Anda di halaman 1dari 35

Upaya Pencegahan dan

Pengendalian PTM
Terpadu di FKTP
( PJPD )

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 1


TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan Pencegahan


Terpadu PTM di FKTP

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:

•Menjelaskan pengertian Penyakit jantung & pembuluh darah dan faktor


risikonya
•Melakukan upaya promotif dan preventif Penyakit jantung & pembuluh darah
•Melakukan deteksi dini faktor risiko Penyakit jantung & pembuluh darah
Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 2
POKOK BAHASAN
1) Pengertian PTM
• Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
• Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik
• Penyakit Paru Kronik
• Penyakit Kanker
• Gangguan Indera dan Fungsional

2) Upaya Promotif dan Preventif Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


3) Deteksi Dini Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 3
PENYAKIT TIDAK MENULAR

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang tidak bisa


ditularkan dari orang ke orang dan perkembangannya berjalan
perlahan dalam jangka waktu yang panjang (kronik)
1) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
2) Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik
3) Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi
4) Penyakit Kanker dan Kelainan Darah
5) Gangguan Indera dan Fungsional
Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 4
PENYAKIT JANTUNG
DAN
PEMBULUH DARAH

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 5


Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler),
yaitu penyakit yang menyangkut jantung itu sendiri dan
pembuluh-pembuluh darah.

Prioritas nasional
pengendalian Hipertensi
Penyakit Jantung PJK
dan Pembuluh Stroke
Darah (PJPD) di Penyakit Ginjal
Indonesia adalah: Kronis

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 6


PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR
RKD 2013 RKD 2018

1.4
Kanker 1.8

Penyakit Ginjal 2
Kronis 3.8

12.1
Stroke 10.9

1.5
Penyakit Jantung 1.5

6.9
Diabetes Melitus 8.5

8.2
Kecelakaan 9.2

25.8
Hipertensi 34.1

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 7


HIPERTENSI
Pengertian
 Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan
tekanan darah secara menetap ≥ 140/90 mmHg.
 Seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga penderita
tidak merasa sakit.
 Kompetensi 4A

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 8


KLASIFIKASI HIPERTENSI

Date
Sumber : JNC VII, 2003 Pelatihan Teknis Pandu 2021 9
PENTING
• Pengontrolan Hipertensi dimulai dengan Pengukuran TD yang akurat
• Survei menunjukkan medis dan paramedis jarang mengikuti
petunjuk pengukuran TD yang benar
• Kesalahan Klasifikasi TD karena :
• Cara pengukuran yang tidak akurat
• Variasi Tekanan Darah
• Kecenderungan TD yang meningkat saat ada tenaga medis

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 10


Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 11
DAMPAK MODIFIKASI GAYA HIDUP
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
Modifikasi Rekomendasi Penurunan TD (mmHg)

Berat badan Pertahankan IMT 18,5 – 22.9 kg/m2* 5-20mmHg/penurunan 10


kg
Diet sehat Konsumsi sayur & buah cukup, hindari 8-14 mmHg
lemak
Batasi garam Konsumsi garam < 1 sendok teh kecil 2-8 mmHg

Aktifitas fisik Olah raga teratur : jalan kaki 30-45 menit 4-9 mmHg
(3 km)/hari – 5 kali per-minggu

Batasi alkohol Laki-laki : 2 unit minuman/hari 2-4 mmHg


Perempuan : 1 unit minuman/hari

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 12


TATALAKSANA HIPERTENSI

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 13


PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
Pengertian :
Penyakit jantung yang terjadi akibat penyempitan dan penyumbatan
pembuluh arteri koroner akibat proses aterosklerosis, spasme atau
kombinasi keduanya.

Gejala dan Tanda :


 Rasa tertekan seperti ditimpa beban berat,
Kompetensi 3B
rasa sakit, terjepit, atau terbakar di dada
 Dirasakan seperti tercekik atau rasa sesak
 Lamanya 20 menit bahkan lebih.
 Disertai keringat dingin, rasa lemah,
berdebar
Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 14
Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 15
TATALAKSANA
• Tatalaksana PTM di puskesmas dilaksanakan secara terpadu (terintegrasi)
mulai saat ditemukan faktor risiko sampai pada penatalaksanaannya. Merokok
sebagai suatu faktor risiko bersama PTM, maka jika pasien dengan riwayat
merokok/bekas perokok datang ke puskesmas dengan gejala pernapasan
(asma, PPOK, curiga kanker paru), maka dokter juga harus memikirkan
kemungkinan pasien tersebut juga memiliki penyakit jantung/kardiovaskular
atau metabolik (DM) atau PTM yang lainnya.

• Jika datang dengan riwayat merokok dengan gejala sering makan, sering
minum, sering kencing, gemuk karena penyakit metabolik, maka dokter juga
harus memikirkan apakah pasien juga memilki kemungkinan PTM lainnya,
seperti penyakit jantung.
ANGINA STABIL
-Lakukan konseling dan edukasi kesehatan
-Berikan Isosorbid dinitrat 5mg sublingual untuk mengatasi nyeri dada (jika tidak
ada kontra indikasi)
-Aspirin (yang dapat larut/soluble) 80 - 160 mg per hari
-Atenolol 50 – 100 mg/hari atau Bisoprolol 5 mg/hari, terapi lini pertama untuk
mengatasi gejala (jika tidak ada kontra indikasi)
-Jika pasien intoleran terhadap -blocker atau tidak dapat dikontrol dengan -
blocker, tatalaksana dengan Ca-channel Blockers (contoh : Amlodipine
5-10mg/hari)
-Berikan Simvastatin 10-40 mg/hari
RIWAYAT INFARK MIOKARD
-Lakukan konseling dan edukasi kesehatan
-Berikan Aspirin (yang dapat larut/soluble) 75-150 mg per hari
-Penghambat  (-blocker) setidaknya selama 1 tahun (Atenolol 50-100 mg/hari atau
Bisoprolol 5mg/hari) (jika tidak ada kontra indikasi)
-ACE-inhibitor jika gagal jantung atau infark luas (contoh : Enalapril 10-20mg/hari)
-Simvastatin 10-40mg/hari
-Isosorbid dinitrat 5 mg sublingual untuk mengatasi nyeri dada (jika tidak ada kontra
indikasi)

PASIEN YANG MEMILIKI RIWAYAT INFARK MIOKARD (DALAM 30 HARI) HARUS


DILAKUKAN FOLLOW-UP SETIAP 1-2 MINGGU
KRITERIA RUJUKAN UNTUK PASIEN DENGAN ANGINA STABIL DAN
RIWAYAT INFARK MIOKARD

-Nyeri yang persisten, sehingga membatasi aktivitas sehari-hari pada pasien


angina stabil atau riwayat infark miokard
-Nyeri angina pada pasien dengan riwayat infark miokard
-Gagal jantung
-Aritmia
-Tidak tersedianya pemeriksaan lanjutan untuk menilai faktor risiko
PERHATIAN/KONTRA INDIKASI

-Aspirin: riwayat tukak lambung, pendarahan serebri, alergi dan trauma


mayor
-Atenolol: asma, penyakit paru obstruktif kronik, gagal jantung, blok jantung
atau bradikardia (nadi < 50 x/menit)
-Penghambat pompa kalsium (ca-channel blockers): gagal jantung
-Penghambat pompa angiotensin (ace-i): alergi, hamil, intoleransi terhadap
batuk.
Kegawatdaruratan PTM (Hal. 110)

• Tindak lanjut dini, tatalaksana kasus dan respon


cepat terhadap kondisi kegawatan PTM harus
dapat dilakukan oleh setiap petugas kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
• Sesak Nafas
• Nyeri Dada
• Penurunan Kesadaran
STROKE
Disebut sebagai "serangan otak", disebabkan oleh kurangnya aliran
darah yang mengalir ke otak yang terkadang menyebabkan
pendarahan di otak.
Stroke dibedakan menjadi 2:
1) Stroke Iskemik
Sumbatan arteri yang menuju otak atau perfusi otak
inadekuat. Trombosis dan Emboli (serangan berat, saat
aktivitas)

2) Stroke Perdarahan
Pecahnya pembuluh darah otak. terjadi apabila pembuluh
darah otak mengalami penyumbatan atau pecah.
Kompetensi 3B
Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 22
Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 23
DETEKSI DINI STROKE
1) Stroke FAKTOR RISIKO RISIKO
TINGGI
HATI-HATI RISIKO
RENDAH
Prone Tekanan darah >140/90
mmHg atau
120-139/80-
89 mmHg
<120/80
mmHg
Profile tidak
diketahui
Fibrilasi atrium Denyut Saya tidak Denyut
jantung tidak tahu jantung
teratur teratur
Merokok Perokok Mencoba Bukan
berhenti perokok
Kolesterol total >240 200 – 239 <200 mg/dL
mg/dL atau mg/dL
tidak
diketahui
Diabetes Ya Borderline Tidak
Aktivitas/latihan Malas Kadang- Aktivitas
kadang latihan
teratur
Diet Berat Sedikit Berat badan
badan kelebihan normal
berlebihan berat badan
Stroke di keluarga Ya Tidak tahu Tidak
TOTAL SKOR Risiko Hati-hati Risiko
tinggi rendah

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 24


2) Montreal Cognitif
Assesment (MoCA)-Ina

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 25


PENYAKIT GINJAL KRONIS

Penyakit ginjal kronis , biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya


menahun. Pada awalnya tidak ditemukan gejala yang khas sehingga
penyakit ini sering terlambat diketahui.
•PGK didefinisikan sebagai kelainan pada urin atau
darah atau kelainan morfologi yang berlangsung lebih
dari 3 bulan, disertai dengan bila ditemukan satu atau
lebih tanda :
1.Albumin urin
2.Terdapat sedimen urin yang abnormal,
3.Elektrolit abnormal,
4.Riwayat transplantasi ginjal,
5.Penurunan LFG : < 60 ml/mnt/ 173m2

Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 26


Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 27
FAKTOR RISIKO UTAMA PENYAKIT GINJAL
KRONIS DI INDONESIA

Hipertensi
Prevalensi Hipertensi 34,1 %
34,1 % Prevalensi Terendah sebesar 22,2% dan Prevalensi Tertinggi
sebesar 44,1 %
Prevalensi Obesitas 21,8 %
Obesitas

21,8 % Prevalensi Terendah sebesar 10,3% Prevalensi Tertinggi sebesar


30,2 %
Diabetes

Prevalensi Diabetes Melitus (diagnosis) 2,0 %


Melitus

2,0%
Prevalensi Terendah sebesar 0,9% Prevalensi Tertinggi sebesar 3,4 %

Sumber : Riskesdas, 2018


Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 28
Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 29
Rujukan Kasus di Puskesmas Terintegrasi
dengan Rujuk Balik BPJS Kesehatan
• Pelayanan program rujuk balik (PRB) diberikan kepada peserta BPJS kesehatan yang menderita penyakit kronis, namun masih
memerlukan pengobatan/asuhan keperawatan dalam jangka panjang di FKTP atas rekomendasi/rujuakn dari dokter
spesialis/sub speisalis yang merawat.

• Ruang lingkup program rujuk balik :

1) Jejaring Penyakit

Yang termasuk penyakit adalah DM, Hipertensi, Jantung, Asma, PPOK, Epilepsi dan Schizophenia,Stroke dan SLE.

 2) Jenis Obat

• Obat yang termasuk Obat Rujuk Balik adalah :


• Obat Utama :
Obat kronis yang resepkan oleh dokter spesialis/sub spesialis di FKRTL dan tercantum pada formularium nasional untuk
obat PRB.

• Obat Tambahan
Obat yang mutlak diberikan bersama obat utama dan di resepkan pleh dokter spesialis/sub spesialis di FKRTL untuk
mengtasi penyakit penyerta/mengurangi efek samping akibat obat utama.

• Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30 (tiga puluh) hari setiap kali peresepan dan harus sama dengan daftar obat
formularium nasional untuk obat PRB serta ketentuan lain yang berlaku, yang diperolehdi apotik atau depo farmasi yang
bekerjasama dengan BPJS kesehatan (jejaring apotik).
Upaya Rehabilitatif PTM

• Rehabilitasi PTM bertujuan untuk meminimalkan komplikasi melalui


pengobatan yang tepat serta meningkatkan kualitas hidup dan lama
ketahanan hidup pada penderita.

• Rehabilitasi dilaksanakan pada penderita: 1) Pasca stroke (survivor); 2)


Pasca cedera/kecelakaan (penyandang cacat, DM dengan kaki diabetes
(diabetesi); 3) Kanker (survivor); dam 4) Dan lain-lain.

• Rehabilitasi dilakukan dengan perawatan kasus PTM melalui kunjungan


rumah (home care) dengan tenaga terlatih dalam rehabilitasi medik.
Kegiatan paliatif antara lain meliputi penatalaksanan nyeri.
Studi Kasus
Kelompok 1

• Seorang laki-laki berusia 70 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan pusing sejak 3 hari yang
lalu. Pusing dirasakan hilang timbul, sesak nafas dan nyeri dada di sangkal. Pasien diketahui
memiliki hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, merokok satu bungkus per hari.

• Dari pemeriksaan fisik di dapatkan: TD 170/100 mmHg, nadi 90 x/mnt, pernafasan 20 x/mnt dan
Suhu 37,2 °C . Pemeriksaan jantung, paru, abdomen dan ekstrimitas dalam batas normal.
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil sebagai berikut: Kolesterol total pasien 305
mg/dl, gula darah puasa 180 mg/dl dan gula darah 2 jam PP 250 mg/dl.

• Pertanyaan?

• Apakah faktor risiko Kardiovaskular pada pasien ini?

• Berapakah resiko kejadian penyakit kardiovaskular pasien tersebut?

• Apakah tatalaksana yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko kejadian Kardiovaskular
beserta target terapinya?
Studi Kasus
Kelompok 2

• Seorang perempuan berusia 47 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan dada tidak enak sejak 5
hari yang lalu. Nyeri dada pasien tidak khas. Sesak nafas di sangkal. Pasien diketahui memiliki
hipertensi sejak 15 tahun yang lalu, tidak merokok.

• Dari pemeriksaan fisik di dapatkan TD 160/90 mmHg, nadi 88 x/mnt, pernafasan 20 x/mnt. Suhu 36,8
°C . Pemeriksaan jantung, paru, abdomen dan ekstrimitas dalam batas normal.

• Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil sebagai berikut: Kolesterol total pasien 280 mg/dl,
gula darah puasa 90 mg/dl dan gula darah 2 jam PP 140 mg/dl.

• Pertanyaan?

• Apakah faktor risiko Kardiovaskular pada pasien ini?

• Berapakah resiko kejadian penyakit kardiovaskular pasien tersebut?

• Apakah tatalaksana yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko kejadian Kardiovaskular beserta
target terapinya?
Date Pelatihan Teknis Pandu 2021 35

Anda mungkin juga menyukai