmani
(X5).

MAMAN ACHDIYAT 31
5. Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai
Standar T (T Score)

• Dimaksud dengan T score adalah angka skala yang menggunakan


mean sebesar 50 (M = 50) dan deviasi standar sebesar 10 (SD =
10). T score dapat diperoleh dengan jalan memperkalikan z score
dengan angka 10, kemudian ditambah dengan 50:
• T score = 10 z +50 atau
• T score = 50 + 10 z
• T score dicari atau dihitung dengan maksud untuk meniadakan
tanda minus yang terdapat di depan nilai standar z, sehingga
lebih mudah dipahami oleh mereka
yang masih asing atau awam terhadap ukuran-ukuran sta-
tistik. Untuk memberikan contoh bagaimana cara memper-
oleh T score,

MAMAN ACHDIYAT 32
Sekian,Tarima Kasih
Selamat Belajar

Maman Achdiyat 33

Anda mungkin juga menyukai